Anda di halaman 1dari 8

Sabda Volume 13, Nomor 1, Juni 2018 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

BUDAYA PESISIR:
Perilaku Konsumtif Masyarakat Tambaklorok, Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan
Semarang Utara, Kota Semarang

Rini Susiana
Kasie Teknologi dan Mutu Pengolahan Hasil Perikanan
Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang
Jalan Pemuda 175, Semarang

Abstract
The coastal community in the Tambaklorok area does not only work as fishermen as their
livelihood. This study aims to determine (1) the social stratification of Tambaklorok community,
(2) the similarities and differences in consumer behavior of Tambaklorok community, and (3) the
characteristics of consumer behavior of Tambaklorok community. The study uses a qualitative
approach. Data collection was carried out through in-depth interviews, observation and
analyzing documents. Analysis of data uses an interactive model of Miles and Huberman,
including data collection, data reduction, drawing conclusion, verification, and data
presentation. The result shows that social stratification of Tambaklorok community based on
livelihood, namely the fishermen, fish distributors, fish processors, and civil servants. There are
various similarities and differences in consumer behavior of Tambaklorok community seen from
the income, expenses and debts. Characteristics of consumer behavior of Tambaklorok
community that is impulsive purchasing, includes buying the product in order to maintain
personal appearance and prestige as well as of chasing the prize.

Key words: consumer habit, fishermen, Tambaklorok community, Semarang.

BUDAYA PESISIR:Perilaku Konsumtif Masyarakat Tambaklorok, Kelurahan Tanjung


Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang 59
Sabda Volume 13, Nomor 1, Juni 2018 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

