Anda di halaman 1dari 64

IMPLIKASI PEMBERLAKUAN

UU NO. 32/2009 TENTANG PPLH


TERHADAP PEMBENTUKAN PERDA
LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

Bahan dipersiapkan bersama oleh Deputi V Bidang Penaatan


Kementerian Lingkungan Hidup RI dan Asep Warlan Yusuf,
Anggota Tim Penyusun UU No. 32/2009
Pandangan masyarakat terhadap
penegakan hukum lingkungan

▪ Implementasi penegakan hukum lingkungan


dinilai tidak efektif

▪ Norma hukum lingkungan berlaku sebagai


“macan-kertas”

▪ Aparaturnya dipersepsi tidak “berdaya”


dengan “kekuatan dunia lain”
Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009
MASALAH PENAATAN LINGKUNGAN
A. KELEMBAGAAN
- KEWENANGAN KLH
- KOORDINASI ANTAR APARAT GAKUM RENDAH
- KEKUATAN ‘LAIN’

B. SDM
- JUMLAH PPNS TERBATAS
- KAPASITAS APARAT GAKUM TERBATAS (KEMAMPUAN DAN SARANA),
- PEMAHAMAN PPLH, POLISI, JAKSA DAN HAKIM

C. SUBSTANSI :
- AKSES MASYARAKAT (ACCSES TO JUSTICE)
- MULTI INTERPRETASI PASAL
- PENERAPAN SANKSI
- INKONSISTENSI DAN HARMONISASI ANTAR UU ATAUPUN PERDA

3
Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009
Regulasi bersifat Enviromental Policy

▪ Regulasi-regulasi hukum yang semata-mata


hanya untuk satuan-satuan
lingkungan/ekosistem, termasuk sistem-sistem
kebijakan yang berhubungan dengan itu
▪ Faktor yang ditekankan di sini adalah,
diregulasikannya berbagai produk perundang-
undangan yang khusus ditujukan untuk menata
sistem lingkungan.

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


Regulasi bersifat Integral Policy
▪ Regulasi hukum di mana tugas dan tujuan pokok
dari peraturan perundang-undangan tidak saja
untuk kepentingan lingkungan, tetapi lebih
ditujukan untuk kepentingan lain seperti pariwisata,
perindustrian, transmigrasi, perdagangan,
pekerjaan umum, perumahan, transportasi, dan
lain-lain
▪ Dalam kebijakan penataan regulasi ini, sektor
nonlingkungan hidup menjadi porsi utama dari
tujuan pembuatan peraturan perundang-undangan
tetapi tetap diperhatikan dan dirumuskan beberapa
pasal ketentuan atas konservasi lingkungan
sememadai mungkin.

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH


32/2009
Regulasi Bersifat
Supporting Policy/Beyond Policy
▪ Regulasi hukum di semua sektor, sepanjang masih
mampu dilibatkan untuk mendorong
ditingkatkannya partisipasi pembinaan lingkungan
▪ mencintai lingkungan dan alam dapat diajarkan
baik melalui intrakurikuler atau ekstrakurikuler di
berbagai sekolah, ditambahkan dan diaktifkannya
LSM, digiatkannya swadaya masyarakat berupa
partisipasi-partisipasi sosial, spontanitas
masyarakat, kelompok-kelompok agama, pramuka,
pemuda, dan lain-lain motivasi yang digerakkan
oleh keputusan-keputusan departemental.

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


Adanya penguatan terhadap prinsip-prinsip
pengelolaan lingkungan hidup yang baik (good
environmental governance) yang meliputi a.l:

a. keutuhan unsur-unsur menajemen;


b. kejelasan kewenangan antara pusat dan
daerah;
c. penguatan pada upaya pencegahan dan
pemulihan fungsi lingkungan hidup;
d. pendayagunaan perizinan sebagai instrumen
pengendalian;

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


e. didayagunakannya pendekatan
ekosistem/ekoregion dan kerjasama antar
daerah
f. adanya kepastian dalam merespon dan
mengantisipasi perkembangan lingkungan
global;
g. memperkuat demokrasi lingkungan melalui
akses atas informasi, akses pada partisipasi,
dan akses keadilan;
h. memperjelas pengaturan penegakan hukum
perdata, administrasi dan pidana;

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


i. mendorong terbentuknya kelembagaan
pengelolaan lingkungan hidup yang lebih
efektif dan responsif;
j. memperkuat kewenangan pejabat pengawas
lingkungan dan penyidik pegawai negeri sipil
lingkungan.

