Anda di halaman 1dari 26

KARYA ILMIAH

TEMA NASIONALISME

Disusun oleh :
Nama : Joni Arisandi
Jurusan : **********

BAB I
Pendahuluan
A.Judul
Memudarnya Kesadaran Mempertahankan Budaya Bangsa

B.Latar Belakang
Budaya merupakan ciri khas atau identitas suatu bangsa sehingga budaya dapat
mencerminkan jati diri bangsa,apabila budaya itu hilang maka identitas suatu bangsa akan
dipertanyakan dan kejadian ini terjadi di Indonesia. berbagai budaya yang dari nenek moyang yang
diturunkan tidak dapat dipertahankan oleh pemerintah indonesia mengapa hal ini dapat terjadi??
Bukankah Indonesia sudah merdeka selama 67tahun .Sebagai bangsa yang berusia lumayan tua ini
seharusnya hal seperti ini sudah tidak terjadi lagi apabila pemerintah cepat mengambil tindakan
untuk menghentikan aksi klaim dari Negara lain.

C.Rumusan Masalah
1.bagaimanakah sikap kita sebagai mahasiswa menyikapi pudarnya kebanggan
terhadap
budaya Indonesia?
2.bagaimanakah cara membangkitkan kepedulian terhadap budaya Indonesia?

D.Tujuan
1. Supaya Mahasiswa di Indonesia mengetahui bagaimana menyikapi ketidakpedulian terhadap
budaya yang diambil alih Negara lain.
2. Supaya dapat membangkitkan kepedulian terhadap budaya indonesi yang telah hilang.

BAB II
Tinjauan Pustaka
Memudarnya rasa kebanggaan bagi bangsa selama beberapa tahun belakangan ini
sesungguhnya disulut oleh menguatnya sentiment kedaerahan dan semangat primodialisme pasca
krisis.Suatu sikap yang sedikit banyak disebabkan oleh kekecewaan sebagian besar anggota dan
kelompok masyarakat bahwa kesepakatan bersama (contract social) yang mengandung nilai-nilai
seperti keadilan dan perikemanusiaan dan musyawarah kerap hanya menjadi retorika kosong.
Pemberantasan korupsi terhadap para koruptor kelas kakap dan penegak hukum dan keadilan
yang sebenarnya sebagai sarana strategis untuk membangkitkan semangat cinta tanah air dalam diri
anak-anak bangsa, tetapi semuanya tampak bohong belaka. Ini membuat generasi sekarang menjadi
gamang terhadap bangsa dan negaranya sendiri.Tidak mengherankan semangat solidaritas dan
kebersamaan pun terasa semakin hilang sejak beberapa dekade terakhir. Boleh jadi, penyebab dari
memudarnya rasa nasionalisme ini juga disebabkan oleh paradigma tentang bangsa dan
nasionalisme yang kita anut berjalan ditempat.
Padahal, perkembangan nasional dan global menurut paradigma yang disuaikan dari waktu ke
waktu sesuai dengan keadaan bangsa dan negara yang berdaulat. Dari dalam itulah lahir kesadaran
berbangsa dan bernegara yang pada hakikatnya merupakan kesadaran politik yang normatif.Dari
sini pula kesadaran yang merupakan janin suatu ideologi yang disebut nasionalisme. Dalam arti
nasionalisme sebagai suatu paham yang mengakui kebenaran pikiran bahwa setiap bangsa demi
kejayaannya seharusnya bersatu bulat dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara.Dari
nasionalisme ini lahirlah ide dan usaha perjuangan untuk merealisasi Negara bangsa. Di Indonesia,
ide dan usaha seperti ini berkembang kuat pada tahun 1930-an dan memuncak pada tahun 1940-an.

Yang kemudian menjadi problem dasar disini adalah apakah tegaknya suatu bangsa yang pada
hakikatnya merupakan suatu produk kesadaran politik bernegara itu dapat dilakukan tanpa
landasan kultur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?Pertanyaan ini penting untuk dijawab,
sebab tantangan yang paling berat bagi sebuah Negara yang berdaulat sesungguhnya adalah bukan
terutama pada sikap ekspansif dari negara tetangga seperti Malaysia dalam kasus pulau Ambalat ini,
tetapi lebih pada faktor kultur atau pemeliharaan budaya, sikap hidup atau perilaku hidup sehari-
hari seperti bagaimana kita menciptakan keadilan, perikemanusiaan dan lain-lain dalam bangsa dan
Negara ini.
Selain itu, karena dalam era modern ini setiap bangsa semakin menghormati kedaulatan bangsa
lain. Meskipun dalam beberapa kasus di dunia ada Negara yang masih kurang menghormati
kedaulatan Negara lain.
Daftar sedikit budaya Indonesia yang diambil Negara lain:
1. Alat musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia;
2. Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia;
3. Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia;
4. Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia;
5. Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia;
Dan masih banyak lagi.

BAB III
Pembahasan
Dengan memudarnya nasinalisme, yang terutama disebabkan oleh begitu tingginya ketidak-
adilan; korupsi yang merajalela dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang tidak diselesaikan
secara tuntas lewat jalur hukum dan lain-lain maka musuh bangsa yang paling utama sekarang
adalah bukan penjajah, bukan sikap ekspansif atau sikap agresor Negara tetangga, melainkan
birokrasi yang korup, ketidak-adilan dan/atau ketidakmerataan ekonomi dan politik, kemiskinan,
kekuasaan yang sewenang-wenang dan sebagainya.
Pemberantasan korupsi yang hanya retorika belaka, pelanggran HAM yang tidak diselesaikan
lewat jalur hukum hingga tuntas, ketidak-adilan antara pusat dan daerah dan sebagainya harus
segera diperhatikan secara serius.Nasionalisme dengan munculnya gerakan perjuangan fisik
melawan Malaysia misalnya, bila Malaysia nekat menggangu kedaulatan RI dengan mengambil atau
merampas pulau Ambalat, merupakan sesuatu perilaku atau sikap yang sangat terpuji. Kita semua
jelas sangat mendukung setiap usaha TNI dan para sukarelawan yang berusaha menjaga keutuhan
kedaulatan Negara RI.
Tetapi, kita tidak bisa lengah sedikitpun untuk memerangi musuh bangsa kita sendiri yang korup,
menyalah-gunakan kekuasaan dan sebagainya.Karena nasionalisme kita sekarang bukan berkaitan
dengan penjajah, atau terutama terhadap perilaku ekspansif atau agresor Negara tetangga,
melainkan harus dikaitkan dengan keinginan untuk memerangi semua bentuk penyelewengan,
ketidak-adilan, perlakuan yang melanggar HAM dan lai-lain. Artinya nasionalisme saat ini
adalah usaha untuk mempertahankan eksistensi bangsa dan Negara dari
kehancuran akibat korupsi dan penyalah-gunaan kekuasaan.
Perilaku korup, menggelapkan uang negara, memanfaatkan segala fasilitas dalam lingkup
kekuasaannya demi memperkaya diri, perilaku sewenang-wenang dalam menjalankan roda
kekuasaan, tidak menghormati harkat dan martabat orang lain, gemar menerima dan menyogok
uang pelicin, uang semir, uang kopi dan sebagainya adalah perilaku antinasionalisme yang harus
diberantas.
Dan pahlawan era sekarang bukan saja mereka yang berani menumpas agresor atau penjajah,
tetapi juga mereka yang berkata tidak terhadap korupsi dan berbagai bentuk penyalah-gunaan
wewenang dan/atau kekuasaan itu. Pahlawan seperti ini tidak kalah mulianya dengan pahlawan
yang menang dari sebuah pertarungan fisik melawan siapapun yang mencoba menggangu
kedaulatan bangsa dan negara.

