Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

JL SUNTER PERMAI RAYA, SUNTER AGUNG PODOMORO, JAKARTA UTARA 14350

LAPORAN MIKROBIOLOGI
UJI REPLIKA
TES DESINFEKTAN SECARA KUALITATIF

ANDI AULIA FAJERIN 1443050007


NUNUK HANDINI 1443050012
ANDALIA RETNO 1443050020
NURMUTYA 1443050049
Kelompok : Satu (1)
FAKULTAS FARMASI, JURUSAN ILMU FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
TAHUN 2014/2015

I. Tujuan Praktikum : Untuk menentukan tingkat kerendahan bakteri terhadap


zat anti bakteri dan untuk mengetahui aktifitas anti
bakteri.
II.Teori

Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika


yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad
renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan
jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Sedangkan, antiseptik
didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh
pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan
hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan,
lantai, ruangan, peralatan dan pakaian (Signaterdadie, 2009).
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan
sebagai antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan
adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik.
Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau
tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga
dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses
pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan
desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan
bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi
infeksi dengan membunuh mikroorganisme patogen. Disenfektan yang tidak
berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan
antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau
menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedang desinfeksi
digunakan pada benda mati. Disinfektan dapat pula digunakan sebagai
antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.
Disenfektan bersifat bakteriosidal yaitu zat yang dapat membunuh
bakteri. Daya kerja bakteriosidal berbeda dengan bakteriostatik,
Bakteriostatik berjalan searah yaitu bakteri yang telah mati tidak dapat
berkembangbiak lagi meskipun bahan antibakteri telah dihilangkan
bakteriostatik mempunyai karakteristik bila bahan antibakterinya
dihilangkan maka bakteri tersebut dapat tumbuh lagi ini adalah sifat dari
antiseptika. (Lay, 1992).

III.Alat dan Bahan

a. Autoclaf k. Oven
b. Antiseptik : 1). Detol cair l. Spiritus
2). Antis m. Ose
3). Betadine n. Object glass
4). Alkohol 70% o. Sol Kristal violet (Gram Stain)
c. 2 Cawan petri steril p. Sol Fuchsin atau safranin
d. Lempeng/plat agar q. Aqua Dest steril
e. Kompor r. Oilum Inerson
f. Beaker glass s. Mikroskop
g. Spatel t. Kertas saring
h. Timbangan
i. Media TSA dan TSB
j. Plat Tetes

IV.Cara Kerja

A. Proses Sterilisasi Alat


 Cawan Petri dibungkus dengan koran kemudian dimasukkan ke dalam
autoclaf lakukan proses sterilisasi ±2,5 jam.
 Sembari menunggu proses sterilisasi timbang media TSA dan TSB
dalam wadah yang berbeda menggunakan timbangan dengan jumlah
yang dibutuhkan.
 Kemudian TSA dan TSB yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam
satu beaker glass dan ditambahkan aqua dest ±200ml. Panaskan
hingga larutan tersebut mendidih.
 Setelah proses sterilisasi selesai, dan larutan telah mendidih. Larutan
media dimasukkan ke dalam cawan petri.
 Diamkan hingga agar mengeras.
B. Uji Replika
 Plat tetes dibersihkan dan dikeringkan.
 Kemudian, masing-masing antiseptik diteteskan ke masing-masing
lubang (dalam lubang yang berbeda satu dengan yang lain).
 Cuci tangan yang akan digunakan untuk uji replika, hingga bersih dan
dikeringkan.
 Lempeng agar yang telah mengeras dibagi menjadi 5 sektor.
 Ujung 5 jari ditempelkan pada 5 sektor yang telah dibuat :
 Ibu jari tanpa antiseptik ditempelkan pada sektor I .
 Jari telunjuk dengan diusap detol ditempelkan pada sektor II.
 Jari tengah dengan diusap antis ditempelkan pada sektor III.
 Jari manis dengan diusap betadine ditempelkan pada sektor IV.
 Dan jari kelingking yang diusap dengan alkohol 70%
ditempelkan pada sektor V.
 Dimasukkan ke dalam oven pada suhu 37°C dieramkan selama 16- 24
jam.
C. Identifikasi bakteri
 Menggunakan perwarnaan gram, alat dan bahan disiapkan.
 Object glass dan ose dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol 70%.
 Dengan menggunakan spiritus, object glass dan ose diviksasi.
 Aqua dest steril diambil 1-2 sengkelit ose diatas nyala spiritus,
selanjutnya bakteri yang terlihat pada masing-masing agar diambil 1-2
sengkelit ose.
 Viksasi bakteri. Selanjutnya, zat warna I (Kristal violet) diteteskan,
didiamkan 3 menit.
 Setelah 3 menit, disiram dengan aqua dest, larutan lugol diteteskan
dan didiamkan selama 1 menit.
 Setelah 1 menit, larutan dibuang dan dicuci dengan alkohol 95%
sembari digoyang-goyangkan hingga tidak terlihat zat warma yang
mengalir.
 Zat warna kedua diteteskan (Sol Fuchsin atau safranin) didiamkan 3
menit.
 Zat warna kedua dibuang dan dicuci dengan aqua dest , dikeringkan
dengan menggunakan kertas saring.
 Oilum inerson diteteskan, kemudian identifikasi bakteri dengan lensa
objektif perbesaran 100X .
 Hasil yang didapatkan dicatat, serta digambar.

