PENDAHULUAN
Blok EBM dan Ilmu Kedokteran Komunitas adalah blok ke-dua puluh enam
semester 6 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan
tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk menghadapi kasus yang
sebenarnya pada waktu yang akan datang.
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
1
BAB II
ISI
2.1 Skenario
PT ARWN yang berdomisili di daerah Ogan Ilir Sumatera Selatan memiliki pekerja
300 orang dimana 50% dari pekerja berasal dari luar daerah OI. PT ARWN memiliki
produk bahan bangunan dan marmer dimana produksi pembuatan bahan bangunan
dibuat langsung di pabrik. Marmer umumnya tersusun atas mineral kalsit atau kalsium
karbonat (CaCO3) dengan kandungan mineral minor lainnya yaitu kuarsa, mika,
klorit, tremolit, dan silikat lainnya seperti graphit, hematit, dan limonit. Nilai komersil
marmer bergantung kepada warna dan tekstur.
Adapun urutan kerja pada proses pengolahan terdiri dari beberapa tahapan dengan
alat-alat pengolahan sebagai berikut:
1. Gergaji besar (Block Cutter Machine). Gergaji besar digerakkan oleh tenaga
listrik dengan cara kerja pemotongan awal pada bagian atas dari block marmer
sehingga didapatkan bagian yang rata.
2. Mesin Potong Ujung (Cross Cutting Machine). Hasil pemotongan dari mesin
Block Cutter berupa lembaran marmer dengan ukuran tersebut, selanjutnya
dimuat dengan Whell Loader ke tempat mesin potong ujung dengan tujuan untuk
meratakan kedua ujung dari lembaran marmer tersebut. Proses ini menggunakan
air sebagai media pembilas.
3. Mesin Pembagi (Multi blades splitting machine). Mesin ini berfungsi membagi
hasil pemotongan lembaran marmer menjadi dua bagian.
4. Kaliberasi ketebalan dan penghalusan (Grinding Machine). Pada proses ini
lembaran marmer yang telah terbagi tersebut kemudian dikupas/ dihaluskan
permukaannya untuk mendapatkan ketebalan yang pas dan sesuai dengan
permintaan.
5. Pengeringan, Pendempulan, dan Pemanasan (Plastering Line). Proses ini terdiri
dari tiga tahapan dimana lembaran marmer yang ada telah melewati proses
penghalusan kemudian dikeringkan dengan menggunakan angin yang berasal dari
2
blower. Kemudian lubang didempul dengan tenaga manusia, setelah itu lembaran
marmer melewati dua buah oven yang bertujuan untuk mempercepat proses
pengerasan.
6. Pemolesan (Polishing Machine). Proses pemolesan dikerjakan dengan mesin
poles yang terdiri dari beberapa batu poles dengan tingkat kehalusan yang
berbeda-beda. Untuk medapatkan kilap yang sempurna batu poles diatur dan
disusun berurutan sesuai dengan tingkat kehalusannya serta pengaturan tekanan
yang sesuai.
7. Mesin Potong Pas (Double hydraulic squaring machine). Proses ini dilakukan
dengan dua tahapan yaitu tahap pertama pemotongan untuk panjang yang
diinginkan kemudian masuk ke tahap kedua yaitu pemotongan untuk lebar yang
diinginkan.
8. Mesin pengering dan pembersih (Drying and Clearing Machine). Setelah
melalaui proses potong pas, pekerjaan selanjutnya adalah pada mesin poles wax
yang gunanya sebagai proses pembersihan dan pengeringan. Bagian bawah dari
marmer yang kering kemudian di lem yang berguna untuk menghindari rembesan
semen pada waktu marmer akan dipasang dan sekaligus sebagai proses akhir dari
beberapa proses pemotongan dalam pabrik.
9. Proses packing. Proses ini dilakukan secara manual yang bertujua untuk
meratakan permukaan serta pinggiran-pinggiran dari marmer untuk mendapatkan
hasil yang lebih indah. Proses selanjutnya adalah peemriksaan “Quality Control”
dimana proses ini bertujuan untuk memisahkan amrmer berdasarkan eklasnya.
Pada hasil pengamatan dari disnaker, PT ARWN memiliki noise rata-rata 90dB dan di
dalam pabrik bisa mencapai 120dB, getaran 4 m/det2 pada hand and arm vibration.
Daerah OI merupakan salah satu daerah endemik demam berdarah. Di wilayah OI
juga memiliki frekuensi kasus narkoba dan alkohol yang tinggi.
4
sebagai indikator dimana bakteri ini dapat menjadi
sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah
terkontaminasi oleh patogen atau tidak
5. Open dumping : Sampah dibuang begitu saja di TPA tanpa ada
perlakuan apapun, atau menumpuk sampah terus
hingga tinggi tanpa dilapisi dengan lapisan
biotekstil dan saluran lindi (limbah cair yang
berasal dari sampah basah atau sampah organik
yang terkena air hujan)
6. Hand and arm : Pemaparan yang bersifat segmental yaitu hanya
vibration bagian tubuh tertentu (lengan dan bahu) yang
mengalami kontak dengan sumber getaran.
7. Fe : Unsur kimia dengan nomor atom 26 yang penting
untuk penyusunan hemoglobin sitokrom dan
komponen sistem enzim pernapasan lainnya.
8. Mn : Unsur kimia dengan nomor atom 25 yang
keracunannya disebabkan akibat inhalasi debu
mangan dan bisa menimbulkan berbagai gejala
termasuk gangguan mental yang menyertai sindrom
mirip parkinsonisme dan radang sistem pernapasan.
9. MSDs : Gangguan pada bagian otot skeletal yang
disebabkan oleh otot menerima beban statis secara
berulang dan terus menerus dalam jangka waktu
yang lama dan akan menyebabkan keluhan berupa
kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon.
10. Conveyor : Suatu sistem mekanik yang mempunyai fungsi
memindahkan barang dari satu tempat ke tempat
yang lain.
5
2.3 Identifikasi Masalah
7
2. Apa dampak dari
Boiler 1000oC
– Kelelahan
– Dehidrasi
– Heat Rash
– Heat Syncope atau Fainting
Keadaan ini disebabkan karena aliran darah ke otak tidak cukup karena
sebagian besar aliran darah dibawa ke permukaan kulit atau perifer yang
disebabkan karena pemaparan suhu tinggi.
– Heat Cramps
Keadaan ini terjadi karena pekerja berkeringat terlalu banyak dan minum air
terlalu banyak. Gejala otot yang kejang dan sakit.
Safety guard
– Pergelangan tangan yang terkilir
– tangan atau bagian anggota tubuh lain yang terputus
– Terjatuh
– Terpeleset
– Kebakaran
Proses angkat-angkut
– Gangguan kenyamanan kerja
– Kelelahan otot
– Cedera otot
– Cedera tulang belakang (back pain)
– MSDs
– Trauma muskuloskeletal
– Kecelakaan kerja
8
– Kadar hormon kortisol meningkat (jika kadarnya tinggi dalam waktu lama
bisa mengakibatkan hipertensi dan gangguan kemampuan mengingat)
– Penurunan kemampuan berpikir
Dalam waktu singkat
– Perubahan irama sirkardian
– Rasa mengantur
– Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur
Efek dalam waktu lama
– Gangguan pencernaan
– Gangguan jantung
Tidak memiliki fasilitas air, membuat sumur sendiri, mengandalkan air tanah
yang mengandung Ferum (Fe) dan Manganese (Mn), penampungan dari air
hujan dan hasil analisa bakteri ditemukan coliform
Konsentrasi besi pada air tanah bervariasi mulai dan 0,01 mg/l sampai
dengan +25 mg/l. Konsentrasi besi dalam air minum dibatasi maksimum 0.3
mg/l (sesuai Kepmenkes RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002), Mn di air tanah
sekitar <0.1 mg/l
Dampak air yang mengandung Fe dan Mn, antara lain:
– Apabila kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/l akan menyebabkan air
berbau seperti telur busuk.
– Dapat meninggalkan noda pada pakaian yang dicuci, oleh karena itu sangat
tidak diharapkan pada industri kertas, pencelupan/textil dan pabrik
minuman.
– Menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Selain itu dalam dosis besar
dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali disebabkan oleh rusaknya
dinding usus ini. Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan
terjadinya iritasi pada mata dan kulit.