BAB IV
Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang harus
menjadi catatan kita kedepan adalah bagaimana menumbuh semangat nasionalisme cinta tanah air
dalam diri anak-anak bangsa. Adalah semangat untuk berperilaku jujur, berdisiplin, tidak korup dan
berani untuk melawan segala ketidak-adilan, kesewenang-wenangan kekuasaan dan lain-lain,
disamping semangat dan keterampilan fisik seperti militer untuk menghadapi setiap kekuatan yang
menggangu kedaulatan Negara RI. Sebuah kekuatan dan harga diri bangsa bukan terutama pada
kekuatan angkatan bersenjata dengan seluruh persenjataan perang yang canggih, melainkan juga
atau bahkan yang pertama adalah pada masyarakat bangsanya yang berkualitas dan bermartabat.
BAB I
PENDAHULUAN

Cinta tanah air atau nasionalisme secara etimologis berasal dari kata “nasional” dan “isme” yang
memiliki makna suatu kesadaran dan memiliki perasaan mencintai tanah air, memiliki rasa kebanggaan
sebagai bangsa, rasa memiliki, menghargai, dan menghormati bangsa. Menurut Ensiklopedi Indonesia,
nasionalisme diartikan sebagai sikap politik dan sosial dari kelompok-kelompok suatu bangsa yang
mempunyai kesamaan kebudayaan, bahasa, dan wilayah, serta kesamaan cita-cita dan
tujuan.Sedangkan kebangsaan terbentuk dari kata “bangsa” yang dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai kesatuan orang-orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan
sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri.
Seiring berkembang dan majunya jaman, rasa cinta tanah air dan berbangsa dalam diri rakyat
Indonesia meluntur. Hal ini dapat dilihat dari lingkungan keluarga yng kurang menanamkan rasa cinta
tanah air pada diri anak, di lingkungan sekolah yang terlihat berkurangnya semangat nasionalisme dalam
menyikapi peristiwa-peristiwa sejarah, dan di lingkungan masyarakat yang banyak terjadi kasus korupsi
yang dilakukan pemerintah juga adanya perseteruan antarsuku di berbagai daerah yang dapat
menyebabkan lemahnya pertahanan negara. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya perpecahan apabila
negara mendapat serangan, baik serangan internal maupun eksternal.
Untuk menanggulangi perpecahan serta meningkatkan rasa nasionalisme dalam diri masing-
masing rakyat diperlukan adanya upaya. Upaya-upaya tersebut antara lain: mengingat-ingat dan
menghargai jasa para pahlawan, mengikuti upacara bendera dengan penuh kesadaran, mengamalkan
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, dan masih banyak upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam
meningkatkan rasa cinta tanah air dan berbangsa di masyarakat Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cinta Tanah Air dan Berbangsa


Cinta tanah air atau nasionalisme secara etimologis berasal dari kata “nasional” dan “isme” yang
memiliki makna suatu kesadaran dan memiliki perasaan mencintai tanah air, memiliki rasa kebanggaan
sebagai bangsa, rasa memiliki, menghargai, dan menghormati bangsa. Menurut Ensiklopedi Indonesia,
nasionalisme diartikan sebagai sikap politik dan sosial dari kelompok-kelompok suatu bangsa yang
mempunyai kesamaan kebudayaan, bahasa, dan wilayah, serta kesamaan cita-cita dan
tujuan.Sedangkan kebangsaan terbentuk dari kata “bangsa” yang dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai kesatuan orang-orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan
sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri.
Di dalam jiwa nasionalisme tertanam sebuah keinginan untuk membangun negara sesuai dengan
cita-cita, harapan, dan kemampuan bangsa sendiri. Jiwa nasionalisme akan menjelma dalam ideologi
negara yang berlandaskan pada keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara
secara utuh dan menyeluruh tanpa bergantung kepada bangsa lain.Cinta tanah air merupakan wujud dari
sila Persatuan Indonesia yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Rasa cinta tanah air tidak terlepas daripatriotisme. Patriotisme yang merupakan sikap
kepahlawanan adalah sikap yang gagah berani, pantang menyerah, dan rela berkorban demi bangsa dan
negara.
2.2 Kondisi Rasa Cinta Tanah Air dan Berbangsa Saat Ini
a. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan media awal dari suatu proses sosialisasi. Seorang individu yang terlahir, ia
sudah berhubungan dengan lingkungan keluarganya. Pada fase ini, individu sangat bergantung kepada
perlindungan dan bantuan anggota keluarganya. Proses sosialisasi awal ini dimulai dengan proses
belajar menyesuaikan diri dan mengikuti setiap apa yang diajarkan oleh anggota keluarganya. Oleh
karena itu, keluarga merupakan media penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Seorang
individu yang hidup dalam keluarga yang memiliki rasa cinta tanah air dan berbangsa yang tinggi, dalam
perkembangan kehidupannya juga akan tertanam rasa cinta tanah air dalam dirinya.
Semakin menuju era global hingga saat ini, rasa cinta tanah air masyarakat Indonesia semakin
meluntur. Salah satu penyebab penting melunturnya rasa cinta tanah air saat ini adalah faktor keluarga.
Banyak keluarga di wilayah Indonesia saat ini tidak memprioritaskan kepentingan bersama dalam
mewujudkan cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia. Sebagian besar keluarga di Indonesia tidak
menanamkan rasa cinta tanah air kepada anaknya. Selain itu, mereka kurang memperhatikan keinginan
anak. Mereka hanya memprioritaskan kebutuhan materi, tidak memikirkan akan kebutuhan rohani.
Kurangnya perhatian keluarga, terutama orang tua, dapat menyebabkan seorang anak terjerumus dalam
hal-hal yang menyimpang. Hal ini pun juga dikarenakan merosotnya nilai religious dalam diri suatu
keluarga, sehingga mereka terpengaruh dengan adanya dorongan prioritas akan kebutuhan materi dalam
sehari-hari. Hal ini yang pada akhirnya menyebabkan melunturnya bahkan merosotnya rasa cinta tanah
air dan berbangsa dalam lingkungan keluarga.
Salah satu contoh akibat dari merosotnya rasa cinta tanah air saat ini adalah kejadian banyak
hilangnya remaja Indonesia. Setelah ditelusuri ternyata pemuda pemudi tersebut terekrut oleh organisasi
NII (Negara Islam Indonesia). Negara Islam Indonesia merupakan organisasi yang mengatasnamakan
Islam dengan tujuan mendirikan negara baru yang berideologikan Islam. Hal ini menunjukkan bahwa
organisasi NII ingin memecah persatuan negara Indonesia. Mereka merekrut orang-orang untuk
dimanfaatkan dalam rangka membantu mereka memecah persatuan Indonesia. Akan tetapi pada
kenyataannya, NII tidak berlandaskan nilai-nilai Islam, tetapi justru menghalalkan segala cara demi
mewujudkan tujuannya
Seorang anak, terutama remaja, yang sedang dalam tahap pencarian jati diri dan sedang dalam
emosi yang labil sangat mudah terpengaruh dengan suatu hal. Oleh karena itu, apabila pengawasan dari
keluarga (orang tua) kurang, anak dapat dengan mudah terjerumus dalam penyimpangan-
penyimpangan, seperti masuk dalam organisasi NII, menjadi berontak, melawan orang tua, menentang
peraturan negara, hingga membuat kekacauan seperti terorisme, yang bertujuan untuk menghancurkan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Lingkungan Sekolah

Di lingkungan sekolah, individu mempelajari hal-hal baru yang belum pernah mereka temukan,
baik di lingkungan keluarga maupun sekitarnya. Pendidikan formal mempersiapkan seorang anak
menguasai peranan-peranan baru di kemudian hari, manakala tidak lagi tergantung pada orang tuanya.
Apabila anak memasuki lingkungan sekolah, maka secara resmi ia menjadi kelompok formal yang terikat
aturan-aturan resmi dan dihadapkan pada norma-norma yang diikuti secara teratur dengan sanksi
tertentu. Selain mengenal peraturan sekolah, anak juga dibimbing untuk mengenal aturan-aturan dalam
kehidupan masyarakat.
Semakin majunya era globalisasi saat ini, rasa cinta tanah air siswa siswi di lingkungan sekolah
semakin meluntur. Hal ini disebabkan oleh majunya teknologi. Semua serba instan, serba menarik, dan
serba mudah. Oleh karena itu, banyak anak sekolah yang sering membuang-buang waktu dengan
bermain. Permainan jaman sekarang pun sudah berbeda dengan dulu. Sekarang banyak permainan
seperti Play Station dan Game Online yang lebih mudah dan lebih menarik dibandingkan permainan
tradisional. Hal ini menyebabkan anak menjadi kecanduan main game, yang selanjutnya menjadi malas
belajar, lupa waktu, hingga sering membolos sekolah. Selain itu, banyak anak sekolah yang justru malah
lebih memilih kebudayaan lain terutama dari segi mode, hingga yang terjerumus ke dunia narkoba dan
minum-minuman keras. Hal ini juga pada akhirnya menurunkan rasa cinta tanah air dan berbangsa pada
diri anak sekolah sebagai generasi muda, yang selanjutnya dapat menyebabkan kehancuran di masa
mendatang.
Dalam kehidupan sekolah, siswa diajarkan materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn). Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk meningkatkan rasa cinta tanah air warga sekolah,
terutama para siswa. Akan tetapi, banyak siswa yang tidak menerapkan ilmu-ilmu yang telah dipelajari
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, tujuan agar meningkatkan rasa cinta tanah air tidak
terlaksana dengan baik.
Setiap hari Senin, di sekolah selalu diadakan upacara bendera. Upacara bendera dimaksudkan
untuk mengingatkan kita akan perjuangan para pahlawan dalam mencapai kemerdekaan. Akan tetapi,
banyak siswa siswi yang tidak khidmat dalam mengikuti upacara bendera. Hal ini tampak pada saat
mengikuti upacara, para siswa tidak semangat dalam mengikuti tahap-tahap pelaksanaan upacara.
Mungkin bagi sebagian siswa, upacara adalah sebuah kewajiban dan peraturan sekolah. Semua ini
dikarenakan siswa belum merasakan makna dari kegiatan upacara tersebut. Bahkan di beberapa sekolah
Islam ada peraturan yang melarang warga sekolah untuk menghormati bendera merah putih, bahkan
melarang dilaksanakannya upacara. Mereka beranggapan bahwa apabila mereka menghormati bendera
berarti mereka menyekutukan Allah. Padahal menghormati bendera dimaksudkan agar warga Inonesia
menyadari dan mengingat betapa susahnya pahlawan kita dalam perannya masing-masing untuk
memperjuangkan kemerdekaan. Bendera merah putih tersebut merupakan simbol rasa cinta tanah air
kita terhadap tanah air Indonesia.
c. Lingkungan Masyarakat Umum

