Anda di halaman 1dari 22

TETANUS

Outline

1 Definisi 5 Manifestasi klinik 9 Komplikasi

2 Epidemiologi
6 Diagnosis
10 Prognosis

3 Etiologi
7 Tatalaksana

4 Patogenesis
8 Pencegahan
Definisi

Tetanus (Yunani “tetanos” artinya kontraksi/


stretch/ rigidity).

Tetanus adalah penyakit pada susunan


saraf yang ditandai dengan spasme tonik
persisten disertai dengan serangan yang
jelas dan keras.
Epidemiologi

•0,5-1.000.000 kasus/ tahun


•Sporadis
• >> Neonatus dan anak-anak.
•Dominan pada negara belum berkembang dan
negara tanpa program imunisasi yang komprehensif
Etiologi
•Clostridium tetani  Basil Gram-positif
•Obligat anaerob
•Kuman hidup di tanah terutama pada tanah di daerah
pertanian/peternakan.
•Menghasilkan eksotosin (tetanolisin & tetanospasmin)
•Mampu membentuk spora (terminal spore) yang
mampu bertahan dalam suhu tinggi 249,8 °F (121 °C)
selama 10-15 menit, kekeringan dan desinfektans.
PORT D’ENTRE
•Luka tusuk, patah tulang, komplikasi kecelakaan, gigitan binatang, luka
bakar yang luas
•Luka operasi, luka yang tak dibersihkan (debridement) dengan baik
•Otitis media, karies gigi, luka kronik
•Pemotongan tali pusat yang tidak steril, pembubuhan tali pusat dengan
kotoran binatang, bubuk kopi, bubuk ramuan dan daun-daunan 
penyebab utama tetanus neonatorum.
Patogenesis
•Masuk ke dalam otot
Toksin masuk melalui otot yang terkena luka, terutama luka pada
ekstremitas, luka terinfeksi pasca operasi, luka yang kurang vaskularisasi
atau luka bakar.

•Dari otot akan menyebar ke otot yang berdekatan


Toksin menyebar melalui jalur neural sehingga terjadi peningkatan
jumlah saraf yang terlibat dalam transpor toksin ke susunan saraf pusat. Para
ahli menduga mekanisme ini disebabkan oleh tetanolisin yang memfasilitasi
kerusakan jaringan sekitar luka sehingga menjadi lingkungan yang baik bagi
pertumbuhan C. tetani.
Patogenesis
•Penyebaran ke sistem limfatik
Toksin yang berasal dari jaringan dengan cepat akan menyebar ke
nodus limfatikus regional. Dari nodus limfatikus toksin segera mengalir
melalui sistem limfatik ke dalam aliran darah.

•Penyebaran dalam aliran darah


Toksin kemudian akan diserap melalui aliran darah (sistem limfatik,
atau kapiler-kapiler di dekat depot toksin).
Patogenesis
•Masuknya toksin ke susunan saraf pusat
Toksin tetanus dialirkan baik melalui saraf sensoris, otonom,
maupun motorik. Toksin berjalan secara retrograde sepanjang jalur aksonal.
Selanjutnya toksin berhenti dan berakumulasi di ganglion radiks dorsalis dan
saraf adrenergik. Di dalam medula spinalis dan batang otak toksin
meninggalkan sel kornu anterior dan nukleus motorik di batang otak untuk
menyebrangi celah sinaptik dan mencapai bagian terminal neuron inhibitor.
Toksin tetanus bekerja dengan cara menghambat pelepasan neurotransmitter
inhibisi GABA.
Manisfestasi Klinis
Tetanus Generalisata
• Paling sering terjadi (80%).
• Trismus/lockjaw, kekakuan otot leher, sulit menelan, rigiditas otot abdomen
• Spasme sering dan berlangsung beberapa menit
• (+) Keringat berlebihan, demam, TD↑, takikardi episodik

Tetanus Lokal
• Toksin terakumulasi secara lokal di area tertentu

Tetanus Sefalik
• Luka di daerah kepala atau R/otitis media.
• Otot –otot yang terlibat adalah otot yang dipersarafi nukleus motorik batang otak dan
servikal
Diagnosis

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Laboratorium


Trismus Pemeriksaan darah dan cairan cerebro
Risus sardonicus spinal biasanya normal.
Opistotonus
Perut papan
Kejang
Gangguan pernafasan
Kriteria Pattel Joag
• Kriteria 1 : rahang kaku, spasme terbatas, disfagia dan kekauan otot tulang belakang.
• Kriteria 2 : spasme saja tanpa melihat frekuensi dan derajatnya.
• Kriteria 3 : inkubasi antara 7 hari atau kurang.
• Kriteria 4 : waktu onset adalah 48 jam atau kurang.
Grading • Kriteria 5 : kenaikan suhu rektal sampai 100oF atau aksila sampai 99oF (=37,6oC)

• Derajat 1 : kasus ringan minimal 1 kriteria K1 atau K2, mortalitas 0%.