V.Hasil dan Pembahasan

Dari uji replika yang telah dilakukan dengan menggunakan 2 plat agar dan
tangan yang berbeda sebagai pengujian kualitatif. Serta penggunaan 4 antiseptik
sebagai bahan anti kuman yang dujikan. Didapatkan dari masing-masing media
yang terdapat pertumbuhan bakteri, jamur, ataupun kuman dan virus. Data yang
diperoleh adalah sebagai berikut.

Tangan I / Plat agar I

Sektor Antiseptik Hasil


1. Ibu jari (tanpa Antiseptik) Ditumbuhi jamur
2. Jari telunjuk (detol cair) Tidak ditumbuhi
mikroorganisme
3. Jari tengah (antis) Tidak ditumbuhi
mikroorganisme
4. Jari manis (betadine) Tidak ditumbuhi
mikroorganisme
5. Jari kelingking (alkohol 70%) Tidak ditumbuhi
mikroorganisme

Tangan I I/ Plat agar II

Sektor Antiseptik Hasil


1. Ibu jari (tanpa Antiseptik) Ditumbuhi jamur
2. Jari telunjuk (detol cair) Tidak ditumbuhi
mikroorganisme
3. Jari tengah (antis) Tidak ditumbuhi
mikroorganisme
4. Jari manis (betadine) Tidak ditumbuhi
mikroorganisme
5. Jari kelingking (alkohol 70%) Ditumbuhi jamur dan bakteri
Escherichia coli

Dari kedua tabel diatas merupakan hasil praktikum yang kami


dapatkan. Pada tangan I di sektor I ibu jari yang tidak menggunakan
antiseptik ditumbuhi jamur. Penumbuhan jamur dimungkinkan berasal dari
zat warna yang telah rusak, pencucian tangan yang kurang bersih, ataupun
sterilisasi yang kurang baik. Sedangkan, pada tangan II di sektor I ibu jari
yang tidak menggunakan antiseptik juga ditumbuhi jamur dan pada sektor V
dengan antiseptik alkohol 70% ditumbuhi jamur serta bakteri Escherichia
coli. Penumbuhan jamur dimungkinkan karena zat warna yang telah rusak,
pencucian tangan yang kurang bersih, ataupun sterilisasi yang kurang baik
serta adanya bakteri Escherichia coli dimungkinkan karena teman kami
sedang menderita diare. Oleh karena itu, bakteri dimungkinkan menempel
pada tangan penderita.

VI.Kesimpulan

Pada penelitian yang kami lakukan bahwa kesterilitasan alat dan bahan
dalam penanaman dan pembiakan bakteri sangat diperlukan. Apabila kesterilan
kurang baik, maka hal yang tidak kami inginkan akan timbul. Dan indikator yang
digunakan untuk mengetahui jenis bakteri juga perlu dikontrol agar tidak banyak
jamur yang tumbuh. Penelitian yang kami lakukan sebenarnya cenderung
menghasilkan hasil yang diinginkan, hanya saja dalam pencucian tangan yang
kurang baik maka timbul jamur.

VII.Lampiran

“Antiseptik Alkohol 70% pada plat agar II”


“Antiseptik Alkohol 70% pada plat agar II”

“Tanpa antiseptik pada plat agar I”


“Tanpa antiseptik pada plat agar II”

VIII.Daftar Pustaka

1. Ensiklopedia, 2010. Bedah Sesar.


(Online),(http://www.wikipedia.ensiklopedia.com/2010/09/01/bedah-
sesar.html/diakses tanggal, 20-09-2010, jam 03.58 WIB)
2. Hidayat Alimul Aziz, 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
3. Mochtar, Rustam, 2005. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
4. Notoatmodjo Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
5. Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
6. https://www.academia.edu/4776324/disinfektan
7. http://biologimediacentre.com/
8. http://belajarmikrobiologi.com/
9. http://www.artikelmikrobiologi.com/

Anda mungkin juga menyukai