Lingkungan masyarakat umum adalah ruang lingkup yang lebih luas setelah bersosialisasi di
lingkungan keluarga maupun sekolah. Dalam lingkungan masyarakat, individu mengalami kondisi-kondisi
yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan, dan proses
kehidupan. Di dalam kehidupan masyarakat, setiap individu berkumpul bersama, hidup bersama dengan
saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain yang dikenal dengan istilah berinteraksi.
Dalam kehidupan masyarakat secara umum, banyak hal-hal yang dapat mempengaruhi
kepribadian seseorang. Apalagi di jaman modern seperti sekarang ini. Banyak hal-hal yang
menyebabkan lunturnya rasa cinta tanah air dalam diri masyarakat secara umum. Faktor-faktor yang
menyebabkan lunturnya rasa cinta tanah air dan berbangsa antara lain: pengaruh kebudayaan lain,
majunya teknologi, banyaknya kasus korupsi di kalangan pemerintahan, dan demokratisasi yang
melewati batas
Majunya teknologi di era globalisasi saat ini juga sangat berpengaruh dalam kehidupan
masyarakat. Majunya teknologi menyebabkan akses komunikasi antar individu di seluruh dunia menjadi
sangat mudah, praktis, dan efisien. Akan tetapi, ini sangat berdampak bagi masyarakat Indonesia.
Masyarakat yang terkenal dengan adat istiadat seperti silaturahmi dan sikap sopan santun, saat ini mulai
luntur. Majunya teknologi komunikasi menyebabkan masyarakat menjadi individualis dan mulai
meninggalkan adat silaturahmi. Mereka beranggapan bahwa hanya dengan menelepon saja sudah
cukup. Selain itu, banyak anak muda yang bersikap kurang sopan santun. Masalah yang lain adalah
turunnya semangat dalam diri masyarakat. Hal ini terbukti dari kurangnya dukungan masyarakat untuk
memajukan Indonesia. Kebanyakan masyarakat sudah terlalu sibuk dengan kepentingannya sendiri.
Pada akhirnya, hal-hal tersebut berdampak pada berkurangnya kesadaran untuk mencintai tanah air
Indonesia.
Selain majunya teknologi di era gobalisasi, pengaruh kebudayaan lain menyebabkan banyak
masyarakat lupa akan budaya Indonesia. Anggapan bahwa kebudayaan lain lebih baik dibandingkan
kebudayaan Indonesia tampak pada perilaku masyarakat Indonesia saat ini, khususnya di kalangan
pemuda. Banyak pemuda bahkan orang dewasa yang lebih senang menggunakan bahasa Ingris
dibandingkan bahasa Indonesia. Terbukti dari banyaknya tempat-tempat di Indonesia yang
menggunakan bahasa Inggris, seperti Cilandak Town Square. Contoh yang lain adalah maraknya hasil
karya seperti buku, novel, dan lagu yang menggunakan bahasa Inggris. Selain itu, masyarakat terutama
remaja juga senang meniru mode yang sedang populer saat ini, diantaranya model pakaian dan gaya
rambut. Mereka lebih senang memakai pakaian minim ala barat dibandingkan pakaian batik dan pakaian
adat daerahnya sendiri yang khas Indonesia. Ketika banyak hasil kebudayaan kita diklaim oleh bangsa
lain, kita segera bertindak serius untuk mempertahankannya. Akan tetapi jika masalah tersebut mereda,
maka akan kembali lagi seperti keadaan semula, yakni acuh tak acuh.
Banyaknya kasus korupsi di kalangan pemerintahan juga menunjukkan bukti merosotnya cinta
tanah air dan berbangsa. Banyaknya kasus korupsi menunjukkan bahwa pemerintah sudah tidak
melaksanakan amanat untuk memimpin bangsa ini. Mereka sudah memiliki sifat individualisme yang
kemudian menjadi sifat serakah untuk memperkaya diri dengan merampas uang milik rakyat. Pada
akhirnya, tidak ada kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Apabila pemerintah yang berperan
sebagai pemimpin rakyat pun sudah tidak dipercaya oleh masyarakatnya, maka yang akan terjadi
hanyalah perpecahan.

2.3 Kondisi yang Diharapkan mengenai Rasa Cinta Tanah Air dan Berbangsa Saat Ini

a. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan media awal dari suatu proses sosialisasi. Selain itu, keluarga juga merupakan
media penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Oleh karena itu, sangat dibutuhkannya
kesadaran dalam diri orang tua untuk menanamkan rasa cinta tanah air pda diri anak sejak dini. Akan
tetapi, orang tua juga tidak hanya sekedar membimbing, melainkan juga memberi contoh.
Keluarga sebaiknya juga memperhatikan kebutuhan anak. Tidak hanya kebutuhan materi, akan
tetapi juga kebutuhan yang lain. Tidak ada salahnya menuruti kebutuhan anak, asalkan semua itu
bersifat positif. Selain tiu, keluarga (orang tua ) diharapkan selalu membimbing dan mengawasi kegiatan
yang dilakukan anaknya. Hal ini bertujuan agar anak selalu terpantau, tidak menyimpang, serta tidak
terjerumus dalam hal-hal negatif. Semua ini bertujuan agar terciptanya kesadaran rasa cinta tanah air
dan berbangsa dalam diri setiap aggota keluarga.

b. Lingkungan Sekolah

Di lingkungan sekolah, individu mempelajari hal-hal baru yang belum pernah mereka temukan,
baik di lingkungan keluarga maupun sekitarnya. Pendidikan formal mempersiapkan seorang anak
menguasai peranan-peranan baru di kemudian hari, manakala tidak lagi tergantung pada orang tuanya.
Sehingga, lingkungan sekolah sangat berperan dalam pembentukan sikap dan kepribadian dalam diri
seseorang.
Majunya teknologi tidak selalu berefek positif. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Majunya
teknologi hendaknya dimanfaatkan sesuai pada kebutuhan. Majunya teknologi juga bukan berarti kita
harus menjadi malas. Oleh sebab itu, benar-benar butuh kesadaran dalam diri masing-masing siswa
dalam memanfatkan kemajuan teknologi. Selain itu, juga dibutuhkan pengawasan dari orang lain
terhadap hal apa yang dilakukan siswa agar menghindari adanya penyimpangan sosial.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran (PKn) yang bertujuan untuk meningkatkan rasa cinta
tanah air warga sekolah, terutama para siswa, diharapkan bisa lebih dimaksimalkan. Pendidikan
Kewarganegaraan hendaknya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga para siswa lebih bisa
memaknai materi kewarganegaraan yang diajarkan.
Pelaksanaan upacara di sekolah hendaknya dilakukan dengan penuh kesadaran dan semangat
para siswa. Apabila masing-masing siswa sudah memiliki kesadaran tentang pentingnya upacara
bendera, maka akan timbul semangat nasionalisme. Dengan adanya semangat mengikuti upacara, siswa
akan merasa berkewajiban untuk mencontoh dan melanjutkan perjuangan pahlawan-pahlawan
Indonesia.

