Krisis tiroid
Diajukan Kepada :
Disusun Oleh :
Abdul aziz
30101306849
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
II.ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 25 juli 2017 pukul 16.00 WIB di bangsal Lili
dengan alloanamnesis dan status rekam medik.
KeluhanUtama
Sesak nafas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Kalijaga Demak dengan keluhan Sesak nafas sejak 8 hari
yang lalu . Sesak dirasakan hilang terus menerus disertai nyeri ulu hati. Tidak membaik
saat istirahat. Selain itu disertai Mual dan muntah 3x sehari ± 4 hari sebelumnya pasien
merasakan sering berdebar dan gemetraran tanpa sebab yang pasti, dan tidak mereda saat
istirahat. Pasien lebih suka udara dingin. Pasien mengeluh sering mudah lelah dan sesak
nafas padahal tidak melakukan aktivitas apapun, dan emosi cenderung labil juga gelisah.
Pasien juga merasakan sering gugup dan mudah berkeringat. Satu bulan terakhir pasien
merasakan nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan yang drastis. Mual (+)
Muntah (+) demam (-)
III.PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Kesadaran : koma
KeadaanUmum : tampak lemah
Tanda Vital
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Nadi : 130 kali/menit
Suhu : 37,2C
Pernapasan : 30 kali/menit
Berat Badan : 42 kg
Kepala : Mesocephal, rambut hitam berdistribusi merata, dan tidak
mudah dicabut.
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), Mata cekung (-
/-). Injeksi konjungtiva (-/-),eksoftalmos (+/+),Retraksi
Palpebra (+/+)
Hidung : Deviasi septum (-), rhinorrhea (-/-), epistaksis (-/-)
Telinga : Nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik telinga
Mulut
Bibir : Sianosis (-). kering (+), sariawan (-)
Lidah : Lidahkotor (-), deviasi (-), tremor (-), atrofi papil (–)
Gusi&mukosa: warna merah muda, perdarahan (-)
Faring : Hiperemis -, tonsil T0-T0
Leher : Trakea di tengah, kelenjar tiroid membesar. Massa simetris,
rata, tidak nyeri, dan imobile
Thorax
Dada BagianDepan
Inspeksi :Bentuk dada bagian depan normal
Tidak tampak retraksi suprasternal, supraclavicular, dan
intercostae, sela iga tidak melebar
Pergerakan dada simetris.
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perbandingan gerakan nafas sama kuat, pergerakan dada
simetris
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi
Kanan : Suara napas vesikuler, rhonki +, wheezing -
Kiri : Suara napas vesikuler, rhonki +, wheezing -
Jantung
Inspeksi :Tidak tampak pulsasi iktuscordis
Palpasi :Iktus cordis teraba di ICS 5 linea mid clavicula sinistra 2 cm ke
medial
Perkusi :
Batas atas jantung berada di ICS 2 linea sternalis sinistra
Batas pinggang jantung berada di ICS 3 linea parasternalis sinistra
Batas bawah jantung kanan berada di ICS 5 linea sternalis dextra.
