Anda di halaman 1dari 42

PRESENTASI KASUS ILMU KESEHATAN ANAK

Meningitis TB, Nosochomial Pneumoni, Gizi Buruk

Disusun Oleh :

Putri Paramitha O

01073170122

Pembimbing:

dr. Andry Juliansen, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERIODE APRIL – JUNI 2019
SILOAM HOSPITAL LIPPO VILLAGE - RUMAH SAKIT UMUM SILOAM
TANGERANG
LAPORAN KASUS

IDENTITAS
Nama : An. V
Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 26 Juli 2013
Usia : 5 tahun 9 bulan
Agama : Islam
Nomor rekam medis : RSUS 00-85-XX-XX
Alamat : Kp. Babakan, Binong, Tangerang.
Tanggal masuk : 29 April 2019
Tanggal pemeriksaan : 29 April 2019
Informasi diperoleh dengan alloanamnesis dari ibu kandung pasien.

ANAMNESIS
Keluhan Utama: Penurunan kesadaran sejak 2 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke IGD RSUS dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 2 hari
SMRS. Awalnya pasien ke IGD RS Murni Asih hari Jumat tanggal 26 April 2019
dengan keluhan demam, nyeri kepala dan muntah kemudian dirawat di bangsal anak RS
Murni Asih. Pasien muntah 2 kali di IGD RS Murni Asih berisi cairan disertai rasa mual.
Sekitar pukul 10 pagi, pasien tampak tertidur dan sulit untuk dibangunkan. Ibu pasien
mencoba untuk memanggil dan menggerakkan pasien, tetapi tidak ada respon. Siang
harinya, pasien kejang 2 kali dengan deskripsi mata tertutup, tangan serta kaki
kelonjotan selama 30 detik. Jarak antara kejang pertama dengan kejang kedua +/- 1 jam
dan di antara kejang pasien tidak sadar. Setelah kejang berhenti, pasien kembali tertidur
dan tidak sadar. Hari berikutnya, sekitar pukul 02.00 WIB, pasien kejang 1 kali dengan
deskripsi sama seperti kejang sebelumnya. Durasi kejang +/- 1 menit. Setelah kejang,
pasien tertidur dan tidak sadar.

1
Pasien juga mengalami demam sejak 7 hari SMRS. Menurut ibu pasien, awalnya
demam tidak langsung tinggi, tetapi menjelang malam hari demam menjadi tinggi
disertai keringat dingin. Saat demam, suhu pasien tidak diukur. Namun, saat pagi dan
siang hari demam cenderung turun.
Tanggal 23 April 2019 pasien sudah berobat ke klinik dan diberikan obat penurun
panas, tetapi pasien masih demam. Pasien mengalami nyeri kepala yang terasa
berdenyut sejak 7 hari SMRS dan terjadi bersamaan dengan munculnya demam. Nyeri
kepala hilang timbul yang semakin hari dirasakan semakin nyeri.
Menurut ibu pasien, nafsu makan menurun selama 8 hari terakhir, tetapi tidak ada
penurunan berat badan yang signifikan yang disadari oleh ibu pasien. Pasien tidak
mengalami BAB cair. Terakhir BAB padat, tetapi pasien belum BAB sejak 3 hari
SMRS. BAK berwarna kuning kemerahan setelah pasien mengkonsumsi OAT dari RS
Murni Asih.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien tidak memiliki keluhan serupa sebelumnya. Pasien tidak memiliki keluhan
batuk lebih dari dua minggu. Menurut Ibu pasien, tidak ada riwayat kejang, alergi,
operasi, maupun dirawat di RS sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Paman pasien yang tinggal di sebelah rumah pasien memiliki batuk lama selama 4
bulan dan belum berobat. Riwayat kejang, HIV, penyakit jantung, penyakit kongenital,
DM, hipertensi, alergi disangkal oleh ibu pasien. Adik pasien meninggal pada usia...
dengan diagnosis dehidrasi.

Riwayat Kehamilan:
Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ibu pasien rutin memeriksa
kehamilan ke bidan setiap bulan, pernah USG satu kali di klinik saat trimester 3 dengan
hasil normal. Ibu pasien rutin konsumsi suplemen untuk ibu hamil (tablet zinc,
penambah darah dan asam folat). Ibu pasien tidak memiliki hipertensi, diabetes dan
kejang saat kehamilan. Riwayat konsumsi obat-obatan juga tidak ada. Ibu pasien tidak
merokok dan minum alkohol.

2
Kesan : Riwayat kehamilan baik tanpa komplikasi.

Riwayat Persalinan dan masa perinatal:


Pasien lahir aterm 39 minggu, dari ibu P2A0, secara pervaginam di RS Umum
Siloam. Ketuban jernih. Pasien langsung menangis spontan. Berat badan lahir pasien
sebesar 2800 gram, dengan panjang badan lahir 48 cm.
Kesan : Riwayat persalinan dan masa perinatal baik, tidak ada masalah.

Riwayat Nutrisi:
Pasien mendapatkan air susu ibu (ASI) selama 6 bulan pertama, kemudian
ditambahkan susu formula 5 kali sehari, 60 cc susu formula. Setelah 6-11 bulan, pasien
mendapatkan makanan pendamping ASI (MP ASI) berupa bubur saring berisi sayuran
dan ayam sebanyak 3-4 kali sehari. Pada usia 1 tahun, pasien mengkonsumsi makanan
keluarga (sayuran, telur, tahu, tempe, daging dan ayam) porsi makan setengah porsi,
frekuensi makan 2 -3 kali sehari. Saat ini pasien mengkonsumsi makanan keluarga
dengan camilan buah dan biskuit sebanyak 2 kali sehari dengan porsi makan ¾ piring
berukuran sedang setiap kali makan.
Kesan: kualitas kurang baik, kuantitas baik.

