A. DEFINISI
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urine
di kandung kemih yang umumnya steril (Arif mansjoer, 2001).
Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal,
ureter, buli-buli, ataupun uretra. Infeksi saluran kemih adalah istilah umum
yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin
(Sukandar, 2004)
B. ANATOMI
1. Ginjal
Ginjal terletak diruang retroperitoneal antara vertebra torakal 12
atau lumbal 1 dan lumbal 4. Panjang dan beratnya bervariasi yaitu lebih
kurang 6 cm dan 24 gram pada bayi yang lahir cukup bulan. Pada bayi
baru lahir ginjal sering dapat diraba. Pada janin permukaan ginjal tidak
rata, berlobus-lobus yang kemudian akan menghilang dengan
bertambahnya umur.
Tiap ginjal terdiri atas 8-12 lobus yang berbentuk piramid. Ginjal
mempunyai lapisan luar, yaitu korteks yang mengandung glomerulus,
tubulus proksimal dan distal yang berkelok-kelok dan duktus koligens,
serta lapisan dalam yaitu medula, yang mengandung bagian tubulus
yang lurus, ansa henle, vasa rekta, dan duktus koligens terminal.
Puncak piramid medula menonjol ke dalam disebut papil ginjal
yang merupakan ujung kaliks minor. Beberapa duktus koligens
bermuara pada duktus papilaris Bellini yang ujungnya bermuara di
papil ginjal dan mengalirkan urin kedalam kaliks minor. Karena ada 18-
24 lubang muara duktus Bellini pada ujung papil maka daerah tersebut
terlihat sebagai tapisan beras dan disebut area kribrosa Antara dua
piramid terdapat jaringan korteks tempat masuknya cabang-cabang
arteri renalis disebut kolumna Bertini. Beberapa kaliks minor
membentuk kaliks mayor yang bersatu menjadi piala (pelvis) ginjal
yang kemudian bermuara ke dalam ureter
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrosis tipis dan mengkilat yang
disebut kapsul fibrosa (true capsule) ginjal dan diluar kapsul ini terdapat
jaringan lemak perineal. Di sebelah kranial ginjal terdapat kelenjar anak
ginjal atau glandula adrenal/ suprarenal yang berwarna kuning. Kelenjar
adrenal bersama-sama ginjal dan jaringan lemak perineal dibungkus
oleh fasia gerota. Fasia ini berfungsi sebagai barrier yang menghambat
meluasnya perdarahan dari parenkim ginjal serta mencegah ekstravasasi
urine pada saat terjadi trauma ginjal. Selain itu fasia gerota dapat pula
berfungsi sebagai barier dalam menghambat penyebaran infeksi atau
menghambat metastasis tumor ginjal ke organ sekitarnya. Di luar fasia
gerota terdapat jaringan lemak retroperitoneal atau diseebut jaringan
lemak pararenal. Disebelah posterior, ginjal dilindungi oleh otot-otot
punggung yang tebal serta tulang rusuk ke XI dan XII, sedangkan
disebelah anterior dilindungi oleh organ-organ intraperitoneal. Ginjal
kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, duodenum sedangkan ginjal kiri
dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas, jejunum dan kolon.
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan
medula ginjal. Didalam korteks terdapat berjuta-juta nefron sedangkan
didalam medula banyak terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit
fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas tubulus kontortus
proksimalis, tubulus kontortus distalis dan duktus kolegentes. Darah
yang membawa sisa-sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi di dalam
glomeruli kemudian di tubuli ginjal, beberapa zat yang masih
diperlukan tubuh mengalami reabsorbsi dan zat-zat hasil sisa
metabolisme mengalami sekresi bersama air membentuk urin. Urin
yang terbentuk di dalam nefron disalurkan melalui piramid ke sistem
pelviokaliks ginjal untuk kemudian disalurkan ke dalam ureter.