Batas bawah jantung kiri berada di ICS 5, linea midclavicula sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II terdengar regular takikardi, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen
Inspeksi : permukaan cembung, distensi (-), warna sama seperti kulit sekitar,
spider nevi (-) , umbilicus cembung (-)
Auskultasi : bising usus (-)
Perkusi :
Timpani Timpani Timpani
Timpani Timpani Timpani
Timpani Timpani Timpani
Ektremitas
Superior Inferior
Akraldingin +/+ +/+
Oedem -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capillary Refill <2 detik / <2 detik <2 detik / <2 detik
Gerak Dalam batas normal Dalam batas normal
5/5 5/5
5/5 5/5
B. Skor indeks wayne
<11 eutiroid
11-18 normal
>19 hiperiroid
C. Skor Burch and Wartosky
A. Laboratorium
HASIL
HEMATOLOGI NILAI NORMAL
17/7/2017 17/7/2017
Hemoglobin 12,5 g/dl 11,7 – 15,5
Hematokrit 39,1 % 35 – 47
Jumlah leukosit 8,5 /uL 3,6 – 11
Jumlah trombosit 337.000 /uL 150.000 - 400.000
HASIL
KIMIA KLINIK NILAI NORMAL
21/7/2017
Ureum 87,3 0-40
Creatinin 3,5 0,5 – 1,2
SGOT 40 <37
SGPT 44 9-43
Albumin 2,4-4,8
GDS 87 70-115
Natrium 145,07 135,0-147,0
Kalium 3,40 3,50-5,0
Calsium 11,62 8,1 – 10,4
HbsAg Negatif Negatif
CKMB 0-24
Cholesterol total 111 <200
Trigliccseride 537 <150
D. EKG :
Irama :Sinus
Regularitas :Reguler
E. X foto thorak
V. PROBLEM LIST
Anamnesis:
1. Sesak nafas
2. Benjolan di leher
3. Demam tinggi
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
1. Krisis tiroid
Ass
Krisis tiroid, Hipertiorid draves diseasee, shok cardiogenik
Ip. Dx: darah rutin, EKG, X foto thorak
Ip. Tx:
Balance cairan /8jam
PTU 3 x 200 mg
N acesetilcyctein
Propnalol 10 mg
Digoksin ½ tablet
Inj ceftriakson 2x1
Inj ranitidin 3x1
Inj paracetamol 3x500
Inj Metil prednisolon 62,5 g
Ip. Mx: TTV, EKG
Ip. Ex: edukasi pada keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita pasien,
Prognosis :
Advitam : dubia ad malam
Adfunctionam : dubia ad malam
Adsanationam : dubia ad malam
VIII. TINJAUAN PUSTAKA
Iodium eksogen
Struma ovarium
Mc-Cune Albright)
Ketidak patuhan dalam mengkonsumsi obat tiroid, ditambah dengan terapi dengan
dosis yang tidak adekuat juga bisa mempengaruhi terjadinya krisis tiroid ini
Tirotoksikosis ini dapat memberikan tanda serta gejala yang bervariasi pada
berbagai sistem organ. Adapaun berbagai tanda dan gejala dapat
Terlihat pada tabel 2 di bawah ini.
Kebingungan Tremor
Gastrointestinal Hiperdefekasi
Diare
Penurunan libido
Tenderness
Krisis tiroid adalah keadaan klinis berat dan mengancam jiwa akibat
eksaserbasi akut dari tirotoksikosis. Kejadiannya 1-2% dari pasien yang dirawat
dengan atau tanpa riwayat pengobatan antitroid sebelumnya. Kejadian krisis tiroid
sebagian besar terjadi pada Graves Disease dengan putus obat atau dapat pula
pada hipertiroidism yang belum terdiagnosis. Gejala klinis yang sering muncul
adalah hiperpireksia, berkeringat, takikardia hingga atrial fibrilasi, mual, muntah,
diare, agitasi, dan perubahan kesadaran. Kadang dapat pula disertai ikterus yang
menjadi petanda prognosis yang buruk. Pada krisis tiroid, pola peningkatan kadar
T4 dan T3 bebas dengan penekanan kadar tirotropin (<0.05µU/mL) sebanding
dengan kadar hormon tersebut saat tirotoksikosis. Setelah sintesis dari hormon
tiroid, kelenjar tiroid utamanya mensekresikan T4. Diperkirakan 80% dari T3
yang bersirkulasi berasal dari monodeiodinasi T4 di jaringan perifer, dimana
hanya 20% T3 yang dihasilkan langsung oleh kelenjar tiroid.Pada kondisi krisis
tiroid ini juga dapat ditemukan beberapa gambaran dari laboratorium yang
berhubungan dengan tirotoksikosis, seperti contoh hiperglikemia, hiperkalsemia,
leukositosis, abnormalitas enzim hati, peningkatan enzim alkali phospatase, dan
peningkatan glikogenolisis .
