TINJAUAN PUSTAKA
Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis
dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuannya adalah
menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan
dari kedua belah tangan. Sabun biasa membutuhkan friksi (penggosokan) untuk
Cuci tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan cuci
tangan menggunakan sabun antimicrobial, iritasi kulit jauh lebih rendah apabila
yang kotor dan alat lainnya, menyentuh selaput lendir, darah, kontak yang lama
dan intensif dengan pasien) setelah melepas sarung tangan (Abdullah, 2014).
8
9
Cuci tangan sangat berguna untuk membunuh kuman penyakit yang ada
ditangan. Tangan yang bersih akan mencegah penularan penyakit seperti diare,
mencuci tangan, maka tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman (Atikah
dkk, 2012).
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir bila tangan terkontaminasi
perawatan pasien
perawatan pasien
bersih
d. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau handrub sebelum
e. Bila sudah cuci tangan alcohol handrub tidak perlu menggunakan sabun
perawat. Maka di
perlukan teknik mencuci tangan yang benar bagi petugas kesehatan yang
kontak dengan pasien. Menurut Abdullah (2014), teknik cuci tangan ada dua
cara :
b) Handuk bersih
2) Prosedur pelaksanaan
d) Basahi tangan dengan air mengalir, gunakan sabun secara merata pada
kedua tangan
secara bergantian
pembedahan.
dari kedua belah tangan. Cuci tangan dengan sabun biasa dan air yang
besar pada jumlah microbial pada tangan, meningkatkan kesehatan kulit dan
b) Bahan antiseptic
d) Spon
2) Prosedur pelaksanaan
gunakan sabun kearah lengan bawah, lakukan hal yang sama pada
sebelah tangan
dengan sopan. Mengulangi hal yang sama pada lengan lain. Lakukan
anginkan. Sela tangan dimulai dari ujung jari hingga siku. Untuk
k) Pakai sarung tangan bedah yang steril atai DTT pada kedua tangan.
merupakan garis pertahan tubuh yang pertama dari kuman penyakit. Dalam
2014).
Cuci tangan menjadi salah satu langkah yang efektif untuk memutuskan
dokter dan seluruh orang yang terlibat dalam perawatan pasien. Salah satu
clean care is safecare, yang artinya adalah perawatan yang bersih maupun
higienis adalah perawatan yang aman untuk keselamatan pasien (patient safety)
tangan untuk petugas kesehatan dengan five moments for hand hygiene atau 5
Mencuci tangan segera setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien yang
ngan sekitarnya dan ketika meninggalkan ruangan pasien bahkan bila tidak
menyentuh pasien dalam situasi mengganti linen tempat tidur pasien dan
diri pada kulit. Jenis mikroorganisme yang termasuk transient flora ini
17
yang terkontaminasi.
Kuman patogen yang dapat berpindah dari satu pasien ke pasien lain
dengan media tangan petugas kesehatan (WHO, 2009). Pada jurnal tersebut
a. Pada kulit pasien terdapat organisme . Tidak hanya pada kulit organisme
kesehatan.
Ada beberapa hal yang menjadi faktor penyebab hal ini terjadi yaitu
adalah kekurangan tenaga di ruangan kerja dan jenis kelamin (Hassan, 2009).
dengan alcohol hand crub (ALC) sebagai anti septik mencuci tangan secara
yang sama juga terdapat dalam jurnal Mani dkk (2010) yaitu pemenuhan hand
hygiene masih rendah dibawah 50% dari yang seharusnya yaitu pelaksanaan
2. Terlalu sibuk untuk melakukan cuci tangan dan tidak ada fasilitas
Dalam jurnal yang berjudul “hand hygiene among health care workers”
tersebut, masalah kekurangan tenaga dan pekerjaan yang padat turut menjadi
alasan rendahnya pelaksanaan cuci tangan. Selain itu, rendahnya akses pada
fasilitas cuci tangan serta iritasi kulit karena pajanan sabun dan air menjadi
alasan pula mengapa pelaksanaan cuci tangan masih rendah dalam jurnal
faktor rendahnya pelaksanaan hand hygiene yaitu karena waktu yang waktu
hygiene, jauh untuk mencapai bak cuci, ketidak pedulian dan tidak setuju
perawat terhadap aturan. Alasan yang hampir serupa seperti tidak terdapat
fasilitas cuci tangan, iritasi dan kering pada kulit, telah menggunakan sarung
alasan terlalu sibuk juga ditemukan pada jurnal yang dituliskan Akyol (2005).
dan faktor penguat yaitu tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan dan motivasi.
1. Faktor Predisposisi
a. Tingkat Pengetahuan
secara terus menerus oleh seseorang dan setiap saat mengalami reorganisasi
kualitas diri orang tersebut, salah satunya adalah pengetahuan yang lebih
contoh, agar terhindar dari penyakit kulit, kita harus mandi dengan bersih
sejalan dengan itu, mencuci tangan tergolong juga baik, (83,33%) cuci
b. Sikap
Ketiga komponen itu adalah komponen kognitif, afektif dan konatif dengan
yang baik atau tidak baik yang dilakukan seseorang terhadap objek atau
orang.
berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap.
Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang
ramah atau apatis. Beberapa tindakan dapat diukur atau dinilai untuk
c. Persepsi
mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi
negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.
Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga
dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung
disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk
3) Perhatian
sekumpulan objek.
d. Tingkat Pendidikan
pikir berpengaruh terhadap perilaku seseorang dengan kata lain pola pikir
seseorang yang berpendidikan yang rendah akan berbeda dengan pola pikir
Pendidikan yang tinggi dari seorang perawat akan memberi pelayanan yang
optimal.
(Perubahan tingkah laku). Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala
pelaku pendidikan.
pengetahuan keluarga tentang kesehatan. Hal ini juga yang turut berpengaruh
yaitu faktor geografis, dimana letak dan kondisi geografis di wilayah tersebut
(Octaviani, 2010).
e. Sosial ekonomi
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan
ntuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi
ekonomi seseorang.
f. Motivasi Perawat
Motivasi kerja berperan seolah bensin yang akan membuat kita tetap
bekerja karena tanpa adanya motivasi kerja yang kuat kita akan mudah sekali
tidak ada kreasi dan semangat untuk menjadikan apa yang dilakukan menjadi
memiliki motivasi kerja yang tinggi dia akan mampu mengeluarkan ide-ide
kesempatan untuk mengerjakan tugas yang lebih tinggi dan karirnya akan
selalu naik.
rumah sakit :
begitu besar dalam peningkatakan kinerja. Jadi, rumah sakit tidak cukup
rumah sakit mampu memberikan gaji selangit, jauh diatas rata-rata gaji,
Jika dikelola dengan baik, sistem imbalan atau reward terhadap perawat
motivasi.
28
Ini yang terpenting. Jika seorang perawat yang memiliki mental yang kuat,
dia akan tetap memiliki motivasi kerja meski ketiga faktor diatas kurang
sempit hanya saat ini saja. Mereka memiliki jiwa besar untuk tetap
atau pencapaian tujuan. Stimulus ekstrinsik dapat berupa hadiah atau insentif,
interaksi intrinsik dan ektrinsik yang dapat dilihat berupa perilaku atau
dan salah satu tujuan dar pelatihan adalah untuk meningkatkan motivasi peserta
untuk belajar. Pelatihan juga dapat meningkatkan motivasi. Begitu juga dengan
simulasi hand hygiene yang merupakan salah satu jenis pelatihan ini tentunya
tinggi, dapat meningkatkan kinerjanya, hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Riyadi (2007) yang menemukan adanya hubungan yang
signifikan antara kinerja dan perilaku. Begitu juga, apabila perawat memiliki
hand hygiene.
Motivasi akan dikaitkan dengan tindakan, sebab motif yang besar tidak
efektif tanpa ada tindakan yang merupakan follow-up dari motof tersebut. Oleh
karena itu, perlu dipahami terlebih dahulu apa sebenarnya tindakan itu.
oleh orang yang melakukakn kegiatan. Ada dua macam perbuatan yaitu (Sadili,
2006) :
kebutuhan.
a. Faktor Enabling
tangan. Mencuci tangan memerlukan alat dan bahan seperti sabun, lap
menyediakannya.
31
2) Pelayanan kesehatan
seseorang untuk melakukan sesuatu atau bekerja adalah berfokus pada tiga
hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan karib, dan
untuk menguasai atau mendominasi orang lain (Sigit, 2008). Jika motivasi
b. Faktor Reinforching
terbentuknya perilaku yang berasal dari orang lain yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku, seperti keluarga, teman sebaya, guru atau petugas
C. Kerangka Teori
Lima hal tersebut yaitu adanya organisme pada kulit pasien atau menyebar
petugas kesehatan lalu organisme bertahan beberapa menit pada tangan petugas
kesehatan, hand hygiene tidak terpenuhi atau hilang sama sekali atau
pelaksanaan hand hygiene yang tidak tepat lalu terdapat kontak langsung
tangan petugas kesehatan pada pasien lain atau lingkungan pasien yang
prosedur oleh petugas kesehatan masih rendah. Secara umum, masih di bawah
50% tingkat pemenuhan hand hygiene yang sesuai dengan prosedur pada
kebersihan tangan oleh perawat pelaksana di instalasi rawat inap Rumah Sakit
Kerangka teori dari penelitian ini yang dikemukakan oleh Green dalam
Faktor Predisposisi
Tingkat Pengetahuan
Sikap
Keyakinan
Persepsi
Sikap
Sosial Ekonomi
Motivasi Perawat
Faktor Enabling
Faktor Reinforcing
Keluarga
Petugas kesehatan
Bagan 2.1
Kerangka Teori