Sistem pelviokaliks ginjal terdiri atas kaliks minor, infundibulum,
kaliks mayor dan pielum/ pelvis renalis. Mukosa sistem pelviokaliks
terdiri atas epitel transisional dan dindingnya terdiri atas otot polos yang
mampu berkontraksi untuk mengalirkan urin sampai ke ureter.4
2. Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi
mengalirkan urin dari pielum ginjal ke dalam buli-buli. Dindingnya
terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot
polos sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan gerakan
peristaltik (berkontraksi) guna mengeluarkan urin ke buli-buli.
Sepanjang perjalanan ureter dari pielum menuju buli-buli, secara
anatomis terdapat beberapa tempat yang ukuran diameternya relatif
lebih sempit daripada di tempat lain, sehingga batu atau benda-benda
lain yang berasal dari ginjal seringkali tersangkut ditempat itu. Tempat-
tempat penyempitan itu antara lain adalah (1) pada perbatasan antara
pelvis renalis dan ureter atau pelvicoureter junction (2) tempat ureter
menyilang arteri iliaka di rongga pelvis dan (3) pada saat ureter masuk
ke buli-buli. Ureter masuk ke buli-buli dalam posisi miring dan berada
di dalam otot buli-buli (intramural) ; keadaan ini dapat mencegah
terjadinya aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau refluks vesiko-
ureter pada saat buli-buli berkontraksi.
Untuk kepentingan radiologi dan kepentingan pembedahan, ureter
dibagi menjadi dua bagian yaitu : ureter pars abdominalis yaitu yang
berada dari pelvis renalis sampai menyilang vasa iliaka dan ureter pars
pelvika yaitu mulai dari persilangan dengan vasa iliaka sampai masuk
ke buli-buli. Disamping itu secara radiologis ureter dibagi dalam tiga
bagian yaitu (1) ureter 1/3 proksimal mulai dari pelvis renalis sampai
batas atas sakrum (2) ureter 1/3 medial mulai dari batas atas sakrum
sampai pada batas bawah sakrum dan (3) ureter 1/3 distal mulai batas
bawah sakrum sampai masuk ke buli-buli.
3. Buli-buli
Buli-buli adalah organ berongga yang berdinding otot polos yang
terdiri dari dua bagian besar: (1) badan (korpus), merupakan bagian
utama kandung kemih dimana urin berkumpul, dan (2) leher (kollum)
merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk corong, berjalan secara
inferior dan anterior kedalam daerah segitiga urogenital dan
berhubungan dengan uretra. Bagian yang lebih rendah dari leher
kandung kemih disebut uretra posterior karena hubungannya dengan
uretra.
Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor. Serat-serat
ototnya meluas kesegala arah dan, bila berkontraksi, dapat
meningkatkan tekanan dalam kandung kemih. Dengan demikian,
kontraksi otot detrusor adalah langkah terpenting untuk mengosongkan
kandung kemih.sel-sel otot polos dari otot detrusor terangkai satu sama
lain sehingga timbul aliran listrik berhambatan rendah dari satu sel otot
ke sel otot lain. Oleh karena itu, potensial aksi dapat menyebar
keseluruh otot detrusor, dari satu sel otot ke sel otot berikutnya,
sehingga terjadi kontraksi seluruh kandungan kemih dengan segera.
Buli-buli adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot
detrusor yang saling beranyaman. Disebelah dalam adalah otot
longitudinal, ditengah merupakan otot sirkuler, dan yang paling luar
merupakan otot longitudinal. Mukosa buli-buli terdiri atas sel-sel
transisional yang sama seperti pada mukosa-mukosa pada pelvis renalis,
ureter, dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara ureter dan
meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang disebut
trigonum buli-buli.
Secara anatomi bentuk buli-buli terdiri atas 3 permukaan yaitu (1)
permukaan superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum (2) dua
permukaan inferiolateral dan (3) permukaan posterior. Permukaan
superior merupakan lokus minoris (daerah terlemah) dinding buli-buli.