9
– Gangguan fisik yang ditimbulkan oleh adanya besi terlarut dalam air adalah
timbulnya warna, bau, rasa. Air akan terasa tidak enak bila konsentrasi besi
terfarutnya > 1,0 mg/l.
– Kelebihan Mn dapat menimbulkan racun yang lebih kuat dibanding besi.
Toksisitas Mn hampir sama dengan nikel dan tembaga. Mangan bervalensi
2 terutama dalam bentuk permanganat merupakan oksidator kuat yang dapat
mengganggu membran mucous, menyebabkan gangguan kerongkongan,
timbulnya penyakit “manganism” yaitu sejenis penyakit parkinson,
gangguan tulang, osteoporosis, penyakit Perthe’s, gangguan kardiovaskuler,
hati, reproduksi dan perkembangan mental, hipertensi, hepatitis, posthepatic
cirrhosis, perubahan warna rambut, kegemukan, masalah kulit, kolesterol,
neurological symptoms dan menyebabkan epilepsi.
Coliform merupakan suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai
indikator adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap
air, susu segar, dan produk olahan susu. Adanya bakteri coliform didalam
makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan hidupnya mikroorganisme
yang bersifat enteropatogenik/toksigenik yang sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia. Dampak air yang mengandung coliform :
– Diare
– Disentri Amuba
– Kolera
– Leptospirosis
Apabila air yang mengandung logam berat atau mengandung bakteri masih
dapat digunakan untuk kebutuhan industri atau sebagai pembangkit tenaga
listrik, akan tetapi tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga
(keperluan air minum, memasak, mandi dan mencuci)
Open dumping
Dampak bagi lingkungan
– Lindi merupakan limbah cair yang berasal dari sampah basah atau sampah
organik yang terkena air hujan. Jika lindi tersebut tidak ditata dengan baik,
maka dapat menyebar ke dalam tanah dan masuk ke aquifer air tanah yang
dapat menyebabkan pencemaran air tanah
– Penyumbatan badan air.
10
– Cairan yang dihasilkan akibat proses penguraian (leachate) dapat
mencemari sumber air.
– Lahan yang luas akan tertutup oleh sampah dan tidak dapat digunakan
untuk tujuan lain.
– Gas yang dihasilkan dalam proses penguraian akan terperangkap di dalam
tumpukan sampah dapat menimbulkan ledakan jika mencapai kadar dan
tekanan tertentu.
– Sungai dan pipa air minum mungkin teracuni karena bereaksi dengan zat-
zat atau polutan sampah.
Dampak bagi manusia
– Lindi mengandung zat-zat berbahaya bagi tubuh seperti adanya kandungan
Hg, H2S, tergantung jenis sampah yang dibuang di TPA tersebut.
– Merupakan sumber dan tempat perkembangbiakan organisme penyebar
penyakit.
12
Untuk melindungi pekerja dari kebisingan industri (lingkungan tempat
kerja), NIOSH = National Institute of Occupational Safety and Health (adalah
bagian dari pusat pencegahan dan pengendalian penyakit/Center for Disease
Control and Prevention di dalam departemen pelayanan kesehatan Amerika
Serikat) menyerankan waktu maksimum untuk tiap paparan kebisingan
tertentu, dan di Indonesia sendiri waktu paparan kebisingan diatur dalam
Permenakertrans No.13/MEN/X/2011, tentang NAB (Nilai Ambang Batas)
Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja Kebutuhan Hearing Loss Prevention
Program (HLPP), akibat kerugian dari terpaparnya bising di tempat kerja,
antara lain , untuk perkerja dan pihak perusahaan Pekerja :
Kehilangan kemampuan :
– Pendengaran secara parmanen,
– Tinnitus parmanen,
– Masalah berkomunikasi di tempat kerja yang bising,
– Meningkatnya kemungkinan terjadinya kecelakaan, dan,
– Kelelahan dan stress
– Perusahaaan :
– Dari klaim kompensasi, kerugian dari perushaan akibat bising tidaklah
seberapa karena biaya konpensasi jauh lebih rendah dari pada biaya yang
dikeluarkan untuk melakukan Hearing Loss Prevention Program (HLPP),
– Klaim kompensasi Ketika seorang pekerja didiagnosa mengalami
kehilangan kemampuan pendengaran akibat kebisinngan, perusahaan
menanggung kompensasi untuk pekerja,
– Produktivitas. Bising dapat secara langsung mempengauhi tingkat
produktivitas dengan memperlambat performansi kerja dan meningkatnya
jumlah keselahan saat bekerja,
– Resiko kecelakaan. Bising dapat menjadi kontribusi dalam kecelakaan
industri, yaitu saat keselamatan pelaksanan pekerjaan bergantung pada
komunikasi suara, dan bising akan menjadi ancaman untuk keselamatan
Pengaruh kebisingan seperti tidur terganggu, beberapa ketegangan mental yang
disebabkan oleh kebisingan, akan menyebabkan bertambah cepatnya denyut
nadi serta hipertensi, yang dapat mengarah kepada suatu bahaya lain di mana si
penderita tidak dapat mendengar teriakan atau suara peringatan sehingga
memungkinkan dapat mengakibatkan kecelakaan. Secara terus-menerus berada
13
ditengah-tengah kebisingan ditempat kerja dan lalu lintas dapat berakibat
hilangnya kepekaan mendengar yang mengarah kepada ketulian.
Tenaga kerja normal yaitu yang tidak mengalami gangguan getaran pada
tangannya memperlihatkan sedikit saja penurunan suhu kulit tangan tepat
sesudah bekerja mengalami getaran dan suhu kulit tangannya akan naik 1- 2
derajat sesudah terpapar getaran selama 5 menit.
Bila tenaga kerja terpapar oleh getaran lengan tangan,efek dalam jangka waktu
pendek yang akan timbul adalah kelelahan dan ketidaknyamanan saat bekerja
serta turunnya produktivitas kerja. Pemaparan dalam jangka waktu yang lama
dapat menyebabkan terjadinya carpal tunnel syndrome(CTS).
Gejala yang timbul akibat hand arm vibration syndrome adalah: mati rasa yang
sifatnya sementara pada ujung jari tetapi tidak mempengaruhi aktivitas kerja.
Selanjutnya ujung jari memutih, ada rasa sakit jika aliran darah kembali
normal.
Para teknisi banyak memberikan perhatian terhadap frekuensi getaran yang
menyebabkan fenomin Raynaud.Frekuensi sekitar 30-40 Hz adalah penyebab
terjadinya gejala. Fenomin Raynaud tidak timbul pada frekuensi kurang dari
35 Hz. Frekuensi diatas 160 Hz mengakibatkan bukan gejala demikian,
melainkan gejala iritasi saraf.
Vibrasi dapat menyebabkan perubahan dalam tendon, otot, tulang dan sendi,
dan dapat mempengaruhi sistem saraf. Secara kolektif, efek vibrasi tangan
lengan dikenal dengan hand arm vibration syndrome(HAVS).
Tenaga kerja yang mengalami HAVS akan mengalami:
14
a. Serangan pemutihan (blancing) satu jari atau lebih bila juga terpapar
dingin.
b. Rangsangan nyeri seperti disengat (tingling) dan kehilangan rasa di jari.
c. Kehilangan rasa rabaan lembut.
d. Sensasi nyeri dan dingin diantara serangan jari menjadi putih(white
finger).
e. Kehilangan kekuatan menggemgam.
f. Struktur tulang membentuk kista di jari dan pergelangan tangan.
Perkembangan dari HAVS bersifat bertahan dan keparahan semakin lama
semakin meningkat. HAVS mungkin menjadi dapat diamati secara klinis
setelah beberapa bulan atau beberapa tahun. Pada pemaparan, maka aliran
darah (efek vaskular) akan terkena dan menyebabkan kehilangan sensasi raba
(efek neurologis) pada jari. Menurunnya aliran darah dapat mengakibatkan
white finger dalam lingkungan dingin. Keparahan dari sindrom hand arm
vibration tergantung dari beberapa faktor seperti karakteristik dari pemaparan
vibrasi, pelaksanaan kerja, riwayat perorangan, dan kebiasaan.