3
Riwayat Tumbuh Kembang:
Tumbuh : Ibu pasien mengatakan bahwa berat badan dan tinggi pasien semakin
meningkat setiap tahunnya, tidak nampak ada masalah Namun, ibu pasien tidak
mempunyai catatan pertumbuhan pasien.
Kembang :

Riwayat Imunisasi:

4
Jadwal Imunisasi Anak Usia 0 – 18 Tahun
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia ( IDAI) Tahun 2017
Usia
Imunisasi Bulan Tahun
Lahir 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24 3 5 6 7 8 9 10 12 18
Hepatitis B 1 2 3 4
Polio 0 1 2 3 4
BCG 1 kali
DTP 1 2 3 4 5 6 (Td/Tdap) 7 (Td)
Hib 1 2 3 4
PCV 1 2 3 4
Rotavirus 1 2 3a
Influenza Ulangan 1 kali setiap tahun
Campak 1 2 3
MMR 1 2
Tifoid Ulangan setiap 3 tahun
Hepatitis A 2 kali, interval 6 – 12 bulan
Varisela 1 kali
HPV 2 atau 3 kali b
Japane se encephalitis 1 2
Dengue 3 kali, interval 6 bulan

Keterangan 5. Vaksin pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan;
Kesan
Cara membaca kolom usia : misal: Imunisasi
2 be rarti usia 2 bulan (60dasar
Rekomendasi imunisasi berlaku mulai Januari 2017
hari) s.d. 2 bulansesuai
29 hari (89 hari) dengan program pemerintah
dan pada usia lebih dari lengkap
1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu booster pada usia lebih dari 12 bulan atau minimal
2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak usia di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
Dapat diakses pada website IDAI ( http:// idai.or.id/p ublic-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai.html) 6. Vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 min ggu (dosis
a
Vaksin rotavirus monovalen tidak perlu dosis ke-3 (lihat keterangan) pertamaatidk diberikan pada usia > 15 minggu), dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Batas akhir
b
Apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibodi pemberian pada usia 24 min ggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14
setara dengan 3 dosis (lihat keterangan) minggu (dosis pertamaatidk diberikan pada usia > 15 minggu), dosis kedua dan ketiga diberikan dengan interval 4-10
Optimal Ca tch-up Booster Daerah Endemis minggu. Batas akhir pemberian pada usia 32 min ggu.
7. Vaksin einflu nz a. Vaksineinflunz a diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulangp setia tahun. Untuk imunisasi
Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Kondisi Lingkungan:
Untuk memahami tabel jadwal imunisasi perlu membaca keterangan tabel
1. Vaksin hepatiti s B (HB). Vaksin HB pertama (monovalen) paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir
pertama kali (prim ary im m unizatio
n ) pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4
minggu. Untuk anak 6-36 bulan, dosis 0,25 mL. Untuk anak usia 36 bulan a a tau lebih, dosis 0,5 mL.
dan didahului pemberian suntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Jadwal pemberian vaksin HB monova- 8. Vaksin campak. Vaksin campak kedua (18 bulan) tidk per lu diberikan apabila sudah mendapatkan MMR.
len adalah usia 0,1, dan 6 bulan. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin HB dan imunoglobulin hepatit
i s B 9. Vaksin MMR/MR. Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan, maka vaksin MMR/MR diberikan
Pasien tinggal bersama ayah dan ibu di rumah kontrakan berukuran 5x4 m. Jendela di
(HBIg) pada ekstremitas yang berbeda. Apabila diberikan HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal pemberian pada
usia 2, 3, dan 4 bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal pemberian pada usia 2, 4, dan 6 bulan.
pada usia 15 bulan (min imal interval 6 bulan). Apabila pada usia 12 bulan belu m mendapatkan vaksin campak, maka
dapat diberikan vaksin MMR/MR.
2. Vaksin polio. Apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0. Apabila lahir di sarana kesehatan, OPV-0 diberikan saat 10. Vaksin varisela. Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pada usia sebe lum masuk sekolah dasar.
bayi dipulangkan. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3, dan polio booster diberikan OPV atau IPV. Paling se- Apabila diberikan pada usia lebih dari 13 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
rumah hanya ada satu di sebelah pintu. Paman pasien yang menderita batuk lebih dari 4
dikit harus mendapat satu dosis vaksin IPV bersamaan dengan pemberian OPV-3.
3. Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan, a optiml usia 2 bulan. Apabila diberikan pada
11. Vaksin human papiloma virus (HPV). Vaksin HPV diberikan mulai usia 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga
kali dengan jadwal 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen dengan jadwal 0,2,6 bulan. Apabila diberikan pada remaja
usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibo d i setara dengan 3 dosis.
4. Vaksin DTP. Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTPw atau 12. Vaksin Japanese encephalitis (JE). Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan pada dae rah endemis atau turis yang
bulan tinggal tepat di sebelah rumah pasien. Menurut ibu pasien, paman pasien sering
DTPa atau kombinasi dengan vaksin lain. Apabila diberikan vaksin DTPa maka interval mengikuti rekomendasi vaksin
tersebut yaitu usia 2, 4, dan 6 bulan. Un tuk anak usia lebih dari 7 tahun diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP 6
akan bepergian ke daerah endemis tersebut. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun
berikutnya.
dapat diberikan Td/Tdap pada usia 10-12 t ahun dan booster Td diberikan setiap 10 t ahun. 13. Vaksin dengue. Diberikan pada usia 9-16 tahun dengan jadwal 0, 6, dan 12 bulan.
bermain dengan pasien di rumah. Ayah pasien merokok di dalam rumah pada sora
hingga malam hari. Ayah pasien bekerja sebagai buruh, kemudian ibu pasien adalah ibu
rumah tangga
Kesan: riwayat sosial baik, ventilasi dan pencahayaan rumah kurang baik, ekonomi
menengah ke bawah.

5
PEMERIKSAAN FISIS
Dilakukan pada tanggal 29 April 2019 jam 18.00 WIB (IGD RSUS)
Keadaan umum: Tampak sakit berat
Kesadaran : Somnolence (GCS 8 E2V2M4)

Tanda Vital
Laju nadi : 134x/menit, reguler,
Laju napas : 32x/menit, simetris, dangkal
Suhu : 36,70C
Sp O2 : 98% (dengan nasal cannul 2 lpm)
Tekanan Darah : 118/80 mmHg

Status Gizi dan Antropometri


Berat badan = 14,9 kg BB/U = <3 perentile, 74,5% (gizi
kurang)
Tinggi badan = 114 cm TB/U = 50-75th percentile, 100%
(normal)
Berat ideal = kg BB/TB = 74,5% (gizi kurang)
Lingkar kepala = 49 cm (Normosefali)

Kesan: Gizi kurang, perawakan baik

6
7
Status Generalis

Sistem Deskripsi

Kulit Lecet/luka (-)

Normosefali R

Rambut hitam, tersebar merata,


Kepala
UU menutup,

luka bekas trauma (-)

Wajah Normofasies

Konjungtiva pucat (-)


Sklera ikterik (-)
Mata Pupil bulat, reaktif, isokor, 2.0mm/2.0mm,
RCL/RCTL (+/+) lambat
Mata cekung (-/-)
Napas
Gerakancuping hidung
bola mata (-), sekret (-) epistaksis (-),
sulit dinilai
Hidung
hipertrofi konka (-), hiperemis konka (-)
Telinga Sekret (-/-)

Mulut Bibir kering, cyanosis (-), pucat (-),

Pembesaran KGB (-)


Leher

Dada Bentuk normal simetris, retraksi (-)


Inspeksi: perkembangan rongga dada saat statis dan
dinamis simetris (+/+)
Paru-paru
Palpasi: pengembangan dada simetris kanan dan kiri
Perkusi: sonor (+/+)
Auskultasi:
Iktus kordis vesikuler +/+, tidak
tidak terlihat, ronchi +/+ minimal pada
teraba
Jantung perihiler, wheezing
Bunyi jantung S1 & -/-
S2 reguler
Murmur (-), gallop (-)

8
Inspeksi: cembung, lesi (-), scar (-)
Auskultasi: BU (+)
Abdomen Perkusi: timpani
Palpasi: organomegali (-)
Turgor <2 detik
Akral hangat, CRT <2 detik
Ekstremitas
Edema (-/-)
Pada genitalia tidak terdapat kelainan
Genitalia & Anus
Pada bagian anus tidak terdapat ruam
GCS : E2M4V2
Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk (+),
dolls eye (+). Brudzinski I , II (-), Laseque
Neurologis >70o/>70o ; Kernique >135o/>135o
Refleks fisiologis : tendon +2/+2, patella +2/+2
Refleks patologis : babinsky (-), chaddok (-).
Kesan tidak ada lateralisasi

9
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium 29 April 2019

Value Unit Reference Range

FULL BLOOD COUNT

Hemoglobin 12,9 g/dL 11,80 – 15,00

Hematocrit 35.50 % 35,00 – 47,00

RRBC 5.03 10^6/L 3.80-5.80

White blood cell 16,81 10^3/µL 4,50 – 13,00

Platelet count 714 10^3/µL 154,00 – 442,00

CRP 28 mg/L < 6,0

Diff Count

Basofil 0 % 0–1

Eosinophil 0 % 1–3

Band Neutrofil 2 % 2–6

Segment Neutrofil 67 % 50 – 70

Lymphocyte 23 % 25 – 40

Monocyte 8 % 2–8

HEMOSTASIS

PT pasien 11,10 Detik 9,4 – 11,3

PT kontrol 11,00 Detik 8.9 – 12.1

10
INR 1,03

aPTT pasien 29,40 Detik 26,8 – 36,2

aPTT kontrol 31,30 Detik 27,7 – 40,2

MCV 70,60 fL 69 - 73

MCH 25,80 Pg 22 – 34

MCHC 36,3 g/dL 32 – 36

BIOCHEMISTRY

Blood Glucose 129 mg/dL <100

Electrolyte

Sodium (Na) 114 mmol/L 135,00 – 150,00

Potassium (K) 3,7 mmol/L 3,50 – 5,00

Chloride (Cl) 76 mmol/L 25,00 – 105,00

Kesan : Leukositosis, Trombositosis, Hiponatremi, Hipokalemi.

Laboratorium Analisa Gas Darah 29 Apri 2019 pkl 17.34

Value Unit Reference Range

FULL BLOOD COUNT

pH 7,47 mmHg 83 - 108

Po2 206.0 mmHg 32 - 45

11
RHco3 14,4 Mmol/L 21 - 28

Pco2 20,2 mmHg 32 - 45

Total Co2 15 Mmol/L 24 - 30

Base Excess -8.1 Mmol/L (-) 2.4 – (+)2.3

Electrolyite Blood Gas

Na 125 Mmol/L

K 2.11 Mmol/L

Ca 0,7 Mmol/L

Hematokrit 24 %

IMUNOLOGY

Non
Non Reactiv
HbsAg Reactive e

Negativ
Anti Hcv Negative e

Non
Anti Hiv Reactive Non Reactive

Kesan :

12
X-Ray Thorax AP (29/04/2019)

Foto AP thorax, trakea ditengah, tulang intak, CTR = <50%, sudut costoprenic paru
tajam, kedua diafragma licin, corakan bronchovaskular normal.

Kesan: Tidak tampak spesifik aktif pada kedua lapang paru, Cor dalam batas normal

13
CT Scan Brain

Dilatasi ventrikel lateralis bilateral, III dan IV. Sulci-sulci cerebri dan sistem sisterna
menyempit

Kesan :

14
RESUME

Pasien datang dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 2 hari SMRS. Awalnya
pasien ke IGD RS Murni Asih hari Jumat tanggal 26 April 2019 dengan keluhan demam,
nyeri kepala dan muntah. Pasien muntah 2 kali di IGD RS Murni Asih berisi cairan disertai
rasa mual. Sekitar pukul 10 pagi, pasien tampak tertidur dan sulit untuk dibangunkan.
ISiang harinya, pasien kejang 2 kali dengan deskripsi mata tertutup, tangan serta kaki
kelonjotan selama 30 detik. Jarak antara kejang pertama dengan kejang kedua +/- 1 jam dan
di antara kejang pasien tidak sadar. Setelah kejang berhenti, pasien kembali tertidur dan
tidak sadar. Hari berikutnya, sekitar pukul 02.00 WIB, pasien kejang 1 kali dengan deskripsi
sama seperti kejang sebelumnya. Durasi kejang +/- 1 menit. Setelah kejang, pasien tertidur
dan tidak sadar.
Pasien juga mengalami demam sejak 7 hari SMRS. Menurut ibu pasien, awalnya
demam tidak langsung tinggi, tetapi menjelang malam hari demam menjadi tinggi disertai
keringat dingin.
Tanggal 23 April 2019 pasien sudah berobat ke klinik dan diberikan obat penurun
panas, tetapi pasien masih demam. Pasien mengalami nyeri kepala yang terasa berdenyut
sejak 7 hari SMRS dan terjadi bersamaan dengan munculnya demam. Nyeri kepala hilang
timbul yang semakin hari dirasakan semakin nyeri.
Menurut ibu pasien, nafsu makan menurun selama 8 hari terakhir, tetapi tidak ada
penurunan berat badan yang signifikan yang disadari oleh ibu pasien. Paman pasien yang
tinggal tepat bersebelahan dengan kamar kontrakan pasien memiliki riwayat batuk lama.
BAK berwarna kuning kemerahan setelah pasien mengkonsumsi OAT dari RS Murni
Asihh.
Pada pemeriksaan fisis, pasien tampak sakit berat dengan kesadaran somnolence.
Pasien takikardia disertai takipnea dan status gizi pasien memiliki gizi kurang perawakan
normal. Kemudian, pemeriksaan fisik yang bermakna ditemukan adanya kaku
kuduk.Pemeriksaan penunjang sampel darah ditemukan leukositosis, trombositosis,
hipernatremi, hiperkalemi, respiratori asidosis. Hasil CT Scan brain tanggal ditemukan
adanya dilatasi ventrikel lateralis bilateral, III dan IV, serta sulci-sulci cerebri dan sistem
sisterna menyempit

15
DIAGNOSIS KERJA

• Meningitis TB
• Meningitis bakteri

TATA LAKSANA

- Puasa
- O2 Nasal Canul 2 lpm
- CT brain bila tidak ada perdarahan rencana LP
- Lab : FBC, elektrolit, AGD, CPP, kultur darah, foto thoraks
- Fenobarbital – LD 300 mg dalam 20 menit
- MP – 2 x 30 mg IV
- IVFD NS → 150 ml dalam 30 menit
- Ceftriaxone 1 x 1500 mg IV

16
FOLLOW UP

Tanggal Follow Up
30/04/2019 S: Hari perawatan ke-1
Kontak (-), puasa (-), diet susu entramix 5x100cc/24 jam, kejang
(-), napas spontan (+), apnea (-), desaturasi (-), terpasang NGT no.
10 tidak ada residu, terpasang IV line no. .... di .... . Batuk (+), BAB
(-)

A : clear on ETT no. , batas 16, suction : slem (+) putih kental.
B : RR 20 kali / menit, SpO2 100% pn PEEP 5 FiO2 ..., retraksi (-)
C : TD :70/40mmHg HR : 118 kali/menit
D : pupil 2/2, RCL +/+ berkurang.
UO :

O:
KU: Tampak sakit berat (TSB)
Kes: Somnolence (E2M4V2)
Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Paru : VBS (+/+), Rh (-), Wh (-)
Abdomen LP 49 cm, BU (+), supel, timpani
Akral hangat, CRT <2S
Pemeriksaan neurologis : Kaku kuduk (+), doll’s eye (+),
Intake :
Output :
Balance cairan +8

Hasil lab
Micobiology aerob M.O. Culture
Specimen : sputum
Result : No growth of bacteria

17
AFB Direct Smear
Specimen : Sputum
Procedure : Z. Neelsen Stain
Result :
Leukosit : 80/lpf
Epithel : <10/lpf
Acid Fast Bacillus : Not found

Microbiology M.O Culture


Specimen : Urine
Result : No growth of bacteria

Microbiology M.O Culture


Specimen : CSF
Result : No growth of bacteria
Afb Direct smear
Result :
Leukosit : 0-2/lpf
Epithel : 0-1/lpf
Bacteria not found

Analisa Cairan Otak


Microscopic
Color Colorless
Clarity Clear
Clot Negative
Sediment Positive
Microscopic

• Cell Count 33 (<10)


• Diff Count
- PMN 6%
- MN 94

18
Chemicals

- Glucose 81.0 mg/dL (40-76)


- Chloride 104 mmol/L (115-130)

Protein (Quantitative) 0.25 g/L (0.15 – 0.45)

GD 126

A:
Meningoensephalitis TB dd bakteri

P:
NS 0.9% 1000ml/24 jam
Ceftriaxone 1x1 gram IV
Rifampisin 200 mg 1 x1 per NGT
Isoniazid 100 mg 1 x 1 per NGT
Pirazinamd 500 mg 1 x1 per NGT
Ethambutol 400 mg 1 x 1 per NGT
Omeprazole IV 1 x 20mg
Dexamethason 3 x 3mg IV
Paracetamol 1 gram
Bisolvon + NS nebu 3 x 1
Vaselin Alba
Morfin 0,5 mg : Midazolam 0,25 mg drip
01/05/2019 S: Hari perawatan ke-2,3
02/05/2019 Kontak (-), puasa (-), diet susu entramix 500 kalori, kejang (-),
apnea (-), napas spontan (+), desaturasi, terpasang NGT no.10 tidak
ada residu, terpasang IV line no. 24 di dorsalis pedis sinistra, batuk
(+), BAB (-)
A : clear on ETT no. , batas 16, suction : kental berwarna kuning.
B : RR 20 kali / menit, SpO2 100% PC 7 PEEP 5 FiO2 35%,
retraksi (-)
C : TD :90/60mmHg HR : 103 kali/menit

19
D : Telinga kiri hematom (+), pupil 2/2 nonreaktif.
UO :

O:
KU: Tampak sakit berat (TSB)
Kes: Somnolence (E2M4V2)
Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Kaku kuduk (+)
Paru : VBS (+/+), Rh (-), Wh (-)
Abdomen LP 49 cm, BU (+), supel, timpani
Akral dingin sebatas pergelangan tangan dan kaki, CRT <2S
Reflkes fisiologis :
Refleks patologis : Babinsky (-), openheim (-)
Intake :
Output :
Balance cairan : - 379 (1/5/19)
+462 (2/5/19)

Hasil lab

Microbiology
Specimen : Sputum II
Result :
Leukosit 100/lpf
Epithel <10/lpf
Acid Fast Bacillus not found

Hematology
Hb 9.20 g/dL (10.8 -15.6)
Ht 26.2 % (33-45)
RBC 3.42 10^6/uL (3.8-5.8)
WBC 12.23 10^3/uL (5-15)

20
Platelet Count 549 10^3/uL (150-440)

MCV,MCH,MCHC
MCV 76.6 fL (69-73)
MCH 26.9 pg (22-34)
MCHC 35.10 g/dL (32-36)

Electrolyte (Na, K, CL)


Na 163 mmol/L (137-145)
K 2.4 mmol/L (3.6-5.0)
Chloride 129 mmol/L (98-107)

GD (1/5/19) : 115
GD (2/5/19) : 122

Kesan :
Cor dan Pulmo dalam batas normal
Terpasang ETT dengan ujung distal setinggi Th4, 1,5 corpus di atas
carina.
Terpasang CVP dengan ujung distal setinggi Th6 sisi kanan
proyeksi VCS
Terpasang VP shunt dari regio cervical kanan hingga abdomen sisi
kanan

21
CT Scan Head Non Contrast :
Kesan :
Terpasang VP Shunt dari regio parietal kanan dengan ujung distal
pada intraventrikel III, masih tampak dilatasi ventrikel lateralis
bilateral, III dan IV.
Bercak hipodens pada white matter lobus fronto-parietal bilateral,
basal ganglia kiri.
Sulci-sulci cerebri dan sistem sisterna menyempit
Sinusitis ethmoidalis bilateral.