Disfungsi pengaturan
panas Disfungsi kardiovaskular
Suhu (dalam 0
Fahrenheit) Takikardia ( dalam x/menit)
99-99,0 5 99-109 5
100-100,9 10 110-119 10
101-101,9 15 120-129 15
102-102,9 20 130-139 20
103-103,9 25 >140 25
Sedang(delirium,psikosis,letargi
berat) 20 Berat(edema paru) 15
Disfungsi gastrointestinal-
hepar Tidak ada 0
Ringan(diare,nausea/muntah/nyeri perut)
10 Riwayat pencetus
1
Positif 0
Ada tiga mekanisme fisiologis yang diketahui dapat menyebabkan krisis tiroid:
1. Pelepasan seketika hormon tiroid dalam jumlah besar
2. Hiperaktivitas adrenergik
3. Lipolisis dan pembentukan asam lemak yang berlebihan (Hudak & Gallo, 1996).
Factor pencetus krisis hingga kini belum jelas namun diduga dapat berupa free-
hormon meningkat, naiknya free-hormon mendadak, efek T3 paska transkripsi,
meningkatnya kepekaan sel sasaran dan sebagainya. Dan factor resikonya dapat berupa
surgical crisis (persiapan operasi yang kurang baik, belum eutiroid), medical crisis (stress
apapun, fisik maupun psikologis, infeksi dan sebagainya) (Sudoyo, dkk, 2007).
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), tanda-tanda pada orang dengan krisis tiroid berupa:
2.4 Patofisiologi
Produksi hormone
tiroid meningkat
cairan Agitasi,
kejang, koma
Aritmia,
takikardi
penurunan curah
jantung
Test yang paling sering dilakukan adalah penentuan T4 serum dengan tekhnik
radioimunoassay atau pengikatan kompetitif nilai normal berada diantara 4,5 dan
11,5 µg/dl ( 58,5 hingga 150 nmol/L) dan terjadi peningkatan pada krisis tiroid.
2. Test T3 serum
Adalah test yang mengukur kandungan T3 bebas dan terikat, atau T3 total dalam
serum dengan batas normal adalah 70 hingga 220 µg/dl ( 1,15 hingga 3,10 nmol/L)
dan meningkat pada krisis tiroid.
Merupakan pemeriksan untuk mengukur secara tidak langsung kadar TBG tidak
jenuh. Tujuannnya adalah untuk menentukan jumlah hormon tiroid yang terikat
dengan TBG dan jumlah tempat pengikatan yang ada. Nilai Ambilan Resin T3
normal adal 25% hingga 35% ( fraksi ambilan relatif : 0,25 hingga 0,35 ) yang
menunjukan bahwa kurang lebih sepertiga dari tempat yang ada pada TBG sudah
ditempati oleh hormone tiroid. Pada krisis tiroid biasanya terjadi peningkatan.
Merupakan cara langsung untuk memeriksa cadangan TSH dihipofisis dan akan
sangat berguna apabila hasil test T3 serta T4 tidak dapat dianalisa. Test ini sudah
jarang dikerjakan lagi pada saat ini, karena spesifisitas dan sensitifitasnya
meningkat.
6. Tiroglobulin
2.6 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis pada krisis tiroid mempunyai 4 tujuan yaitu menangani
faktor pencetus, mengontrol pelepasan hormon tiroid yang berlebihan, menghambat
pelepasan hormon tiroid, dan melawan efek perifer hormon tiroid (Hudak & Gallo,
1996).
