Anda di halaman 1dari 55

Pembesaran Atrium Kiri

( Left Atrial Enlargement )

Pada elektrokardiografi gelombang P merupakan gelombang yang kecil yang muncul


ketika atrium mengalami depolarisasi. Oleh karena massa otot atrium kecil maka amplitude
gelombang P normalnya tidak melebihi 2.5 mm dan lebarnya tidak melebihi 0.11 sec. Adanya
pembesaran dari atrium baik kiri maupun kanan akan memberikan gambaran gelombang P yang
abnormal
Beberapa Penyebab LAE :

o Klasik ditemukan pada Mitral Stenosis

o Hipertensi yang berat

o Severe Aorta Stenosis

o Severe Mitral regurgitation

o Kardiomiopati Hipertrofik

o Mitral Valve Prolaps


Temuan EKG pada LAE umumnya berupa :

o Durasi gelombang P pada standar lead melebihi 0.11 sec ato kurang lebih 2,5 mm

o Terdapat notch pada gelombang P, umumnya terlihat pada lead II. Biasa disebut
dengan P-Mitrale

o Durasi komponen negatif dari gelombang P di lead V1 melebih 0.04 sec atau
kurang lebih 1mm

o Amplitudo komponen negatif dari gelombang P di lead V1 melebihi 1mm


Pembesaran Atrium Kanan
( Right Atrial Enlargement )

Pada elektrokardiografi gelombang P merupakan gelombang yang kecil yang muncul


ketika atrium mengalami depolarisasi. Oleh karena massa otot atrium kecil maka amplitude
gelombang P normalnya tidak melebihi 2.5 mm dan lebarnya tidak melebihi 0.11 sec. Adanya
pembesaran dari atrium baik kiri maupun kanan akan memberikan gambaran gelombang P yang
abnormal

Beberapa Penyebab RAE :

o Penyakit Paru Kronik

o Hipertensi Pulmonal

o Stenosis Trikuspid

o Penyakit Jantung Kongenital


Temuan EKG pada RAE umumnya berupa :

o Voltase gelombang P pada lead II atau aVF melebihi 2.5 mm atau 0.25 mV (P-
Pulmonale)

o Voltase gelombang P pada lead V1 atau V2 melebihi 1.5 mm atau 0.15 mV

o Durasi gelombang P < 0,12 sec kecuali terdapat juga pembesaran atrium kiri

o Biasanya juga ditemukan gambaran RVH


PEMBESARAN VENTRIKEL KIRI

(Left Ventricular Hyperthrophy)

Di dalam EKG, akibat adanya penambahan massa otot ventrikel kiri akan terjadi
penambahan kekuatan voltase arus listrik jantung pada bagian ventrikel sebelah kiri sehingga
terjadi peninggian amplitudo dari gelombang R pada lead dada sebelah kiri ( I, aVL, V5,
V6 ) dan peninggian kedalaman dari gelombang S pada lead dada sebelah kanan ( III,
aVR, V1, V2 ) Penebalan otot ventrikel kiri juga menyebabkan meningkatnya waktu
depolarisasi ventrikel dibandingkan dengan otot yang tidak menebal ( Pelebaran pada
kompleks QRS ), terganggunnya fase repolarisasi ( Abnormalitas dari gelombang ST-T ) dan
aksis arus listrik akan dominant kea rah ventrikel kiri atau dikenal dengan istilah Left Axis
Deviation serta pada beberapa kasus bisa saja terdapat pemebsaran atrium kiri atau Left Atrial
Enlargement

Temuan EKG pada LVH umumnya berupa :

o Gelombang R yang tinggi pada V5 dan V6

o Gelombang S yang dalam pada V1 dan V2


o Pelebaran kompleks QRS ( umumnya < 0.12 s kecuali ada gangguan konduksi )

o Depresi Segmen ST dan Inversi gelombang T atau dikenal dengan Strain Pattern

o Left Axis Deviation

o Kadang ditemukan Left Atrial Enlargement

Terdapat beberapa kriteria dalam mendiagnosis LVH pada EKG dengan tingkat sensitifitas dan
spesifitas yang berbeda antara lain sebagai berikut:
1. Sokolow + Lyon

o Gelombang S V1/V2 + Gelombang R V5/V6 > 35 mV ( Sen 22 %, Spec 100%


)

o Gelombang R aVL > 11mV ( Sen 11 %, Spec 100% )

o Bila memenuhi salah satu kriteria diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada ekg
tersebut terdapat LVH