A:
Meningoensephalitis TB dd bakteri

P:
NaCl loading 100ml (pk 04.00)
NaCl 0.9% 500ml / 8 jam (pk 07.00)
RL 500 ml /12 jam (pk 19.00)
RL 500 ml + KCL 25 mEq /12 jam (pk 00.00)
Ceftriaxone 3x1 gram IV
Dexamethason 3 x 3mg IV
Omeprazole IV 1 x 20mg
Vit C 500 mg 1 x 1 IV
Rifampisin 200 mg 1 x1 per NGT
Isoniazid 100 mg 1 x 1 per NGT
Pirazinamid 500 mg 1 x1 per NGT
Ethambutol 400 mg 1 x 1 per NGT
Fluconazole 200 mg 1x1 per NGT
Laxadin 3 x 1 cth per NGT
Aspar K 3 x 1 tab per NGT
Paracetamol 250 mg per NGT p.r.n
Bisolvon + NS nebu 3 x 1Vit C 500 mg 1 x 1
Vaselin Alba
Morfin 0,5 mg : Midazolam 0,25 mg drip/jam

22
03/05/2019 S: Hari perawatan ke-4
Kontak (-), puasa (-), diet susu entramix, kejang (-), apnea (-), napas
spontan (+), desaturasi, terpasang NGT no. Tidak ada residu,
terpasang IV line no. .... di vena jugularis dextra dengan jugular
pressure 10 mmHg, batuk (+), BAB (+) cair, cokelat 1 x.
A : clear on ETT no. , batas 16, suction : kental, kuning.
B : RR 20 kali / menit, SpO2 100% PC7 PEEP 5 FiO2 35% , retraksi
(-)
C : TD :91/40mmHg HR : 118 kali/menit
D : telinga kiri hematom (+), pupil 2/2, non reaktif.
UO :

O:
KU: Tampak sakit berat (TSB)
Kes: Somnolence (E2M3V1)
Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Kaku kuduk (+)
Paru : VBS (+/+), Rh (-), Wh (-)
Abdomen LP 49 cm, BU (+), supel, timpani
Akral hangat, CRT <2S
Reflkes fisiologis :
Refleks patologis : Babinsky (-), openheim (-)
Intake :
Output:
Balance cairan : +362

Hasil lab
Analisa Gas Darah
pH 7.320 (7.350-7.450)
pO2 56 mmHg (83-108)
pCO2 54.6 mmHg (32-45)
HCO3 (-) 27.5 mmol/L (21-28)

23
Total CO2 29.2 mmol/L (24-30)
Base Excess 1.4 mmol/L (-) 2.4 – (+) 2.3
O2 Sat 87% (95-98)
Electrolyte Blood Gas
Na 164 mmol/L
K 4,21 mmol/L
Ca 1.03 mmol/L
Ht 22 %

GD (2/5/19) : 86

A:
Meningoensephalitis TB dd bakteri

P:
D5 500 ml /12 jam
PRC 150 ml pk 18.15
Ceftriaxone 3x1 gram IV
Omeprazole IV 1 x 20mg
Dexamethason 3 x 3mg IV
Vit C 500 mg 1x1 IV
Rifampisin 200 mg 1 x1 per NGT
Isoniazid 100 mg 1 x 1 per NGT
Pirazinamd 500 mg 1 x1 per NGT
Ethambutol 400 mg 1 x 1 per NGT
Fluconazole 200 mg 1x1 Per NGT
Aspar K 3 x 1 tab per NGT
Laxadin 3 x 1 cth per NGT
Paracetamol 1 gram
Bisolvon + NS nebu 3 x 1
Vaselin Alba
Morfin 0.5 : Midazolam 0.25 drip/jam

24
4/5/19 S: Hari perawatan ke-5
Kontak (-), puasa (-), diet susu entramix 500 kalori, kejang (+) dua
kali sebelah kanan (pagi) dan kiri (sore) tipe klonik +/- 1 menit
(masuk midazolam IV), apnea (-), napas spontan (+), desaturasi,
terpasang NGT no. 10 Tidak ada residu, terpasang IV line no. .... di
vena jugularis dextra dengan jugular pressure 8 mmHg, terpasang
FC no. ,batuk (+)
BAB (-).

A : clear on ETT no.5,5 fr , batas 16. Suction : slem (+) putih, kental.
B : RR 27 kali / menit, SpO2 100% PC 7 PEEP 5 FiO2 35% retraksi
(-)
C : TD :109/75mmHg HR : 118 kali/menit
D : telinga kiri vulnus (+), pupil 2/3, RCL-/+ lambat.
UO :

O:
KU: Tampak sakit berat (TSB)
Kes: CM (E2M4V1)
Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Kaku kuduk (-)
Paru : VBS (+/+), Rh (-), Wh (-)
Abdomen LP 49 cm, BU (+), supel, timpani
Akral hangat, CRT <2S
Reflkes fisiologis :
Refleks patologis : Babinsky (-), openheim (-), klonus
Intake :
Output :
Balance cairan -721

Hasil lab

Biochemistry

25
Na 139 mmol/L (137-145)
K 4.8 mmol/L (3.6-5)
Chloride 97 mmol/L (98-107)

Urinalisis
Color yellow
Appearance Clear
SG 1.010 (1.000 – 1.030)
Nitrit Negative (4.5-8)
Protein Negative
Glucose Negative
Keton Negative
Urobilinogen 0.2 (0.10-1.00)
Occult Blood Negative
Erythrocyte 1 cells/uL (0-9)
Leucocyte 2 cells/iL (0-10)
Epithel (1+)
Casts Negative
Crystal Negative
Othes Negative

Urine Biochemistry
Spot Urine Chloride 57 mmol/L
Spot Urine Natrium 73 mmol/L (30-90)
Kalium Urine Sewaktu 8.0 mmol/L (20-80)

GD 131

A:
Meningoensephalitis TB dd bakteri

P:
RL 500 ml + KCL 25 mEq/12 jam

26
RL 500 ml / 12 jam
Ceftriaxone 3x1 gram IV
Omeprazole IV 1 x 20mg
Fenitoin 25 mg 3x1 IV (24 jam)
Dexamethason 3 x 3mg IV
Vit C 500 mg 1x1 IV
Rifampisin 200 mg 1 x1 per NGT
Isoniazid 100 mg 1 x 1 per NGT
Pirazinamd 500 mg 1 x1 per NGT
Ethambutol 400 mg 1 x 1 per NGT
Fenitoin 50 mg 3x1 per NGT
Fluconazole 200 mg 1x1 Per NGT
Aspar K 3 x 1 tab per NGT
Laxadin 3 x 1 cth per NGT
Paracetamol 1 gram
Bisolvon + NS nebu 3 x 1
Vaselin Alba
Morfin 0.5 : Midazolam 0.25 drip/jam
5/05/2019 S: Hari perawatan ke-6
Kontak (-), puasa (-), diet susu entramix 500 kalori, kejang (-),
apnea (-), napas spontan (+), desaturasi, terpasang NGT no 10.
Tidak ada residu, terpasang IV line no. .... di vena jugularis dextra
dengan jugular pressure 5 mmHg, batuk (+), BAB (-)
A : clear on ETT no. 5,5 fr , batas 16. Suction : slem (+) putih kental
B : RR 20 kali / menit, SpO2 100% pn PEEP 5 FiO2 ..., retraksi (-)
C : TD :110/60mmHg HR : 118 kali/menit
D : Telinga kiri vulnus (+), pupil 2/3, RCL -/+ lambat