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


Arah Perubahan UUPLH

1. Politik Hukum LH adalah lebih mengutamakan


pendekatan hukum administrasi (termasuk baku
mutu, perizinan, pengawasan, kelembagaan,
dan sanksi administrasi serta pemberdayaan
masyarakat )
2. Prinsipnya desentralisasi PLH, namun
dimungkinkan adanya kewenangan oversight
sebagai bagian dari pengawasan umum:
a. prinsip penggunaan oversight (pemerintah pusat bisa mengambil
langkah apabila daerah tidak melakukan sebagaimana mestinya)
b. pemerintah pusat dapat membatalkan kebijakan dan keputusan
yang ditetapkan oleh daerah yang menurut penilaian pemerintah
tidak memenuhi kaedah lingkungan berdasarkan kriteria
obyektif yang telah ditentukan dalam UUPPLH atau
bertentangan dengan UU lainnya.

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


c. oversight meliputi tindakan membatalkan, mengambil alih dan
menunjuk pihak ketiga (bisa swasta, badan publik lain, dll) atau
misalnya kebijakannya dari pusat dan dilaksanakan di daerah.
d. oversight bukan hanya di daerah tapi juga kepada sektor.
3. Urusan lingkungan dalam kaitan dengan UU
Pemerintahan Daerah merupakan urusan wajib,
sehingga Daerah perlu membuat perda
lingkungan;
4. Isyu lingkungan tidak hanya menjadi urusan
yang bersifat lokal tapi bersifat nasional dan
bahkan internasional.
5. Perlu diperhatikan bahwa dalam UU N0. 32/2009
ttg PPLH menggunakan pendekatan ekoregion

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


Prinsip-prinsip Pendekatan ekoregion:

1. Keterpaduan antar jenis SDA;


2. Keterpaduan antar sektor;
3. Pendekatan lintas administrasi
pemerintahan;
4. Pendekatan desentralisasi fungsional;
5. Memperkuat kerja sama antar daerah;
6. Pengelolaan dengan melibatkan berbagai
pemangku kepentingan (multistakeholders);
7. Tidak menghilangkan atau mengurangi
kewenangan instansi sektor dalam
pengelolaan SDA;
Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009
8. Pengelolaan didasarkan pada jenis, karakter
dan sifat sumber daya alam;
9. Sinkronisasi kepentingan antar jenis investasi;
10. Harmonisasi dengan kearifan lokal;
11. Manfaat ekonomi dan sosial;
12. Keberlanjutan;
13. Pengakuan, penghormatan dan pemenuhan
hak-hak masyarakat adat.

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


Lingkup pengaturan UU No. 32/2009

1. Pengeinterasian pembangunan
berwawasan lingkungan (Eco
Development) dalam kebijakan
pembangunan;
2. Penguatan partisipasi masyarakat
3. kewajiban analisis dampak lingkungan
(environmental impact assesment);
4. kejelasan dan efektivitas perizinan
lingkungan;
Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009
5. hak gugat (legal standing);
6. gugatan perwakilan (class action);
7. Prinsip kemudahan akses informasi
(information access);
8. pengaduan masyarakat
9. pengelolaan terpadu ;
10.kerjasama dan kemitraan masyarakat,
dunia usaha dan pemerintah;
11. meminta pendapat dari masyarakat
(public hearing);

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


12.pengenaan sanksi administratif;
13.pengauditan lingkungan (enveronmental
auditing);
14.pencemar membayar (polluter pays
Principle);
15.tanggung jawab dan kompensasi (liability
and compensastion);
16.tanggung jawab (strict liability);
17.penyelesaian sengketa di luar pengadilan
(altenative dispute resolution);
18.tanggung jawab pidana (criminal liability)
bagi pejabat pemberi izin dan/atau
pengawas;
Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009
19.pembentukan lembaga penyediaan jasa
pelayanan penyelesaian sengketa
(establishment for ADR services);
20.Prinsip delik formal disamping delik
materil;
21.Prinsip tanggung jawab korporasi
(corporate liability);
22.pengenaan hukuman tata tertib di luar
hukuman pidana (extra penal sanction);
dan
23.pengenaan sistem insentif dan disinsentif.
Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009
24.Prinsip penguasaan negara
(management authority);
25.Prinsip pemberlakuan baku mutu
lingkungan (environmental standard);
26.Prinsip kelembagaan lingkungan
(management institution);

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


Fungsi “Payung” Pengaturan
PPLH
▪ UUPPLH sebagai UU “payung” yang
menjadi rujukan bagi pengelolaan
lingkungan hidup ;
▪ UUPPLH merupakan perubahan yang
mendasar yang memungkinkan terjadinya
perubahan paradigma yang diatur dalam
UU sektor.