c. Lingkungan Masyarakat Umum

Lingkungan masyarakat umum adalah ruang lingkup yang lebih luas setelah bersosialisasi di
lingkungan keluarga maupun sekolah. Dalam lingkungan masyarakat, individu mengalami kondisi-kondisi
yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan, dan proses
kehidupan. Di dalam kehidupan masyarakat, setiap individu berkumpul bersama, hidup bersama dengan
saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain yang dikenal dengan istilah berinteraksi.
Banyaknya faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang dapat menyebabkan lunturnya rasa
cinta tanah air dan berbangsa. Faktor-faktor tersebut antara lain: pengaruh kebudayaan lain, majunya
teknologi, banyaknya kasus korupsi di kalangan pemerintahan, dan demokratisasi yang melewati batas.
Dalam menyikapi hal-hal ini, dibutuhkan dukungan dari semua masyarakat. Pemerintah sebagai
pemimpin seharusnya memberikan contoh yang baik dalam menggunakan kebijakannya. Sedangkan
masyarakat seharusnya bisa mendukung kebijakan pemerintah yang baik serta mengawasi jalannya
pemerintahan.
Majunya teknologi di era globalisasi saat ini juga sangat berpengaruh dalam kehidupan
masyarakat. Majunya teknologi menyebabkan akses antar individu di seluruh dunia menjadi sangat
mudah, praktis, dan efisien. Akan tetapi, bukan berarti kita harus meninggalkan kebudayaan silaturahmi
secara langsung. Kita harus bisa mengontrol penggunaan alat-alat teknologi dalam kehidupan agar kita
mendapatkan dampak yang positif. Selain itu, sikap sopan santun dan semangat cinta tanah air
seharusnya dapat tetap dipertahankan.
Pengaruh kebudayaan lain telah menyebabkan banyak masyarakat lupa akan budaya Indonesia.
Anggapan bahwa kebudayaan lain lebih baik dibandingkan kebudayaan Indonesia tampak pada perilaku
masyarakat Indonesia saat ini, khususnya di kalangan pemuda. Bagaimana juga, bahasa Indonesia
adalah bahasa yang telah kita sepakati sejak 28 Oktober 1928 sebagai bahasa persatuan. Kita tidak
boleh merasa bangga dengan bahasa negara lain dibandingkan dengan menggunakan bahasa negara
kita sendiri, bahasa Indonesia. Selain itu, di semua negara di dunia memiliki kebudayaannya masing-
masing. Kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan yang sangat khas. Banyak terdapat suku, bahasa
daerah, pakaian adat, tarian adat, nyanyian adat daerah, dan sebagainya yang tidak kalah bagus dan
tidak kalah menarik dibandingkan kebudayaan yang ada di negara lain.
Pemerintah sebagai pemimpin yang telah dipercaya oleh masyarakat untuk memerintah negara
seharusnya bersikap baik dan bijaksana. Bukannya justru ingin memanfaatkan kekuasaan demi
kepentingan pribadi, contohnya korupsi. Pejabat pemerintahan yang melakukan korupsi sudah tidak
memiliki kesadaran rasa cinta tanah air dan persatuan. Pada saat banyak rakyat yang terjebak dalam
kemiskinan, mereka ingin merampas uang rakyat. Sikap pejabat yang seperti ini menyebabkan
banyaknya unjuk rasa di berbagai daerah. Selain itu, juga banyak terjadi perseteruan antarsuku di
berbagai daerah. Ketidakpercayan rakyat terhadap pemerintah dan terjadinya perseteruan antarsuku
juga pada akhirnya berdampak pada perpecahan. Hal ini yang seharusnya dihindari.

2.4 Upaya-upaya yang Dilaksanakan dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air dan Berbangsa

a. Lingkungan Keluarga

1. Sebagai orang tua selalu menanamkan pada diri anak-anaknya agar memiliki akhlak yang mulia, sikap
hormat, taat, dan sopan santun terhadap orang tua, jujur, rajin belajar, bersahaja, dan hidup hemat
dengan cara gemar menabung.
2. Orang tua menjadi contoh dan suri tauladan, menanamkan disiplin terhadap keluarganya, contohnya
berdisiplin dalam melaksanakan ibadah tepat pada waktunya.
3. Sebagai anak harus disiplin memanfaatkan waktu belajar baik di rumah maupun di tempat bimbingan
belajar.
4. Orang tua berusaha sesuai kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, baik dalam mencari
rizki, kebutuhan materi yang mendukung pendidikan anak, contohnya seperangkat komputer, laptop, dan
sarana lainnya yang bertujuan untuk memudahkan pekerjaan atau tugas dari sekolah.
5. Menanamkan sikap terbuka dalam lingkungan dan selalu bermusyawarah diantara anggota keluarga
dalam memecahkan masalah keluarga sehingga tercipta suasana yang harmonis.
6. Saling bekerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan rumah.
7. Mengajak keluarga mengunjungi tempat-tempat bersejerahseperti museum dan tempat peninggalan
sejarah yang dapat membangkitkan rasa bangga terhadap tanah air Indonesia dan meneladani para
pahlawan yang memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan tanah air Indonesia sampai titik
darah penghabisan.
8. Mengibarkan bendera merah putih di depan rumah pada hari-hari besar Nasional sebagai wujud bangga
menjadi bangsa Indonesia yang merdeka.
9. Orang tua selalu melindungi anak dan keluarga dari penyimpangan sosial, seperti penyalahgunaan
narkoba, serta melindungi dari pengaruh aliran sesat.
10. Orang tua selalu mengawasi anak dalam penggunaan fasilitas elektronik agar tidak terpengaruh oleh
dampak negatif seperti pergaulan bebas yang terutama berasal dari internet.

b. Lingkungan Sekolah

1. Di lingkungan sekolah diberikan pelajaran serta pengamalan pendidikan kewarganegaraan dan Pancasila
agar siswa dapat menjiwai dan mengamalkan Pancasila secara murni dan konsekuen.
2. Mengikuti upacara bendera hari Senin dan hari-hari besar Nasional dengan khidmat sebagi perwujudan
rasa cinta tanah air dan bangsa, serta menghormati simbol-simbol negara seperti, seperti Burung
Garuda, Bendera Merah Putih, lagu Indonesia Raya, dan lain-lain dengan sepenuh hati.
3. Mempelajari sejarah perjuangan para pahlawan kemerdekaan serta menghargai jasa-jasanya.
4. Mengikuti kegiatan Pramuka agar siswa memiliki jiwa kepemimpinan dan berdisiplin dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Mengikuti Paskibra sebagai perwujudan kebersamaan dalam menjaga agar Sang Merah Putih tetap
berkibar.
6. Ikut aktif dalam organisasi OSIS untuk menjaga persatuan antarsiswa di sekolah.
7. Mengikuti kegiatan PMR agar siswa memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi dan memiliki jiwa tolong
menolong terhadap sesama.
8. Mengikuti kegiatan Pecinta Alam sebagai wujud cinta terhadap lingkungan.
9. Mendukung progam wajib belajar 9 tahun dan pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) demi
meningkatkan SDM dan memajukan pendidikan agar di masa yang akan datang tidak bergantung pada
tenaga kerja asing.
10. Mendukung pemberian beasiswa untuk memotivasi dan mendorong siswa agar dapat terus
melanjutkan pendidikan yang tinggi sesuai cita-citanya agar di masa yang akan datang dapat berguna di
kehidupan masyarakat demi membangun negara Indonesia.

c. Lingkungan Masyarakat Umum

1. Sebagai Warga Negara Indonesia, sudah sepantasnya menghormati bangsa dan negara kita apapun
kondisinya. Rakyat yang mencintai tanah air dengan sepenuh hati dan jiwa raga akan setia melindungi
negara, meningkatkan rasa persatuan, dan berusaha bahu-membahu membangun negeri agar sejajar
dengan negara maju.
2. Ikut aktif dalam melaksanakan siskamling agar terwujud lingkungan masyarakat yang aman.
3. Mempelopori dan ikut aktif dalam memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia sebagai wujud cinta tanah
air dan berbangsa, serta menghormati jasa para pahlawan dalam mewujudkan Indonesia merdeka.
4. Ikut mensukseskan program pelestarian lingkungan yang dicanangkan oleh Presiden RI, Bapak Dr.
Susilo Bambang Yudhoyono, yaitu program penanaman sejuta pohon.
5. Mendukung pemerintah dalam program pemberian bantuan asuransi kesehatan terhadap rakyat miskin
yang bertujuan agar meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
6. Menjaga dan melestarikan kebudayaan milik Indonesia sebagai wujud mencintai hasil karya nenek
moyang yang adiluhung agar tidak diklaim negara lain.
7. Turut serta mengawasi jalannya pemerintahan dan membantu meluruskan agar pemerintahan sesuai
dengan mekanisme yang berlaku.
8. Ikut membela dan mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan bangsa dengan segenap tumpah
darah dan tulus ikhlas serta mengharumkan nama bangsa.
9. Mencintai dan menggunakan produk lokal agar pengusaha lokal maju sejajar dengan pengusaha asing.
10. Hidup bersosialisasi dengan menjalin hubungan baik antar masyarakat demi menjaga kerukunan di
masyarakat.