LVH pada kriteria Sokollow Lyon


2. Cornell criteria

o Gelombang S V3 + R aVL > 28 mm pada Laki-Laki ( Sen 42 %, Spec 96 % )

o Gelombang S V3 + R aVL > 20 mm pada Perempuan ( Sen 42 %, Spec 96 % )

LVH pada kriteria Cornell

3. Romhilt + Estes (Am Heart J, 1986:75:752-58)

+ECG Criteria Points


Voltage Criteria (any of):

R or S in limb leads 20 mm
3 points
S in V1 or V2 30 mm
R in V5 or V6 30 mm

ST-T Abnormalities: 3 points


1 point
Without digitalis
With digitalis

Left Atrial Enlargement in V1 3 points


Left axis deviation 2 points
QRS duration 0.09 sec 1 point
Delayed intrinsicoid deflection in V5 or V6 (>0.05 sec) 1 point

Points : point 4 = Kemungkinan LVH ( Sen 54 %, Spec 85% )


Point 5 ke atas = LVH ( Sen 33 %, Spec 94 % )

1 = leads commonly used for voltage criteria. 2 = T wave inversion with ST depression
(example in V6), T wave upright with ST elevation (example in V1). 3 = intrinsicoid deflection
(time from begin of QRS to peak domminant R or S wave) in V6, and P wave in V1.
HIPERTROFI VENTRIKEL KANAN
( Right Ventricular Hyperthrophy )

Di dalam EKG, akibat adanya penambahan massa otot ventrikel kanan akan terjadi
penambahan kekuatan voltase arus listrik jantung pada bagian ventrikel sebelah kanan sehingga
terjadi peninggian amplitudo dari gelombang R pada lead dada sebelah kanan ( V1 dan V2
) dan peninggian kedalaman dari gelombang S pada lead dada sebelah Kiri ( V5 dan
V6 )Penebalan otot ventrikel kanan juga menyebabkan meningkatnya waktu depolarisasi
ventrikel dibandingkan dengan otot yang tidak menebal ( Pelebaran pada kompleks QRS ),
terganggunnya fase repolarisasi ( Abnormalitas dari gelombang ST-T ) dan aksis arus listrik
akan dominant ke arah ventrikel kanan atau dikenal dengan istilah Right Axis Deviation serta
pada beberapa kasus bisa saja terdapat pembesaran atrium kiri atau Right Atrial Enlargement

Beberapa Penyebab RVH :

o Hipertensi Pulmonal

o Mitral Stenosis
o Penyakit Paru Paru yang kronik

o Penyakit Jantung Bawaan ( Tetralogy of Fallot, ASD, dll )

o Stenosis Pulmonal

o Arrythmogenic Right Ventricular Dysplasia

Temuan EKG pada RVH umumnya berupa :

o Gelombang R yang Dominan pada V1 dan V2 ( > 7 mm / Rasio gelombang R/S >
1)

o Gelombang S yang dalam pada V5 dan V6

o Pelebaran kompleks QRS ( umumnya < 0.12 s kecuali ada gangguan konduksi )

o Depresi Segmen ST dan Inversi gelombang T atau biasa dikenal dengan Strain
Pattern pada Lead V1, V2 dan II, III, aVF

o Right Axis Deviation

o Kadang ditemukan Right Atrial Enlargement dan Right Bundle Branch Block
yang inkomplit

Contoh RVH pada EKG :


Biventricular Hyperthrophy

Biventricular Hyperthrophy ialah pembesaran kedua ventrikel jantung, baik ventrikel kiri
maupun ventrikel kanan

EKG kurang sensitif dalam menilai BVH, karena arus listrik jantung yang saling
menutupi karena LVH dan RVH