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


▪ Fungsi lembaga LH adalah a) advokasi
(pemberdayaan, penyadaran,
pembinaan), b) mediasi (penyelesaian
sengketa antar sektor, sektor dg
daerah, pemerintah/pemda dengan
masyarakat) c)
“provokasi”(meyakinkan kepada
semua pihak tentang pentingnya
kepatuhan bahwa LH merupakan
mainstreaming Pembangunan
Berkelanjutan), d) penegakan hukum.
Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009
UU No. 23/1997 & UU No. 32/2004
UU No. 22/1999

Pengelolaan Pengendalian
(Ps. 12 & 13 UU No.23/1997 dan Ps. 11 UU No.22/1999) (Ps.13 (1)j & 14 (1)j)

upaya terpadu untuk 1. Penetapan baku mutu;


melestarikan fungsi lingkungan 2. Perizinan;
hidup yang meliputi:
3. Pengawasan;
1. kebijaksanaan penataan,
4. Koordinasi;
2. pemanfaatan,
5. Pengenaan sanksi.
3. pengembangan,
4. pemeliharaan,
5. pemulihan,
6. pengawasan dan
7. pengendalian lingkungan
hidup.

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


HAL BARU DLM UU 32/2009

1. RPPLH
2. EKOREGION
3. KLHS
4. AMDAL
5. PERIZINAN.
6. INSTRUMEN EKONOMI LINGKUNGAN
7. PERATURAN PER UU BERBASIS LH
8. ANGGARAN BERBASIS LINGKUNGAN
9. ANALISA RESIKO LINGKUNGAN
10. AUDIT LINGKUNGAN HIDUP
11. KEARIFAN LOKAL
12. PENINGKATAN PERAN PPLH PPNS
13. SANKSI DAN DENDA MINIMAL DAN MAKSIMAL
14. KEWENANGAN → LEMBAGA LH BUKAN HANYA MENETAPKAN
DAN MELAKUKAN KOORDINASI TAPI LEMBAGA DGN PORTOFOLIO MENETAPKAN,
MELAKSANAKAN DAN MENGAWASI KEBIJAKAN PPLH.

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LH

PEREN PE PE PE PENGA
CANA MAN NGEN MELIHA WASAN GAKUM
AN FAATAN DALIAN RAAN

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


PERBANDINGAN

UU PENGELOLAAN LINGKUNGAN UU PERLINDUNGAN DAN


HIDUP PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

11 BAB 52 PASAL 17 BAB DAN 127 PASAL

PENCEMARAN LH ADLH PENCEMARAN LH ADLH


1.MASUK NYA ATAU DIMASUKKANNYA 1.MASUK ATAU DIMASUKKANNYA MAHLUK
MAHLUK HIDUP, ZAT, ENERGI DAN/ATAU HIDUP, ZAT, ENERGI DAN/ATAU
KOMPONEN LAIN KEDALAM LINGKUNGAN KOMPONEN LAIN KEDALAM LINGKUNGAN
HIDUP HIDUP
2.OLEH KEGIATAN MANUSIA 2.OLEH KEGIATAN MANUSIA
3.SEHINGGA KUALITASNYA TURUN 3.SEHINGGA MELAMPAUI BAKU MUTU
SAMPAI KE TINGKAT TERTENTU LINGKUNGAN HIDUP YANG TELAH
4.YANG MENYEBABKAN LH TIDAK DAPAT DITETAPKAN.
BERFUNGSI SESUAI DENGAN
PERUNTUKANNYA.

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


PERENCANAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
(Pasal 5 – 11)
DATA&INFORMASI:
a. POTENSI DAN
KETERSEDIAAN;
TINGKAT NASIONAL
b. JENIS YANG
INVENTARISASI LH PULAU/KEPULAUAN DIMANFAATKAN;
PERENCANAAN
c. BENTUK PENGUASAAN;
EKOREGION
d. PENGETAHUAN
DASAR PENGELOLAAN;
e. BENTUK KERUSAKAN
DITETAPKAN OLEH MENTERI DAN;
PENETAPAN WILAYAH
EKOREGION f. KONFLIK DAN PENYEBAB
KONFLIK