1. Pendahuluan Salah satu prioritas pengembangan di


Kota Semarang merupakan wilayah wilayah pesisir antara lain peningkatan
pesisir di Pulau Jawa yang terletak antara permukiman pesisir.
6º50’-7º10’LS dan garis 109º50’- Masyarakat kawasan pesisir
110º35’BT, yang secara administratif Tambaklorok menjalankan mata
dibatasi oleh sebelah utara Laut Jawa, pencaharian sebagai nelayan, pedagang ikan,
sebelah selatan Kabupaten Semarang, pengolah hasil perikanan, dan ada pula yang
sebelah barat Kabupaten Kendal dan sebelah bekerja di bidang pemerintahan menjadi
timur Kabupaten Demak. Wilayah pesisir Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Aparat
kota Semarang terdiri atas 4 (empat) Sipil Negara (ASN). Potensi yang ada di
kecamatan pesisir, salah satunya adalah kawasan Tambaklorok adalah adanya pelaku
Kecamatan Semarang Utara. Terdapat 9 usaha di bidang perikanan, seperti mengolah
(sembilan) kelurahan untuk wilayah hasil tangkapan dari nelayan menjadi aneka
kecamatan Semarang Utara dan salah olahan seperti krupuk udang, krupuk ikan,
satunya adalah Kelurahan Tanjung Mas. terasi, nugget ikan, bandeng presto, ikan
Kelurahan Tanjung Mas terbagi atas dua panggang, ikan asin, ikan teri kering dan
kampung atau kawasan yakni Tambaklorok rebon kering.
dan Kebonharjo (BPS, 2015). Pada setiap wilayah, termasuk wilayah
Masyarakat pesisir adalah sekelompok pesisir di Tambaklorok, terdapat pelapisan
masyarakat yang hidup dan bertempat sosial dalam masyarakat. Dalam proses
tinggal di pinggir pantai dan bekerja di laut, pelapisan sosial pada masyarakat kota dan
dengan mata pencaharian mayoritas sebagai desa sangat berbeda. Pada dasarnya Desa
nelayan (Kusnadi, 2006). Di wilayah ini secara geografis merupakan tempat yang
sebagian besar masyarakatnya hidup dari sangat agraris sehingga menuntut
mengelola sumber daya pesisir dan laut baik masyarakatnya banyak bekerja sebagai
secara langsung maupun tidak langsung. petani, dengan karakteristik masyarakat
Maka dari itu perspektif mata pencaharian tradisional dan homogen serta mempunyai
masyarakat pesisir tersusun dari kelompok- sistem kekerabatan yang sangat kuat antar
kelompok masyarakat yang beragam seperti kelompok masyarakat satu dengan yang
nelayan, pedagang ikan, pemilik toko, lainnya, berbeda dengan proses pelapisan
pengolah hasil perikanan, dan Pegawai sosial pada masyarakat kota di mana satu
Negeri Sipil (PNS). ciri khas yang melekat pada masyrakat ini
Kampung Tambaklorok merupakan adalah industrialis dan faktor ekonomi lebih
perkampungan nelayan yang terletak di garis mendominasi pada setiap kelompok
pantai Laut Jawa dan dinyatakan sebagai masyarakat (Narwoko dan Suyanto, 2010).
kampung nelayan terbesar di Kota Semarang Perbedaan ini dapat dilihat secara jelas
(Hakim, 2016). Fungsi utama kampung dengan cara membanding- bandingkan dari
Tambaklorok adalah sebagai kawasan proses pembentukan lapisan sosial pada
pemukiman, pertambakan dan perdagangan setiap masyarakat yang beranekaragam.
hasil laut (Dimitra dan Yuliastuti, 2012). Keadaan ini pada gilirannya menciptakan
Kampung Tambaklorok terletak di beberapa tipologi masyarakat yang
Kelurahan Tanjung Mas di Kecamatan mempunyai karakteristik masing-masing
Semarang Utara. Kampung Tambaklorok mulai dari masyarakat yang sederhana
terletak dekat wilayah penghubung kegiatan hingga masyarakat yang bentuknya
fungsi-fungsi utama Kota Semarang, seperti kompleks, sehingga mempunyai dampak
kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, yang sangat mempengaruhi kehidupan
pergudangan, pusat kota lama, Stasiun sosial-budaya.
Kereta Api Semarang Tawang, serta pusat Pelapisan sosial pada masyarakat
permukiman (Fikadiana, 2001). Keberadaan Tambaklorok dalam tulisan ini didasarkan
kawasan pesisir memiliki arti yang strategis. pada mata pencaharian dan perilaku

BUDAYA PESISIR:Perilaku Konsumtif Masyarakat Tambaklorok, Kelurahan Tanjung


Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang 60
Sabda Volume 13, Nomor 1, Juni 2018 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