Kriteria EKG BVH :

o Pada EKG yang memenuhi LVH, tanda lain terdapat RVH adalah :

Right Atrial Enlargement

Right Axis Deviation

Gelombang S yang dalam di V5 - V6

o Pada EKG yang memenuhi RVH, tanda lain terdapat LVH adalah :

Amplitudo QRS > 50 mm

Gelombang S yang dalam di V1 - V2


o Fenomena Katz-Wachtel (Gelombang Bifasik yang besar ( R tinggi + S dalam )
di V2 - V5)

Contoh gambar EKG BVH :

Iskemia Miokardium

Iskemia Miokardium merupakan keadaan berkurangnya aliran darah ke otot jantung


sehingga mengakibatkan damage pada otot jantung yang berakibat berkurangnya
Terdapat 2 perubahan EKG utama pada Iskemia Miokardium yaitu :
o Depresi Segmen ST / ST Depression

ST depresi Horizontal dan Downslopping > 0.5 mm pada 2 atau lebih


Lead yang berpasangan mengindikasikan Iskemia Miokardium

Upslopping ST depresi tidak spesifik untuk iskemia miokardium


Banyak keadaan yang dapat menyebabkan ST depresi selain iskemik,
tetapi perubahan dinamik segmen ST ( Segment ST berubah selama selang
waktu ) sangat mengindikasikan Iskemia miokardium

o Inversi Gelombang T / T-Inverted

T-inverted yang mengindikasikan iskemia miokardium bila kedalamannya


setidaknya kurang lebih 1mm

Muncul pada sekurang-kurangnya 2 lead yang berpasangan

Terdapat perubahan dinamik gelombant T dalam selang waktu

Contoh gambar EKG Iskemia Miokardium :

o Perhatikan EKG di atas, terdapat ST depresi yang luas di lead V2-V6, lead I, aVL
dan lead II, aVF

o Terdapat ST elevasi pada lead aVR

o Perubahan EKG seperti ini mengindikasikan Iskemia Miokardium (


Subendocardial Ischemia )
Infark Miokardium Akut dan Evolusinya

Infark miokardium terbagi atas dua, yakni ST Eleveation Myocardial Infarction ( STEMI
) dan Non ST Elevation Myocardial Infarction ( NSTEMI )

STEMI merupakan akibat dari adanya 100 % Total oklusi dari suatu pembuluh darah
koroner sehingga mengakibatkan injury pada miokard yang terekam pada ekg dan harus
segera direperfusi agar miokardium tetap selamat

Karakteristik EKG dari STEMI dan Evolusinya :


o Fase 1. Hyperacute T Wave

Gelombang T yang tinggi dan simetris pada area yang mengalami infark

Muncul pada 5 - 30 menit pertama dari saat infark miokardium mulai


terjadi

o Fase 2. ST Elevasi pada minimal 2 lead yang berdekatan

Bisa terdapat reciprocal ST depresi dan merupakan tanda yang sensitif dan
spesifik untuk infark miokardium akut

Muncul pada waktu 0 - 12 jam setelah awal terjadi infark miokardium

o Fase 3. Gelombang Q Patologis mulai muncul & Gelombang R mulai


memendek
Gelombang Q mulai muncul disertai gelombang R yang makin memendek

Telah terjadi nekrosis miokardium secara perlahan dan mengakibatkan


skar pada miokardium

Mulai muncul pada waktu 2 - 12 jam pertama dari onset infark


miokardium akut dan memuncak 24 - 48 jam kedua

o Fase 4. Inversi Gelombang T dan Resolusi dari segmen ST

Gelombang Q menetap, ST segmen mengalami resolusi dan terjadi inversi


dari gelombang T

Otot jantung seluruhnya mengalami nekrosis pada area yang terkena


Mulai terjadi setelah 2 - 5 hari pasca infark miokardium akut atau recent
infarction

o Fase 5. Gelombang T kembali positif disertai sequele gelombang Q patologis

Gelombang Q menetap, gelombang T kembali positif seperti semula

Muncul dalam waktu minggu dan bulanan pasca infark

Wellens Syndrome

Wellens Syndrome atau Wellens Sign merupakan manifestasi EKG dari Critical Proximal
Left Anterior Descendeing Artery Stenosis pada pasien dengan unstable angina