Penatalaksanaan medis krisis tiroid meliputi:
a. Koreksi hipertiroidisme
1) Menghambat sintesis hormon tiroid
Obat yang dipilih adalah propiltiourasil (PTU)atau metimazol. PTU lebih
banyak dipilih karena dapat menghambat konversi T4 menjadi T3 di
perifer. PTU diberikan lewat selang NGT dengan dosis awal 600-1000 mg
kemudian diikuti 200-250 mg tiap 4 jam. Metimazol diberikan dengan dosis
20 mg tiap 4 jam, bisa diberikan dengan atau tanpa dosis awal 60-100mg.
2) Menghambat sekresi hormon yang telah terbentuk
Obat pilihan adalah larutan kalium iodida pekat (SSKI) dengan dosis 5 tetes
tiap 6 jam atau larutan lugol 30 tetes perhari dengan dosis terbagi 4.
3) Menghambat konversi T4 menjadi T3 di perifer
Obat yang digunakan adalah PTU, ipodate, propanolol, dan kortikosteroid.
4) Menurunkan kadar hormon secara langsung
Dengan plasmafaresis, tukar plasma, dialisis peritoneal, transfusi tukar, dan
charcoal plasma perfusion. Hal ini dilakukan bila dengan pengobatan
konvensional tidak berhasil.
5) Terapi definitif
Yodium radioaktif dan pembedahan (tiroidektomi subtotal atau total).
b. Menormalkan dekompensasi homeostasis
1) Terapi suportif
a) Dehidrasi dan keseimbangan elektrolit segera diobati dengan cairan
intravena
b) Glukosa untuk kalori dan cadangan glikogen
c) Multivitamin, terutama vitamin B
d) Obat aritmia, gagal jantung kongstif
e) Lakukan pemantauan invasif bila diperlukan
f) Obat hipertermia (asetaminofen, aspirin tidak dianjurkan karena dapat
meningkatkan kadar T3 dan T4)
g) Glukokortikoid
h) Sedasi jika perlu
2) Obat antiadrenergic
Yang tergolong obat ini adalah beta bloker, reserpin, dan guatidin. Reserpin
dan guatidin kini praktis tidak dipakai lagi, diganti dengan Beta bloker.
Beta bloker yang paling banyak digunakan adalah propanolol. Penggunaan
propanolol ini tidak ditujukan untuk mengobati hipertiroid, tetapi mengatasi
gejala yang terjadi dengan tujuan memulihkan fungsi jantung dengan cara
menurunkan gejala yang dimediasi katekolamin. Tujuan dari terapi adalah
untuk menurunkan konsumsi oksigen miokardium, penurunan frekuensi
jantung, dan meningkatkan curah jantung. Pengobatan faktor pencetus
Obati secara agresif faktor pencetus yang diketahui, terutama mencari fokus
infeksi, misalnya dilakukan kultur darah, urine, dan sputum, juga foto dada
(Bakta & Suastika, 1999).
2.7 Komplikasi
Meski tanpa adanya penyakit arteri koroner, krisis tiroid yang tidak diobati
dapat menyebabkan angina pektoris dan infark miokardium, gagal jantung kongestif,
kolaps kardiovaskuler, koma, dan kematian (Hudak&Gallo, 1996).
2. Bahn RS, Burch HB, Cooper D, Garber JR, Greenle CM, Klein I, et al.
Hyperthroidism and Other Causes of Thyrotoxicosis : Management
Guidelines of The American Thyroid Association and American Association
of Clinical Endocrinologists.Endocr. Pract. 2013;17(3): 1-65.
9. Juffrie M, Meer GM, Hack CE, Hassnoot K, Veerman AJ, Thijs LG.
Inflammatory Mediators in dengue virus infection in children :
Interleukin-6 and it’s relation to C-Reactive Protein and Secretory
Phospholipase A2. Am. J. Trop. Med. Hyg. 2001; 65: 70-5.
12. Sarlis JN, Gourgitotis F. Thyroid Emergencies. Rev. End. Metab. Dis.
2003; 4: 129-36.