NASIONAL
MEMPERTIMBANGKAN
RPPLH PROPINSI
a. KARAKTERISTIK BENTANG
KAB./KOTA ALAM;
b. DAERAH ALIRAN SUNGAI
c. IKLIM;
d. FLORA DAN FAUNA;
MEMUAT :
a. PEMANFAATAN/PENCADANGAN SDA e. SOSIAL BUDAYA;
b. PEMELIHARAAN DAN PERLIND f. EKONOMI;
UNGAN KUALITAS/FUNGSI LH
c. ADAPTASI DAN MITIGASI THDP g. KELEMBAGAAN
PERUBAHAN IKLIM MASYARAKAT;
h. HASIL INVENTARISASI
LINGKUNGAN HIDUP
BERDASARKAN
RPPLH

PEMANFAATAN
\
MEMPERHATIKAN :
APABILA RPPLH
Keberlanjutan Proses dan
BELUM ADA →
Fungsi LH
BERDASARKAN
Keberlanjutan Prod LH
DAYA TAMPUNG
Keselamatan, Mutu Hidup dan
DAN DAYA DUKUNG
Kesejahteraan Masyarakat

MENTERI U/ NASIONAL DAN PULAU/KEPULAUAN


DITETAPKAN OLEH GUBERNUR U/PROP DAN EKOREGION LINTAS KAB
BPT/WLKT U/KAB/KOTA DAN EKOREGION KAB/KT

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


PERENCANAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
(Pasal 5 – 11)

PALING LAMA 2 TAHUN


AMDAL → AUDIT
AMDAL UKL/UPL → UPPLH
RPPLH KLHS UKL/UPL
Izin LH
SPPLH

ANALISIS AUDIT AUDITOR


RESIKO LH LINGKUNGAN BERSERTIFIKASI

SEGALA USAHA/KEGIATAN YANG VOLUNTERY


MENIMBULKAN DAMPAK PENTING,
❖ UNTUK MENINGKATKAN KINERJA LH
ANCAMAN EKOSISTEM PADA KEHIDUPAN,
KESEHATAN, KESELAMATAN MANUSIA
MANDATORY :
❖ YANG BERISIKO TINGGI
❖ TIDAK TAAT TERHADAP PERUNDANG
UNDANGAN

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

▪ Adalah rangkaian analisis yang sistematis,


menyeluruh, dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam pembangunan suatu
wilayah dan/atau kebijakan, rencana,
dan/program.

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


Muatan KLHS:
a. kapasitas daya dukung dan daya
tampunglingkungan hidup untuk
pembangunan;
b. perkiraan mengenai dampak dan risiko
lingkungan hidup;
c. kinerja layanan/jasa ekosistem;
d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi
terhadap perubahan iklim; dan
f. tingkat ketahanan dan potensi
keanekaragaman hayati.
Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009
Pembuatan KLHS:
1. Kewajiban Pemerintah dan Pemerintah
Daerah untuk membuat KLHS;
2. Pembuatan KLHS ditujukan untuk
memastikan prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam kebijakan, rencana
dan/atau program pembangunan suatu
wilayah.
3. Pembuatan KLHS dilaksanakan dengan
melibatkan masyarakat dan pemangku
kepentingan, yang dilaksanakan secara
transparan, terbuka, netral, tidak berpihak,
setara dan demokratis.
Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009
Mekanisme pelaksanaan KLHS:
a. pengkajian pengaruh kebijakan, rencana,
dan/atau program terhadap kondisi
lingkungan hidup di suatu wilayah;
b. perumusan alternatif penyempurnaan
kebijakan, rencana, dan/atau program; dan
c. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan
keputusan kebijakan, rencana, dan/atau
program yang mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan.

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


PENCEMARAN / KERUSAKAN LINGKUNGAN

Diukur melalui PERUBAHAN


IKLIM
BAKU MUTU KRITERIA BAKU
LINGKUNGAN KERUSAKAN
EKOSISTEM

air; Tanah untuk biomassa


air limbah; Terumbu karang
Mangrove
air laut;
padang lamun
udara ambien; Gambut
emisi; Karst
gangguan; Kebakaran Hutan
BK ekosistem lainnya sesuai dengan
Baku mutu lain sesuai dengan.
perkembangan IPTEK
Perkembangan IPTEK

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


PENCEMARAN
SANKSI DENDA

M M M M
PP A I A I
Pasal 20 ayat X N X N
(4)

Sengaja BAKU 3 10 3 10
BM AIR (Pasal 98) MUTU
4 12 4 12
MASUK ATAU DIMASUK BM AIR LAUT
LUKA
KANNYA MAHLUK HI BM UDARA AMBIEN 5 15 5 15
Lalai
DUP, ZAT, ENERGI DAN/ MATI
(pasal 99)
ATAU KOMPONEN
LAIN KEDALAM LING
KUNGAN HIDUP OLEH
KEGIATAN MANUSIA BAKU MUTU
SEHINGGA MELAM
PAUI BAKU MUTU LING LINGKUNGAN
KUNGAN HIDUP YANG
TELAH DITETAPKAN
(Pasal 1 ayat 14 Apabila sanksi adm Paling lama
BM Air imbah
tidak dipatuhi serta 3 tahun dan
BM emisi pelanggaran lebih 3M→
BM Gangguan dari satu kali → Pasal (pasal 100
100 ayat (2) ayat 1)
SETIAP ORANG DILARANG
MELAKUKAN PENCEMARAN PP
DAN PERUSAKAN (PASAL 69 Pasal 20
ayat point a ayat (3)
Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009
IZIN LINGKUNGAN (pasal 36 sd 41)

RPPLH
Komisi berlisensi

Usaha / kegiatan AMDAL SKKLH /


KLHS
/UKL/UPL Rekomendasi
UKL/UPL

batal

Cacat hukum, kekeliruan penyalahgunaan,


ketidakbenaran, pemalsuan data,
dokumen/informasi Izin lingkungan persyaratan
Penerbitannya tidak memenuhi syarat dalam
Izin Usaha
keputusan komisi
Izin lh dicabut
Tidak melaksanakan kewajiban dalam
AMDAL/UKL-UPL
→ izin usaha
batal
Izin lh kegiatan
berubah →
Keputusan TUN izin usaha
diperbaharui

pengumuman
Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009
AMDAL UKL/UPL

Dasar pemberian
Izin lingkungan

bagi usaha/kegiatan bagi usaha/kegiatan


yang berdampak penting yang tidak wajib amdal

Penyusun mempunyai Usaha dan/atau kegiatan


Sertifikat kompetensi yang tidak wajib UKL-UPL
wajib membuat surat
pernyataan kesanggupan
Komisi mempunyai pengelolaan & pemantauan l
lisensi ingkungan hidup

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


PERATURAN BERBASIS LINGKUNGAN
(pasal 44)

WAJIB
MEMPERHATIKAN

SETIAP PERLINDUNGAN FUNGSI LH


PENYUSUNAN
PER UU PADA TKT PRINSIP PERLINDUNGAN
NASIONAL DAN DAN
DAERAH PENGELOLAAN LH

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


ANGGARAN BERBASIS LINGKUNGAN HIDUP
(Pasal 45)

PEMERINTAH KEGIATAN PPLH


WAJIB
dan DPR
MENGALOKASIKAN PROGRAM
ANGGARAN YG PEMBANGUNAN YG
PEMERINTAH MEMADAI BERWAWASAN
DAERAH DAN LINGKUNGAN
DPRD

WAJIB DAERAH YG MEMILIKI


KINERJA PPLH YG BAIK
MENGALOKASIKAN
ANGGARAN DAK yg
MEMADAI

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


Anti SLAPP: Anti Strategic Law Suit Against Public
Participation
(pasal 66)

Ketentuan ini dimaksudkan untuk


Setiap orang yang melindungi korban dan atau pelapor
yang menempuh cara hukum akibat
memperjuangkan hak pencemaran atau perusakan lingkungan
atas lingkungan hidup hidup
yang baik dan sehat
tidak dapat dituntut Perlindungan ini dimaksudkan untuk
secara pidana maupun mencegah tindakan pembalasan dari
digugat perdata terlapor melalui pemidanaan atau
gugatan perdata dengan tetap
memperhatikan kemandirian peradilan

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


KETENTUAN PERALIHAN

PALING LAMA 1 TAHUN PALING LAMA 2 TAHUN

1. PENYUSUN AMDAL WAJIB MEMILIKI 1. USAHA/KEGIATAN YG MEMPUNYAI IZIN


KOMPETENSI. USAHA TANPA AMDAL WAJIB
2. AUDITOR LINGKUNGAN WAJIB MEMILIKI MENYELESAIKAN AUDIT LINGKUNGAN.
SERTIFIKASI KOMPETENSI 2. USAHA/KEGIATAN TELAH MEMILIKI IZIN
3. SEGALA IZIN PLH YG DIKELUARKAN O/ USAHA TANPA UKL/UPL WAJIB MEMBUAT
MENTERI, GUBERNUR, BUPATI/ DOKUMEN PENGELOLAAN
WALIKOTA WAJIB DI INTEGRASIKAN DLM LINGKUNGAN.
IZIN LINGKUNGAN.
4. PERATURAN PELAKSANAAN
DITETAPKAN.

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


KETENTUAN PENUTUP

SEMUA PERATURAN PERUU YG MERUPAKAN PERATURAN


PELAKSANAAN UU 23/97 TETAP BERLAKU SEPANJANG TIDAK
BERTENTANGAN ATAU BELUM DIGANTI DGN PERATURAN PELAK
SANAAN UU INI → pasal 124

PERATURAN PELAKSANAAN UU INI DITETAPKAN PALING LAMA


1 (SATU TAHUN) SEJAK UU INI DIBERLAKUKAN → pasal 126

PADA SAAT UU INI MULAI BERLAKU, UU 23/97 DICABUT DAN


DINYATAKAN TIDAK BERLAKU LAGI--→ pasal 125

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


PENEGAKAN HUKUMLINGKUNGAN

ADMINISTRASI PIDANA PERDATA


(Pasal 76 sd 83) (pasal 93 sd 120) (pasal 83 sd 93)

FUNGSI FUNGSI FUNGSI

Ganti Rugi dan


Pencegahan dan Efek Jera dan Pemulihan
penanggulangan Efek Derita Lingkungan

Deputi Penaatan Lingkungan,


Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009
PENGAWASAN
(pasal 71 – pasal 75)

•Menteri
•Gubernur
Wewenang •Bupati/Walikota
(sesuai kewenangannya)

Melakukan Pengawasan thd kegiatan


&/atau usaha :
- Peraturan PUU dibidang PPLH
- Izin Lingkungan
dapat mendelegasikan
kewenangannya pada
pejabat/instansi teknis di
bidang perlindungan dan
Menetapkan PPLH yang merupakan pengelolaan lingkungan
pejabat fungsional hidup

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


PENGUATAN PENGAWASAN :

PENGAWASAN LAPIS KEDUA


(second line inspection) psl
73

Menteri dapat melakukan pengawasan terhadap ketaatan


penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang izin
lingkungannya diterbitkan oleh pemerintah daerah jika
Pemerintah menganggap terjadi pelanggaran yang serius di
bidang perlindungan dan pengelolaan LH

Kewenangan PPLH untuk menghentikan


pelanggaran tertentu di lapangan
(pasal 74 ayat (1) huruf J)

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


❖Meminta Keterangan
❖Membuat Catatan
❖Membuat Salinan Dokumen
❖Memasuki tempat tertentu
❖Memotret
PEJABAT PENGAWAS kewenangan ❖Membuat rekaman audio visual
LINGKUNGAN
HIDUP
❖Mengambil sampel
❖Memeriksa peralatan
❖Memeriksa instalasi/Alat Transportasi
❖Pemantauan
❖Menghentikan pelanggaran tertentu

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


SANKSI ADMINISTRASI
(pasal 76 sd pasal 83)

Pembekuan izin,
1. Teguran pencabutan izin,
2. Paksaan Pemerintah denda keterlambatan,
3. Pembekuan izin dijatuhkan apabila
4. Pencabutan izin paksaan pemerintah
tidak dilaksanakan

1. Menteri Second Line Enforcement


2. Gubernur Menteri dapat menerapkan sanksi adm, jika pemerintah
3. Bupati/walikota menganggap Pemda secara sengaja tdk menerapkan
Sesuai kewenangannya sanksi adm thd pelanggaran yang serius

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


Paksaan Dijatuhkan tanpa didahului
Pemerintah teguran apabila pelanggaran
(pasal 80) menimbulkan:
1. Ancaman yg sangat
serius bagi manusia & LH
2. Dampak yg lebih besar &
1. Penghentian sementara lebih luas
kegiatan produksi 3. Kerugian yg lebih
2. Pemindahan srana produksi besarbagi LH
3. Penutupan saluran
pembuangan air limbah atau
emisi
4. Pembongkaran
5. Penyitaan
6. Penghentian sementara
seluruh kegiatan
7. Tindakan lain untuk
menghentikan pelanggaran
dan pemulihan.