Klasifikasi Stockholm untuk perubahan sensorineural pada jari pada penderita
HAVS
Sindrom getaran tangan lengan juga dikenal dengan fenomena raynaud akibat
kerja. Fenomena raynaud disebabkan oleh kondisi aliran darah ke ekstremitas
terganggu. Faktor lingkungan kerja berperan dalam terjadinya fenomena
tersebut, dimana hal ini biasanya berarti terjadinya konstriksi saluran darah di
tangan yang mengarah ke gejala seperti nyeri, nyeri seperti disengat, serta
pemucatan jari dan ibu jari.
15
penduduk. Dampak ekonomi langsung pada penderita DBD adalah biaya
pengobatan, sedangkan dampak ekonomi tidak langsung adalah kehilangan
waktu kerja, waktu sekolah dan biaya lain yang dikeluarkan selain untuk
pengobatan seperti transportasi dan akomodasi selama perawatan penderita
16
2. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap psikis
– Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
– Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
– Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
– Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
– Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
3. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap lingkungan sosial
– Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
– Merepotkan dan menjadi beban keluarga
– Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
Pekerja 300 orang dimana 50% dari pekerja berasal dari luar
Jika daerah tempat para pekerja itu memiliki penyakit endemism maka ada
kemungkinan 50% pekerja yang berasal dari luar daerah tidak mempunyai
imunitas terhadap penyakit endemis tersebut sehingga lebih rentan terkena
penyakit tersebut.
Marmer umumnya tersusun atas mineral kalsit atau kalsium karbonat (CaCO3)
dengan kandungan mineral minor lainnya yaitu kuarsa, mika, klorit, tremolit,
dan silikat lainnya seperti graphit, hematit, dan limonit
Keracunan akut
– Terhirup Kalsium karbonat: dapat menyebabkan iritasi mekanik disertai
batuk dan bersin.
– Konsentrasi yang berlebihan dari debu bahan ini pada ruang kerja dapat
menyebabkan deposit yang tidak nyaman pada saluran hidung.
– Kontak dengan mata. Kalsium karbonat: dapat menyebabkan kemerahan
pada mata, rasa nyeri, dan keluar air mata.
– Tertelan Kalsium karbonat: penelanan bahan ini dapat menyebabkan iritasi
lambung dan sendawa, mual sesaat, konstipasi atau diare, dan peningkatan
sekresi lambung.
Keracunan kronis
– Terhirup Kalsium karbonat: tidak tersedia data.
– Kontak dengan kulit. Kalsium karbonat: paparan berulang dan lama
terhadap bahan dapat menyebabkan dermatitis.
17
– Kontak dengan mata. Kalsium karbonat: paparan berulang dan lama
terhadap bahan dapat menyebabkan konjungtivitis.
– Tertelan Kalsium karbonat: dapat menyebabkan obstruksi usus dan
pengerasan tinja.
– Paparan berulang dan lama dapat menyebabkan hiperkalsemia dengan
gejala berupa anoreksia, mual, muntah, konstipasi, nyeri perut, mulut
kering, rasa haus, dan poliuria. Alkalosis, kalsinosis, azotemia,
hipofosfatemia, alkaluria, dan batu ginjal juga pernah dilaporkan.
Safety guard
– Administrative control : safety briefing sebelum bekerja, warning sign
penggunaan APD lengkap
– Engineering control :pemasangan handrail di sepanjang jalan mendaki
Proses angkat-angkut
– Administrative control: safety briefing sebelum bekerja, warning sign
penggunaan APD lengkap.
– Engineering control: penggunaan alat bantu angkat-angkut yang
mempermudah kerja
– Metode angkut yang benar
– Melakukan pemindahan material yang aman sesuai batasan
– Beban kerja tidak melebihi 30-40% kemampuan maksimum bekerja dalam
waktu 8 jam sehari
18
– Menentukan waktu kemampuan kerja maksimum menggunakan pengukuran
denyut nadi (tidak melebihi 30-40 kali per menit di atas denyut nadi
sebelum bekerja)
– Melakukan angkat angkut dengan frekuensi sesuai batasan
Tidak memiliki fasilitas air, membuat sumur sendiri, mengandalkan air tanah
yang mengandung Ferum (Fe) dan Manganese (Mn), penampungan dari air
hujan dan hasil analisa bakteri ditemukan coliform
Penghilangan Besi (Fe) dan Mangan (Mn)
Baik besi maupun mangan, dalam air biasanya terlarut dalam bentuk
senyawa atau garam bikarbonat, garam sulfat, hidroksida dan juga dalam
bentuk kolloid atau dalam keadaan bergabung dengan senyawa organik. Oleh
karena itu cara pengolahannya pun harus disesuaikan dengan bentuk senyawa
besi dan mangan dalam air yang akan diolah. Pada proses penghilangan besi
19
dan mangan, prinsipnya adalah proses oksidasi, yaitu menaikkan tingkat
oksidasi oleh suatu oksidator dengan tujuan merubah bentuk bentuk besi
terlarut menjadi bentuk besi tidak terlarut (endapan). Endapan yang terbentuk
dihilangkan dengan proses sedimentasi dan filtrasi.
Pada umumnya metode yang digunakan untuk menghilangkan besi dan
mangan adalah metode fisika, kimia, biologi maupun kombinasi dari masing –
masing metode tersebut. Metode fisika dapat dilakukan dengan cara filtrasi,
aerasi, presipitasi, elektrolitik, pertukaran ion (ion exchange), adsorpsi dan
sebagainya. Metode kimia dapat dilakukan dengan pembubuhan senyawa
khlor, permanganat, kapur – soda, ozon, polyphosphat, koagulan, flokulan, dan
sebagainya. Metode biologi dapat dilakukan dengan cara menggunakan
mikroorganisme autotropis tertentu seperti bakteri besi yang mampu
mengoksidasi senyawa besi dan mangan.
Pemilihan proses tersebut dipilih berdasarkan besarnya konsentrasi zat
besi atau mangan serta kondisi air baku yang digunakan. Untuk
menghilangkan zat besi dan mangan di dalam air yang paling sering digunakan
adalah dengan cara proses oksidasi secara kimiawi kemudian dilanjutkan
dengan pemisahan endapan/ suspensi/ dispersi atau (suspended solid) yang
terbentuk menggunakan proses sedimentasi dan atau filtrasi. Untuk
meningkatkan efisiensi pemisahan endapan tersebut maka dapat digunakan
proses koagulasi-flokulasi yang dilanjutkan dengan sedimentasi dan filtrasi.
Manajemen risiko air yang terkontaminasi coliform , dengan cara:
a. Merebus
Merebus adalah cara yang telah lama dikenal masyarakat, tapi masih
banyak ibu yang salah melakukan perebusan air. Seharusnya, air yang sudah
mendidih tidak langsung diangkat atau api jangan langsung dimatikan. Ini
supaya kuman yang mati lebih banyak lagi.
b. Klorinisasi
Yaitu pemberian zat klorin pada air setelah diambil dari sumbernya.
Tujuannya sama, untuk membunuh kuman agar air dapat dikonsumsi.
Klorin cukup dicampurkan dalam air sesuai takaran yaitu 1,25% (misalnya
20 liter air (1 galon) = 3 tetes klorin).kemudian aduk/kocok dan diamkan
selama 30 menit. Setelah itu air sudah bisa dikonsumsi, namun baunya
masih tajam. Untuk menghilangkan baunya, diamkan air selama semalaman
20
dengan ditutupi kain kasa agar baunya menguap. Air yang dimurnikan
dengan cra ini bisa menurunkan risiko diare sebesar 40-80%. Cara ini aman
digunakan dalam jangka waktu lama karena tidak menimbulkan
pengendapan klorin dalam tubuh. Selain itu, air minum dengan klorin ini
lebih kecil beresiko terpapar bakteri dibandingkan cara lainnya.
c. Sodis (solar water desinfectan)
Metode ini memanfaatkan cahaya matahari, sehingga murah, tetapi sangat
tergantung cuaca. Caranya adalah dengan memasukkan air layak minum
kedalam botol plastik yang aman digunakan (dengan tulisan PET
dibawahnya, dan tidak tergores), kemudian air dalam botol ini dijemur
dibawah sinar matahari selama 6 hingga 12 jam, agar panas yang dihasilkan
bersinergi dengan sinar UV untuk membunuh bakteri dalam air.
d. Biosand filter
Metode ini mensterilkan air dengan cara menyaringnya dengan saringan
berupa tumpukan pasir halus, pasir kasar, pecahan genteng, bahan ijuk, dan
arang. Cara ini biasanya dilakukan untuk air dalam wadah berkapasitas
besar untuk keperluan mencuci, memasak, atau langsung diminum. Cara ini
terbukti mampu menyaring, mengendapkan, dan mematikan bakteri yang
adala dalam air jika didiamkan hingga 21 hari.
e. Filter keramik
Bahan keramik tertentu dapat mematikan bakteri dalam air. Cara kerja filter
keramik ini hampir sama dengan biosand filter. Filter keramik ini dibuat
menyerupai pot dengan keran. Didalamnya terdapat bahan-bahan penyaring
dari bahan pasir, arang, ijuk/gambut, dan sebagainya.
f. Flokulasi/penggumpalan dan disinfeksi
Flokulasi dan disinfeksi adalah metode pengolahan air minum dengan
proses penggumpalan untuk menjernihkan air (menyisihkan kekeruhannya).
Pada air baku diberikan bahan kimia tertentu kemudian diaduk secara
mekanis dalam suatu tempat hingga merata. Kemudian air tersebut dialirkan
ke wadah penampuangan lain untuk proses penggumpalan/flokulasi. Di
akhir proses akan terbentuk endapan flok/gumpalan dalam bak pengendap.
Untuk lebih amannya kemudian dilakukan disinfeksi dengan klorin.
21
Open dumping
– Sejak tahun 2013 metode open dumping sudah tidak diperbolehkan. Maka
pabrik harus menggantinya dengan metode sanitary landfill.
– Pengurangan sampah semaksimal mungkin mulai dari sumbernya
– Membuat jadwal untuk membuang sampah supaya sampah di pabrik tidak
menumpuk
– Menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran tenaga kerja dalam
pengelolaan sampah
– Memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah dan
manfaat hasil pengolahan sampah.
22
e) Menambah sekat dengan bahan yang dapat menyerap bising pada
ruang kerja. Pemasangan peredam ini dapat dilakukan pada dinding
suatu ruangan bising.
Pada Active Noise Control dapat dilakukan dengan Kontrol pada Sumber.
Pengontrolan kebisingan pada sumber dapat dilakukan dengan modifikasi
sumber, yaitu penggantian komponen atau mendesain ulang alat atau
mesin supaya kebisingan yang ditimbulkan bisa dikurangi. Program
maintenance yang baik supaya mesin tetap terpelihara, dan penggantian
proses. Misalnya mengurangi faktor gesekan dan kebocoran suara,
memperkecil dan mengisolasi elemen getar, melengkapi peredam pada
mesin, serta pemeliharaan rutin terhadap mesin. Tetapi cara ini
memerlukan penelitian intensif dan umumnya juga butuh biaya yang
sangat tinggi (Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar, 2003).
Jika kita berada pada lingkungan kerja dengan kebisingan >100 dB A,
maka usaha kontrol pada sumber kebisingan harus dilakukan. Menurut
Standard Basic Requirement OSHA, rekayasa mesin harus dilakukan pada
kondisi ini, dengan beberapa teknik berikut :
– Cladding, adalah teknik untuk mengurangi pancaran bising dari pipa
akibat aliran fluida di dalamnya. Cladding terdiri atas lapisan penyerap
suara dan bahan impermeable. Lapisan ini ada berbagai jenis dengan
tingkat atenuasi yang bervariasi.
– Silencer, Attenuator, Muffler. digunakan untuk mereduksi bising fluida
dengan meletakkannya di daerah atau jalur aliran fluida. Metode lain
untuk meredam bising seperti penggunaan alat peredam bising
“silencer” yang diletakkan padavent gas. Silencer dapat digunakan
untuk mengurangi kebisingan dengan frekuensi tinggi, kompresor,
blower, dan pompa vakum. Alat ini didisain sedemikian rupa sehingga
aliran udara melewati tabung akustik berlubang yang dikelilingi oleh
lapisan tebal dari material penyerap suara yang akan menurunkan
kebisingan denganrange frekuensi tinggi dengan penurunan tekanan
minimum. Silencer terbuat dari konstruksi baja dimana permukaan luar
dilapisi dengan baik. Alat ini didisain untuk menangani udara kering
dengan temperatur di bawah 93oC. Untuk temperatur tinggi digunakan
kemasan fiberglass.
23
Secara praktis di lapangan, pengendalian bising pada sumber dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan cara pemeliharaan
mesin-mesin secara kontinu, penempatan mesin-mesin pada ruangan
khusus dan jauh dari kegiatan masyarakat atau karyawan, serta
melengkapi mesin-mesin dengan penutup mesin sehingga dapat
mengurangi kebisingan.
2. Pengendalian secara administratif
Pengendalian ini meliputi rotasi kerja pada pekerja yang terpapar oleh
kebisingan dengan intensitas tinggi ke tempat atau bagian lain yang lebih
rendah, cara mengurangi paparan bising dan melindungi pendengaran.
3. Pemakaian alat pelindung telinga
Pengendalian ini tergantung terhadap pemilihan peralatan yang tepat untuk
tingkat kebisingan tertentu, kelayakan dan cara merawat peralatan. Jenis-
jenis alat pelindung telinga (Roestam, 2004) :
a) Sumbat telinga (ear plugs), dimasukkan dalam telinga sampai
menutup rapat sehingga suara tidak mencapai membrane timpani.
Sumbat telinga dapat mengurangi bising s/d 30 dB. Ear plugs,
digunakan untuk tingkat kebisingan sedang (80-95 dB), dengan waktu
paparan 8 jam. Terdapat berbagai macam earplugs, baik bentuk padat
maupun berongga. Bahannya terbuat dari karet lunak, karet keras,
lilin, plastik atau kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Pengunaan ear
plugs mempunyai beberapa keuntungan, selain mudah dibawa karena
bentuknya yang kecil, tidak membatasi gerakan kepala, lebih nyaman
digunakan pada tempat panas, juga lebih murah (dibandingkan ear
muff), Ear Plug juga lebih mudah dipakai bersama dengan kacamata
dan helm. Sedangkan kekurangan ear plugs adalah atenuasinya lebih
kecil, sukar mengontrol atau diawasi, resiko infeksi pada saluran
telinga.
24
b) Tutup telinga (ear muff), menutupi seluruh telinga eksternal dan
dipergunakan untuk mengurangi bising s/d 40-50 dB. Ear muff,
terbuat dari karet dan plastik. Earmuffs bisa digunakan untuk
intensitas tinggi (>95 dB), bisa melindungi seluruh telinga, ukurannya
bisa disesuaikan untuk berbagai ukuran telinga, mudah diawasi dan
walaupun terjadi infeksi pada telinga alat tetap dapat dipakai.
Kekurangannya, penggunaan ear muff menimbulkan
ketidaknyamanan, rasa panas dan pusing, harga relatif lebih mahal,
sukar dipasang pada kacamata dan helm, membatasi gerakan kepala
dan kurang praktis karena ukurannya besar. Ear muff lebih protektif
daripada ear plugs jika digunakan dengan tepat, tapi kurang efektif
jika penggunaannya kurang pas seperti pada pekerja menggunakan
kaca mata.
c) Helmet (enclosure), menutupi seluruh kepala dan digunakan untuk
mengurangi bising maksimum 35dB.
27
Frekuensi kasus narkoba dan alkohol yang tinggi
1. Preventif
- Pendidikan Agama sejak dini
- Pembinaan kehidupan rumah tangga yang harmonis dengan penuh
perhatian dan kasih saying.
- Menjalin komunikasi yang konstruktif antara orang tua dan anak
- Orang tua memberikan teladan yang baik kepada anak-anak.
- Anak-anak diberikan pengetahuan sedini mungkin tentang narkoba,
jenis, dan dampak negatifnya
2. Tindakkan Hukum
Dukungan semua pihak dalam pemberlakuan Undang-Undang dan
peraturan disertai tindakkan nyata demi keselamatan generasi muda
penerus dan pewaris bangsa. Sayangnya KUHP belum mengatur tentang
penyalah gunaan narkoba, kecuali UU No :5/1997 tentang Psikotropika
dan UU no : 22/1997 tentang Narkotika. Tapi kenapa hingga saat ini
penyalah gunaan narkoba semakin meraja lela ? Mungkin kedua Undang-
Undang tersebut perlu di tinjau kembali relevansinya atau menerbitkan
kembali Undang-Undang yang baru yang mengatur tentang
penyalahgunaan narkoba ini.