konsumtif seperti pendapatan, pengeluaran, utama yaitu hasil wawancara dengan 6


dan hutang yang dimiliki. Sementara itu, informan, yang terdiri dari 2 pengolah ikan,
perilaku kebiasaan konsumtif dapat 2 nelayan, dan 2 PNS, serta observasi di
didefinisikan sebagai perilaku membeli lapangan, seperti pengamatan terhadap
barang atau jasa yang berlebihan, walaupun nelayan dan isteri yang sedang mengolah
tidak dibutuhkan (Moningka, 2006). Dahulu ikan untuk dijual lagi, rumah yang
orang berbelanja karena ada kebutuhan yang ditinggali, serta barang-barang yang
harus dipenuhi. Saat ini orang berbelanja dimiliki. Fokus penelitian ini antara lain; (1)
karena berbagai macam sebab, untuk pelapisan sosial masyarakat, (2) pendapatan,
memanjakan diri sendiri, menyenangkan (3) pengeluaran, (4) hutang, dan (5)
orang lain, membeli sesuatu dengan alasan karakteristik perilaku konsumtif.
hari raya, atau karena potongan harga.
Bahkan, hanya sekedar gengsi, untuk 3. Lokasi
memperlihatkan eksistensinya sebagai Objek artikel ini berlokasi di
warga status sosial tertentu, dapat berbelanja Tambaklorok, Kelurahan Tanjung Mas,
di tempat “X” dan mampu membeli barang Kecamatan Semarang Utara, Kota
dengan merek ternama. Tanpa disadari, Semarang, Jawa Tengah, sebagai kampung
alasan-alasan tersebut membuat seseorang yang terkenal dengan istilah kampung
hidup dalam gaya hidup konsumtif. nelayan dan telah dicanangkan oleh Presiden
Pengertian lain mengenai perilaku Joko Widodo sebagai salah satu kampung
konsumtif dipaparkan pula oleh Mowen dan wisata bahari di Indonesia (Hakim, 2016).
Minor (dalam Sumartono, 2002), bahwa Selain itu, kampung Tambaklorok ini
perilaku konsumtif adalah suatu perilaku memiliki beberapa kelompok pengolahan,
yang tidak lagi didasarkan pada yaitu pengolahan ikan dan salah satunya
pertimbangan yang rasional, melainkan pernah mendapat juara dua pada perlombaan
membeli produk atau jasa tertentu untuk Optisarkan tingkat nasional pada masa
memperoleh kesenangan atau hanya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
perasaan atau dengan emosi. Pengertian Teknik cuplikan dalam penelitian ini adalah
perilaku konsumtif tersebut sejalan dengan teknik purposive sampling, karena peneliti
pendapat Dahlan, yakni suatu perilaku yang sudah memiliki kriteria informan yang akan
ditandai oleh adanya kehidupan mewah diambil berdasarkan mata pencahariannya.
yang berlebihan, penggunaan segala hal Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
yang dianggap paling mahal memberikan wawancara mendalam, observasi, dan studi
kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar- dokumentasi.
besarnya serta adanya pola hidup manusia Mengacu pada keabsahan data yang
yang dikendalikan oleh suatu keinginan ingin diperoleh, maka penelitian ini
untuk memenuhi hasrat kesenangan semata. menggunakan teknik triangulasi sumber dan
Berdasarkan fakta-fakta yang telah triangulasi teori. Triangulasi sumber yaitu
dipaparkan, maka artikel ini bertujuan untuk dengan melakukan checking data,
mendeskripsikan (1) pelapisan sosial pada membandingkan data yang diperoleh dengan
masyarakat pesisir Tambaklorok; (2) data yang lain (Moleong, 2006).
persamaan dan perbedaan perilaku Analisis data dalam penulisan laporan
konsumtif pada masyarakat pesisir penelitian ini menggunakan teknik analisis
Tambaklorok; dan (3) karakteristik perilaku interaktif Miles dan Huberman (1992).
konsumtif pada masyarakat pesisir Analisis interaktif tersebut meliputi
Tambaklorok. pengumpulan data, reduksi data, verifikasi
data, dan penyajian data.
2. Metode
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, dengan sumber data

BUDAYA PESISIR:Perilaku Konsumtif Masyarakat Tambaklorok, Kelurahan Tanjung


Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang 61
Sabda Volume 13, Nomor 1, Juni 2018 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