O:
KU: Tampak sakit berat (TSB)
Kes: CM (E2M4V2)
Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Kaku kuduk (-)

27
Paru : VBS (+/+), Rh (-), Wh (-)
Abdomen LP 49 cm, BU (+), supel, timpani
Akral hangat, CRT <2S
Reflkes fisiologis :
Refleks patologis : Babinsky (-), openheim (-), klonus
Intake :
Balance cairan +109

Hasil lab
GD 137

A:
Meningoensephalitis TB dd bakteri

P:
RL 500 ml /12 jam
NacL0.9% 500 ml / 12 jam
Ceftriaxone 3x1 gram IV
Omeprazole IV 1 x 20mg
Dexamethason 3 x 3mg IV
Vit C 500 mg 1x1 IV
Rifampisin 200 mg 1 x1 per NGT
Isoniazid 100 mg 1 x 1 per NGT
Pirazinamd 500 mg 1 x1 per NGT
Ethambutol 400 mg 1 x 1 per NGT
Fenitoin 50 mg 3x1 per NGT
Fluconazole 200 mg 1x1 Per NGT
Aspar K 3 x 1 tab per NGT
Laxadin 3 x 1 cth per NGT
Paracetamol 1 gram
Bisolvon + NS nebu 3 x 1
Vaselin Alba
Morfin 0.5 : Midazolam 0.25 drip/jam

28
6/05/2019 S: Hari perawatan ke-7
Kontak (-), puasa (-), diet susu entramix 500 kalori, kejang (+)
generalized klonik, apnea (-), napas spontan (+), desaturasi,
terpasang NGT no 10. Tidak ada residu, terpasang IV line no. .... di
vena jugularis dextra dengan jugularis pressure 6 mmHg, batuk (+),
BAB (+) coklat, cair 1 kali.
A : clear on ETT no. 5,5 fr , batas 16. Suction : slem (+) putih kental
B : RR 20 kali / menit, SpO2 100% PC 7 PEEP 5 FiO2 35%, retraksi
(-)
C : TD :110/60mmHg, nadi : 123 kali/menit, lemah
D : Telinga kiri vulnus (+), pupil 2/3, RCL -/+ lambat
UO :

O:
KU: Tampak sakit berat (TSB)
Kes: Somonolence (E1M4V1)
Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Kaku kuduk (+)
Paru : VBS (+/+), Rh (-), Wh (-)
Abdomen LP 49 cm, BU (+), supel, timpani
Ekstremitas tonus meningkat (hipertonus)
Akral dingin, CRT <2S
Reflkes fisiologis :
Refleks patologis : Babinsky (-), openheim (-), klonus
Intake :
Balance cairan -478

Hasil lab

A:
Meningoensephalitis TB dd bakteri

29
P:
RL 500 ml /12 jam
NacL0.9% 500 ml / 12 jam
Ceftriaxone 3x1 gram IV
Omeprazole IV 1 x 20mg
Dexamethason 3 x 3mg IV
Vit C 500 mg 1x1 IV
Rifampisin 200 mg 1 x1 per NGT
Isoniazid 100 mg 1 x 1 per NGT
Pirazinamd 500 mg 1 x1 per NGT
Ethambutol 400 mg 1 x 1 per NGT
Fenitoin 50 mg 3x1 per NGT
Fluconazole 200 mg 1x1 Per NGT
Aspar K 3 x 1 tab per NGT
Laxadin 3 x 1 cth per NGT
Paracetamol 1 gram
Bisolvon + NS nebu 3 x 1
Vaselin Alba
Morfin 0.5 : Midazolam 0.25 drip/jam→ stop pukul 13.00
Morfin 1 mg : Midazolam 0.5 mg
7/05/2019 S: Hari perawatan ke-8,9,10
8/05/2019 Kontak (-), puasa (-), diet soya 750 kalori, kejang (-), apnea
9/05/2019 (-),napas spontan (+), desaturasi, terpasang NGT no 10. Tidak ada
residu, terpasang IV line no. .... di vena jugularis dextra, batuk (+),
BAB (+) cair, cokelat 3-5 kali/hari, semakin hari semakin
berkurang.
A : clear on ETT no. 5,5 fr , batas 16. Suction : slem (+) putih kental
B : RR 20 kali / menit, SpO2 100% pn PEEP 5 FiO2 ..., retraksi (-)
C : TD :114/83mmHg, nadi : 129 kali/menit, lemah
D : Telinga kiri vulnus (+), pupil 2/3, RCL -/+ lambat
UO :

30
O:
KU: Tampak sakit berat (TSB)
Kes: Somnolence (E2M4V2)
Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Kaku kuduk (+)
Paru : VBS (+/+), Rh (-), Wh (-)
Abdomen LP 49 cm, BU (+), supel, timpani
Ekstremitas tonus meningkat (hipertonus)
Akral dingin, CRT <2S
Reflkes fisiologis :
Refleks patologis : Babinsky (-), openheim (-), klonus
Intake :
Balance cairan +40 (7/5/19)
-446 (8/5/19)
+249 (9/5/19)

Hasil lab
GD 99 (7/5/19)
GD 92 (8/5/19)
GD 107 (9/5/19)

Hematologi (7/5/19)
Hb 9.60 g/dL (10.8 -15.6)
Ht 28.8 % (33-45)
RBC 3.57 10^6/uL (3.8-5.8)
WBC 9.88 10^3/uL (5-15)
Platelet Count 251 10^3/uL (150-440)

Diff Count
Basophil 0% (0-1)
Eosinophil 0% (1-3)
Band Neutrophil 3% (2-6)
Segment Neutrophil 64% (50-70)

31
Lymphocyte 28 % (25-40)
Monocyte 5% (2-8)

ESR 47 mm/hours 0-10

MCV,MCH,MCHC
MCV 83.5 fL (69-73)
MCH 26.9 pg (22-34)
MCHC 32.20 g/dL (32-36)

SGOT 57 U/L (0-32)


SGPT 29

Microbiology
Specimen : sputum
Susceptibility
Cefazolin....... R
Cefepime....... R
Sulperazone (75/30)...........S
Trimethoprim...........S
Gentamicin.......R
Amikacin.......I
Piperacillin......R
Ampicillin/Sulbactam......R
Ceftriaxone......R
Fosomycin...R
Tigecylin...I
Ertapenem......R
Imipenem.......R
Ampicillin........R
Levofloxacin......R
Ciprofloxacin.....R