3. Rehabilitasi
Didirikan pusat-pusat rehabilitasi berupa rumah sakit atau ruang rumah
sakit secara khusus untuk mereka yang telah menderita ketergantungan.
Pekerja 300 orang dimana 50% dari pekerja berasal dari luar
Perusahaan bisa melakukan vaksinasi agar meminimalisir para pekerja dari
luar daerah terkena penyakit endemis.
Perusahaan dapat mananggulangi masalah yang timbul dengan cara:
– Sering memberikan waktu berkumpul bersama antar pekerja
– Memberikan posisi dalam perusahaan secara obyektif
– Sedangkan untuk masalah kesehatan, dapat diberikan penyuluhan akan
bahaya DBD pada karyawan yang berasal dari luar daerah agar lebih mawas
diri.
28
Marmer umumnya tersusun atas mineral kalsit atau kalsium karbonat (CaCO3)
dengan kandungan mineral minor lainnya yaitu kuarsa, mika, klorit, tremolit,
dan silikat lainnya seperti graphit, hematit, dan limonit
– Mesin
Saat dilakukan pemotongan batu marmer lakukan pembasahan dengan air
ketika mesin menyala dan beroperasi
– Manusia
Gunakan masker, pelindung mata, sepatu khusus, sarung tangan, dan
pakaian pelindung ketika berada di dalam lingkungan kerja
5. Apa dampak dari jam kedatangan dokter hanya di hari kamis hingga jam 12
siang?
Dampak dari kedatangan dokter yang hanya sebentar adalah kurangnya pelayanan
kesehatan, tujuan pelayanan kesehatan tidak tercapai, dan tidak ada upaya
promotif preventif oleh dokter perusahaan sehingga dapat menyebabkan
– Peningkatan resiko terjadinya penyakit akibat kerja
– Proses penyembuhan penyakit kurang efektif
29
- Memasang tanda peringatan pada daerah pabrik dengan tingkat paparan
tinggi terhadap zat-zat kimia
- Pemeriksaan kesehatan rutin : thorax foto, respirometri
- Penggunaan APD:
- Masker
- Respirator
1. Respirator pemurni udara
MSD’s
Manajemen resiko
Controlling atau pengendalian terhadap MSDs dapat dilakukan dengan
melakukan evaluasi terhadap faktor-faktor yang telah ditemukan. Selain itu
juga dapat dilakukan perubahan metode kerja, menata ulang peralatan dan area
kerja untuk mengurangi resiko MSDs, libatkan karyawan untuk memberikan
ide-ide agar sistem kerja menjadi lebih baik sehingga produktivitas kerja dapat
meningkat.
Pengendalian pada umumnya terbagi menjadi tiga (Cohen et al,1997):
1. Mengurangi atau mengeliminasi kondisi yang berpotensi bahaya
menggunakan pengendalian teknik;
2. Mengubah dalam praktek kerja dan kebijakan manajemen yang sering
disebut pengendalian administratif;
30
3. Menggunakan alat pelindung diri agar tidak mengalami risiko MSDs pada
saat melakukan pekerjaan, maka ada beberapa hal yang harus dihindari. Hal
tersebut adalah:
- Jangan memutar atau membungkukkan badan ke samping;
- Jangan menggerakkan, mendorong atau menarik secara sembarangan,
karena dapat meningkatkan risiko cidera;
- Jangan ragu meminta tolong pada orang;
- Apabila jangkauan tidak cukup, jangan memindahkan barang.
Program untuk mengurangi MSDs
1. Rekayasa Tehnik
Substitusi, yaitu mengganti alat atau bahan lama dengan alat atau bahan
baru yang aman, menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan
prosedur penggunaan peralatan.
2. Rekayasan Manajemen
- Pendidikan dan pelatihan
- Pengaturan waktu kerja dan istirahat seimbang.
- Pengawasan yang intensif.
DBD
Manajemen Risiko DBD
1. 4 M- PLUS
- MENGURAS : Menguras dan menyikat dinding tempat penampungan air
seperti : bak mandi dan drum.
- MENUTUP : Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti :
drum, tempayan dan lain-lain.
- MENGUBUR : Mengubur atau menimbun barang-barang bekas serta
mengumpulkan barang-barang bekas yang dapat menampung air dan
dibuang ke tempat pembuangan sementara (TPS).
- PLUS CARA LAIN : Mengganti air vas bunga seminggu sekali,
mengeringkan air di alas pot bunga, memperbaiki saluran air dan talang
air yang tidak lancar/rusak serta memasang kawat kasa atau
menggunakan obat anti nyamuk serta menggunakan kelambu untuk
menghindari dari gigitan nyamuk.
31
- MEMANTAU : Memantau dan memeriksa tempat-tempat penampungan
air sebagai tempat berkembangbiak nyamuk aedes aegpty seperti bak
mandi, drum, ban bekas, alas pot bunga, dispenser, tempat minum
burung dan lain-lain.
2. Memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk
3. Cegah gigitan nyamuk dengan cara:
- Membunuh jentik nyamuk Demam Berdarah di tempat air yang sulit
dikuras atau sulit air dengan menaburkan bubuk temephos (abate) atau
altosoid 2-3 bulan sekali dengan takaran 1 gram abate untuk 10 liter air
atau 2,5 gram altosoid untuk 100 liter air. Abate dapat di peroleh/dibeli
di Puskesmas atau di apotek.
- Mengusir nyamuk dengan obat anti nyamuk.
- Mencegah gigitan nyamuk dengan memakai obat nyamuk gosok.
- Memasang kawat kasa di jendela dan di ventilasi
Program untuk mengurangi DBD
1. Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan dengan maksud untuk menyampaikan informasi dan
pengetahuan kepada pekerja tentang penyakit DBD, bagaimana cara
mencegah dan memberantas penyakit demam berdarah yang lebih efektif,
yaitu melalui pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah (PSN-DBD)
dengan 4 M-Plus.
Manfaat dari kegiatan penyuluhan adalah menambah pengetahuan pekerja
yang pada akhirnya mau dan mampu secara bersama sama dan terus
menerus berperan aktif melakukan pemberantasan sarang nyamuk ( PSN )
dengan 4 M-plus.
2. Pemantauan Jentik Berkala
Pemantauan jentik berkala kegiatan untuk melihat situasi kepadatan jentik
pada tempat penampungan air di pabrik oleh kader Juru Pemantau Jentik
(Jumantik) atau dokter tempat kerja, sehingga dapat meningkatkan
kewaspadaan dini agar pekerja terhindar dari penularan penyakit Demam
Berdarah Dengue.
3. Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN )
Kegiatan dimaksud adalah pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk (
PSN ) secara bersama sama pada waktu yang bersamaan ( serentak ) oleh
32
semua pekerja pabrik. Sehingga kegiatan ini dapat memotivasi dan
menggerakkan pekerja untuk berperan serta dalam melakukan PSN-DBD
secara mandiri dan berkesinambungan.
4. Fogging dengan Insektisida
Pengasapan dilakukan sesuai dengan kesimpulan analisis dari kegiatan
penyelidikan epidemiologi penyakit DBD di tempat tinggal penderita dan
lingkungan sekitarnya.
Apabila kesimpulan akhir harus dilaksanakan pengasapan (fogging),
maka Pengasapan ( fogging ) dilakukan oleh petugas puskesmas atau
bekerjasama dengan dinas kesehatan kabupaten/kota.
Persyaratan Fogging dengan insektisida :
- Adanya penderita positif DBD berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium dan laporan (SO) dari Rumah Sakit/Klinik/BP/Puskesmas.
- Didukung hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang telah terlatih dengan ditemukannya penderita demam
tanpa sebab minimal 3 orang dan atau tersangka penderita DBD serta
ditemukan positif jentik Aedes (≥ 5 % ) dari rumah/bangunan disekitar
rumah penderita.
Diare
Manajemen resiko
1. Menggunakan air bersih
2. Cuci tangan sebelum makan
3. Mengkonsumsi makanan bersih dan bergizi
Program untuk mengurangi Diare
1. Penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
2. Melakukan tes kesehatan untuk koki yang bertugas
2.5 Hipotesis
Pekerja PT ARWN memiliki resiko tinggi terpapar hazard fisik, biologi, kimia,
fisiologis, dan psikososial.