Gambar 1 Model Interaktif Miles dan pelapisan sosial berdasarkan kedudukan


Huberman sosial, yakni Ascribed status atau kedudukan
yang diperoleh sejak lahir dan Achieved
status atau kedudukan yang dicapai oleh
seseorang dengan usaha-usaha yang
disengaja (Linton, 1936: 113-131).
Sedangkan peranan sosial diartikan sebagai
seseorang yang melaksanakan hak dan
kewajibannnya sesuai dengan
kedudukannya, maka dia menjalankan suatu
peranan, dengan begitu peran tersebut
menentukan apa yang diperbuatnya bagi
Sumber: Miles dan Huberman, 1992. masyarakat serta kesempatan-kesempatan
apa yang diberikan masyarakat kepadanya.
4. Pembahasan Berdasarkan pelaksanaannya peranan sosial
4.1. Pelapisan Sosial Masyarakat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu peranan
Tambaklorok yang diharapkan (expected roles) dan
Dasar pelapisan sosial dapat dilihat peranan yang di sesuaikan (actual roles)
dari berbagai unsur. Unsur kekayaan, yakni (Linton, 1936: 113-131; Narwoko dan
orang yang memiliki harta paling banyak Suyanto, 2010).
diurutkan dari lapisan teratas, kekayaan Pada masyarakat Tambaklorok ini,
tersebut misalnya penghasilan, harta benda, sistem pelapisan sosial dapat didasarkan
rumah, tanah, dan sebagainya. Unsur pada mata pencaharian dan peranannya bagi
kekuasaan, yakni orang yang memiliki masyarakat. Semakin tinggi penghasilan
kekuasaan atau yang mempunyai wewenang seseorang yang didapat dari suatu mata
terbesar atas posisi jabatannya dia akan juga pencaharian, maka semakin tinggi posisi
menempati posisi lapisan atas, semakin sosial-ekonomi orang tersebut. Sedangkan,
tinggi jabatan maka semakin besar semakin besar peranannya bagi masyarakat,
penghargaan yang diberikan oleh seperti membantu dalam pembangunan
masyarakat. Unsur kehormatan, yakni orang kampung, sebagai ketua organisasi, dan
yang paling disegani dan dihormati, sebagainya maka semakin besar pula
mendapat tempat yang teratas, ukuran penghargaan atau kehormatan diberikan
semacam ini banyak dijumpai pada kepada orang tersebut.
masyarakat tradisional, biasanya mereka
adalah golongan tua atau mereka yang Tabel 1. Pelapisan Sosial Masyarakat
pernah berjasa. Unsur ilmu pengetahuan, Tambaklorok
yakni orang yang semakin tinggi ilmu
pengetahuannya maka semakin tinggi pula
peluang posisi dalam menempati posisi
lapisan sosial paling atas (Narwoko dan
Suyanto, 2010).
Ada pula hal-hal yang mewujudkan
unsur dalam teori sosiologi tentang sistem
lapisan masyarakat, yakni kedudukan sosial Sumber: Hasil Penelitian, 2016.
dan peranan. Kedudukan sosial diartikan
sebagai tempat atau posisi seseorang dalam Berdasarkan hasil wawancara dan
suatu kelompok sosial, lingkungan pengamatan, mata pencaharian masyarakat
pergaulan, prestise, serta hak dan Tambaklorok didominasi oleh nelayan,
kewajibannya. Masyarakat pada umumnya selanjutnya ada bakul/pengolah ikan, dan
mengembangkan dua macam sistem PNS. Nelayan dan bakul/pengolah ikan

BUDAYA PESISIR:Perilaku Konsumtif Masyarakat Tambaklorok, Kelurahan Tanjung


Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang 62
Sabda Volume 13, Nomor 1, Juni 2018 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

berpenghasilan tidak menentu setiap Persamaan dan perbedaan perilaku


bulannya, bergantung pada musim dan hasil konsumtif masyarakat Tambaklorok dalam
tangkapan ikan. Sedangkan PNS, penelitian ini didasarkan pada pendapatan,
memperoleh penghasilan tetap setiap pengeluaran, dan hutang dari masyarakat
bulannya. Bila dilihat pada mata dengan pekerjaan yang berbeda.
pencaharian, maka PNS terletak pada
lapisan teratas, kemudian bakul/pengolah 4. 2. 1. Pendapatan
ikan, dan nelayan. Pendapatan yang dimaksud meliputi
Berbagai mata pencaharian tersebut segala pemasukan keuangan yang diterima
sebenarnya saling bergantung. Hasil selama satu bulan, bukan hanya dari mata
tangkapan nelayan akan mempengaruhi pencaharian utama yang dilakoni. Pada
besarnya penghasilan yang didapat bakul pendapatan ini memang terdapat perbedaan
ikan dan banyaknya yang dapat diolah oleh dari keenam informan dengan mata
pengolah ikan. Untuk PNS karena bertempat pencaharian yang berbeda.
tinggal di wilayah pesisir, maka mereka
terbiasa dengan menu makanan hasil laut, Tabel 2. Persamaan dan Perbedaan
seperti ikan, udang, cumi-cumi, terasi ikan, Pendapatan Masyarakat Tambaklorok
krupuk ikan, dan sebagainya.
Dalam masyarakat Tambalorok
terdapat dua poklahsar yang berdiri dari
tahun 1992, yakni Mina Asri dengan Bu
Tumirah sebagai ketuanya dan Mina
Mandiri dengan Bu Aspuriyah sebagai
ketuanya. Bu Tumirah dan Bu Aspuriyah
mendapat lapisan teratas pada pelapisan Sumber: Penelitian Lapangan, 2016.
status sosial berdasarkan peranan dan
kehormatan. Mereka dapat menyatukan para Informan sebagai PNS sudah jelas
pengolah ikan dengan membentuk Usaha pendapatannya per bulan melalui gaji yang
Kecil dan Menengah (UKM) dan diberikan oleh pemerintah, besar kecilnya
mendukung kegiatan usaha tersebut serta berdasar pada golongan/pangkat yang
memberi bantuan berupa modal. dimiliki dan tidak memiliki pekerjaan
Bukan hanya pada pengolah ikan, Pak sambilan lainnya. Sedangkan informan
Hartono sebagai salah satu nelayan di sebagai nelayan menyatakan hasilnya tidak
Tambaklorok menempati lapisan teratas pula menentu, berdasarkan banyaknya hasil
pada pelapisan sosial berdasar peranan dan tangkapan ikan. Pada saat angin barat yang
kehormatan. Pak Hartono dianggap sebagai berhembus, maka akan lebih sedikit
sesepuh nelayan di Tambaklorok. Bila ada pemasukan keuangan yang didapatkan
permasalahan terjadi yang menyangkut karena kencangnya angin membuat nelayan
nelayan, maka Pak Hartono akan diminta mengurangi waktunya untuk menangkap
nasehatnya untuk menyelesaikannya. Selain ikan, lalu mereka menyiasatinya terkadang
itu, Pak Hartono juga dipercaya oleh Dinas mengganti alat tangkap dengan
Kelautan dan Perikanan Kota Semarang menggunakan sodo yang bentuknya seperti
sebagai perwakilan nelayan dari waring. Namun, saat angin timur yang
Tambaklorok. Pak Hartono pun mendapat berhembus, maka tangkapan ikan pun akan
penilaian baik dari bank karena disiplin lebih banyak. Sementara itu, informan
dalam pembayaran hutang setiap bulannya. sebagai bakul/pengolah ikan pun
menyatakan pendapatan yang didapatkan
4. 2. Persamaan dan Perbedaan Perilaku tidak menentu, yakni berdasarkan pada
Konsumtif Masyarakat Tambaklorok musim panen ikan dan pesanan.

BUDAYA PESISIR:Perilaku Konsumtif Masyarakat Tambaklorok, Kelurahan Tanjung


Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang 63
Sabda Volume 13, Nomor 1, Juni 2018 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

4. 2. 2. Pengeluaran
Pengeluaran yang dimaksud meliputi Tabel 4. Persamaan dan Perbedaan
segala pengeluaran keuangan yang tidak Hutang Masyarakat Tambaklorok
hanya untuk kebutuhan sehari-hari. Pada
pengeluaran ini pun terdapat perbedaan dan
persamaan dari informan dengan berbagai
mata pencaharian.

Tabel 3. Persamaan dan Perbedaan


Pengeluaran Masyarakat Tambaklorok

Sumber: Hasil Penelitian, 2016.