BAB III
KESIMPULAN

Sebagai warga negara Indonesia, kita seharusnya mencintai tanah air dengan sepenuh hati dan
segenap jiwa raga apapun kondisinya. Kita seharusnya bisa menghargai dan mencontoh para pahlawan.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Perjuangan pahlawan
terdahulu sepantasnya dihargai dengan semangat nasionalisme dan patriotisme demi membangun bumi
pertiwi. Semangat nasionalisme para pahlawan semestinya dapat dijadikan panduan bagi kita untuk terus
mencintai dan melanjutkan perjuangan para pahlawan dengan cara membangun negara Indonesia agar
menjadi lebih makmur dan lebih maju.
Kondisi rasa cinta tanah air dan berbangsa saat ini dari lingkungan keluarga, sekolah, hingga
masyarakat semakin menurun. Banyaknya faktor-faktor baik internal maupun eksternal yang
mempengaruhi kondisi rasa cinta tanah air di dalam diri masyarakat. Faktor internal yang menyebabkan
lunturnya rasa cinta tanah air misalnya adanya kekecewaan terhadap pemerintah yang korupsi.
Sedangkan faktor eksternal yang menyebabkan lunturnya rasa cinta tanah air misalnya adanya pengaruh
kebudayaan lain.
Dalam lingkungan keluarga permasalahan yang menyebabkan melunturnya rasa cinta tanah air
adalah kurang adanya perhatian dan komunikasi orang tua terhadap anak. Sebagian besar orang tua di
Indonesia tidak menanamkan rasa cinta tanah air kepada anaknya. Hal ini juga terjadi dalam lingkunyan
sekolah dan masyarakat. Menurunnya rasa cinta tanah air di lingkungan sekolah kebanyakan disebabkan
oleh majunya teknologi yang menyebabkan banyak anak sekolah menjadi malas belajar. Selain itu,
banyaknya remaja anak-anak sekolah yang terjerumus dalam pengaruh narkoba dan minum-minuman
keras. Sedangkan di lingkungan masyarakat umum, hal yang paling mempengaruhi adalah maraknya
korupsi yang dilakukan oleh pejabat pemerintah yang menyebabkan ketidakpercayaan masyarakat
terhadap pemerintah. Selain itu, juga banyak terjadi perseteruan antarsuku. Hal-hal tersebut dapat
mengakibatkan perpecahan yang menyebabkan negara lemah dan mudah diserang baik serangan
internal maupun eksternal.
Untuk meningkatkan rasa cinta tanah air dan berbangsa dalam diri masyarakat Indonesia
diperlukan upaya untuk menanamkan kesadaran akan cinta tanah air dan berbangsa sejak dini. Upaya-
upaya yang dapat dilakukan antara lain: mengingat-ingat dan menghargai jasa para pahlawan, mengikuti
upacara bendera dengan penuh kesadaran, mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, dan
masih banyak upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan rasa cinta tanah air dan
berbangsa di masyarakat Indonesia.
BAB 1
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Dalam merebut kemerdekaan dari para penjajah, para pemuda pada zaman
kolonialisme bersusah payah dengan mempertaruhkan nyawa. Mereka rela berkorban
apa saja demi membebaskan negeri ini dari kekuasaan penjajah. Hal ini dilakukan oleh
mereka dengan penuh rasa nasionalisme dan patriotisme tinggi yang mencapai
puncaknya pada Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928.
Seiring berkembangnya zaman, rasa nasionalisme dan patriotisme di kalangan
pemuda kian memudar. Hal ini dibuktikan dari berbagai sikap para pemuda dalam
memaknai berbagai hal penting bagi Negara Indonesia. Contoh sederhana yang
menggambarkan betapa kecilnya rasa nasionalisme dan patriotisme para pemuda,
diantaranya
- Pada saat upacara bendera, masih banyak pemuda yang tidak memaknai arti dari
upacara tersebut. Upacara merupakan wadah untuk menghormati dan menghargai para
pahlawan yang telah berjuang keras untuk mengambil kemerdekaan dari tangan para
penjajah. Para pemuda seakan sibuk dengan pikirannya sendiri, tanpa mengikuti
upacara dengan khidmad;
- Pada peringatan hari-hari besar nasional, seperti Sumpah Pemuda, hannya dimaknai
sebagai serermonial dan hiburan saja tanpa menumbuhkan rasa nasionalisme dan
patriotisme dalam benak mereka;
- Lebih tertariknya pemuda terhadap produk impor dibandingkan dengan produk buatan
dalam negeri; dan lain-lain.
Rasa nasionalisme dan patriotisme di kalangan pemuda pada saat ini hanya muncul
bila ada suatu factor pendorong, seperti kasus pengklaiman beberapa kebudayan
Indonesia oleh Malaysia beberapa waktu yang lalu. Namun rasa nasionalisme para
pemuda pun kembali berkurang seiring dengan meredanya konflik tersebut.
Kondisi seperti ini sangat memprihatikan. Karena itu, penulis termotivasi untuk
menyusun makalah ini, sebagai upaya menumbuhkan kembali rasa nasionalisme dan
patriotisme di kalangan pemuda.

1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa penyebab memudarnya nasionalisme dan patriotisme di kalangan pemuda?
2. Apa hubungan antara memudarnya nasionalisme dan patriotisme di kalangan pemuda
dengan kehancuran bangsa?
3. Bagaimana upaya untuk menumbuhkan kembali nasionalisme dan patriotisme di
kalangan pemuda?
1. 3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
1) memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan,
2) mengetahui penyebab memudarnya nasionalisme dan patriotisme di kalangan pemuda,
dan
3) Menambah pemahaman tentang nasionalisme dan patriotisme.

1. 4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah
1) dapat terpenuhinya tugas mata kuliah Kewarganegaraan,
2) dapat bertambahnya pengetahuan mahasiswa tentang nasionalisme dan patriotisme,
dan
3) dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme di kalangan mahasiswa.

BAB II
LANDASAN TEORETIS

2. 1 Pengertian Nasionalisme
Pengertian nasionalisme menurut beberapa ahli, yaitu
1. Menurut Ernest Renan: Nasionalisme adalah kehendak untuk bersatu dan bernegara.
2. Menurut Otto Bauar: Nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau karakter
yang timbul karena perasaan senasib.
3. Menurut Hans Kohn, Nasionalisme secara fundamental timbul dari adanya National
Counciousness. Dengan perkataan lain nasionalisme adalah formalisasi (bentuk) dan
rasionalisasi dari kesadaran nasional berbangsa dan bernegara sendiri.
4. Menurut L. Stoddard: Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh
sebagian terbesar individu di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai
perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa.
5. Selanjutnya menurut Louis Sneyder. Nasionalisme adalah hasil dari perpaduan faktor-
faktor politik, ekonomi, sosial, dan intelektual.
Jadi Nasionalisme dapat diartikan:
 Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya
sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti
ini jelas mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan
seperti ini sering disebut chauvinisme.
 Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang
wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.

2. 2 Pengertian Patriotisme
Patriotisme memiliki beberapa dimensi dengan berbagai istilah, namun Staub
(1997) membagi patriotisme dalam dua bagian yakniblind dan constructive
patriotism (patriotisme buta dan patriotisme konstruktif). Staub menyatakan patriotisme
sebagai sebuah keterikatan (attachment) seseorang pada kelompoknya (suku, bangsa,
partai politik, dan sebagainya). Keterikatan ini meliputi kerelaan seseorang dalam
mengidentifikasikan dirinya pada suatu kelompok sosial (attachment) untuk selanjutnya
menjadi loyal.
Patriotisme buta didefinisikan sebagai sebuah kerikatan kepada negara dengan ciri
khas tidak mempertanyakan segala sesuatu, loyal dan tidak toleran terhadap kritik.
Patriotisme konstruktif didefinisikan sebagai sebuah keterikatan kepada bangsa dan
negara dengan ciri khas mendukung adanya kritik dan pertanyaan dari anggotanya
terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan / terjadi sehingga diperoleh suatu
perubahan positif guna mencapai kesejahteraan bersama.

2. 3 Pengertian Bangsa
1. Menurut Ernest Renan, bangsa terbentuk karena adanya keinginan untuk hidup
bersama ( hasrat untuk bersatu ) dengan perasaan kesetiakawanan yang agung.
2. Menurut Otto Bauer, bangsa adalah kelompok manusia yang mempunyai kesamaan
karakter, karakteristik tumbuh karena adanya kesamaan nasib.
3. Menurut F. Ratzel, bangsa terbentuk karena adanya hasrat bersatu. Hasrat itu timbul
karena adanya rasa kesatuan antara manusia dan tempat tinggalnya (paham
geopolitik).
4. Menurut Hans Kohn, bangsa adalah buah hasil tenaga hidup manusia dalam sejarah.
Suatu bangsa merupakan golongan yang beraneka ragam dan tidak bisa dirumuskan
secara eksak.
5. Menurut Jalobsen, Lipman, bangsa adalah suatu kesatuan budaya (cultural unity) dan
kesatuan politik (political unity).
BAB III
PEMBAHASAN

3. 1 Penyebab Memudarnya Nasionalisme dan Patriotisme di Kalangan Pemuda


3. 1. 1 Faktor Penyebab Internal
a) Pemerintahan pada zaman reformasi yang jauh dari harapan para pemuda, sehingga
membuat mereka kecewa pada kinerja pemerintah saat ini. Terkuaknya kasus-kasus
korupsi, penggelapan uang Negara, dan penyalahgunaan kekuasaan oleh para pejabat
Negara membuat para pemuda enggan untuk memerhatikan lagi pemerintahan.
b) sikap keluarga dan lingkungan sekitar yang tidak mencerminkan rasa nasionalisme dan
patriotisme, sehingga para pemuda meniru sikap tersebut. Para pemuda merupakan
peniru yang baik terhadap lingkungan sekitarnya.
c) Demokratisasi yang melewati batas etika dan sopan santun dan maraknya unjuk rasa,
telah menimbulkan frustasi di kalangan pemuda dan hilangnya optimisme, sehingga
yang ada hanya sifat malas, egois dan, emosional.
d) Tertinggalnya Indonesia dengan Negara-negara lain dalam segala aspek kehidupan,
membuat para pemuda tidak bangga lagi menjadi bangsa Indonesia.
e) Timbulnya etnosentrisme yang menganggap sukunya lebih baik dari suku-suku lainnya,
membuat para pemuda lebih mengagungkan daerah atau sukunya daripada persatuan
bangsa.