34
2.6 Learning Issues
Dalam ergonomi sistem kerja harus disesuaikan dengan manusia atau pekerja
(fit the job to the man / the worker). Termasuk jika dalam sistem kerja tersebut
terdapat bahaya atau risiko (hazards) yang mengancam pekerja, maka sistem kerja
tersebut harus didesain atau redesain agar “sesuai” dengan pekerja (tidak mungkin
kan si pekerja harus dilatih atau “dievolusikan” supaya kebal terhadap hazards
tersebut). Hal tersebut perlu dilakukan karena hazards tersebut dapat mengganggu
keselamatan, kesehatan, produktivitas, dan kualitas kerja. Jadi perusahaan harus
melindungi pekerja dari bahaya-bahaya atau risiko-risiko (hazards) di tempat kerja
tersebut seperti mesin, bahan berbahaya, dan prosedur kerja yang berbahaya.
b. Tujuan K3
Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan
produktif.Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman, 1990) :
- Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat.
- Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya
hambatan.
c. Ruang Lingkup K3
41
Menurut Jane A. Le R.N dalam bukunya The New Nurse in Industry,
beberapa fungsi specific dari perawat hiperkes adalah :
- Persetujuan dan kerjasama dari pimpinan perusahaan/ industry dalam
membuat program dan pengolahan pelayanan hiperkes yang mana bertujuan
memberikan pemeliharaan / perawatan kesehatan yang sebaik mungkin
kepada tenaga kerja
- Memberikan/ menyediakan primary nursing care untuk penyakit -penyakit
atau korban kecelakaan baik akibat kerja maupun yang bukan akibat kerja
bedasarkan petunjuk- petunjuk kesehatan yang ada.
- Mengawasi pengangkutan si sakit korban kecelakaan ke rumah sakit , klinik
atau ke kantor dokter untuk mendapatkan perawatan / pengobatan lebih
lanjut
- Melakukan referral kesehatan dan pencanaan kelanjutan perawatan dan
follow up dengan rumah sakit atau klinik spesialis yang ada
- Mengembangkan dan memelihara system record dan report kesehatan dan
keselamatan yang sesuai dengan prosedur yang ada di perusahaan
- Mengembangkan dan memperbarui policy dan prosedur servis perawatan
- Membantu program physical examination (pemeriksaan fisik) dapatkan
data-data keterangan-keterangan mengenai kesehatan dan pekerjaan.
Lakukan referral yang tepat dan berikan suatu rekomendasi mengenai hasil
yang positif.
- Memberi nasehat pada tenaga kerja yang mendapat kesukaran dan jadilaj
perantara untuk membantu menyelesaikan persoalan baik emosional
maupun personal.
- Mengajar karyawan praktek kesehatan keselamatan kerja yang baik,dan
memberikan motivasi untuk memperbaiki praktek-praktek kesehatan.
- Mengenai kebutuhan kesehatan yang diperlukan karyawan dengan obyektif
dan menetapkan program Health Promotion, Maintenance and Restoration
- Kerjasama dengan tim hiperkes atau kesehatan kerja dalam mencari jalan
bagaimana untuk peningkatan pengawasan terhadap lingkungan kerja dan
pengawasan kesehatan yang terus menerus terhadap karyawan yang
terpapar dengan bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatannya.
42
- Tetap waspada dan mengikuti standar-standar kesehatan dan keselamatan
kerja yang ada dalam menjalankan praktek-praktek perawatan dan
pengobatan dalam bidang hiperkes ini.
- Secara periodic untuk meninjau kembali program-program perawatan dan
aktifitas perawatan lainnya demi untuk kelayakan dan memenuhi kebutuhan
serta efisiensi.
- Ikut serta dalam organisasi perawat (professional perawat) seperti ikatan
paramedic hiperkes, dan sebagainya.
- Merupakan tanggung jawab pribadi yang tidak boleh dilupakan dan penting
adalah mengikuti kemajuan dan perkembangan professional (continues
education).
44
Acap kali sebagai manejer pelayanan kesehatan dengan tanggung-jawab
pada progran perencanaan dan pengembangan, program pembiayaan dan
manajemen.
7) Research
Mengenali pelayanan yang berhubungan dengan masalah kesehatan,
mengenali faktor – faktor yang berperanan untuk mengadakan perbaikan.
8) Legal-Ethical Monitoring
Paramedis hiperkes harus sepenuhnya memahami ruang lingkup pelayanan
kesehatan pada tenaga kerja sesuai perundang-undangan, mampu menjaga
kerahasiaan dokumen kesehatan tenaga kerja.
9) Community Organization
Mengembangkan jaringan untuk meningkatkan pelayanan kepada tenaga
kerja. Perawat hiperkes yang bertanggung-jawab dalam memberikan
perawatan tenaga kerja haruslah mendapatkan petunjuk-petunjuk dari
dokter perusahaan atau dokter yang ditunjuk oleh perusahaan. Dasar-dasar
pengetahuan prinsip perawatan dan prosedur untuk merawat orang sakit
dan korban kecelakaan adalah merupakan pegangan yang utama dalam
proses perawatan yang berdasarkan nursing assessment, nursing diagnosis,
nursing intervention dan nursing evaluation adalah mempertinggi efisiensi
pemeliharaan dan pemberian perawatan selanjutnya.
Perawat hiperkes mempunyai kesempatan yang besar untuk menerapkan
praktek-praktek standar perawatan secara leluasa. Seorang perawat
hiperkes, melalui program pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
hendaknya selalu membantu karyawan / tenaga kerja untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal.
g. Penegakan Diagnosa
48
3. Dalam bidang pendidikan
Pemerintah telah membentuk dan menyelenggarakan pendidikan untuk
menghasilkan tenaga Ahli K3 pada berbagai jenjang Pendidikan,
misalnya:
a. Diploma 3 Hiperkes di Universitas Sebelas Maret
b. Strata 1 pada Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya peminatan
K3 di Unair, Undip, dll dan jurusan K3 FKM UI.
c. Starta 2 pada Program Pasca Sarjana khusus Program Studi K3,
misalnya di UGM, UNDIP, UI, Unair.
Pada beberapa Diploma kesehatan semacam Kesehatan Lingkungan dan
Keperawatan juga ada beberapa SKS dan Sub pokok bahasan dalam
sebuah mata kuliah yang khusus mempelajari K3.
3. Sanitasi Air
Sanitasi Dasar
Air merupakan salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia
sepanjang masa. Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan. Apabila
tidak diperhatikan maka air yang dipergunakan masyarakat dapat mengganggu
kesehatan manusia. untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar
tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh
bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan
industri dan kegiatan lainnya (Wardhana, 2004).
49
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MenKes/Per/IX/1990,
yang di maksud air bersih adalah air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
di masak. Air bersih merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi
standar kehidupan manusia secara sehat. ketersediaan air yang terjangkau dan
berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di
perkotaan maupun di perdesaan.
1. Manfaat Air
Pemanfaatan air untuk berbagai keperluan adalah (Usman D, 2000):
- Untuk keperluan air minum.
- Untuk kebutuhan rumah tangga I (cuci pakaian, cuci alat dapur, dan lain-
lain).
- Untuk kebutuhan rumah tangga II (gelontor, siram-siram halaman)
- Untuk konservasi sumber baku PAM.
- Taman Rekreasi (tempat-tempat pemandian, tempat cuci tangan).
- Pusat perbelanjaan (khususnya untuk kebutuhan yang dikaitkan dengan
proses kegiatan bahan-bahan/ minuman, WC dan lain-lain).
- Perindustrian I (untuk bahan baku yang langsung dikaitkan dalam proses
membuat makanan, minuman seperti the botol, coca cola, perusahaan roti
dan lain-lain).
- Pertanian/ irigasi
- Perikanan
50
2. Syarat Air Bersih
Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua syarat yaitu
kuantitas dan kualitas (Depkes RI, 2005).
- Syarat Kuantitatif
Syarat kuantitatif adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung
kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang
dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar.
Secara kuantitas di Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5
liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi, cuci kakus 12 liter,
minum 2 liter, cuci pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter, taman
11,8 liter, cuci kendaraan 21,8 liter, wudhu 16,2 liter, lain-lain 33,3 liter
(Slamet, 2007).
- Syarat Kualitatif
Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan
mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air (Slamet, 2007).
a. Parameter Fisik
Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak
berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu
sebaiknya di bawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan
rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang rendah.