Hutang didapatkan dari berbagai


sumber, seperti bank, koperasi, bahkan
Sumber: Penelitian Lapangan, 2016. renternir. Tak sedikit pula para nelayan yang
memiliki hutang pada renternir, hingga pada
Pengeluaran yang dilakukan berdasar saat membayar banyak barang yang terpaksa
pada besarnya pendapatan yang diperoleh. harus dijual. Informan sebagai nelayan
Informan sebagai nelayan, saat musim menyatakan bahwa mereka selain berhutang
paceklik yang berakibat pada kurangnya pada bank juga pada rentenir. Alasan
penghasilan, maka pengeluaran pun hanya memiliki hutang pada rentenir karena lebih
sebatas untuk mencukupi makan sehari-hari mudah tanpa adanya persyaratan seperti di
dan membayar hutang. Namun bila pada bank, tujuannya untuk gali lubang tutup
saat musim panen ikan, maka mereka akan lubang atau untuk membeli barang-barang
membeli barang kebutuhan tersier, seperti lain saat musim paceklik. Sedangkan
sepeda motor baru, springbed, lemari es, dan informan sebagai pengolah/bakul ikan biasa
sebagainya. Sedangkan informan sebagai berhutang untuk usaha pengolahan ikan.
bakul/pengolah ikan sudah lebih dapat Mereka biasanya berhutang pada bank dan
memanajemen pengeluaran setiap bulannya koperasi simpan pinjam. Sementara itu,
untuk memutarkan usaha pengolahan yang informan sebagai PNS biasanya berhutang
sedang dijalankan dan membayar hutang. untuk memenuhi kebutuhan tersier pada saat
Bila penghasilan yang diperoleh lebih dari tertentu. Mereka biasanya berhutang pada
biasanya, mereka akan membeli kebutuhan bank dan koperasi di tempat kerjanya.
tersier untuk menunjang penampilan.
Sementara itu, informan sebagai PNS, 4. 2. 4. Karakteristik Perilaku Konsumtif
pengeluaran berdasar kebutuhan tiap Masyarakat Tambaklorok
bulannya dan juga untuk menunjang Temuan pada penelitian ini yang
penampilan, terkadang juga untuk didapatkan dari wawancara dengan
membayar hutang. informan, pengamatan, serta studi dokumen
menunjukkan karakteristik perilaku
4. 2. 3. Hutang konsumtif masyarakat Tambaklorok.
Hutang yang dimaksud meliputi segala Perilaku konsumtif masyarakat Tambalorok
hutang yang tidak hanya untuk kebutuhan termasuk pada karakteristik komsumtif
mendesak, namun juga dikarenakan sifat pembelian impulsif, yakni pembelian produk
konsumtif yang dimiliki. Pada hutang ini dan jasa yang memiliki daya guna bagi
pun terdapat perbedaan dan persamaan dari individu dan tanpa perencanaan.
informan dengan berbagai mata
pencaharian.

BUDAYA PESISIR:Perilaku Konsumtif Masyarakat Tambaklorok, Kelurahan Tanjung


Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang 64
Sabda Volume 13, Nomor 1, Juni 2018 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