3. 1. 2 Faktor Penyebab Eksternal


a) Cepatnya arus globalisasi yang berimbas pada moral pemuda. Mereka lebih memilih
kebudayaan Negara lain, dibandingkan dengan kebudayaanya sendiri, sebagai
contohnya para pemuda lebih memilih memakai pakaian-pakaian minim yang
mencerminkan budaya barat dibandingkan memakai batik atau baju yang sopan yang
mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Para pemuda kini dikuasai oleh narkoba dan
minum-minuman keras, sehingga sangat merusak martabat bangsa Indonesia
b) Paham liberalisme yang dianut oleh Negara-negara barat yang memberikan dampak
pada kehidupan bangsa. Para pemuda meniru paham libelarisme, seperti sikap
individualisme yang hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan keadaan
sekitar dan sikap acuh tak acuh pada pemerintahan.

3. 2 Hubungan Antara Memudarnya Nasionalisme Dan Patriotisme di Kalangan


Pemuda dengan Kehancuran Bangsa
Pemuda adalah penerus bangsa. Bangsa akan menjadi maju bila para pemudanya
memiliki sikap nasionalisme dan patriotisme yang tinggi. Namun dengan perkembangan
zaman yang semakin maju, malah menyebabkan memudarnya rasa nasionalisme dan
patriotisme. Nasionalisme sangat penting terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara karena merupakan wujud kecintaan dan kehormatan terhadap bangsa
sendiri. Dengan hal itu, pemuda dapat melakukan sesuatu yang terbaik bagi
bangsanya, menjaga keutuhan persatuan bangsa, dan meningkatkan martabat bangsa
dihadapan dunia.
Patriotisme juga sangat penting, karena patriotisme yang dianut bangsa Indonesia
adalah wujud kesetiaan terhadap bangsa dan Negara. Patriotisme yang sesungguhnya
adalah rela mengorbankan tenaga, harta benda, dan yang lainnya demi bangsa
Indonesia. Dengan sikap patriotism, bangsa Indonesia dapat menjadi Negara yang kuat
dan tidak mudah untuk ditaklukan.
Namun, dengan memudarnya rasa nasionalisme dan patriotisme dapat mengancam
dan menghancurkan bangsa Indonesia. Hal itu terjadi karena ketahanan nasional akan
menjadi lemah dan dapat dengan mudah ditembus oleh pihak luar. Bangsa Indonesia
sudah dijajah sedari dulu sejak rasa nasionalisme dan patriotisme pemuda memudar.
Bukan dijajah dalam bentuk fisik, namun dijajah secara mental dan ideology.
Banyak sekali kebudayaan dan paham barat yang masuk ke dalam bangsa
Indonesia. Kemampuan local genius bangsa tidak lagi berjalan dengan semestinya.
Banyak budaya dan paham barat yang berpengaruh negatif dapat dengan mudah
masuk dan diterima oleh bangsa Indonesia. Dengan terjadinya hal itu, maka akan
terjadi akulturasi, bahkan menghilangnya kebudayaan dan kepribadian bangsa yang
seharusnya menjadi jati diri bangsa.
Dalam aspek perekonomian Negara, dengan memudarnya rasa nasionalisme dan
patriotism pemuda, mengakibatkan perekonomian bangsa Indonesia jauh tertinggal dari
Negara-negara tetangga. Saat ini masyarakat hanya memikirkan apa yang Negara
berikan untuk mereka, bukan memikirkan apa yang mereka dapat berikan pada Negara.
Dengan keegoisan inilah, masyarakat lebih menuntut hak daripada kewajibannya
sebagai warga Negara. Sikap individual yang lebih mementingkan diri sendiri dan
hanya memperkaya diri sendiri tanpa memberikan retribusi pada Negara,
mengakibatkan perekonomian Negara semakin lemah.

3. 3 Upaya Untuk Menumbuhkan Kembali Nasionalisme dan Patriotisme di Kalangan


Pemuda
3. 3. 1 Peran Keluaga
a) memberikan pendidikan sejak dini tentang sikap nasionalisme dan patriotism terhadap
bangsa Indonesia,
b) memberikan contoh atau tauladan tentang rasa kecintaan dan penghormatan pada
bangsa,
c) memberikan pengawasan yang menyeluruh kepada anak terhadap lingkungan sekitar,
dan
d) selalu menggunakan produk dalam negeri.

3. 3. 2 Peran Pendidikan
a) memberikan pelajaran tentang pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dan juga
bela Negara.
b) menanamkan sikap cinta tanah air dan menghormati jasa pahlawan dengan
mengadakan upacara setiap hari senin.
c) memberikan pendidikan moral, sehingga para pemuda tidak mudah menyerap hal-hal
negatif yang dapat mengancam ketahanan nasional.

3. 3. 3 Peran Pemerintah
a) Menggalakan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan rasa nasionalisme dan
patrotisme, seperti seminar dan pameran kebudayaan.
b) Mewajibkan pemakaian batik kepada pegawai negeri sipil setiap hari jum’at. Hal ini
dilakukan karena batik merupakan sebuah kebudayaan asli Indonesia, yang diharapkan
dengan kebijakan tersebut dapat meningkatkan rasa nasionalisme dan patrotisme
bangsa.
c) Lebih mendengarkan dan menghargai aspirasi pemuda untuk membangun Indonesia
agar lebih baik lagi.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4. 1 Kesimpulan
a) Penyebab memudarnya rasa nasionalisme dan patriotisme pemuda dikarenakan oleh
faktor internal dan eksternal. faktor. Faktor internal seperti kekecewaan pemuda
terhadap kinerja pemerintah, dan sebagainya, sedangkan faktor eksternal seperti arus
globalisasi yang membawa pengaruh negatif.
b) Hubungan antara memudarnya rasa nasionalisme dan patriotism terhadap kehancuran
bangsa sangat erat. Memudarnya rasa nasionalisme dan patriotisme dapat mengancam
dan menghancurkan bangsa Indonesia. Hal itu terjadi karena ketahanan nasional akan
menjadi lemah dan dapat dengan mudah ditembus oleh pihak luar.
c) Untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme di kalangan pemuda
dibutuhkan peran keluarga, pendidikan, dan pemerintah.
4. 2 Saran
Dari hasil pembahasan yang telah penulis bahas, penulis memberikan saran
kepada semua pihak, khususnya pemuda untuk lebih meningkatkan rasa nasionalisme
dan patriotisme terhadap Negara Indonesia, karena pemuda adalah calon penerus
perjuangan dan pembangunan bangsa di masa yang akan datang. Selain itu, penulis
memberikan saran kepada masyarakat dan pemerintah untuk lebih mengupayakan
peningkatan nasionalisme dan patriotisme di kalangan pemuda.

SIKAP PEMUDA DALAM MENUMBUHKAN


KEMBALI RASA NASIONALISME
Diposkan oleh tya lolita vertika di 02.28

Nasionalisme adalah paham pada mulanya unsur-unsur pokok nasionalisme terdiri atas persaudaraan
darah/ keturunan, suku bangsa, tempat tinggal, agama, bahasa dan budaya. Kemudian berubah dengan
masuknya dua unsur yaitu persamaan hak bagisetiap orang untuk memegang persamaan dalam
masyarakatnya serta adanya persamaan kepentingan dalam bidang ekonomi. Aspek mendasar timbulnya
nasionalisme adalah aspek sejarah. Melalui aspek sejarah biasanya suatu bangsa memiliki rasa senasib
sepenanggungan serta harapan untuk menggapai masa depan yang lebih baik. Dengan demikian
nasionalisme adalah sikap politik dan sikap sosial suatu kelompok masyarakat yang memiliki kesamaan
budaya, wilayah, tujuan dan cita-cita.