- Bau
Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh
masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air.
- Rasa
Air yang bersih biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak
tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat
membahayakan kesehatan.
- Warna
Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme
yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam
humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning
51
muda, menyerupai urin, oleh karenanya orang tidak mau
menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor dapat
membentuk senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warnapun
dapat berasal dari buangan industri.
- Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang
bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik biasanya
berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat
berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga
merupakan sumber kekeruhan.
- Suhu
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat
membahayakan kesehatan, menghambat reaksi-reaksi biokimia di
dalam saluran/pipa, mikroorganisme pathogen tidak mudah
berkembang biak, dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga.
- Jumlah Zat Padat Terlarut
Jumlah zat padat terlarut (TDS) biasanya terdiri atas zat organik,
garam anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka
kesadahan akan naik pula. Selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan
terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah
tersebut.
b. Parameter Mikrobiologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri. Jumlah
dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang
mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari harus bebas dari bakteri pathogen. Bakteri golongan coli tidak
merupakan bakteri golongan pathogen, namum bakteri ini merupakan
indikator dari pencemaran air oleh bakteri pathogen.
c. Parameter Radioaktifitas
Dari segi parameter radioaktivitas, apapun bentuk radioaktivitas efeknya
adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar.
Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik.
Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan
52
apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan
berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi.
d. Parameter Kimia
Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar
secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan
antara lain air raksa (Hg), alumunium (Al), Arsen (As), barium (Ba), besi
(Fe), Flourida (F), Kalsium (Ca), derajat keasaman (pH), dan zat kimia
lainnya. Air sebaiknya tidak asam dan tidak basa (Netral) untuk
mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi
air. pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5 – 9.
53
c. Water Based Disease
Water Based Disease Adalah penyakit yang ditularkan oleh bibit penyakit
yang sebagian besar siklus hidupnya di air seperti Schistosomiasis. Larva
schistoma hidup di dalam keong air. Setelah waktunya larva ini akan
mengubah bentuk menjadi carcaria dan menembus kulit (kaki) manusia
yang berada di dalam air tersebut.
d. Water Related Insect Vectors
Water Related Insect Vectors Adalah penyakit yang di tularkan melalui
vektor yang hidupnya tergantung pada air misalnya malaria, demam
berdarah, filariasis, yellow fever dan sebagainya.
Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh
tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan
dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil
dari proses pernafasan. Pembuangan Kotoran manusia dalam ilmu kesehatan
lingkungan dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urine, pada
umumnya disebut latrine, jamban atau kakus (Notoatmodjo, 2003).
Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup
penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran
yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber
air. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain;
thypus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang dan
pita), schistosomiasis dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
Air limbah atau air kotoran adalah air yang tidak bersih dan mengandung
berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan dan
lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi
(Azwar,1995).
55
- Akibat Terhadap Lingkungan
Air buangan limbah dapat menjadi sumber pengotoran, sehingga bila tidak
dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan pencemaran terhadap air
permukaan, tanah atau lingkungan hidup dan terkadang dapat dapat
menimbulkan bau serta pemandangan yang tidak menyenangkan.
- Akibat Terhadap Kesehatan Masyarakat
Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat
menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat
menjadi media tempat berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, larva
nyamuk ataupun serangga lainnya dan juga dapat menjadi media transmisi
penyakit seperti cholera, thypus dan lainnya.
Pengelolaan Sampah
56
- Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh
satu orang.
2. Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah
tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. oleh sebab itu setiap rumah
tangga atau institusi harus mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan
sampah, kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut
harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan selanjutnya ke
Tempat Penampungan Akhir (TPA).
Mekanisme sistem atau cara pengangkutannya untuk daerah perkotaan adalah
tanggung jawab pemerintah daerah setempat, yang didukung oleh partisipan
masyarakat produksi sampah, khusunya dalam hal pendanaan. Sedangkan
untuk daerah perdesaan pada umumnya sampah dapat dikelola oleh masing-
masing keluarga tanpa memerlukan TPS maupun TPA. Sampahnya umumnya
dibakar atau dijadikan pupuk.
3. Pemusnahan Sampah
Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara,
antara lain :
- Ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang
diatas tanah kemudian sampah dimasukan dan ditimbun dengan sampah.
- Dibakar (incenarator) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar
di dalam tengku pembakaran.
- Dijadikan pupuk (composting) yaitu pengelolaan sampah menjadikan
pupuk, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan dan
sampah lain yang dapat membusuk.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
58
perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support)
dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk
membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam
tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka
menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan (Notoadmodjo, 2007).
Menurut Tarigan (2004), sasaran PHBS pada anak-anak yang kurang baik
akan menimbulkan berbagai penyakit seperti diare, sakit gigi, sakit kulit dan
cacingan. dengan demikian untuk mengurangi prevelensi dampak buruk tersebut
maka perlu diterapkan sasaran PHBS dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Kebersihan Kulit
Memelihara kebersihan kulit, harus memperhatikan kebiasaan berikut ini :
- Mandi dua kali sehari
- Mandi pakai sabun
- Menjaga kebersihan pakaian
- Menjaga kebersihan lingkungan
2. Kebersihan Rambut
Untuk selalu memelihara rambut dan kulit kepala dan kesan cantik serta tidak
berbau apek, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang
kurangnya Dua kali seminggu.
- Mencuci rambut dengan shampo atau bahan pencuci rambuit lain
- Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri (Irianto K,
2007)
3. Kebersihan Gigi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan gigi adalah sebagai
berikut :
63
- Menggosok gigi secara benar dan teratur dan dianjurkan setiap habis makan
- Memakai sikat gigi sendiri
- Menghindari makanan yang merusak gigi
- Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi
- Memeriksakan gigi secara rutin (Irianto K, 2007)
4. Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku
Kebersihan tangan berhubungan dengan penggunaan sabun dan cuci tangan
dengan menggunakan sabun. Pencucian tangan dengan sabun yang benar dan
disaat yang tepat memainkan peranan penting dalam mengurangi kemungkinan
adanya bakteri penyebab diare melekat pada tangan, tapi praktik cuci tangan
harus dilakukan dengan benar dan pada saat yang tepat.Waktu yang tepat
untuk mencuci tangan dengan sabun adalah ketika sebelum makan, setelah
buang air besar dan kecil (BAPPENAS, 2008).
5. Kebiasaan Berolahraga
Olahraga yang teratur mencakup kualitas gerakan dan kuantitas dalam arti dan
frekuensi yang digunakan untuk berolah raga. Dengan demikian akan
menetukan status kesehatan seseorang khususnya anak-anak pada masa
pertumbuhan (Notoatmojo, 2007).
6. Kebiasaan Tidur yang Cukup
Tidur yang cukup diperlukan oleh tubuh kita untuk memulihkan tenaga.
Dengan tidur yang cukup, kemampuan dan keterampilan akan meningkat,
sebab susunan syaraf serta tubuh terpelihara agar tetap segar dan sehat.Tidur
yang sehat merupakan kebutuhan penting yang dibutuhkan setiap hari. Tidur
yang sehat apabila lingkungan tempat tidur udaranya bersih, suasana tenang
dan cahaya lampu remang-remang (tidak silau) serta kondisi tubuh yang
nyaman (Irianto K, 2007).
7. Gizi dan Menu Seimbang
Keadaan gizi setiap individu merupakan faktor yang amat penting karena zat
gizi zat kehidupan yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan
manusia sepanjang hayatnya. Gizi seimbang adalah makanan yang beraneka
ragam yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan
serat sesuai dengan proporsi yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan
serta pola makan yang teratur yaitu tiga kali sehari pada pagi, siang dan malam
hari (Tarigan M, 2004).
64
4. Pengolahan Limbah
Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara
berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan,
berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah
yang tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area
komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.
1. Vermi Compost
Vermi Compost atau Kompos Cacing adalah pupuk yang berasal dari
kotoran cacing (vermics). Pupuk ini dibuat dengan memelihara cacing dalam
tumpukan sampah organik hingga cacing tersebut berkembang biak di
dalamnya dan menguraikan sampah organik dan menghasilkan kotoran. Proses
ini dikenal sebagai vermiksisasi (Murbandono, 1994). Proses pembuatan
kompos jenis ini tidak berbeda dengan pembuatan kompos pada umumnya;
yang membedakan hanya starternya yang berupa cacing.