32
Electrolyte (Na, K, CL)
Na 163 mmol/L (137-145)
K 2.4 mmol/L (3.6-5.0)
Chloride 129 mmol/L (98-107)

Hematologi (9/5/19)
Hb 10.3 g/dL (10.8 -15.6)
Ht 30.7 % (33-45)
RBC 3.8 10^6/uL (3.8-5.8)
WBC 17.20 10^3/uL (5-15)
Platelet Count 285 10^3/uL (150-440)

A:
Meningoensephalitis TB dd bakteri

P:
RL 500 ml /12 jam
NacL0.9% 500 ml / 12 jam
Ceftriaxone 3x1 gram IV
Omeprazole IV 1 x 20mg
Dexamethason 3 x 3mg IV
Vit C 500 mg 1x1 IV
Rifampisin 200 mg 1 x1 per NGT
Isoniazid 100 mg 1 x 1 per NGT
Pirazinamd 500 mg 1 x1 per NGT
Ethambutol 400 mg 1 x 1 per NGT
Fenitoin 50 mg 3x1 per NGT
Fluconazole 200 mg 1x1 Per NGT
Aspar K 3 x 1 tab per NGT
Laxadin 3 x 1 cth per NGT
Paracetamol 1 gram
Bisolvon + NS nebu 3 x 1

33
Vaselin Alba
Morfin 0.5 mg : Midazolam 0.25 mg

10/05/2019 S: Hari perawatan ke-11,12


11/05/2019 Kontak (-), puasa (-), diet susu soya 750 kalori, kejang (+)
generalized klonik, apnea (-), napas spontan (+), desaturasi,
terpasang NGT no 10. Tidak ada residu, terpasang IV line no. .... di
vena jugularis dextra dengan jugularis pressure 6 mmHg, batuk (+),
BAB (-)
A : clear on ETT no. 5,5 fr , batas 16. Suction : slem (+) putih kental
B : RR 20 kali / menit, SpO2 100% PC 8 PEEP 5 FiO2 45% ...,
retraksi (-)
C : TD :110/60mmHg, nadi : 123 kali/menit, lemah
D : Telinga kiri vulnus (+), pupil 2/3, RCL -/+ lambat
UO :

O:
KU: Tampak sakit berat (TSB)
Kes: Somonolence (E1M4V1)
Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Kaku kuduk (+)
Paru : VBS (+/+), Rh (+/+) pada perihiler, Wh (-)
Abdomen LP 49 cm, BU (+), supel, timpani
Ekstremitas Tonus meningkat (hipertonus)
Akral dingin, CRT <2S
Reflkes fisiologis :
Refleks patologis : Babinsky (-), openheim (-), klonus
Intake :
Balance cairan -398 (10/5/19)

Hasil lab
GD (10/5/19) 127

34
GD (11/5/19) 102

Kesan :
Infiltrat minimal pada perihiler bilateral, suspek pneumonia
Terpasang ETT dengan ujung distal setinggi Th4, 1,5 corpus di atas
carina.
Terpasang CVP dengan ujung distal setinggi Th6 sisi kanan
proyeksi VCS
Terpasang VP shunt dari regio cervical kanan hingga abdomen sisi
kanan

A:
Meningoensephalitis TB dd bakteri

P:
RL 500 ml /12 jam
NacL0.9% 500 ml / 12 jam
Cefoperazone Sulbactam 3x500 gram IV
Omeprazole IV 1 x 20mg
Dexamethason 3 x 3mg IV
Vit C 500 mg 1x1 IV
Rifampisin 200 mg 1 x1 per NGT
Isoniazid 100 mg 1 x 1 per NGT
Pirazinamd 500 mg 1 x1 per NGT

35
Ethambutol 400 mg 1 x 1 per NGT
Fenitoin 50 mg 3x1 per NGT
Fluconazole 200 mg 1x1 Per NGT
Aspar K 3 x 1 tab per NGT
Laxadin 3 x 1 cth per NGT
Paracetamol 1 gram
Bisolvon + NS nebu 3 x 1
Vaselin Alba
Morfin 0.5 : Midazolam 0.25 drip/jam→ stop pukul 13.00
Morfin 1 mg : Midazolam 0.5 mg
12/05/2018 S: Hari perawatan ke-13
Kontak (-), puasa (-), diet susu soya 750 kalori, kejang (-), napas
spontan (+), desaturasi, terpasang NGT no 10, tidak ada residu,
terpasang IV line no. .... di vena jugularis dextra dengan jugularis
pressure 9 mmHg, batuk (+), BAB (+) coklat, cair 1 kali.
A : clear on ETT no. 5,5 fr , batas 16. Suction : slem (+) putih kental
B : RR 20 kali / menit, SpO2 100% PC 7 PEEP 5 FiO2 35%, retraksi
(-)
C : TD :120/90mmHg, nadi : 22 kali/menit, lemah
D : Telinga kiri vulnus (+), pupil 2/2, RCL +/+ lambat
UO :

O:
KU: Tampak sakit berat (TSB)
Kes: Somonolence (E2M4V1)
Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Kaku kuduk (-)
Paru : VBS (+/+), Rh (-), Wh (-)
Abdomen LP 49 cm, BU (+), supel, timpani
Ekstremitas tonus meningkat (hipertonus)
Akral dingin, CRT <2S
Reflkes fisiologis :

36
Refleks patologis : Babinsky (-), openheim (-), klonus
Intake :
Output: 2405 (diuresis :
Balance cairan -191

GD 117

A:
Meningoensephalitis TB dd bakteri

P:
RL 500 ml /12 jam
NacL0.9% 500 ml / 12 jam
Ceftriaxone 3x1 gram IV
Omeprazole IV 1 x 20mg
Dexamethason 3 x 3mg IV
Vit C 500 mg 1x1 IV
Rifampisin 200 mg 1 x1 per NGT
Isoniazid 100 mg 1 x 1 per NGT
Pirazinamd 500 mg 1 x1 per NGT
Ethambutol 400 mg 1 x 1 per NGT
Fenitoin 50 mg 3x1 per NGT
Fluconazole 200 mg 1x1 Per NGT
Aspar K 3 x 1 tab per NGT
Laxadin 3 x 1 cth per NGT
Paracetamol 1 gram
Bisolvon + NS nebu 3 x 1
Vaselin Alba
Morfin 0.5 : Midazolam 0.25 drip/jam

37
ANALISIS KASUS

1. Penilaian Awal
Pasien datang ke IGD dengan keluhan penurunan kesadaran 2 hari SMRS. Pada
saat awal, pepenilaian awal dapat menggunakan pediatric assesment triangle
untuk menentukan apakah seorang anak sakit atau tidak. Pada kasus ini, An. V
datang dengan lemas, tidak mampu berdiri. Kemudian, komunikasi pasien
dengan orang sekitar menurun. Pasien cenderung tertidur dan sulit untuk
dibangunkan. Kemudian, pada penilaian usaha untuk bernapas, tidak ditemukan
adanya suara napas yang abnormal, retraksi, maupun pernapasan cuping
hidung. Sirkulasi pasien ke kulit dinilai baik karena tidak ditemukan adanya
mottling, pucat dan sianosis. Berdasarkan Pediatric Assesment Triangle,
kondisi An. A dapat diduga disebabkan adanya gangguan pada susunan saraf
pusat atau kelainan metabolik.

38
Kemudian, pemeriksaan dan penanganan kedaruratan dilanjutkan dengan
memperhatikan jalan napas (airway), pernapasan (breathing), dan sirkulasi
darah (circulation). Pada pemeriksaan, ditemukan jalan napas clear.
Pemeriksaan terhadap beathing ditemukan adanya hiperventilasi yang
menunjukkan adanya kemungkinan asidosis metabolik, hipoksia, keracunan
(organofosfat, kokain, amfetamin), dan gangguan di daerah susunan saraf pusat
(midpons dan midbrain). Pada pemeriksaan sirkulasi, ditemukan HR 138
x/menit, reguler, lemah. Tekanan darah 118/80 mmHg, akral hangat dengan

39
CRT < 2 s , tanda-tanda syok tidak ditemukan. (kupdf.net_buku-ajar-neurologi-
anakpdf).

2. Penurunan kesadaran
Pasien datang dengan penurunan kesadaran 2 hari SMRS. Pada pemeriksaan
fisik, GCS pasien E2M4V2 menunjukkan pasien dalam keadaan somnolence.
Untuk mencari tahu etiologi dari penurunan kesadaran, riwayat klinis penting
untuk diketahui. Berdasarkan data epidemiologi, infeksi susunan saraf pusat
merupakan etiologi penurunan kesadaran pada anak yang tersering. Adanya
riwayat demam disertai kaku kuduk yang positif mengarahkan diagnosis An. V
pada infeksi susunan saraf pusat. Namun, kemungkinan etiologi lain Pada An.
V juga harus dipertimbangkan. Berdasarkan alloanamnesis dari ibu kandung
pasien. diketahui tidak ada riwayat trauma. Pemeriksaan kadar glukosa untuk
deteksi hipoglikemia maupun hiperglikemia yang dapat mengarahkan pada
DKA harus segera dilakukan. Pada An. V, GDS 129 mg/dl sehingga
menyingkirkan kemungkinan hipoglikemi maupun hiperglikemi. Selain itu,
pada An. V tidak ditemukan adannya napas Cheyne-stokes yang sering kali
dijumpai pada anak dengan gangguan metabolik. Kemudian, pemeriksaan
analisa gas darah juga dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya asidosis.
Pada An. V ditemukan adanya respiratorik asidosis yang . berdasarkan analisa
yang sudah dilakukan, penurunan kesadaran An. V dapat disebabkan akibat
adanya peningkatan TIK karena hidrosefalus dan oedema cerebri, serta
kemungkinan infeksi pada susunan saraf pusat (ensefalitis), dan hiponatremi.

3. Meningoensefalitis TB
Pasien datang dengan penurunan kesadaran disertai demam sejak 7 hari SMRS,
kejang, dan kaku kuduk yang positif. Hal ini menunjukkan adanya
kemungkinan infeksi susunan saraf pusat, dapat berupa ensefalitis, meningitis
bakterialis, meningitis serosa virus, dan meningitis serosa TB. (pendekatan
klinis kasus neurologi anak). Berdasarkan anamnesis, an. V diduga memiliki
kontak dengan penderita TB. Kemudian, riwayat imunisasi An. V tidak dapat
dipastikan. Selain itu, tidak ada skar BCG yang ditemukan memberikan
kemungkinan An. V belum melakukan imunisasi BCG. Secara klinis,
perjalanan pernyakit pasien dimulai dengan demam yang disertai mual dan

40
muntah, nyeri kepala, dan keringat dingin di malam hari. Perjalanan klinis
pasien sesuai dengan fase prodormal dan fase meningitik pada menigitis TB.
Gejala yang serupa juga dapat ditemukan pada meningitis bakteri maupun virus.
Namun, meningitis virus gejala klinis umumnya ringan hingga sedang. Pasien
An. V telah dilakukan CT Scan kepala lalu ditemukan adanya hidrosefalus dan
oedema serebri. Hidrosefalus biasa ditemukan pada kasus meningitis TB dan
meningitis bakteri akibat adanya obstruksi eksudat di sisterna basalis. An. V
juga datang dengan kondisi hiponatrema yang kemungkina disebabkan oleh
SIADH, dimana biasa terjadi pada kasus meningitis bakteri dan meningitis TB.
Dari analisa tersebut, diagnosis yang diambil pada An. V adalah Meningitis TB
dd bakteri. Untuk menegakkan diagnosa, lumbar puncture perlu dilakukukan.
Namun, pada An. V terdapat kontraindikasi peningkatan TIK yang berisiko
untuk terjadi herniasi apabila dilakukan LP. Oleh karena itu, An. V
direncanakan untuk dilakukan pemasangan VP shunt dan dilakukan analisa
cairan otak yang diambil saat prosedur di ruang OT. Hasil analisa cairan otak
pada tanggal 30/4/19 menunjukkan adanya cairan otak yang jernih, cell count
yang meningkat denga didominasi MN, kadar glukosa yang tinggi serta kadar
chloride yang menurun. Analisa cairan otak lebih mengarah pada infeksi virus,
dimana pada infeksi bakteri cairan otak biasanya keruh, cell count yang
menignkat dengan didominasi PMN, kadar glukosa yang rendah, dan protein
yang tinggi. Meningitis TB masih belum dapat disingkarkan karena pada
meningitis TB akut, cairan otak biasanya jernih. Kemudian, cell count
meningkat dengan didominasi dengan MN. Namun, analisa cairan otak
meningitis TB biasanya kadar glukosa rendah. Pada pasien An. V, sebelum
cairan otak diambil untuk dilakukan analisa, An. V telah mendapatkan terapi
antibiotik broadspectrume di rumah sakit Murni Asih. Berdasarkan studi
penelitian, pemberian antibiotik sebelum dilakukan analisa cairan otak dapat
mengacaukan hasil analisa dan membuat kadar glukosa meningkat. Oleh karena
itu, dari hasil analisa cairan otak, kemungkinan meningitis TB belum dapat
disingkarkan. Pasien diberikan OAT Rifampisin 200 mg 1 x1, Isoniazid 100 mg
1 x 1, Ethambutol 400 mg 1 x 1, Fluconazole 200 mg 1x1.

41

Anda mungkin juga menyukai