Tabel 5. Karakteristik Perilaku


Konsumtif Masyarakat Tambaklorok 4. Simpulan
Pelapisan sosial pada masyarakat
Tambaklorok didasarkan pada mata
pencaharian dan orang yang dianggap
penting dalam suatu komunitas tertentu.
Setiap mata pencaharian memberikan
perbedaan pada pendapatan, pengeluaran,
dan hutang yang dimiliki. Pengeluaran dan
hutang dapat menunjukkan karakteristik
Sumber: Hasil Penelitian, 2016. perilaku konsumtif masyarakat
Tambaklorok, yaitu konsumtif impulsif,
Perilaku konsumtif impulsif yang membeli barang atau jasa tanpa
dilakukan oleh masyarakat Tambaklorok perencanaan. Pembelian produk tersebut
yang didasarkan pada mata pencaharian pun untuk menunjang penampilan dan gengsi,
berbeda-beda. Informan sebagai nelayan serta karena hadiahnya.
mengaku perilaku konsumtifnya pada Saran diberikan pada masyarakat
sebuah barang dan jasa untuk menjaga Tambakorok untuk tidak terjebak hutang
penampilan dan gengsi, misalkan saja pada rentenir karena bunga yang harus
dengan membeli springbed, lemari es, dibayarkan sangat tinggi dan lebih dapat
sepeda motor keluaran terbaru. Hal tersebut menekan perilaku konsumtif. Untuk
dilakukan agar tidak kalah dengan tetangga pemerintah setempat agar lebih
atau nelayan lainnya. Selain itu, mereka memperhatikan masyarakat di daerah pesisir
mengkonsumsi barang dan jasa pun juga dan menyediakan pinjaman untuk usaha
karena unsur hadiah. Misalkan saja mereka dengan persyaratan yang mudah dan bunga
banyak membeli produk detergen tertentu yang rendah.
karena mendapatkan hadiah piring cantik.
Sedangkan informan kedua yaitu Daftar Pustaka
sebagai bakul/pengolah ikan juga membeli
produk untuk menjaga penampilan diri dan Dimitra, S. & Yuliastuti, N. 2012. Potensi
gengsi. Berbeda dengan nelayan, mereka Nelayan Sebagai Modal Permukiman
lebih mementingkan untuk membeli Berkelanjutan di Tambaklorok,
perhiasan, seperti kalung, gelang, dan Kelurahan Tanjung Mas.
cincin. Bagi mereka semakin banyak http://eprints.undip.ac.id/42479/
perhiasan yang digunakan maka (diunduh 20 November 2016).
menunjukkan seberapa besar kemajuan Fikadiana, F. 2001. Penataan Permukiman
usaha pengolahan yang dijalankan. Selain Tambaklorok Semarang.
itu, mereka juga membeli produk karena http://eprints.undip.ac.id/21600/
hadiahnya. (diunduh 20 November 2016).
Sementara itu, informan sebagai
PNS juga membeli produk untuk menjaga Hakim, Farhan. 2016. Merumuskan Arah
penampilan dan gengsi. Misalkan saja Kebijakan Tambaklorok Sebagai
dengan membeli banyak perhiasan, mobil, Kampung Bahari.
barang-barang mewah, serta sering http://www.semarangdaily.com/meru
melakukan liburan. Bagi mereka, PNS muskan-arah-kebijakan-tambaklorok-
merupakan pekerjaan dengan tingkatan sebagai-kampung-bahari.htm (diunduh
paling tinggi. Selain itu, sama seperti 20 November 2016).
informan lainnya, mereka juga membeli Kusnadi. 2006. Filosofi Pemberdayaan
produk karena hadiahnya. Masyarakat Pesisir. Yogyakarta:
LKiS.

BUDAYA PESISIR:Perilaku Konsumtif Masyarakat Tambaklorok, Kelurahan Tanjung


Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang 65
Sabda Volume 13, Nomor 1, Juni 2018 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

Linton, Ralph. 1936. “Status and Role,” The


Study of Man. New York: Appleton.
Miles, B. Mattew dan Huberman, A.
Michael. 1992. Analisis Data
Kualitatif. Terjemahan Tjetjep
Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Moningka, C. 2006. Konsumtif: Antara
Gengsi dan Kebutuhan.
http://www.suarapembaruan.com/New
s/2006/12/13/urban/urb02.htm
(diunduh 20 November 2016).
Narwoko, D. J. & Suyanto, B. 2010.
Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan. Jakarta: Kencana Perdana
Media Grup.
Sumartono. 2002. Terperangkap dalam
Iklan: Meneropong Imbas Pesan Iklan
Televisi. Bandung: Penerbit Alfabeta.

BUDAYA PESISIR:Perilaku Konsumtif Masyarakat Tambaklorok, Kelurahan Tanjung


Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang 66

Anda mungkin juga menyukai