• Derajat 2 : kasus sedang , minimal 2 kriteria (K1+K2), biasanya inkubasi lebih dari 7 hari, onset lebih dari
2 hari, mortalitas 10%.
• Derajat 3 : kasus berat, adanya minimla 3 kriteria, biasanya inkubasi kurang dari 7 hari, onset kurang dari
2 hari, mortalitas 32%.
Derajat • Derajat 4
• Derajat 5
: kasus sangat berat, minimal 4 kriteria, mortalitas 60%.
: bila terdapat 5 kriteria, termasuk tetanus neonatorum dan tetanus puerpurium, mortalitas 84%.
Luka harus dibersihkan dan debridement
Tatalaksana Pasien harus ditempatkan di daerah yang teduh tenang dan dilindungi
dari sentuhan dan pendengaran stimulasi sebanyak mungkin. Semua
luka harus dibersihkan dan debridement seperti yang ditunjukkan.

Imunoterapi
Dosis tunggal TIHG 3000-6000 IU dengan injeksi intramuskular atau
intravena
ATS 100.000 IU dengan 50.000 IU intramuskular dan 50.000 IU intravena.

Pengobatan antibiotik
- Lini pertama: Metronidazole 500 mg setiap enam jam intravena
atau secara peroral selama 7-10 hari. Pada anak-anak diberikan
dosis inisial 15 mg/kgBB secara IV/peroral dilanjutkan dengan
dosis 30 mg/kgBB setiap enam jam selama 7-10 hari.
- Lini kedua: Penisilin G 1,2 juta unit/ hari selama 10 hari (100.000
-200.000 IU / kg / hari intravena, diberikan dalam 2-4 dosis
terbagi).
- Tetrasiklin 2 gram/ hari, makrolida, klindamisin, sefalosporin dan klor
amfenikol
Tatalaksana
Insert the title of your subtitle Here

Kontrol kejang Kontrol pernafasan


Diazepam intravena secara bertahap dari 5 mg, Kontrol disfungsi otonom sambil menghindari
atau lorazepam dalam kenaikan 2 mg, titrasi kegagalan pernafasan, ventilasi mekanik
untuk mencapai kontrol kejang tanpa sedasi dianjurkan bila memungkinkan, trakeostomi
berlebihan dan hipoventilasi (untuk anak-anak, untuk mencegah terjadinya apneu.
mulai dengan dosis 0,1-0,2 mg / kg setiap 2-6
jam, titrasi ke atas yang diperlukan).

Kontrol disfungsi otonom Cairan yang memadai dan gizi


Magnesium sulfat atau morfin. Kejang tetanus mengakibatkan metabolisme yang
Magnesium sulfat dapat digunakan sendiri tinggi tuntutan dan keadaan katabolik
atau dalam kombinasi dengan benzodiazepin
untuk mengendalikan kejang dan disfungsi
otonom: 5 mg (atau 75 mg / kg) dosis
intravena, kemudian 2-3 gram per jam sampai
kontrol kejang dicapai
Pencegahan

Perawatan luka
Dilakukan terutama pada luka tusuk, luka
kotor atau luka yang diduga tercemar
dengan spora tetanus

Pencegahan
Pemberian ATS dan
tetanus toksoid pada luka
Imunisasi aktif
DPT, DT, atau tetanus toksoid
Profilaksis dengan pemberian ATS
hanya efektif pada luka baru
(kurang dari 6 jam) dan harus
segera dilanjutkan dengan
imunisasi aktif.
Diagnosis Meningitis, ensefalitis. Pada ketiga diagnosis tersebut tidak
Banding dijumpai adanya trismus, rhisus sardonikus, dijumpai gangguan
kesadaran dan kelainan cairan serebrospinal.

Rabies, dijumpai gejala hidrofobia dan kesukaran menelan,


sedangkan waktu anamnesa diketahui digigit binatang pada
waktu epidemi.

Trismus oleh karena proses lokal, seperti mastoiditis, OMSK, abses


tonsilar, biasanya asimetris.

Tetani disebabkan oleh hipokalsemia, secara klinik dijumpai


adanya spasme karpopedal.
Komplikasi
Sepsis

Aspirasi lendir/ makanan


Bronkopneumonia akibat / minuman
infeksi sekunder bakteri

Patah tulang belakang


(fraktur kompresi)
Kekakuan otot laring dan
otot jalan nafas
Prognosis
Tabel. Phillips score

Keterangan:
 <9, severitas ringan
 9-18, severitas sedang
 >18, severitas berat
Kesimpulan
 Tetanus adalah penyakit akut yang mengenai sistem saraf, yang disebabkan oleh eksotoksin
yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani.

 Clostridium tetani biasanya memasuki tubuh melalui luka. Masuk ke dalam tubuh manusia dala
m bentuk spora kemudian menjadi bentuk vegetatif dan menghasilkan racun tetanospasmin
dan tetanolisin.

 Manifestasi dari tetanus adalah timbul gejala kekakuan pada semua bagian seperti trismus,
risus sardonicus, mulut mencucu, opistotonus, perut seperti papan, sampai kejang.

 Tatalaksana tetanus dengan memberikan ruangan yang tenang kepada pasien, imunoterapi
seperti dosis tunggal TIHG 3000-6000 IU atau/ dan anti tetanus serum (ATS) 100.000 IU
dengan 50.000 IU intramuskular dan 50.000 IU intravena, pemberian antibiotic metronidazole
500 mg setiap enam jam intravena atau secara peroral selama 7-10 hari, mengkontrol kejang,
otonom, pernafasan dan pemberian cairan serta gizi yang memadai.

 Prognosis tergantung pada masa inkubasi, onset, jenis luka dan status imunitas pasien.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai