Anda di halaman 1dari 24

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1 Tinjauan Pustaka


Pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019 difokuskan pada
empat program prioritas yaitu penurunan angka kematian ibu dan bayi, penurunan
prevalensi balita pendek (stunting), pengendalian penyakit menular dan pengendalian
penyakit tidak menular. Upaya peningkatan status gizi masyarakat termasuk
penurunan prevalensi balita pendek menjadi salah satu prioritas pembangunan
nasional yang tercantum di dalam sasaran pokok Rencana Pembangunan jangka
Menengah Tahun 2015 – 2019. Target penurunan prevalensi stunting (pendek dan
sangat pendek) pada anak baduta (dibawah 2 tahun) adalah menjadi 28% (RPJMN,
2015 – 2019).

Diperkirakan terdapat 162 juta balita pendek pada tahun 2012, jika tren
berlanjut tanpa upaya penurunan, diproyeksikan akan menjadi 127 juta pada tahun
2025. Sebanyak 56% anak pendek hidup di Asia dan 36% di Afrika (www.who.int).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) mengenai prevalensi balita pendek di
Indonesia adalah persentase status gizi balita pendek (pendek dan sangat pendek) di
Indonesia Tahun 2013 adalah 37,2%, jika dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan tahun
2007 (36,8%) tidak menunjukkan penurunan/ perbaikan yang signifikan. Persentase
tertinggi pada tahun 2013 adalah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (51,7%), Sulawesi
Barat (48,0%) dan Nusa Tenggara Barat (45,3%) sedangkan persentase terendah
adalah Provinsi Kepulauan Riau (26,3%), DI Yogyakarta (27,2%) dan DKI Jakarta
(27,5%).

Pada tahun 2015 Kementerian Kesehatan melaksanakan Pemantauan Status


Gizi (PSG) yang merupakan studi potong lintang dengan sampel dari rumah tangga
yang mempunyai balita di Indonesia. Hasil mengenai persentase balita pendek
menurut hasil PSG 2015, sebesar 29% balita Indonesia termasuk kategori pendek,
dengan persentase tertinggi juga di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Barat.
Menurut WHO, prevalensi balita pendek menjadi masalah kesehatan masyarakat jika
prevalensinya 20% atau lebih. Karenanya persentase balita pendek di Indonesia masih
tinggi dan merupakan masalah kesehatan yang harus ditanggulangi. Dibandingkan
beberapa negara tetangga, prevalensi balita pendek di Indonesia juga tertinggi
dibandingkan Myanmar (35%), Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (16%) dan
Singapura (4%)(UNSD, 2014). Global Nutrition Report tahun 2014 menunjukkan
Indonesia termasuk dalam 17 negara, di antara 117 negara, yang mempunyai tiga
masalah gizi yaitu stunting, wasting dan overweight pada balita.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010


tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek dan
sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut
Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan
istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Balita pendek (stunting)
dapat diketahui bila seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu
dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada di bawah normal. Balita pendek
adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut
umurnya bila dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth
Reference Study) tahun 2005, nilai z-scorenya kurang dari -2SD dan dikategorikan
sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang dari -3SD.

Masalah balita pendek menggambarkan adanya masalah gizi kronis,


dipengaruhi dari kondisi ibu/calon ibu, masa janin, dan masa bayi/balita, termasuk
penyakit yang diderita selama masa balita. Seperti masalah gizi lainnya, tidak hanya
terkait masalah kesehatan, namun juga dipengaruhi berbagai kondisi lain yang secara
tidak langsung mempengaruhi kesehatan.

Oleh karenanya upaya perbaikan harus meliputi upaya untuk mencegah dan
mengurangi gangguan secara langsung (intervensi gizi spesifik) dan upaya untuk
mencegah dan mengurangi gangguan secara tidak langsung (intervensi gizi sensitif).
Intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan di sektor kesehatan, namun hanya
berkontribusi 30%, sedangkan 70% nya merupakan kontribusi intervensi gizi sensitif
yang melibatkan berbagai sektor seperti ketahanan pangan, ketersediaan air bersih dan
sanitasi, penanggulangan kemiskinan, pendidikan, sosial, dan sebagainya.

Upaya intervensi gizi spesifik untuk balita pendek difokuskan pada kelompok
1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Anak 0-23
bulan, karena penanggulangan balita pendek yang paling efektif dilakukan pada 1.000
HPK. Periode 1.000 HPK meliputi yang 270 hari selama kehamilan dan 730 hari
pertama setelah bayi yang dilahirkan telah dibuktikan secara ilmiah merupakan
periode yang menentukan kualitas kehidupan. Oleh karena itu periode ini ada yang
menyebutnya sebagai "periode emas", "periode kritis", dan Bank Dunia (2006)
menyebutnya sebagai "window of opportunity". Dampak buruk yang dapat
ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut, dalam jangka pendek adalah
terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan
gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk
yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar,
menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk
munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah,
kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif
yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi. Upaya intervensi tersebut
meliputi:

1) Pada ibu hamil


a. Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam
mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga
apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami Kurang
Energi Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu
hamil tersebut.
b. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet
selama kehamilan.
c. Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit
2) Pada saat bayi lahir
a. Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
b. Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI
Eksklusif)
3) Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
a. Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.
b. Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, imunisasi dasar lengkap.
4) Memantau pertumbuhan Balita di posyandu merupakan upaya yang sangat
strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan
5) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah
tangga termasuk meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi,
serta menjaga kebersihan lingkungan. PHBS menurunkan kejadian sakit terutama
penyakit infeksi yang dapat membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan
kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi, gizi sulit diserap oleh tubuh dan
terhambatnya pertumbuhan. Walaupun remaja putri secara eksplisit tidak
disebutkan dalam 1.000 HPK , namun status gizi remaja putri atau pra nikah
memiliki kontribusi besar pada kesehatan dan keselamatan kehamilan dan
kelahiran, apabila remaja putri menjadi ibu.

2.2 Profil Puskesmas dan Analisis Situasi


1.1.1 Dasar Hukum, Visi, dan Misi
A. DASAR HUKUM
 Permenkes No 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
 Permenkes No 39 Tahun 2014 tentang Pedoman penyelenggaraan pelaksanaan
Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga
 Permenkes No 44 Tahun 2016 tentang Manajemen Puskesmas
 Permenkes No 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
B. VISI UPTD PUSKESMAS KARANGSARI
“Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas”
C. MISI UPTD PUSKESMAS KARANGSARI
Untuk mencapai misi yang ditetapkan, maka UPTD Puskesmas Karangsari
menetapkan misi sebagai berikut :
1. Meningkatkan Mutu Pelayanan yang sesuai standar
2. Memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat
3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

1.1.2 Data Geografi


Puskesmas Karangsari terletak di Desa Karangsari Kecamatan Weru
Kabupaten Cirebon. Letak Puskesmas Karangsari berada di sebelah utara Kota
Sumber yang merupakan ibu kota kabupaten Cirebon. Jarak antara Puskesmas
Karangsari dengan kota Sumber yaitu 10 km dan dapat ditempuh dengan angkutan
kota.
Puskesmas Karangsari merupakan satu-satunya puskesmas yang ada di
wilayah Kecamatan Weru. Sehingga keberadaannya sangat dibutuhkan oleh seluruh
masyarakat kecamatan Weru.
Hampir sebagian desa-desa di wilayah kerja puskesmas Karangsari adalah
desa industri. Industri yang ada di wilayah kerja Puskesmas Karangsari dimulai dari
industri kecil sampai dengan industri menengah dengan pasar domestik dan
internasional. Industri-industri kecil berupa home industri yang rata-rata bergerak
dalam usaha makanan. Sedangkan industri sekala menengah yang berorintasi ekspor
adalah industri rotan dan batik.
Puskesmas Karangsari teletak di Jalan Ki Sabalanang Nonor 1 Desa
Karangsari Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat. Puskesmas
Karangsari merupakan Puskesmas satu-satunya di kecamatan Weru. Puskesmas
Karangsari memiliki luas wilayah sama dengan luas wilayah Kecamatan Weru
dengan luas 9,2 km2 Posisi wilayah Puskesmas Karangsari sangat strategis di
tengah-tengah wilayah Kabupaten Cirebon.
Posisi Kabupaten Cirebon yang didalamnya terdapat puskesmas Karangsari
terletak diantara 06o 30’ sampai dengan 07o 00’ Lintang Selatan (LS) dan diantara
108o 20’ sampai dengan 108 o 50’ Bujur Timur (BT). Jarak terjauh dari arah Barat ke
Timur sepanjang 54 Km dan Utara ke Selatan sepanjang 39 km. UPT Puskesmas
Karangsari merupakan Puskesmas yang berada di wilayah kecamatan Weru
Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah kerja sebesar 9.2 Km².

Puskesmas Karangsari mempunyai 9 Desa binaan yaitu :


1. Desa Karangsari
2. Desa Kertasari
3. Desa Megu Cilik
4. Desa Megu Gede
5. Desa Setu Kulon
6. Desa Setu Wetan
7. Desa Tegalwangi
8. Desa Weru Kidul
9. Desa Weru Lor
Dengan batas-batas wilayah kerja sebagai berikut :
 Sebelah Barat berbatasan dengan : Puskesmas Lurah
 Sebelah Utara berbatasan dengan : Puskesmas Plered
 Sebelah Timur berbatasan dengan : Puskesmas Watubelah
 Sebelah Selatan berbatasan dengan : Puskesmas Sumber

Tabel 2.1

Situasi Geografis Di Wilayah Puskesmas Karangsari


Kondisi Rata-rata
Luas Jml Keterjangkauan Waktu
Wilaya Kualifik Rt/R Tempuh
Desa h a w Desa Ke
(Km²) s Puskesmas
i Rod Rod Jala Roda Rod
D a2 a4 n 2 a4
e Kaki
s
a

Karangsari 1.20 Desa 38/6    3’ 5’

Kertasari 1.23 Desa 13/6    3’ 5’

Megu Cilik 1.44 Desa 16/3    10’ 10’

Megu Gede 1.37 Desa 23/4    15’ 20’


Setu kulon 0.85 Desa 12/4    15’ 20’

Setu wetan 0.77 Desa 15/5    15’ 20’

Tegalwangi 1.25 Desa 34/8    5’ 10’

Weru Kidul 0.54 Desa 19/7    15’ 20’

Weru Lor 0.54 Desa 20/4    15’ 20’

Puskesmas 9.2 195/4   

7
Sumber Data : Kecamatan weru

Berdasarkan tabel 2.1 didapatkan daerah dengan luas wilayah yang besar adalah desa
Megu cilik, desa Megu Gede, dan desa Tegalwangi, akan tetapi apabila jumlah RT/RW lebih
banyak pada desa Tegalwangi.

1.1.3 Data Demografi


Jumlah penduduk pada tahun 2018 berdasarkan data Statistik berjumlah

66.049Jiwa, laki-laki sebanyak 32.958 jiwa dan perempuan sebanyak

33.091Jiwa. Jumlah Kepala Keluarga sebanyak : 18.559 KK

Tabel 2.2
Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk
Puskesmas Karangsari Tahun 2018
JUMLA KEPADATA
LUAS RATA-RATA
H N
JUMLAH
WILAYA JIWA/RUMA PENDUDU
NO DESA PENDUDU RUMAH
H H K
K
TANGG
(km2) TANGGA per km2
A
1 Karangsari 3,87 6448,33
1,2 7.738 1.997
2 Kertasari 4,11 5794,31
1,2 7.127 1.734
3 Megu Cilik 3,90 5454,17
1,4 7.854 2.015
4 Megu Gede 3,41 6432,85
1,4 8.813 2.586
5 Setu Kulon 3,79 8555,84
0,8 6.588 1.740
6 Setu Wetan 3,83 7697,65
0,9 6.543 1.710
7 Tegalwangi 3,46 8038,40
1,3 10.048 2.908
8 Weru Kidul 2,76 10522,22
0,5 5.682 2.059
9 Weru Lor 3,12 10474,07
0,5 5.656 1.810
JUMLA
9,2 66.049 18.559 3,56 7.187
H
Sumber Data : 1. Data Statistik Kecamatan weru dalam angkatahun 2018
Berdasarkan tabel 2.2 didapatkan jumlah penduduk yang paling banyak yaitu pada
desa Tegalwangi, dengan jumlah penduduk 10.048 orang, jadi berdasarkan tabel 2.1 dan 2.2
didapatkan hasil daerah tegalwangi dengan luas wilayah terbesar ketiga di daerah kecamatan
weru mempunyai kepadatan penduduk yang cukup tinggi.

Fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerja UPT Puskesmas Karangsari dapat dilihat
pada tabel

1. Laporan Program Promosi Kesehatan UPTD Puskesmas Karangsari Tahun


2018
2. Laporan Program KIA Data sasaran Proyeksi UPTD Puskesmas Karangsari
Tahun 2018

Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Puskesmas Karangsari
Tahun 2018
Tabel 2.4 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur

KELOMPOK JUMLAH PENDUDUK


NO
UMUR (TAHUN) LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 0-4 4.198 4.158 8.356

2 5-9 2.526 2.938 5.464

3 10 - 14 2.483 2.855 5.338

4 15 - 19 2.628 2.700 5.328

5 20 - 24 3.009 2.443 5.452

6 25 - 29 3.031 2.539 5.570

7 30 - 34 2.413 2.444 4.857

8 35 - 39 2.265 2.316 4.581

9 40 - 44 1.921 2.004 3.925

10 45 - 49 1.824 1.824 3.648

11 50 - 54 1.741 1.848 3.589

12 55 - 59 1.715 1.683 3.398

13 60 - 64 951 1.149 2.100

14 65 - 69 835 932 1.767

15 70 - 74 525 488 1.013

16 75+ 893 770 1.663

JUMLAH 32.958 33.091 66.049


Berdsasarkan tabel 2.4 jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur didapatkan
jumlah terbesar sebanyak 8.536 penduduk pada usia 0-4 tahun, menandakan banyak nya
anak yang berpotensi mengalami gangguan gizi. Karena pada anak perlu diwaspadai
pertumbuhan dan perkembangan nya.
Sumber Data :
1. Data Statistik Kecamatan weru dalam angka tahun 2018
2. Laporan Program Promosi Kesehatan UPTD Puskesmas Karangsari Tahun
2018
3. Laporan Program KIA Data sasaran Proyeksi UPTD Puskesmas Karangsari
Tahun 2018
Tabel 2.5
Jumlah Jejaring di Puskesmas Karangsari Tahun 2018

Bidan Dokter
BP
NO DESA Pustu Posyandu Posbindu Praktek Apotek Praktek KLINIK JML
Desa
Swasta Mandiri
1 Tegalwangi 1 11 2 1 0 1 0 16
2 Karangsari 1 8 3 0 0 0 0 11
3 Megu Cilik 1 10 1 0 3 2 3 20
4 Megu Gede 1 11 1 1 0 1 1 16
5 Kertasari 1 9 1 0 1 2 0 13
6 Weru Lor 1 9 2 1 2 4 2 20
7 Setu Wetan 1 7 2 0 0 1 0 11
8 Setu Kulon 1 7 1 0 3 2 1 15
9 Weru Kidul 1 6 1 2 2 1 0 13
JUMLAH 7 2 78 14 5 11 15 7 135
Sumber Data : Data Yankes Puskesmas Karangsari

Dari tabel diatas fasyankes di wilayah Kecamatan Weru sudah memiliki banyak fasyankes diantaranya Puskesmas, Klinik, Bidan Praktek,

Dokter Praktek Mandiri, Posyandu, Posbindu, Apotek.


12

Tabel 2.6

Jumlah Tingkat pendidikan berdasarkan jenis kelamin di wilayah Puskesmas


Karangsari

JENIS PENDIDIKAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD 2.623 2.600 5.223

SD/MI 3.542 3.509 7.051

SMP/ MTs 4.853 4.809 9.662

SMA/ MA 6.559 6.499 13.057


SEKOLAH MENENGAH
1.312 1.300 2.611
KEJURUAN
DIPLOMA I/DIPLOMA II 525 520 1.045

AKADEMI/DIPLOMA III 2.755 2.729 5.484

UNIVERSITAS/DIPLOMA IV 3.673 3.639 7.312

S2/S3 (MASTER/DOKTOR) 394 390 783


Berdasarkan tabel 2.6 didapatkan jumlah tingkat pendidikan paling banyak adalah
SMA/MA, yang berarti sebagian besar pendidikan warga dikecamatan weru sudah
memenuhi target wajib belajar, dan dapat menerima serta mengaplikasikan informasi yang
baru guna untuk memperbaiki perilaku dan pola hidup masyarakat.

Grafik 2.1

2.2 Program Kegiatan


13

A. Upaya Wajib
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. Kesehatan Ibu & Anak termasuk KB
4. Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Penanggulangan Penyakit
6. Pengobatan dan penanganan kegawatdaruratan

B. Upaya Pengembangan
Dilaksanakan sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat yang ada dan
kemampuan Puskesmas. Bila ada masalah Kesehatan tapi Puskesmas tidak mampu
melakukan pemecahan masalahnya maka pelaksanaan dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten. Adapun Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas yang
sudah dilakukan di Puskesmas Karangsari meliputi :
1. Usaha Kesehatan Sekolah
2. Usaha Kesehatan Olah Raga
3. Usaha Kesehatan Gigi danMulut
4. Usaha Kesehatan Jiwa
5. Usaha Kesehatan Indra Kesehatan Mata
6. Usaha Kesehatan Usia Lanjut
7. Usaha Kesehatan Tradisional
(Depkes RI, 2004)

A. BENTUK KEGIATAN
1) Upaya Program Promkes
Aktivitas promosi kesehatan merupakan bagian dari program pemerintah
yang ada di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan khususnya Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Terdapat petugas promosi
kesehatan yang ditempatkan di setiap puskesmas sebagai lembaga pelayanan
kesehatan yang berinteraksi langsung dengan tingkatan masyarakat.
Petugas promosi kesehatan dapat menjadi elemen penting dari kampanye
gerakan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan karena
petugas promosi kesehatan merupakan sosok yang berinteraksi langsung di
tingkatan masyarakat serta mengetahui kondisi di lapangan sebagai bagian dari
institusi puskesmas.
Adapun tugas promkes puskesmas karangsari sebagai berikut:
1. Melaksanakan KIP/K
14

2. Cakupan institusi kesehatan berPHBS (Perilaku Hidup Bersih dan


Sehat)
3. Penyuluhan kelompok dalam gedung puskesmas
4. Pengkajian dan pembinaan PHBS di tatanan rumah tangga
5. Pembinaan UKBM (Posyandu Purnama dan mandiri)
6. Pembinaan Desa Siaga Sehat
7. Penyuluhan kelompok oleh petugas di Masyarakat
8. Kunjungan rumah
9. Pelatihan kader
10. Penyuluhan masal
11. Kampanye CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun)
12. SMD (Survey Mawas Diri)
13. MMD (Musyawarah Masyarakat Desa)
14. Refreshing Kader

Adapun tugas-tugas dari promkes karangsari yang masih belum maksimal adalah
cakupan institusi kesehatan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta
pengkajian pembinaan PHBS di tatanan rumah tangga, ini merupakan bagian
penting dimana PHBS mempunyai 10 indikator untuk setiap keluarga menjalankan
hidup bersih dan sehat. Kurang maksimalnya PHBS dapat berpotensi menyebabkan
seseorang kekurangan gizi.

2) Upaya Program Kesling


Kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan
kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial.
Adapun tugas dari program kesling puskesmas karangsari sebagai berikut:
1. ISL Rumah sehat,Sarsandas,TTU,TPM
2. Pemicuan
3. HSP anak sekolah
4. HSP masyarakat
5. Pemantauan DAM
6. Pengambilan sampel Air bersih dan
Jajanan Anak sekolah

Pentingnya pengambilan sampel air bersih untuk tetap menjaga


sanitasi air di dalam rumah, juga untuk menghindari berbagai penyakit. Dan
yang sudah diketahui air bersih dapat berpengaruh pada gizi seorang
individu.

3) Upaya Program KIA


a. Pelayanan Kesehatan Ibu
15

1. Akses pelayanan antenatal (Kunjungan K1) adalah cakupan ibu hamil yang
pertama kali mendapat pelayanan antenatal sesuai standar 10 T oleh tenaga
kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

2. Pelayanan ibu hamil (Kunjungan K4) adalah cakupan ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit 4 kali
dengan distribusi waktu 1 kali pada trisemester ke-1, 1 kali pada trisemester ke-2,
dan 2 kali pada trisemester ke-3 di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu.

3. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) adalah cakupan ibu bersalin
yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan di suatu wilayah kerja dalam waktu tertentu.

4. Pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3) adalah cakupan pelayanan kepada
ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin sesuai dengan standar
paling sedikit 3 kali yaitu 1 kali saat 6 jam -3 hari,1 kali saat 8 hari -14 hari dan 1
kali saat 36 hari-42 hari.

5. Deteksi Resiko adalah cakupan ibu hamil dengan faktor resiko yang ditemukan
oleh tenaga kesehatan maupun non tenaga kesehatan atau masyarakat di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

6. Penanganan komplikasi obstetri (PK) adalah cakupan ibu hamil dengan


komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang
ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan kompeten
pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif adalah
penanganan/pemberian tindakan akhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap
kasus komplikasi kebidanan.

7. Cakupan peserta KB aktif adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama
yang masih aktif menggunakan alat dan obat konstrasepsi (alkon) di bandingkan
dengan jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.

b. Pelayanan Kesehatan Anak


16

1. Pelayanan neonatus pertama (KN1) adalah cakupan kunjungan rumah neonatus


yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6-48 jam setelah lahir di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

2. Pelayanan neonatus 0-28 hari (KN lengkap) adalah cakupan neonatus yang
mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi
waktu 1 kali pada 6-48 jam, 1 kali pada hari ke-3 – hari ke-7, dan pada hari ke-28
hari setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

3. Penanganan komplikasi neonatus adalah cakupan neonatus dengan komplikasi


yang ditangani secara definitif oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat
pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap kasus
komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal.
Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa
melihat hasilnya hidup atau mati.

4. Pelayanan kesehatan bayi 29 hari-12 bulan (kunjungan bayi) adalah cakupan bayi
yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali pada umur 29 hari-2
bulan, 1 kali pada umur 3-5 bulan, dan satu kali pada umur 6-8 bulan dan 1 kali
pada umur 9-11 bulan sesuai standar,meliputi pemantauan tumbang minimal 4
kali setahun dan pemberian vit A 2 kali setahun disuatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.

5. Pelayanan anak balita 12-59 bulan (Kunjungan Balita) adalah cakupan anak
balita 12-59 bulan yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi
pemantauan pertumbuhan minimal 2 kali setahun pemberian Vitamin A 2x
setahun.

6. Pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS adalah
cakupan anak balita (umur 2-59 bulan) yang berobat ke puskesmas dan
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS) di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.

Adapun bentuk kegiatan yang dilakukan adalah :


17

1. Pendataan KIA, yaitu mendata semua sasaran KIA untuk mendapatkan data yang
akurat, seperti jumlah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi, balita, PUS dan
WUS.
2. Pemantauan resti, yaitu memantau ibu hamil, nifas dan bayi dengan risiko tinggi
sehingga tidak terjadi komplikasi.
3. Pendampingan P4K yaitu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan dalam rangka
peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinana
yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi termasuk perencanaan KB
pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran.
4. Pertemuan kelas ibu hamil, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang kehamilan,
persalinan dan nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi lahir.
5. Pertemuan kelas ibu balita, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam meningkatkan kesehatan dan tumbuh
kembang balita dengan pemanfaatan buku KIA.
6. Pertemuan tim penanggulangan komplikasi kebidanan dan bayi, yaitu pertemuan
yang membahas masalah risiko tinggi baik pada ibu dan bayi, baik tingkat
puskesmas maupun tingkat kecamatan.
7. Pelacakan kematian ibu dan bayi, yaitu kegiatan yang dilaksanakan bila ada
kematian ibu atau bayi dengan menggunakan otopsi verbal.
8. Supervisi fasilitatif, yaitu kegiatan untuk memantau pelayanan dan fasilitas di
desa dengan menggunakan daftar tilik.

Program pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu program
pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan KIA menjadi tolok ukur dalam Standar Pelayanan
Minimal (SPM) bidang kesehatan dan memiliki 10 (sepuluh) indikator kinerja, antara lain
(Depkes RI, 2008c) :
1. Persentase cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan target 95%;

2. Persentase cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dengan target 80%;

3. Persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki


kompetensi kebidanan dengan target 90%;

4. Persentase cakupan pelayanan nifas dengan target 90%

5. Persentase cakupan neonatus komplikasi yang ditangani dengan target 80%;


18

6. Persentase cakupan kunjungan bayi dengan target 90%;

7. Persentase cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) dengan


target 100%;

8. Persentase cakupan pelayanan anak balita dengan target 90%;

9. Persentase cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan
pada keluarga miskin dengan target 100%;

10. Persentase cakupan bayi BBLR yang ditangani dengan target 100%

Program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) untuk di puskesmas karangsari sudah
memenuhi target, ini penting karena praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk
kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa
kehamilan, serta setelah ibu melahirkan. MPASI diberikan/mulai diperkenalkan ketika
balita berusia diatas 6 bulan. Karena banyak faktor dari program KIA yang
mempengaruhi ke gizi seseorang,

4) Upaya Program Gizi


1. Penimbangan Balita Di posyandu
2. Pendataan Kadarzi
3. Pemberian vitamin A bagi bayi dan balita
4. Pemberian vitamin A bagi ibu nifas
5. Pemberian Fe bagi ibu hamil
6. Pemberian Fe bagi ibu nifas
7. Pemberian MPASI bagi baduta Gakin
8. Pemberian ASI Eksklusif
9. Pemberian Tablet tambah darah bagi Remaja putri
10. Pemantauan Garam beryodium di masyarakat

Pentingnya gizi bagi anak baduta karena pada 1000 hari pertama kelahiran
mempengeruhi pertumbungan dan perkembangan otak anak, Masalah balita pendek
menggambarkan adanya masalah gizi kronis, dipengaruhi dari kondisi ibu/calon ibu,
masa janin, dan masa bayi/balita, termasuk penyakit yang diderita selama masa balita.
Seperti masalah gizi lainnya, tidak hanya terkait masalah kesehatan, namun juga
dipengaruhi berbagai kondisi lain yang secara tidak langsung mempengaruhi
kesehatan.

Oleh karenanya upaya perbaikan harus meliputi upaya untuk mencegah dan
mengurangi gangguan secara langsung (intervensi gizi spesifik) dan upaya untuk
mencegah dan mengurangi gangguan secara tidak langsung (intervensi gizi sensitif).
Intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan di sektor kesehatan, namun hanya
19

berkontribusi 30%, sedangkan 70% nya merupakan kontribusi intervensi gizi sensitif
yang melibatkan berbagai sektor seperti ketahanan pangan, ketersediaan air bersih dan
sanitasi, penanggulangan kemiskinan, pendidikan, sosial, dan sebagainya.

2.3 Penilaian cakupan Pelayanan Upaya Kesehatan wajib dan pengembangan


A. Upaya Program Kesling
Tabel 2.7
No Indikator Sasaran Target Cakupan

Jumlah % Jumlah %
1 Pengawasan Rumah sehat 11.846 9.477 80 10.772 91

2 Pengawasan Sarana Air Bersih 9.211 7.369 80 7.775 84

3 Pengawasan Jamban 8.588 6.890 80 7.467 87

4 Pengawasan SPAL 5.230 4.184 80 4.741 91

5 Pengawasan TTU 270 216 80 230 82

6 Pengawasan TPM 316 253 80 262 83


20

7 Pengawasan Industri 88 70 80 59 67

8 Klinik sanitasi 1.200 960 80 305 25

9 Pengawasan DAM 10 10 100 10 100

10 Pemeriksaan kualitas Air Minum 8 sampel 8 100 8 100

11 Pemeriksaan kualitas jajanan anak 4 sampel 4 100 4 100


sekolah
12 HSP anak sekolah 9 9 100 9 100
Sekolah
13 HSP Rumah Tangga 4 Desa 4 100 4 100

14 Verifikasi Desa ODF 4 4 100 1 25

Sumber : Laporan Kesling Puskesmas Karangsari Tahun 2018

Berdasarkan tabel 2.7 dapat disimpulkan bahwa beberapa indikator kesehatan


lingkungan di Kecamatan Karangsari yang sudah memenuhi target yaitu sarana air
bersih yang sudah memadai sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kejadian
stunting dan yang masih belum memenuhi target, yaitu jumlah klinik sanitasi yang
masih belum merata sehingga berpotensi meningkatkan kejadian stunting.

B. Upaya Program Promkes


Tabel 2.8

No Indikator Sasaran Target Cakupan

Jumlah % Jumlah %
1 Jumlah pengunjung mendapatkan 68.499 3425 5 3.020 4,4
KIP/K
2 Cakupan institusi kesehatan ber 10 10 100 10 100
PHBS
3 Penyuluhan kelompok dalam gedung 78 78 100 251 322
puskesmas
4 Pengkajian dan pembinaan PHBS di 18.559 12.063 65 11.846 64
tatanan rumah tangga
5 Posyandu Purnama dan Mandiri 78 51 65 12 15
21

6 Desa siaga sehat 9 5 65 9 100

7 Penyuluhan kelompok oleh petugas 936 936 100 963 103


di Masyarakat

8 KunjunganRumah 3425 1712 50 1387 40

9 Pelatihan Kader 9 9 100 6 68

10 Penyuluhan Masal 9 9 100 9 100

11 Kampanye CTPS 9 9 100 9 100

12 Survey MawasDiri (SMD) 9 9 100 9 100

13 MusyawarahMasyarakatDesa 9 9 100 9 100


(MMD)

14 Refreshing Kader 9 9 100 9 100

Sumber : Laporan Promkes Puskesmas Karangsari Tahun 2018

Berdasarkan tabel 2.8 dapat disimpulkan bahwa beberapa indikator promkes di


Kecamatan Karangsari yang sudah memenuhi target yaitu cakupan institusi kesehatan
ber-PHBS, Desa siaga sehat, dan perilaku cuci tangan pakai sabun yang diharapkan
dapat membantu menurunkan angka kejadian stunting dan yang masih belum memenuhi
target, yaitu pengkajian dan pembinaan PHBS di tatanan rumah tangga, Posyandu
Purnama dan Mandiri yang masih belum merata sehingga berpotensi meningkatkan
kejadian stunting.

C. Upaya Program KIA


Tabel 2.9

Target Pencapaian
NO Kegiatan Program Sasaran
Jumlah % Jumlah %
22

Kunjungan K1 (T : 99,5% x Ibu Hamil)


1 1533 1525 99,5 1543 100,7
(S : Semua Ibu Hamil)

Kunjungan Ibu Hamil K4 (T=96 % x


2 1533 1479 96,5 1511 98,6
Jml Ibu Hamil)(S : Semua Ibu Hamil)

Pertolongan Persalinan oleh Tenaga


3 Kesehatan (Linakes) (T=91% x Jml Ibu 1463 1338 91,5 1430 97,7
Bersalin)(S : Semua Ibu Bersalin)

Deteksi Risiko (T=100% x Jml Sasaran)


4 307 307 100 371 120,6
(S=20% x Jml Ibu Hamil)

Komplikasi Kebidanan yg Ditangani


5 (T=80% x Jml Sasaran) (S= 20% x Jml 307 246 80 316 102,9
Ibu Hamil)

Pelayanan Nifas (KF3) (T=91 % x Jml


6 1463 1338 91,5 1428 97,6
Ibu Bersalin) (S : Semua Ibu Bersalin)
Kunjungan Neonatus (KN1) (T=91% x
7 1393 1275 91,5 1439 103,3
Jml Bayi) (S : Jumlah bayi)
Kunjungan Neonatus Lengkap (KN
8 Lengkap) (T=91% x Jml Bayi) (S : 1393 1275 91,5 1434 102,9
Jumlah bayi)
Neonatus dg Komplikasi yg Ditangani
9 (T=80% x Jml Sasaran) S= 15% x Jml 209 167 80 226 108,2
Bayi

Kunjungan Bayi (T=92% x Jml Bayi)(S


10 1393 1288 92,5 1417 101,7
: Jumlah Bayi)

Kunjungan Balita (T=92% x Jml Anak


11 4142 3831 92,5 4243 102,4
Balita)(S : Jumlah Balita)

Peserta KB Aktif (T=75% x Jml PUS)


12 10574 7931 75 8314 78,6
(S : jumlah PUS)
Sumber : Laporan KIA Puskesmas Karangsari Tahun 2018

Berdasarkan tabel 2.9 dapat disimpulkan bahwa semua indikator program KIA
di Kecamatan Karangsarisudah memenuhi target semua diharapkan dapat membantu
menurunkan angka kejadian stunting dengan berbagai penyuluhan untuk meningkatkan
pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi dari sebelum masa kehamilan, saat
kehamilan yaitu ante natal care (ANC) dan setelah kehamilan yaitu pembinaan pola
23

asuh anak yang baik seperti pemberian kolostrum saat bayi lahir, inisiasi menyusui dini,
pemberian ASI-ekslusif dan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara
tepat.

D. Upaya Program Gizi


Tabel 2.10

KESENJANGA
TARGET PENCAPAIAN
No JENIS Sasaran N
. KEGIATAN Nomina Nomina Nomina
% % %
l l l
1 Cakupan Keluarga 180 180 100 131 72,78 -49 -27,22
Sadar Gizi
2 Cakupan Balita 5535 4705 85 5152 93,1 0 0
Ditimbang (D/S)
3 Cakupan Distribusi 579 579 100 579 100 0 0
Kapsul Vitamin A
bagi Bayi
(6-11 bulan)
4 Cakupan Distribusi 4257 3832 90 4257 100 0 0
Kapsul Vitamin A
Bagi Anak Balita
(12-59 bulan)
5 Cakupan Distribusi 1463 1463 89 1456 99,5
Kapsul Vitamin A
bagi Ibu Nifas
6 Cakupan Distribusi 1536 1383 90 1511 98,37 0 0
Tablet Fe 90 tablet
pada ibu hamil
7 Cakupan Distribusi 430 430 100 399 92,79 -31 -7,21
MP- ASI Baduta
Gakin
8 Cakupan balita gizi 7 7 100 7 100 0 0
buruk mendapat
perawatan
9 Cakupan ASI 1279 1024 80 1127 88,12 0 0
Eksklusif
Sumber : Laporan Gizi Puskesmas Karangsari Tahun 2018

Berdasarkan tabel 2.10 dapat disimpulkan bahwa semua indikator program Gizi
di Kecamatan Karangsari sudah memenuhi target yang diharapkan dapat membantu
menurunkan angka kejadian stunting dengan perbaikan gizi dari mulai masa kehamilan
sampai 1.000 HPK. Terdapat 2 indikator yang masih belum memenuhi target yaitu
upaya keluarga sadar gizi, dan distribusi MP-ASI Baduta Gakin sehingga berpotensi
24

meningkatkan angka kejadian stunting, dikarenakan faktor resiko terbesar terjadinya


stunting adalah kekurangan gizi kronis.

Anda mungkin juga menyukai