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN
(pasal 84 – pasal 92)

DILUAR PENGADILAN
MELALUI PENGADILAN
Kedaluarsa Secara sukarela utk
ajukan gugatan: Gugatan Perbuatan melawan mencapai kesepakatan
sejak
diketahuinya
Hukum
penc/kerusak
Mediasi, negosiasi,
Tdk berlaku utk Legal Standing LSM – telah
B3/LB3 melaksanakan kegiatan nyata 2 thn arbitrase

Legal standing Pem & Pemda Pemerintah menfasilitasi


pembentukan Lembaga
Class actions Penyedia Jasa
Strict liability – tanpa pengecualian
Penyelesaian sengketa

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


HAK GUGAT ORGANISASI LINGKUNGAN
(Pasal 92)

- TINDAKAN TERTENTU
NGOs
- PENGELUARAN RIIL

a. BERBENTUK BADAN HUKUM


b. ANGGARAN DASAR ORGANISASI
TERSEBUT DIDIRIKAN UNTUK
KEPENTINGAN PELESTARIAN FUNGSI
LINGKUNGAN HIDUP
c. KEGIATAN NYATA DENGAN ANGGARAN
DASAR PALING SINGKAT 2 (DUA) TAHUN

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


GUGATAN TATA USAHA NEGARA
(Pasal 93)

SETIAP ORANG MENGAJUKAN GUGARAN TUN PEJABAT NEGARA

MENERBITKAN IZIN LINGKUNGAN KEPADA


USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG WAJIB
AMDAL TETAPI TIDAK DILENGKAPI DENGAN
DOKUMEN

MENERBITKAN IZIN LINGKUNGAN KEPADA


KEGIATAN YANG WAJIB UKL/UPL TETAPI
TIDAK DILENGKAPI DENGAN DOKUMEN

MENERBITKAN IZIN USAHA DAN/ATAU


KEGIATAN YANG TIDAK DILENGKAPI DENGAN
IXIN LINGKUNGAN

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


PENYELESAIAN
SENGKETA LH DI LUAR
PENGADILAN
Pasal 85 s.d pasal 86

JASA PENYELESAIAN
KAPAN TUJUAN CARA
SENGKETA LH

1. TERJADI
PENC/PERUSAKAN
LINGK PEMERINTAH/MASYARA-
1. NEGOSIASI
MENCAPAI KESEPAKAT- KAT MEMFASILITASI
AN MENGENAI : 2. MEDIASI
2. TIMBUL KERUGIAN MEMBENTUK
LH/ORANG 1. BENTUK DAN BESARNYA 4. ARBITRASI LPJPPSLH
GANTI KERUGIAN DAN/
3. ADA SENGKETA ATAU
PARA PIHAK 2. MENGENAI TINDAKAN
TERTENTU GUNA MEN-
4. PARA PIHAK JAMIN TIDAK AKAN
SEPAKAT TERJADI/TERULANG-
BERMUSYAWARAH NYA DAMPAK NEGATIF
TERHADAP LH.

50
Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009
JENIS TINDAK PIDANA

MATERIIL FORMIL

Perlu dibuktikan: 1. Tidak perlu dibuktikan


1. Lingkungan telah
lingkungan telah
tercemar, cukup
tercemar/rusak dibuktikan terdakwa
telah melakukan
2. Hubungan sebab perbuatan
akibat antara pelanggaran
lingkungan yg
tercemar/rusak
dengan kegiatan yg
didakwa
mencemari/merusak 51

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


Tindak pidana lingkungan adalah kejahatan
Sanksi dan denda maksimum dan minimum
PENEGAKAN HUKUM PIDANA kortporasi

Tindak pidana formil (effluent, emisi dan ganguan)


Sanksi administrasi
ULTIMUM REMIDIUM Pelanggaran dilakukan lsatu kali

Pencemaran dan perusakan LH


Sanksi administrasi tidak dipatuhi
Pelanggaran dilakukan lebih dari satu kali
Memasukkan B3 yg dilarang
Memasukkan LB3 di NKRI
Memasukkan limbah di NKRI
Membuang limbah
Membuang B3 dan LB3
PREMIUM REMIDIUM Melepas rekayasa genetik (sesuai UU dan izin lh)
Melakukan pembukaan lahan dengan membakar
Menyusun Amdal tanpa sertifikasi kompetensi
Memberikan informasi palsu,menyesatkan
menghilangkan, merusak, dan ket tidak benar