Wellens Syndrome dalam EKG merupakan pola T- Inverted yang dalam atau
Bifasik pada lead V2 dan V3 yang mempunyai spesifitas tinggi dalam stenosis dari
proximal LAD artery

Pasien dengan EKG Wellens Syndrome dapat tidak mengalami nyeri dada pada saat
perekaman ekg dan enzim jantung juga dapat normal atau meningkat sedikit, tetapi dia
sangat beresiko akan Infark Miokard Anterior dalam beberapa hari atau minggu
kedepan

Karakteristik EKG Wellens Syndrome :

o Biphasic T Waves pada lead V2-V3 ( Wellens Type A )


o Inversi Gelombang T yang dalam pada lead V2-V3 ( Wellens Type B )

Note :

Tidak semua Bifasik T atau Inverted T wave pada lead V2-V3 merupakan Wellens
Syndrome

Spesifitas Wellens Syndrome akan lebih tinggi bila ditemukan :

Intermittent Chest Pain, ( Biasanya > 20 menit )

Pasien sedang tidak nyeri dada selama perekaman EKG

Gelombang R normal pada lead Prekordial dan tidak ada LVH


serta tidak ada Q Patologis
Biasanya ada evolusi dari pola Wellens dari Type A ke Type B dan
meluas ke V4-5

Contoh EKG Wellens Syndrome :

o Perhatikan Gelombang Bifasik T pada lead V2-V3 yang sesuai dengan Wellens
Type A Syndrome

o Perhatikan Gelombang T Inverted dan dalam pada lead V2-6 Sesuai Wellens
Type B Syndrome
Lokalisasi Infark Miokard dan Pembuluh Darah yang terkena
Tabel Lokalisasi Infark dan Manifestasi EKG beserta pembuluh darah yang terkena :

Infark Miokard Anterior :

o ST Elevasi dan Q Pat pada lead V1 - V4

o Pembuluh darah yang terkena umumnya pada LAD Arter


Infark Miokard Lateral :

o ST Elevasi dan Q Pat pada lead V5-6, I, aVL

o Pembuluh darah yang terkena bisa pada LCX atau Cabang dari LAD Artery
Infark Miokard Inferior :

o ST Elevasi dan Q Pat pada lead II, III, aVF

o Pembuluh darah yang terkena sebagian besar pada RCA Artery, sebagian kecil
lainnya Wraparound LAD atau Distal LCX
Infark Miokard Posterior :

o EKG Standar 12 lead tidak melihat vektor posterior, sehingga kita hanya melihat
efek cermin dari vektor anterior

o Gelombang R Tinggi pada V1-2 dan ST Depresi pada V1-2, umumnya disertai
Infark pada Inferior atau Lateral

Sgarbossa Criteria
Kriteria Sgarbossa merupakan kriteria ekg yang umumnya dipakai untuk
mengidentifikasi Infark Miokard Akut pada keadaan LBBB / Paced Rhythm

Infark Miokard terkadang sulit dideteksi pada LBBB karena ST Segmen yang cenderung
discordance ( ST Depresi atau ST Elevasi berlawanan dengan Aksis Gelombang QRS )

Discordant ST Segment normal buat LBBB dan Paced Rhythm

Tetapi Serial EKG dapat terlihat perubahan dinamik ST Segmen dan LBBB yang baru
selalu patologis

Kriteria ini Spesifik > 90% tapi tidak sensitif untuk diagnosis AMI

Kriteria Original Sgarbossa untuk diagnosis AMI pada LBBB :

o Concordant ST Elevasi > 1mm pada lead yang QRS Positif (Skor 5)
o Discordant ST Depresi > 1mm pada lead V1-V3 (Skor 3)

o Discordant ST Elevasi > 5mm pada lead yang QRS Negatif (Skor 2)

Bila Skor lebih atau sama dengan 3 maka dikatakan positif sgarbossa kriteria untuk
diagnosis AMI pada LBBB

