Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

A. Judul Praktikum : Pencegahan Infeksi : Sterilisasi dan Hand Hygiene


B. Tanggal Praktikum : Jumat/ 28 September 2018
C. Dasar Teori
Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani, micros (kecil), bios (hidup) dan logos
(ilmu). Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroba, jasad renik.
Mikroba adalah organisme yang ebrukuran sangat kecil (biasanya kurang drai 1mm)
sehingga untuk mengamatinya membutuhkan alat bantuan. Mikroba yang secara
alamiah menghuni tubuh manusia disebut flora normal atau mikrobiota. (Irianto,
2013).
Flora normal yang menempati tubuh manusia terdiri dari dua jenis yaitu flora
normal atau mikroorganisme sementara (transient microorganism) dan
mikroorganisme tetap (resident microorganism). Flora transient terdiri atas
mikroorganisme non patogen atau potensial patogen yang tinggal di kulit atau mukosa
selama kurun waktu tertentu (jam, hari atau minggu), berasal dari lingkungan yang
terkontaminasi (Rahmawati dan Triana 2008).
Mikroorganisme transient terdiri dari mikroorganisme nonpatogen yang
berpotensi untuk menjadi pathogen. Flora ini pada umumnya tidak menimbulkan
penyakit (mempunyai patogenisitas lebih rendah) dan jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan flora tetap. Jika terdapat gangguan pada resident flora, maka
mikroorganisme transient dapat berpoliferasi dan menimbulkan penyakit (Adi dkk.
2010).
The Association for Professionals in Infection Control (APIC) memberikan
pedoman bahwa mikroorganisme transien adalah mikroorganisme yang diisolasi dari
kulit, tetapi tidak selalu ada atau menetap di kulit. Mikroorganisme transien, yang
terdiri atas bakteri, jamur, ragi, virus dan parasit, terdapat dalam berbagai bentuk, dari
berbagai sumber yang pada akhirnya dapat terjadi kontak dengan kulit. Biasanya
mikroorganisme ini dapat ditemukan di telapak tangan, ujung jari dan di bawah kuku.
Kuman patogen yang mungkin dijumpai di kulit sebagai mikroorganisme transien
adalah Escherichia coli, Salmonella sp, Shigella sp, Clostridium perfringens, Giardia
lamblia, virus Norwalk dan virus hepatitis A (Rahmawati dan Triana 2008).
Mikroorganisme resident terdiri dari mikroorganisme yang sering ditemukan di
kulit dengan tipe yang relatif sama yang ditemukan pada epidermis dan celah kulit,
melekat lebih kuat pada permukaan kulit dan sulit untuk dilepaskan. Mempunyai
fungsi untuk mempertahankan keadaan dan fungsi normal tubuh. Flora resident
(tetap) terdiri atas mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya dijumpai pada bagian
tubuh tertentu dan pada usia tertentu pula, jika terjadi perubahan lingkungan, mereka
akan segera kembali seperti semula. (Adi dkk. 2010)
Flora resident (tetap) yang paling sering dijumpai adalah Staphylococcus
epidermidis dan stafilococcus koagulase negatif lainnya, Corynebaterium dengan
densitas populasi antara 102 – 103 CFU/cm2. Flora resident tidak bersifat patogen,
kecuali Staphylococcus aureus. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit jika telah
mencapai jumlah 1.000.000 atau 106 per gram, suatu jumlah yang cukup untuk
memproduksi toksin. Flora anaerobik seperti Propionibacterium acne, tinggal di
lapisan kulit lebih dalam, dalam folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar
sebasea. P. acne menempati bagian kulit yang berminyak. Sedikit populasi jamur
(Pityrosporum) juga ditemukan sebagai mikroorganisme tetap. Jenis dan jumlah
mikroorganisme tetap bervariasi dari satu individu ke individu lainnya dan berbeda di
antara regio tubuh. Sebagian besar mikroorganisme tetap tidak berbahaya (Rahmawati
dan Triana 2008).
Untuk mengurangi dan mencegah kontaminasi oleh mikroba serta mengurangi
peristiwa infeksi maka dilakukan hand hygiene.Hand hygiene (kebersihan tangan)
adalah istilah yang digunakan untuk mencuci tangan menggunakan sabun dan air atau
handrub berbasis alkohol yang bertujuan untuk mengurangi atau mencegah
berkembangnya mikroorganisme di tangan. Hand hygiene merupakan cara paling
efektif untuk mencegah HAIs (Hospital Associated Infections) . Pada tahun 2009,
WHO mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care,
yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene untuk petugas kesehatan
dengan My five moments for hand hygiene , yaitu melakukan cuci tangan sebelum
bersentuhan dengan pasien, sebelum melakukan prosedur bersih dan steril, setelah
bersentuhan dengan cairan tubuh pasien, setelah bersentuhan dengan pasien, setelah
bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien. ( Ernawati,2014)
Hospital Associated Infections (HAIs) merupakan infeksi terkait pelayanan
kesehatan masih menjadi permasalahan di dunia terutama di Negara Indonesia. HAIs
adalah infeksi yang didapatkan dan berkembang selama pelayanan kesehatan . Salah
satu penyebabnya adalah karena kepatuhan hand hygiene petugas kesehatan masih
rendah. Penyebab HAIs tersebut 80% ditularkan melalui tangan. Petugas di rumah
sakit bukan hanya petugas medis tetapi juga termasuk petugas non medis . Petugas
non medis di rumah sakit merupakan salah satu petugas yang memiliki yang memiliki
resiko menularkan patogen melalui tangan, karena meskipun tidak memberikan
intervasi langsung kepada pasien, petugas non medis memiliki peluang yang besar
berada pada salah satu dari five moments for hand hygiene.
Menurut WHO dan Ketua Himpunan Perawat Pengendalian Infeksi Indonesia,
tangan merupakan salah satu pintu masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh.
Menjaga kebersihan tangan menjadi salah satu pertahanan awal untuk menjaga
kesehatan. Data WHO menunjukkan, tangan mengandung bakteri yang jumlahnya
39.000 – 460.000 CFU/cm2 yang berpotensi tinggi menyebabkan penyakit infeksi
menular dan berkontribusi sebesar 3,5% dari total kematian di Indonesia . Pencegahan
penyebaran bakteri, virus dan jamur yang paling tepat adalah dengan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air yang mengalir. (Walidah, 2014)