65
Kompos cacing dapat menyuburkan tanaman karena kotoran cacing
memiliki bentuk dan struktur yang mirip dengan tanah namun ukuran partikel-
partikelnya lebih kecil dan lebih kaya akan bahan organik sehingga memiliki
tingkat aerasi yang tinggi dan cocok untuk dijadikan media tanam. Kompos
cacing memiliki kandungan nutrisi yang hampir sama dengan bahan organik
yang diurainya. Spesies cacing yang umum digunakan dalam proses ini
diantaranya Eisenia foetida, Eisenia hortensis, dan Perionyx excavatus, namun
cacing biasa (Lumbricus terestris) juga dapat digunakan.
2. Biogas
Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau
fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk di antaranya; kotoran manusia
dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau
setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik.
Kandungan utama dalam biogas adalah metana metana dan karbon dioksida.
Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan
untuk mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan
sambil Mengurai dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan. Metana
dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu bara, dan
menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang lebih
sedikit. Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer
oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan
66
menambah jumlah karbon di atmosfer bila dibandingkan dengan
pembakaran bahan bakar fosil.
3. Open Dumping
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya
untuk membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia.
Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yang tidak terpakai, lubang bekas
pertambangan, atau lubang-lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan darat
yang dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan
sampah yang higienis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yang tidak
dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah
lingkungan, di antaranya angin berbau sampah, menarik berkumpulnya Hama,
dan adanya genangan air sampah.
67
Sistem pembuangan sampah Open Dumping adalah sistem pembuangan
sampah di suatu lahan terbuka tanpa ada persiapan lahan pembuangan, tidak
dilapisi oleh lapisan geotekstil. Sampah ditumpuk secara terus menerus tanpa
ditutup dan tanpa ada pengolahan lebih lanjut, hanya dibiarkan teruka begitu
saja. Di negara maju, banyak penimbunan sampah yang mempunyai sistem
pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang
terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di
menara pembakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk
membangkitkan listrik.
Penduduk sekitar TPA pada umumnya tidak setuju jika ada TPA Open
Dumping di dekat rumah mereka karena bau serta penyakit dari gunung-gunun
sampah yang sangat mengganggu kenyamanan dan keindahan hunian. Open
Dumping merupakan sistem pembuangan yang tidak saniter karena dapat
menjadi media perkembangbiakan lalat dan tikus sehingga menimbulkan
sumber penyakit, selain karena menimbulkan bau tak sedap dan pemandangan
yang tidak enak dilihat, sehingga tidak direkomendasikan untuk digunakan.
4. Controlled Landfill
Controlled landfill adalah tempat pembuangan sampah yang dalam
pemilihan lokasi maupun pengoperasiannya sudah mulai memperhatikan
sayarat teknis (SNI) mengenai tempat pembuangan akhir sampah. Sistem
Controlled Landfill merupakan tahap peningkatan dari metode Open Dumping.
Cara pengolahannya adalah sampah ditimbun dalam suatu TPA yang
sebelumnya telah disiapkan secara teratur, dibuat barisan dan lapisan setiap
harinya dan dalam kurun waktu tertentu timbunan sampah tersebut diratakan
dan dipadatkan oleh alat berat seperti buldozer maupun track loader. Setelah
sampah tersebut rata dan padat, timbunan sampah kemudian ditutup oleh tanah
setiap 5-7 hari sekali.
69
5. Sanitary Landfill
Sanitary Landfill adalah sistem pengolahan sampah yang
mengembangkan lahan cekungan dengan syarat tertentu meliputi jenis
porositas tanah. Umumnya batuan landasan yang digunakan di lahan
pembuangan adalah lempung atau pelapisan dengan geotekstil. Tempat
pembuangan sampah dengan metode Sanitary Landfill memang memerlukan
biaya konstruksi yang sangat besar tetapi sepadan dengan resiko kerusakan
lingkungan yang dapat diminimalkan. TPA Sanitary Landfill di Indonesia
belum sepenuhnya dilakukan dengan baik, justru cenderung berubah menjadi
sistem Open Dumping.
Kelemahan yang dimiliki oleh metode pengolahan jenis ini adalah biaya
operasional yang diperlukan sangat mahal sehingga tidak semua wilayah
mampu menjalankan sistem ini. Selain itu sistem pengolahan Sanitary Landfill
dapat merosot menjadi tempat sampah terbuka (Open Dumping) jika tidak
dirancang dan diatur dengan baik. Sistem ini juga dapat menyebabkan polusi
air, produksi metana dari dekomposisi limbah, serta dapat menimbulkan
bahaya kebakaran atau resiko ledakan material.
6. Insenerator
Insinerasi atau pembakaran sampah adalah teknologi pengolahan sampah
yang melibatkan pembakaran bahan organik. Insinerasi dan pengolahan
sampah bertemperatur tinggi lainnya didefinisikan sebagai pengolahan termal.
Insinerasi material sampah mengubah sampah menjadi abu, gas sisa hasil
70
pembakaran, partikulat, dan panas. Gas yang dihasilkan harus dibersihkan
dari polutan sebelum dilepas ke atmosfer. Panas yang dihasilkan bisa
dimanfaatkan sebagai energi pembangkit listrik.
71
dioksida, namun gas metana merupakan gas yang memiliki efek rumah kaca
yang tinggi dari pada karbon dioksida.
- Insinerasi sampah medis dan sampah sisa metabolisme manusia
menghasilkan sisa pembakaran (abu) yang steril dan cukup aman bagi
lingkungan dan kesehatan selama ditangani dengan baik
- Volume sampah yang dibakar berkurang hingga sekitar 90%, sehingga
banyak mengurangi penggunaan lahan untuk pembuangan sampah akhir
PT.ARWN
Hazard
- Suhu (boiler) - Kandungan - Koki tidak tes - Proses angkat- - Shift kerja
- Noise marmer kesehatan angkut berlebih
- Vibration - Debu hasil - Coliform - Pekerja dari luar
- Mesih tanpa marmer - Daerah endemik daerah
safety guard - Air tanah yang DBD - Tingkat alkohol
mengandung Fe dan narkoba
dan Mn tinggi
- Open dumping
Penyakit Akibat
Kerja
72
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pekerja PT ARWN memiliki resiko tinggi terpapar hazard fisik, biologi, kimia,
fisiologis, dan psikososial karena belum menerapkan K3 dengan baik.
73
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad bin Jusoh. Et. al. 2005. Study on the Removal of Iron and Manganese in
Groundwater by Granular Activated Carbon. Santa Margherita – Italia : Elsevier.
Animous, 2010, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan Kerja, Jakarta,
KementerianTenagaKerjadanTransmigrasi.
Anonim. Iron and Manganese Removal. Minnesota – USA : SDWA
[Internet]http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26007/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses tanggal 16 Mei 2016.
[Internet]http://ikk354.weblog.esaunggul.ac.id/wp-
content/uploads/sites/310/2013/03/MANAJEMEN-PENGENDALIAN-BISING.pdf.
Diakses tanggal 16 Mei 2016.
[Internet]http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31189/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses tanggal 16 Mei 2016.
[Internet]http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/50465/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses tanggal 16 Mei 2016.
[Internet]http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2012/04/diana.pdf.Diakses tanggal
16 Mei 2016.
[Internet]http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27601/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses tanggal 18 Mei 2016.
Murwani Anita, Skep. 2003. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta.
Fitramaya.
Nugraheni, Awaliana, 1999. Kelahan Otot Dalam Kaitannya Dengan
Penerapan Ergonomi. Kudus : PT Bura Barutama.
Pusat kesehatan kerja, 2005. Mengangkat dan mengangkut. Jakarta : Balai Hiperkes Pusat.
Rachman, Abdul, et al. 1990. Pedoman Studi Hiperkes pada Institusi Pendidikan Tenaga
Sanitasi. Jakarta: Depkes RI, Pusdiknakes.
Silalahi, Benet dan Silalahi, Rumondang. 1985. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo.
Suma’mur P.K., 1994. Keselamatan dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV. Gunung
Agung.
Suma’mur P.K., 1984. Keselamatan Kerja Dan Ergonomi. Jakarta: CV Gunung Agung.
Tarwaka, et al (2004), Ergonomi Untuk K3 dan Produktvitas, UNIBA Press: Surakarta.
74