Kriteria Modified Smith-Sgarbossa untuk AMI pada LBBB :

o Karena akurasi yang masih kurang maksimal, Smith memodifikasi kriteria


sgarbossa sehingga akurasinya lebih tinggi

o Hal yang berbeda dari kriteria original ialah penggantian kriteria ST Elevasi
discordance > 5mm diganti dengan Proporsi deviasi ST dengan Gelombang R/S >
25%

o Bila ada deviasi ST > 25% maka diagnosis AMI dapat ditegakkan dengan
sensitifias 80% dan spesifitas 94%
Contoh EKG AMI pada LBBB :

o Perhatikan EKG diatas, terdapat gambaran LBBB

o Lingkaran di atas menampakkan adanya ST Elevaso Concordance > 1mm di lead


I, aVL

o Skor Sgarbossa 5 Poin, hal ini sugestif adanya Infark High Lateral pada LBBB
Perikarditis

Perikarditis merupakan inflamasi pada rongga perikardium yang dapat menghasilkan


gejala nyeri dada yang tajam, dan khasnya memberat bila berbaring dan berkurang bila
duduk kedepan, dan biasanya disertai takikardi dan sesak napas

Karakteristik EKG Perikarditis :

Perikarditis, secara klasik terjadi perubahan EKG yang berevolusi dalam 4 stadium :

o Stadium 1 - ST Elevasi konkaf pada hampir semua lead, disertai depresi pada
segmen PR dan terdapat perubahan resiprokal berupa PR elevasi dan ST depresi
di lead aVR. Tanda khas lainnya ialah Spodick sign - Downslopping dari TP
segmen (0-2 minggu pertama)
Elevasi segmen ST dan Depresi segmen PR di hampir semua lead

Elevasi segmen PR dan Depresi segmen ST di lead aVR

Spodick Sign - Downslopping dari segmen TP

o Stadium 2 - Normalisasi dari segmen ST dan T Flat ( 1-3 minggu )


o Stadium 3 - T Flat menjadi T inverted ( 3 - beberapa minggu )

o Stadium 4 - EKG menjadi normal ( beberapa minggu kemudian )

Right Bundle Branch Block

Right Bundle Branch Block adalah adanya Blok atau hambatan pada cabang berkas
kanan ventrikel yang menyebabkan terhambatnya aktivasi depolarisasi dari ventrikel
kanan
Adanya hambatan pada aktivasi ventrikel kanan menyebabkan adanya gelombang R
sekunder (R') di lead prekordial sebelah kanan dan gelombang S yang lebar dan
dalam di lead lateral

Terhambatnya aktivasi ventrikel kanan juga menyebabkan gangguan repolarisasi


sekunder pada lead prekordial sebelah kanan seperti ST depresi dan Inversi gelombang T

Penyebab RBBB :

o Normal Variant

o Penyakit Jantung Kongenital ( ASD , VSD , ToF )

o Penyakit Jantung Reumatik

o Kardiomiopati

o Myoperikarditis

o Iskemia Miokardium dan Infark Miokard

o Emboli Paru atau Akut Cor Pulmonale


Karakteristik EKG RBBB :

o Adanya gelombang R' sekunder pada lead prekordial kanan ( V1-2 ) atau kita
kenal sebagai gelombang rSR' atau "M" Shaped QRS complex

o Adanya gelombang S yang lebar dan dalam pada lead lateral ( V5-6, I, aVL )

o Apabila durasi gelombang QRS > 120 ms atau 3 kotak kecil dikatakan Complete
RBBB, sebaliknya dikatakan Incomplete RBBB

o Abnormalitas sekunder ST/T ( ST depresi atau T inversi ) pada lead prekordial


sebelah kanan

o Axis jantung seharusnya normal

Bila terdapat Left Axis Deviation, pikirkan kemungkinan Left Anterior


Hemiblok

Bila terdapat Right Axis Deviation, pikirkan kemungkinan Left Posterior


Hemiblok
Left Bundle Branch Block

Left Bundle Branch Block adalah adanya Blok atau hambatan pada cabang berkas kiri
ventrikel yang menyebabkan terhambatnya aktivasi depolarisasi dari ventrikel kanan