Buli-buli berfungsi menampung urin dari ureter dan kemudian
mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih).
Pada anak, kapasitas buli-buli menurut formula dari Koff adalah4 :
Kapasitas Buli-buli = {Umur (tahun) + 2}x 30 ml
4. Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urin ke luar dari buli-
buli melalui proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi 2
bagian yaitu uretra posterior dan uretra anterior. Uretra dilengkapi
dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli
dan uretra, serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan
uretra anterior dan posterior. Sfingter uretra interna terdiri dari otot
polos yang dipersarafi oleh sistem saraf simpatik sehingga pada saat
buli-buli penuh, sfingter ini terbuka. Sfingter uretra eksterna terdiri atas
otot bergaris yang dipersarafi oleh sistem somatik yang dapat diperintah
sesuai dengan keinginan seseorang. Pada saat kencing sfingter ini
terbuka dan tetap tertutup pada saat menahan kencing.
C. FISIOLOGI SALURAN KEMIH
Neonatus memiliki fungsi ginjal imatur saat kelahiran yang
membuat mudahnya kehilangan cairan, seperti kehilangan cairan lewat
pernafasan yang cepat atau kegagalan dalam pemasukan cairan. Berat
ginjal neonatus sekitar 23 gram, berat ini akan menjadi dua kali lipat dari
semula pada usia 6 bulan dan meningkat pada akhir satu tahun pertama
dan tumbuh seperti ginjal orang dewasa pada saat pubertas yaitu 10 kali
ukuran pada saat kelahiran.
Ketika bayi dilahirkan, maka ia akan kehilangan aliran darah dari
plasenta, diikuti dengan peningkatan yang tinggi dari aliran darah pada
ginjalnya sendiri, menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah
pada ginjal. Neonatus akan menghasilkan 20 – 35 ml dari urin sebanyak 4
kali sehari, tapi ini akan meningkat sampai 100 – 200 ml sebanyak 10 kali
sehari pada hari kesepuluh setelah lahir. Urin saat produksi pertama
memperlihatkan eksresi urea yang sedikit karena pada saat ini protein
lebih banyak digunakan pada bayi dibandingkan dengan jumlah yang
dipecah dalam hati.
Resistensi dari anyaman kapiler ginjal berkurang pada minggu
pertama kehidupan, yang memungkinkan peningkatan kemampuan filtrasi
glomerulus, akan tetapi kapsul glomerulus saat lahir dibentuk dari epitel
kubus dan belum sepenuhnya digantikan oleh epitel berlapis gepeng dan
baru berfungsi secara penuh setelah tahun pertama. Nefron yang kecil dan
immatur ini juga memiliki Lengkung Henle yang pendek juga, dimana air
dan natrium secara normal diatur, garam (natrium) sebaiknya tidak
ditambahkan ke diet bayi karena tidak dapat diekskresikan dengan mudah
dan natrium yang tersisa akan mempertahankan arteri dan vena,
meningkatkan tekanan darah dan dilatasi dari jantung yang berkembang.
Perkembangan Kontinensia bayi memiliki keadaan inkontinensia,
kemampuan untuk mengontrol pengeluaran urin tergantung pada sistem
renal yang lengkap dan berfungsi, kematangan saraf, kesempatan yang
diberikan kepada anak untuk buang air kecil dan kebiasaan. Anak dapat
menjadi cemas dan melemah jika harapan yang diberikan melebihi
kemampuan dan kontrol mereka. Kematangan terhadap mekanisme
kontrol biasanya membutuhkan sekitar lima tahun untuk anak yang sehat
agar tetap terkontrol pada siang dan malam. Kandung kemih adalah organ
yang kompleks yang terbentuk dari lapisan otot dan dienervasikan oleh
kompleks refleks dari tulang belakang dan koordinasi dari otak. Perlu
diingat bahwa jika anak tidak mau buang air kecil, utuk alasan apapun,
mereka dapat memberikan pesan kepada otaknya dari kandung kemih
mereka yang penuh itu.