Nasionalisme sebagai suatu peristiwa sejarah, selalu bersifat kontekstual (artinya meruang dan

mewaktu), sehingga nasionalisme di suatu daerah dengan daerah lain atau antar zaman tidaklah sama.
Misalnya saja bagi negara yang sudah lama merdeka, nasionalisme dapat mengarah pada imperialisme.
Biasanya nasionalismenya bersifat konservatif. Bagi negara semacam ini akan mempersulit timbulnya

nasionalisme di daerah-daerah jajahannya. Sedangkan bagi negara yang masih terbelenggu imperialisme
dijajah nasionalisme bersifat revolusioner dan progresif. Dengan demikian nasionalisme sarat dengan
kepentingan suatu bangsa. Tumbuh dan berkembangnya nasionalisme sangat dipengaruhi oleh

nasionalisme yang dianut kelompok dominan suatu bangsa.

Tidak ada yang berani menyangkal bahwa Indonesia merupakan satu- satunya negara kepulauan
di dunia yang dianugerahi dengan beragam kekayaan alam maupun kekayaan budaya. Begitu
banyak budaya daerah yang tersebar di seluruh tanah air, yang kesemuanya itu bermuara
menjadi budaya nasional bangsa Indonesia. Perbedaan tersebut tidak lantas menjadi alasan
untuk berpecah belah ataupun terkikisnya solidaritas di kalangan masyarakat Indonesia. Hal itu
tidak pula layak untuk dijadikan benteng perlindungan bagi tumbuh kembangnya sikap sukuisme
yang pada akhirnya merupakan kendala dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan
bangsa. Menyikapi kondisi aktual yang berkembang, bangsa ini dihadapkan pada dua tantangan.
Pertama, menjaga kemurnian esensi dan hakikat nasionalisme, yang berarti juga menjaga
kemurnian nilai-nilai kemanusiaan. Kedua, berupaya secara aktif mengantisipasi perkembangan
situasi zaman khususnya arus globalisasi yang sedemikian hebat pengaruh implikasinya bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada gilirannya, dalam mengawal reformasi yang terus
bergulir, maka semangat nasionalisme pemuda perlu digugah kembali.

Dalam konteks Indonesia, nasionalisme yang mendasarkan diri pada nilai-nilai kemanusiaan
(perikemanusiaan) yang hakiki dan bersifat asasi. Tujuannya, mengangkat harkat, derajat, dan
martabat kemanusiaan setiap bangsa untuk hidup bersama secara adil dan damai tanpa
diskriminasi di dalam hubungan-hubungan sosial. Sebenarnya rasa nasionalisme itu sudah
dianggap telah muncul manakala suatu bangsa memiliki cita-cita yang sama untuk mendirikan
suatu negara kebangsaan. Sedangkan, ciri nasionalisme Indonesia yaitu nasionalisme religius
seperti yang dicetuskan Bung Karno (Soekarno) adalah nasionalisme yang tumbuh dari budaya
Indonesia.

Nasionalisme religius merupakan perpaduan antara semangat kebangsaan dan keberagamaan.


Nasionalisme Indonesia bersumber kepada Pancasila, sedangkan semangat religius bersumber
kepada ajaran Islam yang menjadi agama mayoritas masyarakat. Antara nilai-nilai Pancasila dan
Islam dapat saling dikompromikan dan tidak berbenturan. Kedua unsur tersebut saling mengisi
yang melahirkan semangat nasionalisme yang beragama dan semangat beragama yang
nasionalis. Sejumlah aktivis pemuda menilai prinsip nasionalisme dalam diri pemuda Indonesia
umumnya telah mengalami degradasi lantaran terus menerus tergerus oleh nilai-nilai dari luar.
Kondisi ini terlihat semakin parah karena belum adanya pembaharuan atas pemahaman dan
prinsip nasionalisme dalam diri pemuda. Jika kondisi dilematis itu tetap dibiarkan, bukan tidak
mustahil degradasi nasionalisme akan mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pemuda Indonesia umumnya belum sadar akan ancaman arus global yang terus menerus
menggerogoti identitas bangsa. Jika kita tengok sejenak ke belakang puluhan tahun yang lalu,
bagaimana pemuda Indonesia berusaha dengan gigih menyatakan keanekaragaman yang
dimiliki bangsa Indonesia dalam satu wadah yaitu “ Indonesia”. Hal demikian bukanlah perkara
mudah yang sekali jadi, semudah membalikkan telapak tangan, melainkan menghadapi berbagai
kendala. Bayangkan saja, bukankah tidak mudah menyatukan berbagai pendapat yang nota
benenya berlatar belakang berbeda?.

Tidak dapat dipungkiri, semakin ke timur kondisi alam Indonesia semakin kering dan panas, hal
itu menyebabkan sifat dan karakter masyarakatnya juga menjadi semakin tempramental, sensitif
dan mudah sekali tersinggung. Alhasil sikap sukuisme tumbuh subur di kalangan masyarakat
Indonesia. Untungnya kondisi demikian tidak menyurutkan semangat para pemuda saat itu.
Mereka berusaha mengesampingkan ego kedaerahan mereka demi sebuah janji persatuan. Yakni
satu bangsa, tanah air, dan bahasa.

Dengan berjalannya waktu, semangat heroik dalam janji yang terkenal dengan Sumpah Pemuda
itu mengalami pergeseran arti maupun pemahamannya. Arti Sumpah Pemuda tentu berbeda
dari saat perjuangan dulu. Bila dulu dijadikan sebagai alat pemersatu, maka seharusnya kini
dijadikan sebagai cambuk bagi pemuda Indonesia untuk berbuat yang lebih baik demi kemajuan
negara. Kenegaraan Indonesia berkembang sesuai dinamika perubahan yang amat besar
terutama berkaitan dengan globalisasi dan reformasi. Dalam perubahan ini setiap komponen
bangsa termasuk pemuda dituntut kontribusinya sesuai kemampuan, kompetensi, dan
profesinya. Pemuda dituntut untuk mengembangkan sikap menjunjung tinggi nilai-nilai luhur
budaya bangsa, sikap keteladanan dan disiplin. Di sisi lain, perlu diciptakan suasana yang lebih
dinamis dan demokratis yang mendorong pemuda untuk berkiprah dalam transformasi
pembangunan baik regional maupun skala global.
Ironisnya, fenomena yang kita temui dalam masyarakat saat ini adalah salah satu hari bersejarah
yang menentukan kelanjutan nasib bangsa Indonesia hanyalah dijadikan rutinitas biasa, atau
peringatan tahunan yang lewat begitu saja tanpa pemaknaan yang mendalam. Parahnya,
jangankan untuk memahami makna di balik arti sumpah pemuda itu sendiri, masih ada saja
sebagian bahkan banyak pemuda kita yang tidak mengetahui kapan hari sumpah pemuda itu.
Dengan santainya dan tanpa rasa bersalah sedikitpun mereka berdalih “ yang lalu biarlah berlalu,
tidak baik mengungkit- ungkit masa lalu”. Jika kondisi pemuda kita seperti ini, lalu bagaimana
nasib bangsa kita ke depan?. Bukankah pemuda disebut- sebut sebagai agent of change yang
diharapkan mampu membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik?. Ironis memang, jika bangsa
Indonesia sendiri enggan untuk mungkin sekedar tahu hari besar dalam sejarah bangsanya.
Padahal bangsa yang besar adalah bangsa yang tahu sejarah bangsanya.

Pernahkah kita bertanya pada diri kita” apa yang telah kita berikan pada bangsa kita tercinta ini,
atau kebanggaan apa yang telah kita torehkan untuk mengharumkan nama negeri ini?
Jawabannya ada dalam diri kita masing- masing pemuda. Apa yang dapat kita berikan pada
negara tercinta ini tentu sangat berbeda dengan masa 1928-an. Bila pada masa itu para pemuda
selain berikrar setia untuk bangsa Indonesia mereka juga mempertaruhkan nyawa dan raga
untuk meraih kemerdekaan sesuai dengan apa yang mereka cita-citakan. Saat ini yang dapat kita
berikan kepada bangsa ini adalah prestasi-prestasi membanggakan untuk semua rakyat
Indonesia. Sedikitpun apa yang kita berikan kepada bangsa bukan menjadi sebuah ukuran,
namun makna di dalam pemberian tersebut.

Potret buram kondisi pemuda kita saat ini nampak jelas di depan kita. Mungkin ada sebagian
putra- putri bangsa ini yang telah mengharumkan nama bangsa di mata dunia lewat berbagai
prestasi yang mereka torehkan. Akan tetapi, tidak sedikit pemuda- pemudi bangsa dengan
berbagai masalah yang mereka anggap sudah lumrah dan biasa terjadi di kalangan pemuda,
seperti tawuran, seks bebas, penyalahgunaan narkoba dan sebagainya. Mereka berlomba- lomba
berkiblat pada dunia barat. Kecintaan pada produk dalam negeri mulai hilang dengan semakin
banyaknya produk asing (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri Indonesia.,
Membeli produk luar negeri mereka anggap suatu kebanggaan tersendiri yang dapat menaikkan
prestise mereka di hadapan masyarakat. Tampaknya westernisasi telah menyulap pemuda negeri
ini menjadi lupa akan jati diri mereka sebagai bangsa Indonesia yang masih memegang teguh
budaya timur. Selain itu, munculnya sikap individualism yang menimbulkan ketidakpedulian
antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli
dengan kehidupan bangsa.