Adanya hambatan pada aktivasi ventrikel kiri menyebabkan adanya gelombang R


sekunder (R') di lead prekordial sebelah kiri dan gelombang S yang lebar dan dalam
di lead prekordial kanan

Terhambatnya aktivasi ventrikel kiri juga menyebabkan gangguan repolarisasi sekunder


pada lead prekordial sebelah kiri seperti ST depresi dan Inversi gelombang T

Penyebab LBBB :

o Normal Variant ( < 1 % )

o Iskemia Miokardium dan Infark Miokard

o Left Ventricular Hyperthrophy ( HT, Stenosis Aorta )

o Kardiomiopati
Karakteristik EKG LBBB :

o Gelombang R yang tinggi dan lebar pada lead lateral (V5, V6, I, aVL) yang
biasa disertai notching atau membentuk huruf M

o Gelombang S yang lebar dan dalam di lead V1-V3

o Apabila durasi gelombang QRS > 120 ms atau 3 kotak kecil dikatakan Complete
LBBB, sebaliknya dikatakan Incomplete LBBB
o Abnormalitas ST/T, bisa terdapat ST elevasi di lead prekordial kiri dan T inversi
serta ST depresi di lead lateral

o Tidak terdapat gelombang Q pada lead lateral

Left Anterior Fascicular Block

Left anterior fascicular block atau Left anterior hemiblok adanya hambatan pada
berkas fasikular anterior dari berkas cabang kiri ( left bundle branch ), sehingga impuls
depolarisasi di ventrikel kiri dominan melalui berkas fasikular posterior

Adanya hambatan ini menyebabkan pergeseran axis jantung dan peningkatan sedikit dari
durasi gelombang QRS

Left anterior hemiblok merupakan penyebab left axis deviation yang paling sering
ditemukan
Penyebab Left Anterior Hemiblok :

o Fibrosis Sistem konduksi

o Infark Miokardium

o Kardiomiopati

o Penyakit Jantung Katup dan Kongenital

Karakterisitik EKG Left Anterior Fascicular Block :

o Left Axis Deviation ( Biasanya diantara -45 sampai -90 derajat )

o qR pattern di lead I, aVL

o rS pattern di lead II, III, aVF


qR Pattern di I, aVL dan rS Pattern di lead II, III, aVF

o Durasi QRS normal atau sedikit memanjang ( > 120 ms )

o Waktu peak gelombang R di aVL ( > 45 ms )

R wave peak time > 45 ms


Left Posterior Fascicular Block

Left posterior fascicular block atau Left posterior hemiblok adanya hambatan pada
berkas fasikular posterior dari berkas cabang kiri ( left bundle branch ), sehingga impuls
depolarisasi di ventrikel kiri dominan melalui berkas fasikular anterior

Adanya hambatan ini menyebabkan pergeseran axis jantung dan peningkatan sedikit dari
durasi gelombang QRS

Left posterior hemiblock lebih jarang ditemukan bila dibandingkan dengan Left anterior
hemiblock, karena fasikular posterior yang lebih tebal dibandingkan dengan anterior
Penyebab Left Posterior Hemiblok :

o Acute Cor Pulmonale

o PJK ekstensif

o Kardiomiopati

o Miokarditis dan Fibrosis sistem konduksi

Karakterisitik EKG Left Posterior Fascicular Block :

o Right Axis Deviation ( > + 90 derajat )

o rS pattern di lead I, aVL

o qR pattern di lead II, III, aVF


rS Pattern di I, aVL dan qR Pattern di lead II, III, aVF

o Durasi QRS normal atau sedikit memanjang ( > 120 ms )

o Waktu peak gelombang R di aVF ( > 45 ms )

R wave peak time > 45 ms

o Tidak terdapat Right Ventricular Hyperthrophy

o Tidak terdapat causa Right Axis Deviation lain yang ditemukan


Sindrom Wolff-Parkinson-White

Sindrom Wolff-Parkinson-White merupakan salah satu bentuk sindrom preeksitasi


dimana terdapat jaras aksesoris kongenital antara atrium dan ventrikel, sehingga terjadi
aktivasi ventrikel lebih awal akibat arus listrik dari atrium langsung turun ke
ventrikel tanpa melalui AV node

Jaras aksesoris kongenital pada sindrom WPW dikenal sebagai Bundle of Kent, yang
langsung menghubungkan antara atrium dan ventrikel tanpa melalui AV Node
Karena adanya jaras aksesoris kongenital, pasien dengan sindrom WPW akan sering
mengalami episode takiaritmia, akibat mekanismee reentry pada jaras aksesorisnya
yang kita sebut sebagai Atrioventrikular Reentry Tachycardia ( AVRT )

Karakteristik EKG Sindrom WPW :

o Interval PR Memendek ( < 120 msec )

o Terdapat Gelombang Delta ( adanya Slurring pada awal gelombang QRS )

o Gelombang QRS sedikit melebar akibat gelombang delta


o Adanya abnormalitas gelombang ST/T akibat abnormalitas repolarisasi

o Kadang Terlihat Pseudo Infarction Pattern, Karena Gelombang Delta


Negatif menyerupai Gelombang Q Patologis

Penentuan Letak Jaras Aksesoris pada Sindrom WPW :


Brugada Syndrome

Brugada Syndrome merupakan suatu kelainan genetik yang dikarakteristikan berupa


kelainan ekg ICRBBB dan ST Elevasi di lead anterior yang mempunyai resiko sudden
death yang tinggi meskipun dengan struktur jantung yang normal akibat adanya
channelopati

Penyebab dari sindrom ini akibat dari adanya mutasi gen channel natrium pada jantung
atau biasa disebut natrium channelopati

Kriteria Diagnostik :
o Brugada Type 1 : Coved type ST Elevasi > 2mm di V1-V3 dengan gelombang T
yang inversi

o Brugada Type 2 : Saddleback type ST Elevasi > 2mm di V1-V3

o Brugada Type 3 : Saddleback type ST Elevasi < 2mm di V1-V3

Brugada Type 1 merupakan satu-satunya abnormalitas ekg yang sangat diagnostik untuk
sindrom brugada biasa disebut sebagai brugada sign

Brugada Sign

Ketiga tipe sindrom brugada diatas harus mempunyai salah satu dari kriteria berikut
untuk diagnostik :

o Riwayat VF atau VT

o Riwayat keluarga meninggal mendadak pada umur < 45 tahun

o Pola EKG yang sama pada keluarga

o Syncope

o Nocturnal Agonal Respirasi


Untuk Brugada Type 2 dan 3 dapat dilakukan assesmen farmakologis bila dicurigai
sindrom brugada, pemberian obat sodium channel blocker dapat mengubah pola sindrom
Brugada type 2 dan 3 menjadi type 1

Acute Pulmonary Embolism

Perubahan EKG terjadi dikarenakan adanya peningkatan tekanan arteri pulmonal yang
menyebabkan dilatasi Right Ventricle dan Atrium, RV Strain dan Ischemia serta
peningkatan tonus simpatis

Karakteristik EKG pada Acute PE ( Pulmonary Embolism ) Sebagai berikut :


o S1 Q3 T3 Pattern, Pola Gelombang S yang dalam pada lead I dan terdapat
gelombang Q dan Inversi T pada lead III ( Classic Pattern dari Acute PE ). Tetapi
tanda ini tidak sensitif dan tidak spesifik untuk PE, terlihat pada 20% pasien

o Atrial Tachyarrhythmia, berupa Atrial Fibrilasi atau Atrial Flutter terlihat pada
8% Pasien

KELAINAN ELEKTROLIT

A. HiperKalemia

Karakteristik EKG Hiperkalemia :

o Serum K > 5.5 - 6.5 mEq/L dihubungkan dengan gangguan repolarisasi


Gelombang T yang tinggi, runcing dan dasarnya sempit

o Serum K > 6.5 mEq/L dihubungkan dengan paralisis atrium yang progresif

Gelombang P memendek, dan menghilang serta interval PR


memanjang

o Serum K > 8.5 mEq/L dihubungkan dengan gangguan konduksi di ventrikel


Gelombang QRS dan T menyatu serta melebar yang dikenal sebagai
Sine Wave

Perjalanan EKG Hiperkalemia :

o Gambar A. Contoh gambar ST/T pada EKG yang normal

o Gambar B. Gelombang T sedikit meninggi dan meruncing (Tanda Awal


Hiperkalemia)/ serum K 5.5-6 mEq/L

o Gambar C. Gelombang T yang khas buat Hiperkalemia ( Tinggi, Runcing,


dan tidak lebar ) seperti Menara Eiffel / serum K 6-7.5 mEq/L

o Gambar D. Amplitudo gelombang P menghilang, interval PR memanjang dan


QRS melebar/ serum K 7.5-9 mEq/L
o Gambar E. gelombang QRS dan T menyatu yang kita sebut Sinoventricular
Rhytm atau Sine wave / serum K > 9 mEq/L

B. HipoKalemia

Karakteristik EKG Hipokalemia :


o Munculnya gelombang U yang prominen

o Interval QT memanjang

o ST depresi dan T flat atau inversi

o Amplitudo gelombang P meningkat

Perjalanan gambar EKG Hipokalemia :

o Gambar A. ST Segmen yang normal

o Gambar B. Gelombang T yang memendek dan flattening, tanda awal dari


hipokalemia

o Gambar C dan D. Gelombang T semakin flat, tampak gelombang U dan segment


ST mulai depresi serta interval QT memanjang

o Gambar E dan F. ST Depresi semakin nampak, dan gelombant T dan U


menyatu serta interval QT atau QU memanjang
C. Hiperkalsemia

Karakteristik EKG pada Hiperkalsemia :


o Perubahan utama ekg pada hiperkalsemia adalah Interval QT yang memendek

o Pada kasus yang sangat berat dapat terlihat Osborn J Wave

o Peningkatan amplitudo QRS serta gelombang T yang bifasik

o Kasus VT / VF pernah dilaporkan pada kasus hiperkalsemia yang berat

D. Hipokalsemia

Karakteristik EKG pada Hipokalsemia :


o Perubahan utama ekg pada hipokalsemia adalah Interval QT yang memanjang

o Aritmia jarang dijumpai, meskipun atrial fibrilasi pernah dilaporkan

o Torsade De Pointes bisa dijumpai, namun jarang ditemukan bila dibandingkan


hipokalemia dan hipomagnesemia

Dextrocardia

Dextrocardia merupakan kelainan kongenital berupa perubahan posisi dari apex jantung
dari normalnya berada pada dada sebelah kiri ke dada sebelah kanan

Karena adanya perubahan posisi pada jantung, maka secara otomatis akan menimbulkan
kelainan yang di rekam pada EKG

Karakteristik EKG Dextrocardia :

o Right Axis Deviation

o Gelombang P, QRS dan T Positif pada lead aVR

o Gelombang P, QRS dan T Negatif di lead I dan aVL


o Tidak adanya Progresi gelombang R dari kompleks QRS di lead V1 - 6, dominan
gelombang S

Contoh EKG Dextrocardia :

o Tidak terdapat progresi gelombang R dari V1 - V6

o Terdapat Right Axis Deviation

o Gelombang EKG Negatif di lead I, aVL dan Positif di lead aVR


EFFUSI PERICARDIUM MASIF-CARDIAC TAMPONADE

Trias efusi perikardium massif

- Voltase rendah
- Takikardia
- Electrical alternans: Ketika secara berturut-turut, kompleks QRS yang terkonduksi secara
normal berubah tingginya hal ini terbentuk karena jantung mengayun ke depan dan
belakang dalan pericardium yang terisi cairan dalam jumlah besar
PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL

Kelainan EKG yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial antara lain adalah:

- T-inversi besar yang tersebar luas (cerebral T waves)


- Interval QT memanjang
- Bradikardia (refleks Cushing --> Menandakan herniasi batang otak yang imminen)

EKG lainnya yang dapat ditemui

- Elevasi/depresi segment ST
- Amplitudo gelombang U yang meningkat
- Sinus takikardia, irama junctional, premature ventricular contractions dan fibrilasi
atrium

Anda mungkin juga menyukai