Kemampuan untuk mengontrol pengosongan kandung kemih
adalah sebuah proses yang dipelajari biasanya pada awal masa kanak-
kanak sebagai hasil dari ‘toillete training’. Seorang bayi tidak mampu
berlatih mengontrol proses ini, karena pengosongan kandung kemih
tergantung pada kerja kompleks refleks. Kandung kemih mereka akan
secara volunter mengosongkan diri saat teregang pada volume 15 ml,
seperti yang diketahui pada dewasa rangsangan untuk buang air kecil pada
volume 200 ml. Saat kandung kemih penuh dan merangsang reseptor
trigonal, dan hasilnya mengirimkan impuls ke area sakral tulang belakang
melalui sistem saraf otonom. Impuls motorik dari tulang belakang lewat
sistem saraf otonom menginisiasi relaksasi sfingter internal dan kontraksi
otot detrusor, yang selanjutnya mengakibatkan urin keluar dari kandung
kemih. Kapasitas kandung kemih anak bervariasi berdasarkan umur
frekuensi miksi/24 jam
3-6 bulan 20 kali
6-12 bulan 16 kali
1-2 tahun 12 kali
2-3 tahun 10 kali
3-4 tahun 9 kali
12 tahun 4-6 kali
Umur Jumlah Urin (ml)
1 hari 0-20 2 bulan 300-500
2 hari 20-50 3 bulan 500-700
3 hari 20-60 1-2 tahun 600-800
4 hari 30-70 3-5 tahun 800-1200
5-7 hari 40-90 6-10 tahun 800-1400
1 bulan 200-400 10-14 tahun 800-1500
Kematangan sistem saraf diperlukan untuk pengontrolan kandung
kemih, jadi impuls saraf dapat bergerak melalui tulang belakang menuju
pusat kontrol miksi di otak. Saat kewaspadaan untuk buang air kecil dan
keinginan untuk mengontrol miksi telah berkembang, bersama dengan
kematangan biologis dari sistem saraf dan perkembangan sosial si anak,
menjadikan aktivitas sistem saraf pusat mengambil alih kerja sistem
refleks. Kontrol yang baik dapat dimulai pada usia dua tahun saat anak
dapat secara sadar merelaksasikan otot dasar pinggul untuk buang air
kecil.
ISK
*Nitrofurantoin dapat digunakan pada infeksi saluran saluran kemih bawah. Tapi,
karena daya penetrasi terhadap jaringan yang terbatas, nitrofurantoin tidak cocok
digunakan untuk pengobatan infeksi pada ginjal.
Agen antibiotik untuk mencegah infeksi ulang
Ceftriaxone 50-75 mg/kg/d IV/IM Tidak digunakan pada bayi < 6 minggu;
sebagai dosis tunggal atau antibiotic parenteral dengan waktu paruh
dibagi setiap 12 jam. panjang.
Cefotaxime 150 mg/kg/d IV/IM dibagi Aman digunakan pada bayi < 6 minggu,
setiap 6-8 jam. digunakan dengan ampisilin pada bayi
usia 2 – 8 minggu.
Gentamicin Neonatus < 7 hari: 3.5-5 Monitor darah dan fungsi ginjal.
mg/kg/dosis IV setiap 24
jam
Bayi dan anak < 5 tahun:
2.5 mg/kg/dosis IV setiap 8
jam atau dosis tunggal
dengan fungsi ginjal normal
yaitu 5-7.5 mg/kg/dosis IV
setiap 24 jam
Anak =5 tahun: 2-2.5
mg/kg/dosis IV setiap 8 jam
atau dosis tunggal dengan
fungsi ginjal normal 5-7.5
mg/kg/dosis IV setiap 24
jam
M. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan menganamnesa pasien dengan
menanyakan tentang:
a) Pengumpulan data
Identitas
Biodata anak
Nama, umur, jenis kelamin, no.medrec, tanggal masuk, tanggal
pengkajian, ruangan dan diagnosa medis.
Biodata orang tua
b) Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Menanyakan sebab atau alasan utama klien datang ketempat
pelayanan kesehatan. Dalam hal ini menanyakan kepada klien
atau penanggung jawabklien. Biasanya keluhan utama yang
disebutkan klien atau kelurga klien adalah demam, mual muntah.
c) Pola aktivitas sehari hari
Menanyakan kepada klien atau keluarga kebiasaan makan, minum,
eliminasi BAB/BAK, pemenuhan personal hygiene (mandi, cuci
rambut, gosok gigi, gunting kuku), pola istirahat tidur siang/malam
dan aktivitas yang biasa dilakukan seperti berpakaian. Hal yang
perlu dikaji diantaranya: frekuensi, jenis, jumlah dan
masalah/hambatan-hambatan. Semua itu ditanyakan sebelum dan
selama sakit, tujuannya untuk mengidentifikasi masalah dan
tindakan keperawatan, bahkan bisa diobservasi langsung ketika klien
berada di rumah sakit.
d) Pemeriksaan fisik
Penampilan umum
Amati penampilan umum klien secara keseluruhan. Wajah
tampak toksik: mata berkilat dan mungkin kemerahan, kelopak
mata cekung, pucat dan flushing didaerah pipi.
Kesadaran
Klien dengan demam typhoid yang memasuki tahapan typoid
state, biasanya ditandai dengan penurunan kesadaran, disorientasi,
bingung atau pada anak sering disertai dengan kejang.
Tanda-tanda vital
Tensi ada peningkatan
Nadi ada bradikardi
Pernafasan normal
Suhu tubuh sekitar 38-40 derjat
Berat badan menurun
a. Sistem pernafasan
Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidaknya secret
pada lubang hidung, pergerakan cuping hidung waktu
bernapas, auskultasi bunyi napas apakah bersih atau ronchi,
serta frekuensi napas, dilihat apakah ada polip aktif atau
tidak.
b. Sistem kardiovaskuler
Terjadinya peningkatan denyut nadi, tekanan darah, tetapi
keadaan tersebut tergantung dari nyeri yang dirasakan
individu, periksa capillary refill time < 3 detik, dan lihat
tanda sianosis pada bibir, jari tangan dan jari kaki.
c. Sistem pencernaan
Kaji keadaan mulut, gigi, bibir, kaji abdomen untuk
mengetahui gerakan peristaltik usus.
d. Sistem muskuleskeletal
e. Rentang sendi yang menunjukan kemampuan luas gerak
persendian tertentu, mulai dari kepala sampai anggota gerak
bawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang dikatakan klien
waktu bergerak, observasi adanya luka, adanya kelemahan
dan penurunan toleransi terhadap aktifitas.
f. Sistem integrumen
Kaji keadaan kulit, tekstur, kelembaban, turgor, warna, dan
fungsi perabaan. Kaji keadaan luka.
g. Sistem endokrin
Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak, adanya oedeme atau
tidak pada kelenjar getah bening, ada riwayat alergi atau
tidak. Biasanya tidak ada masalah pada sistem endokrin.
h. Sistem perkemihan
Kaji adanya nyeri pada saat berkemih, adanya nyeri tekan
dan benjolan didaerah vesika urinaria.
e) Data penunjang
Menurut Nikmatur dan Saiful (2009), data penunjang adalah
sebagai berikut :
a. Hematologi widal
b. Urin rutin
f) Analisa data
Analisa data terdiri dari Problem dan etiologi, atau problem,
etiologi dan symptom) yang dikelompokan lalu tentukan
masalah keperawatannya (berdasarkan dukungan data yang
ada). Data dikelompokan kedalam data subjektif dan data
objektif. Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan
menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsif
yang relevan untuk membuat kesimpulan dan menentukan
masalah kesehatan dan keperawatan klien (Nikmatur dan Saiful,
2009).
g) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan mengenai
masalah klien baik aktual maupun potensial yang didapat dari
status kesehatan klien (H. Nabiel Ridha, 2014).
h) Prioritas masalah
i) Rencana keperawatan
j) Implementasi
k) Evaluasi
N. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung
kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
b) Gangguan eliminasi urin b/d infeksi saluran kemih
c) Defisiensi pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
d) Resiko tinggi terhadap infeksi b.d adanya factor resiko nosocomial
e) Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake
inadekuat.
O. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa NOC NIC
Nyeri b/d Tingkat Nyeri Manajemen nyeri
inflamasi dan Kriteria hasil: Lakukan pengkajian nyeri
infeksi uretra, Nyeri yang dilaporkan komprehensif yang meliputi
kandung kemih berkurang lokasi, karakteristik,
dan sruktur traktus Ttv dalam batas onset/durasi, frekuensi,
urinarius lain. normal kualitas, intensitas atau
Tidak ada ekspresi beratnya nyeri dan factor
wajah nyeri pencetus
Pasien nyaman Observasi adanya petunjuk
nonverbal mengenai
ketidaknyamanan
kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari dan
menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dala,
relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
Defisiensi Pengetahuan proses Pengajaran : proses penyakit
pengetahuan penyakit Kaji tingkat pengkajian pasien
tentang kondisi, Kriteria hasil : terkait dengan proses penyakit
prognosis, dan Keluarga mengetahui yang spesifik
kebutuhan karakter spesifik Review pengetahuan pasien
pengobatan penyakit mengenai kondisinya
berhubungan Keluarga pasien Jelaskan tanda dan gejala yang
dengan kurangnya mengerti factor resiko umum dari penyakit sesuai
sumber informasi. Tanda dan gejala kebutuhan
penyakit Eksplorasi bersama pasien
Strategi untuk apakah dia telah melakukan
meminimalkan manajemen gejala
perkembangan Jelaskan mengenai proses
penyakit penyakit sesuai dengan
Tanda dan gejala kebutuhan
komplikasi penyakit Berikan informasi pada pasien
mengenai kondisinya sesuai
kebutuhan
Diskusikan perubahan gaya
hidupyang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan dating dan
atau mengontrol proses
penyakit
Instruksikan opasien mengenai
tindakan untuk
mencegah/meminimalkan efek
smaping pennaganan dari
penyakit sesuai kebutuhan
Edukasi pasien mengenai
tindakan untuk
mengontrol/meminimalkan
gejala sesuai dengan kebutuhan
Resiko tinggi Kontrol Resiko : Proses Kontrol Infeksi
terhadap infeksi Infeksi Bersihkan lingkungan setelah
b.d adanya factor Mencari informasi dipakai pasien lain
resiko nosocomial terkait kontrol infeksi Batasi pengunjung bila perlu
Mengetahui perilaku Instruksikan pada pengunjung
yang berhubungan untuk mencuci tangan saat
dengan resiko infeksi berkunjung dan setelah
Mengidentifikasi berkunjung meninggalkan
tanda dan gejala pasien
infeksi Gunakan sabun antimikrobia
Mengidentifikasi untuk cuci tangan
strategi untuk Cuci tangan setiap sebelum dan
melindungi diri dari sesudah tindakan keperawatan
orang lain yang Pertahankan lingkungan
terkena infeksi aseptik selama pemasangan
Memonitor faktor di alat
lingkungan yang Ganti letak IV perifer dan line
berhubungan dengan central dan dressing sesuai
resiko infeksi dengan petunjuk umum
Menggunakan alat Gunakan kateter intermiten
pelindung diri untuk menurunkan infeksi
Mencuci tangan kandung kencing
Mempraktikan strategi Tingktkan intake nutrisi
dalam mengontrol Berikan terapi antibiotik bila
infeks perlu