D. Alat dan Bahan


I. Alat
 3 cawan Petri berisi media Nutrient Agar (NA)
 3 Cotton swab steril
 1 lampu spiritus
II. Bahan
 Media cair Nutrient Broth (NB)
 Sabun cuci tangan
 Air mengalir
 Antiseptik tangan berbahan dasar alkohol atau Larutan Alkohol 70%

E. Prosedur Kerja
I. Sebelum mencuci tangan
Teknik pengambilan sampel sebelum mencuci tangan adalah sebagai berikut :
a. Celupkan kapas lidi steril ke dalam media NB
b. Oleskan kapas lidi ke permukaan telapak tangan sebanyak 3 kali
c. Oleskan kapas lidi pada permukaan media NA pada cawan Petri 8
d. Inkubasi pada suhu 37 °C selama 18-24 jam
e. Amati pertumbuhan koloni
II. Setelah mencuci tangan tujuh langkah
a. Prosedur mencuci tangan
Kedua telapak tangan dibasuh dengan air mengalir/air kran, lalu
gunakan sabun hingga menutupi permukaan telapan tangan. Kegiatan
pencucian dilanjutkan dengan melakukan prosedur mencuci tangan
tujuh langkah menurut WHO
(2009), yaitu:
1) Gosok kedua telapak tangan secara bergantian sehingga kedua
telapak tangan terkena sabun.
2) Gosok kedua punggung tangan secara bergantian dan gosok
diantara jari jemari tangan secara bergantian sehingga kena
sabun
3) Gosok kedua telapak tangan dan diantara jari jemari secara
bergantian sehingga kena sabun
4) Gosok punggung jari yang saling mengunci pada telapak
satunya,secara bergantian
5) Gosok jempol,dan jari jari tangan lainnya , secara memutar
bergantian di kedua tangan
6) Gosok gosoklah ujung ujung kuku pada telapak tangan,
sehingga busa sabun masuk kedalam sela sela kuku,secara
bergantian dikedua tangan
7) Pegang pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan &
sebaliknya, gerakan memutar gosok pergelangan tangan secara
memutar dari pergelangan tangan sampai siku secara
bergantian Prosedur di atas dilakukan selama 15-20 detik.
Kedua telapan tangan lalu disiram dengan air mengalir, lalu
dikeringkan menggunakan kain yang bersih.
b. Prosedur pengambilan sampel setelah mencuci tangan
1) Celupkan kapas lidi steril ke dalam media NB
2) Oleskan kapas lidi ke permukaan telapak tangan sebanyak 3
kali
3) Oleskan kapas lidi pada permukaan media NA pada cawan
Petri
4) Inkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam
5) Amati pertumbuhan koloni.
III. Setelah menggunakan antiseptik/larutan alkohol 70%
a. Prosedur mencuci tangan dengan antiseptik tangan berbahan
dasar alkohol atau larutan alkohol 70%
1. Aplikasikan antiseptik pada permukaan tangan, hingga
menutupi permukaan.
2. Gosok kedua telapak tangan 10
3. Gosok kedua punggung tangan secara bergantian dan gosok
diantara jari jemari tangan secara bergantian.
4. Gosok kedua telapak tangan dan diantara jari jemari secara
bergantian Gosok punggung jari yang saling mengunci pada
telapak satunya,secara bergantian.
5. Gosok jempol,dan jari jari tangan lainnya, secara memutar
bergantian di kedua tangan.
6. Gosok gosoklah ujung-ujung kuku pada telapak tangan.
7. Pegang pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan &
sebaliknya , gerakan memutar gosok pergelangan tangan secara
memutar dari pergelangan tangan sampai siku secara
bergantian.
b. Prosedur pengambilan sampel setelah mencuci tangan
Prosedur pengambilan sampel setelah mencuci tangan
1) Celupkan kapas lidi steril ke dalam media NB
2) Oleskan kapas lidi ke permukaan telapak tangan sebanyak 3
kali
3) Oleskan kapas lidi pada permukaan media NA pada cawan
Petri
4) Inkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam
5) Amati pertumbuhan koloni.

F. Hasil Pengamatan & Pembahasan


I. Sebelum cuci tangan
II. Sesudah cuci tangan menggunakan air dan sabun antibacteria

III. Sesudah cuci tangan menggunakan antiseptik

Pada praktikum ini dilakukan uji coba terhadap tangan yang diberi perlakuan
berbeda. Pada sampel pertama, tangan tidak diberi perlakuan apa-apa/tangan yang
belum disterilkan.Pada percobaan dapat dibandingkan jumlah mikroba pada saat
sebelum mencuci tangan, sesudah mencuci tangan menggunakan air dan sabun
antibacterial, dan juga menggunakan antiseptik. Terlihat perbandingan jumlah
mikroba yang terlihat berbeda jauh dan berkurang pada setiap tahap yang dilakukan.
Tangan yang tidak diberikan perlakuan apa-apa memiliki jumlah koloni kuman yang
lebih banyak dibandingkan dengan kedua sampel lain dari tangan yang telah diberi
perlakuka. Pada sampel kedua, yaitu tangan di cuci dengan air dan menggunakan
sabun antibacterial, koloni kuman pada tangan terlihat berkurang hal ini dikarenakan
kandungan kandungan di dalam sabun yang dapat membasmi kuman serta di bilas
dengan air. Pada sampel ketiga, yangmenggunakan antiseptik berupa alkohol, dapat
dikatakan bahwa jumlah koloni kuman berkurang lebih drastis, bahkan hampir tidak
ada. Cuci tangan dengan menggunakan alkohol dapat berguna sebagai antimikroba
(protein denaturasi), menghancurkan bakteri vegetatif, jamur, dan virus.

G. Kesimpulan
Hand hygiene sangatlah penting untuk menjaga kebersihan dan kesterilan
tangan, terutama dalam melakukan prosedur-prosedur medis. hand hygiene dapat
dilakukan dengan dua cara, yakni dengan mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir dan mencuci tangan menggunakan cairan antiseptik/larutan alkohol 70%.
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa had hygiene dengan menggunakan (....)
lebih efektif dalam menghilangkan mikroba daripada menggunakan (....). Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya koloni bakteri yang muncul di media agar, dimana koloni
bakteri di sampel (....) lebih banyak daripada di sampel (....).

H. Daftar Pustaka
Ernawati, Elies, dkk 2014,“Penerapan hand hygiene perawat di ruang inap Rumah
Sakit”. Jurnal kedokteran Brawijaya, vol. 28, Suplemen no.1, 2014.

Saparadi, Vivi Syofia, dkk 2018,“ Analisis pelaksanaan manajemen pencegahan dan
pengendalian Health Care Associated Infections”. Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018.

Walidah, Isnaeni,dkk 2014,“Daya bunuh hand sanitizer berbahan aktif alkohol 59%
dalam kemasan setelah penggunaan berulang terhadap angka lempeng total”, Jurnal
Teknologi Laboratorium, vol.3 no.1.
Adi, HD, Rahmi, HA, dkk 2010. Pemeriksaan Kuman Sebelum dan Sesudah
Pencucian Tangan. Bagian Ilmu Bedah Orthopaedi Rumah Sakit Hasan Sadikin
Bandung. Sumedang: Fakultas Kedokteran Universitas Padjadajran.

Rahmawati, FJ % Triana, SY 2008, Perbandingan Angka Kuman pada Cuci Tangan


dengan Beberapa Bahan Sebagai Standarisasi Kerja di Laboratorium Mikrobiologi,
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.

Irianto, K 2013,Mikrobiologi Jilid I. Bandung: Yrama Widya.

Anda mungkin juga menyukai