Jika kita gambarkan, nasionalisme saat ini berada di titik nadir, dimana semua kebijakan berkiblat
pada neoliberalisme, sehingga kesejahteraan rakyat jauh dari cita- cita pendiri bangsa. Pada
tahun ini juga, moralitas Indonesia mencapai titik kulminasi terendah. Korupsi bukan hanya
menjadi bagian dari budaya, tetapi juga telah menjadi bagian dari mata pencaharian untuk
mendapatkan tambahan bagi biaya hidup yang semakin membumbung tinggi. Sedangkan bagi
yang sudah hidup layak, korupsi merupakan bagian dari kekuasaan.

Lalu, siapa yang patut dipersalahkan untuk semua permasalahan pelik yang melanda negeri ini?,
pemerintah ?, globalisasi? atau memang nasib bangsa kita seperti ini?. Sangatlah tidak tepat jika
kita mengkambinghitamkan pemerintah atas semua kekacauan yang melanda negeri ini, karena
pemerintah sendiri telah melakukan berbagai upaya. Namun semua itu tidak akan berarti apa-
apa tanpa dukungan dari segenap masyarakat Indonesia. Atau sangatlah tidak adil melemparkan
kesalahan sepenuhnya kepada pemuda yang sebenarnya mereka sendiri berada dalam proses
pencarian jati diri mereka masing- masing, serta salah besar jika kita menyalahkan globalisasi.
Karena kehadiran globalisasi sendiri tidak bisa kita hindari. Globalisasi memang berpotensi
memberikan dampak positif dan juga dampak negatif bagi bangsa Indonesia. Hanya ada dua
pilihan dalam era ini, menjadi tuan rumah atau mungkin pembantu di negeri sendiri?. Semua itu
tergantung dari bagaimana kita menyikapinya.

Globalisasi bisa menguntungkan apabila kita menyikapinya dengan benar. Letak dari masalah ini
menunjukkan bahwa kurang kokohnya fondasi mental dari para pemuda kita yang tentunya
berpangkal dari bagaimana mereka memperoleh pendidikan pertama dalam keluarga. Jika
pemuda bangsa telah dibekali pendidikan mental maupun lahiriah yang kuat maka hal tersebut
tidak akan terjadi. Sebab jika kita bandingkan bagaimana cara mendidik orang dulu jauh sebelum
perkembangan teknologi mempengaruhi hidup mereka tampak berbeda dengan kondisi
sekarang, dimana teknologi komunikasi dan informasi berkembang dengan pesatnya, dan segala
sesuatu menjadi sangat mudah. Seakan tidak ada yang tidak mungkin terjadi. Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) bermunculan bagaikan jamur yang membela hak asasi manusia, Komisi
Nasional (KOMNAS) HAM dan perlindungan anak yang hadir menuntut keras sekecil apapun
kekerasan pada anak. Hasilya memang sebanding, bermunculan anak- anak dengan prestasi
yang gemilang. Namun sedikit hambar, karena tidak dibarengi dengan fondasi keagamaan yang
kokoh. Jika kita perhatikan, nampak ketidakseimbangan antara IQ (intelegensi Quetient), EQ
(Emotional Quetient), dan SQ (Spiritual Quetient). Akibatnya, korupsi terjadi dimana- mana.
Ironisnya, pelaku korupsi bukanlah orang yang tidak berpendidikan, melainkan seseorang
dengan rentetan gelar di belakang namanya yang cukup menjadi bukti bahwa mereka adalah
orang- orang dengan tingkat intelektual yang tinggi. Inikah hasil cetakan zaman modern?
Mungkin berhasil secara materiil tapi nol besar untuk pendidikan mental.

Walau bagaimanapun bukanlah sikap yang bijak jika kita hanya bisa saling menyalahkan. Apalagi
jika kita mengkambinghitamkan pemuda. Karena hal itu tidak akan mampu menyelesaikan segala
permasalahan yang menimpa negeri kita tercinta. Alangkah jauh lebih baik jika kita menyatukan
segenap kemampuan yang kita miliki demi kemajuan negeri ini. Ada beberapa langkah alternatif
yang bisa ditempuh untuk menumbuhkan kembali nasionalisme di kalangan pemuda,
diantaranya: pertama, perlu adanya redefinisi atas pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai
nasionalisme dalam diri pemuda Indonesia. Kegagalan meredefinisi nilai-nilai nasionalisme telah
menyebabkan hingga kini belum lahir sosok pemuda Indonesia yang dapat menjadi teladan.
Padahal tantangan pemuda saat ini berbeda dengan era tahun 1928 atau 1945. Jika dulu
nasionalisme pemuda diarahkan untuk melawan penjajahan, kini nasionalisme diposisikan secara
proporsional dalam menyikapi kepentingan pasar yang diusung kepentingan global, dan
nasionalisme yang diusung untuk kepentingan negara. Dengan demikian peran orang tua masih
sangat mendominasi segala sector kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kedua diharapkan pemerintah pusat dapat mempercepat distribusi pembangunan di semua


daerah agar tidak tumbuh semangat etnonasionalisme dalam diri pemuda. Ketiga, Menempatkan
semangat nasionalisme pada posisi yang benar. Nasionalisme tidak dapat diartikan secara
sempit. Nasionalisme harus didefinisikan sebagai suatu upaya untuk membangun keunggulan
kompetitif, dan tidak lagi didefinisikan sebagai upaya untuk menutup diri dari pihak asing seperti
proteksi atau semangat anti semua yang berbau asing. Profesionalisme adalah salah satu kata
kunci dalam upaya mendefinisikan makna nasionalisme saat ini. Dengan demikian, nasionalisme
harus dilengkapi dengan sikap profesionalisme.

Ke depan, generasi muda sebagai generasi penerus berada dalam posisi revitalizing agents.
Pemuda sebagai sumber kekuatan moral reformasi perlu tetap terbina agar selalu berlandaskan
pada kebenaran yang bersumber pada hati nurani serta sikap moral yang luhur, berkepribadian
nasional dan berjiwa patriotisme. Beberapa point di atas merupakan agenda penting yang harus
kita lakukan untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri di era globalisasi. Karena walau
bagaimanapun Kerusakan yang terjadi pada generasi muda, adalah sebuah isyarat, bagi
kehancuran sebuah bangsa. Bagaimana tidak, pemuda hari ini, adalah orang tua yang akan
datang. Bagaimana mungkin suatu bangsa bisa berjaya, jika generasi mudanya tidak punya jati
diri.

Dampak negatif kurangnya rasa nasionalisme pada kalangan muda

Kurangnya rasa nasionalisme pada kalangan remaja dapat berdampak buruk bagi NegaraIndonesia yaitu
banyak pemuda Indonesia yang perlahan-lahan mulai meninggalkan kebudayaanIndonesia dan sangat

sedikit kalangan pemuda yang menaruh perhatian pada masalah bangsa,karena mereka lebih tertarik pada
kehidupan hedonios ( kesenangan ).Kita bisa melihat banyak pemuda yang tidak perduli dengan kondisi
keterpurukan yang melanda bangsa ini. Seiringdengan zaman dan budaya - budaya asing yang kian
merajalela di Indonesia. Jiwa dan rasaNasionalisme yang tertanam dalam diri bangsa Indonesia semakin

luntur .Masyarakat Indonesiayang cenderung menggunakan produk luar negeri . Mereka kurang

menghargai produk dalamnegeri , mereka merasa kalau memakai produk dalam negeri akan terlihat kuno ,

jadul , dankurang berkualitas .

Padahal produk – produk dalam negeri kualitasnya tidak kalah dengan luar .Ini adalah hal yang sangat
simple , tapi kalau di biarkan terus menerus akan fatal akibatnya.Indonesia akan kehilangan jati dirinya .
Jiwa Nasionalisme yang membara yang telah di torehkandan di buktikan lewat tinta sejarah pada waktu

perjuangan merebut kemerdekaan akan terbuangsia-sia , tetesan demi tetesan darah dari para pahlawan
akan terbuang sia- sia.Bahkan dengan mudah kita membiarkan kebudayaan bangsa kita diambil oleh
bangsa lain,kalangan pemuda semestinya sadar dengan masa depan negara ini.Selain itu Ada juga

generasimuda yang masih gemar tawuran dengan sesama. Pemuda dengan pemuda, pelajar
denganpelajar, mahasiswa dengan mahasiswa atau kombinasi antar ketiganya. Mahasiswa
denganmasyarakat, pelajar dengan mahasiswa dan seterusnya. Tindakan ini bukan saja
membahayakankeselamatan umum, tapi juga dapat menimbulkan disintegrasi bangsa, pembelah

rasakebangsaan. Inilah potret buram generasi muda Indonesia masa kini yang terus terjadi hinggasekarang

Anda mungkin juga menyukai