Jawab:
1. Diagnosis Ascites
1
pemeriksaan laboratorium lain selain fungsi hepar tetap harus dilakukan.
Idealnya pasien harus dilakukan evaluasi saat tidak mendapat diuretik karena
mungkin terjadi perubahan fungsi renal saat obat- obat tersebut diberikan. (3)
Cairan ascites harus diperiksa untuk menyingkirkan kemungkinan peritonitis
bakteri spontan pada pasien ascites onset awal yang opname di rumah sakit
atau tidak dan terutama jika ada tanda infeksi, nyeri abdomen, ensefalopathy,
atau perdarahan gastrointestinal.(3)
Untuk malakukan analisa cairan ascites dapat dilakukan parasintesis
abdomen untuk mendapatkan sampel cairan ascites. Cara ini sangat efisien
untuk konfirmasi adanya ascites, penyebab dan mengetahui apakah cairan
sudah terinfeksi.(4). Berbeda dengan pendapat populer, parasintesis abdomen
adalah prosedure yang aman dengan insiden komplikasi serius yang rendah
kecuali koagulopaty yang biasa ada pada pasien sirosis.(4)
2
Indications for abdominal paracentesis in a patient with ascites
Routine tests
Cell count and differential
Albumin concentration
Total protein concentration
Culture in blood culture
bottles
Optional tests
Glucose concentration
LDH concentration
Gram stain
Amylase concentration
Unusual tests
Tuberculosis smear and
culture
Cytology
Triglyceride concentration
Bilirubin concentration
3
2. Tatalaksana Ascites
2.1. Langkah-langkah Umum
Menurunkan intake natrium sangat bermanfaat bagi pasien ascites terutama bagi
pasien dengan retensi natrium berat tidak berespon dengan diuretic atau berespon
minimal. Restriksi cairan hanya pada pasien dengan hiponatremia dilusional yaitu
kondisi konsentrasi natrium serum kurang dari 130 mmol/l dengan ascites,edema atau
ada ascites dengan edema bersamaan.
Hiponatremia delusional terjadi akibat gangguan ekskresi air oleh renal karena
tingginya kadar hormon antidiuretik yang tidak sesuai dengan kebutuhan.(3)
Pasien ascites moderate tidak perlu rawat inap di rumah sakit atau bisa dengan
terapi poliklinis kecuali terdapat komplikasi misal ada komplikasi karena sirosis.
Pilihan Diuretik:
Furosemid dosis rendah 20-40 mg/hari, dapat ditambahkan pada beberapa hari
pertama untuk meningkatkan natriuresis terutama pada pasien dengan edema
perifer.
Respon terhadap diuretik dapat dilihat dari perubahan berat badan dan
pemeriksaan fisik.Pemeriksaan rutin kadar natrium urine hanya dilakukan pada pasien
tanpa penurunan berat badan sehingga bisa ditentukan peningkatan dosis diuretik.(3)
4
B. Ascites Volume Besar/Large Volume Ascites
Keadaan ini dapat diterapi poliklinis bila tidak ada komplikasi. Karena volume
ascites yang besar maka abdominal discomfort tampak nyata dan menghalangi aktifitas
rutin sehari-hari. Didapatkan retensi sodium berat(kadar natrium urine <10 mmol/l)
sehingga akumulasi ascites sangat cepat walaupun direstriksi natrium. Terdapat kadar
natrium serum normal, ekskresi air bebas renal normal dan kreatinin serum juga normal
atau sedikit meningkat yang menunjukan kecepatan filtrasi glomerulus normal atau
sedikit menurun.
Ada 2 strategi dalam penatalaksanaan large volume ascites,yaitu:
1. Large volume paracentesis
Lebih cepat, lebih efektif dan lebih sedikit efek samping dibanding
terapi diuretik
2. Terapi diuretik
Spironolakton,maximal dosis 400 mg/hari
Furosemide, maximal dosis 160 mg/hari
Kedua cara tersebut tidak berbeda dalam hal mortalitas jangka panjang.(3)
5
Albumin masih yang terbaik untuk mencegah hipovolemia dan lambatnya
kecepatan pembentukan ascites.Secara keseluruhan survival dari albumin dan non
Albumin hampir sama dan pada pengeluaran cairan ascites <5 L tidak ada perbedaan
hipovolemia pada kedua group cairan.(6)
C. Ascites Refrakter
Terjadi pada 5-10% pasien ascites. Didefinisikan sebagai tidak adanya respon
terhadap dosis tinggi diuretic (spironolakton 400 mg/hari + 160 mg/hari Furosemide). (3)
Nama lainnya diuretic resistant ascites yaitu ascites yang tidak dapat di mobilisasi
dengan restriksi natrium (50mEq/hari) dan terapi intensif diuretik selama 1 minggu dan
Diuretic intractable ascites yaitu ascites yang tidak dapat di mobilisasi dan di cegah
recurentnya karena munculnya diuretic induced komplikasi yang menghalagi
penggunaan dosis efektif diuretik. (6)
Strategi penatalaksanaan meliputi paracentesis volume besar berulang dengan
pemberian plasma expander dan Trans jugular intrahepatic portosystemic
shunt(TIPS).Peritoneovenous shunts telah ditinggalkan karena banyak komplikasinya.
Transplantasi hati di prioritaskan pada ascites refrakter.
Pengulangan paracentesis volume besar dengan pemberian albumin diterima
luas sebagai terapi ascites refraktory. Umumnya pasien membutuhkan paracentesis
setiap 2-4 minggu dan bisa dilakukan lewat poliklinis. Namun cara ini tidak
mempengaruhi mekanisme akumulasi cairan ascites sehingga bisa segera terjadi ascites
berulang setelah paracentesis.
TIPS efktif mencegah ascites rekuren pada pasien ascites refrakter. TIPS
menurunkan aktifitas retensi natrium dan memperbaiki respon renal terhadap diuretik.
Kelemahan cara ini adalah tingginya kejadian stenosis shunt (>75% sesudah 6-12 bulan)
yang akan memicu ascites rekuren, encefalopaty hepatic, biaya mahal dan tidak tersedia
di beberapa center.(3,9)
6
Algoritme Penatalaksanaan Ascites (5)
A. Paracentesis
Kelebihan
Dapat dikerjakan secara poliklinis
Cepat menyembuh
Resiko relative rendah
Kekurangan
Tidak menghilangkan ascites
Harus diikuti secara teratur
Menurunkan cadangan protein
Meningkatkan resiko SBP
Memicu gagal ginjal
7
Cara kerjanya adalah dengan menurunkan tekanan porta intrahepatik sehingga
menurunkan tekanan vena splankhnik dan terjadi penurunan ascites
Mulai popular awal 1990 dan dilakukan pada pasien-pasien khusus.
Kontraindikasi TIPS
Absolut
Pencegahan primer perdarahan varices
CHF
Kista hepar multiple
Unrelieved biliery obstruction
Severe Pulmonary HTN
Infeksi sistemik atau sepsis yang tidak terkontrol
Relatif
Hepatoma
Obstruksi semua vena hepatica
Trombosis vena porta
Platelet < 20
Moderate Pulmonary HTN
INR >5
8
MetodeTIPS(5)
50% pasien yang dilakukan TIPS bebas dari ascites dalam 1 tahun, sedangkan
pasien dengan paracentesis hanya 12% dalam setahun yang bebas ascites.
9
TIPS tidak mempengaruhi mortalitas pasien ascites
Tidak ada peningkatan mortalitas sehubungan dengan hepar
10
Perbandingan biaya TIPS dan Paracentesis
C. Portocaval Shunts
Dilakukan anastomose vena porta dan vena cava superior sehingga menurunkan
tekanan portal. (6)
Kelebihan(5)
Prosedur lebih sederhana
Dapat dikerjakan dengan anestesi local
Memperbaiki fungsi renal
Menurunkan ketergantungan pada paracentesis serial
Menurunkan perubahan SBP
Kekurangan
Resiko obstruksi dan stenosis shunt
Resiko DIC
Portocaval shunt efektif menurunkan ascites tetapi resikonya tinggi,yaitu
Ensefalopaty post operatif
Tidak memperbaiki harapan hidup jangka pendek atau panjang
Gagal jantung
Perbandingan TIPS dan Surgical Shunt menunjukan kelebihan TIPS, yaitu:
Kontrol ascites terbaik
Patensi jangka panjang terbaik
Sangat sedikit infeksi sehubungan dengan shunt
11
Tidak ada perbedaan mortalitas
D. Peritoneovenous Shunt
Dikembangkan oleh LeVeen tahun 1974.Shunt berupa saluran yang ditanam di
subcutan menghubungkan cavum peritoneal dan vena cava superior melalui sebelah
kanan vena jugular interna. Cairan ascites dikeluarkan ke sirkulasi melalui katup tekanan
tidak langsung.(6)
Tehnik ini telah ditinggalkan karena komplikasinya yang besar dan tidak adanya
perbaikan harapan hidup dibanding paracentesis.Namun pada penelitian sooriakumaran
tahun 2005 menyimpulkan bahwa peritoneovenous shunt efektif untuk terapi ascites
intractable pada anak-anak.(7)
DAFTAR PUSTAKA
1. Kliegmann R,Waldo E.Ascites.Nelson Text Book of Pediatrics Ed
18th.2007:2:1774
2. Juan Rodes,MD,Jean Pierre Benhamon MD,Jurg Reichen MD. Pathogenesis,
diagnosis and treatment of ascites in cirrhosis. Text Book of Hepatology Third
Edition.2007. 666
3. Pere Gines,Andres Cargenas,Vicente Arroyo,Juan Rodes.Management of
Cirrhosis and Ascites.New England Journal Medicine.2004;350;1646-54.
4. Bruce A Runyon,Marshall M Kaplan,Peter AL Bonis. Diagnosis and Evaluation
of Patient with ascites.www.update.com.2008.
5. Michael A Heller.Optimal Management of Ascites:TIPS;2007
6. H Suzuki, AJ Stanley.Current management and novel therapeutic strategies for
refractory ascites and hepatorenal syndrome.Q J Med.2001;94;293-300.
7. P Sooriakumaran, H F McAndrew, EM Kiely,L Spitz, A Pierro.Peritoneovenous
shunting is an effective treatment for intractable ascites.Post Graduate Medical
Journal.2005;81;259-261.
8. Thuluvath PJ, Bal JS, Mitchell S, Lund G, etc.TIPS for Management of
refractory Ascites:Response and survival are both Inpredictable.Digestive
Diseases and Science,vol 48,Number 3,March 2003,pp.542-550(9).
9. JoseSuch,Bruce A Runyon, Paul Angulo, Peter AL Bonis.Treatment of diuretic-
resistant ascites in patients with cirrhosis.www.update.com.2008.
12