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


Penyidik
POLRI

KOORDINASI

Jaksa
PPNS
SPDP Penuntut
LH BERKAS PENYIDIKAN
Umum

Menangkap dan menahan

pemeriksaan
Kewenangan
lainnya
penyitaan

penggeledahan

Menghentikan penyidikan

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


TINDAK PIDANA KORPORASI
(Pasal 116 - 120)

PIDANA TAMBAHAN (TATA TERTIB):


BADAN USAHA PENGURUS a. PERAMPASAN KEUNTUNGAN
YANG DIPEROLEH DARI
TINDAK PIDANA TINDAK PIDANA
b. PENUTUPAN SELURUH ATAU
PEMBERI PIDANA, DENDA SEBAGIAN TEMPAT USAHA
PERINTAH/ DIPERBERAT 1/3 DAN/ATAU KEGIATAN
PEMIMPIN
c. PERBAIKAN AKIBAT TINDAK
TINDAK PIDANA PIDANA
d. KEWAJIBAN MENGERJAKAN APA
YANG DILALAIKAN TANPA HAK
DIPIDANA SEBAGAI PELAKU
FUNGSIONAL KARENA: e. PENEMPATAN PERUSAHAN
DIBAWAH PENGAMPUNAN
•MEMILIKI KEWENANGAN PALING LAMA 3 (TIGA) TAHUN
TERHADAP PELAKU FISIK

• MENERIMA TINDAKAN PELAKU


FISIK :
• MENYETUJUI
• MEMBIARKAN
• TIDAK CUKUP MELAKUKAN
PENGAWASAN
• MEMILIKI KEBIJAKAN YG
MEMUNGKINKAN TERJDNYA
TINDAK PIDANA
Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009
Pelanggaran Pidana Denda (rupiah)
Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Memasukkan B3 5 tahun 15 tahun 5 miliar 15 miliar
Membakar lahan 3 tahun 10 tahun 3 miliar 10 miliar
Melakukan usaha
dan/atau kegiatan 1 tahun 3 tahun 1 miliar 3 miliar
tanpa izin
Menyusun AMDAL
tanpa memiliki sertifikat
- 3 tahun - 3 miliar
kompetensi penyusun
AMDAL
Menerbitkan izin
lingkungan tanpa
- 3 tahun - 3 miliar
dilengkapi AMDAL atau
UKL-UPL

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


Pidana Denda (rupiah)
Pelanggaran
Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Menerbitkan izin usaha
tanpa dilengkapi izin - 3 tahun - 3 miliar
lingkungan
Dengan sengaja Tidak
melakukan pengawasan
yang mengakibatkan
Atau
pencemaran/kerusakan - 1 tahun -
500 juta
yg mengakibatkan
hilangnya nyawa
manusia
Memberikan informasi
- 1 tahun - 1 miliar
palsu
Tidak melaksanakan
perintah paksaan - 1 tahun - 1 miliar
pemerintah
Menghalang-halangi
pejabat pengawas - 1 tahun - 500 juta
dan/atau PPNS
56
Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009
•GREEN BENCH
•Sertifikasi hakim
•Peradilan lingkungan
•Pengadilan khusus/ad hoc

SKB
MENLH,
KAPOLRI,
GAKUM TERPADU
JAKGUNG

GAKUM GAKUM PERDATA GAKUM PIDANA


ADMINiSTRASI

VERIFIKASI

Pos Pengaduan LH

Laporan/
pengaduan
masyarakat 57
Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009
Strategi Penaatan dan Penegakan
Hukum Lingkungan Terpadu

Strong “Cleaning the


Cleaners”
Political will
(Enforcement
& Institution’s
Leadership Green Reform)
Bench Penaatan
Sukarela
Penegakan Hukum
Lapis Pertama Dumas &
dan Peny,
Perizinan terpadu
Kedua sengketa Sebagai
Perangkat
Pengawasan
Tekanan Publik Penegakan
& Hukum Institusi LH
Kontrol Publik Terpadu Pusat & Daerah
Yang kuat

58
Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009
PROGRAM PENAATAN DAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

PENGEMBANGAN
SISTEM DAN PENANGANAN PENINGKATAN
KEBIJAKAN KASUS KAPASITAS

1. PENGADUAN LINGKUNGAN 1. PENGELOLAAN 1. PPNS/PPLH


ELEKTRONIK PENGADUAN
(ONLINE SYSTEM) 2. KEPOLISIAN
2. PIDANA
2. PENEGAKAN HUKUM 3. KEJAKSAAN
LINGKUNGAN TERPADU 3. PERDATA
(ONE ROOF ENFORCEMENT 4. HAKIM LINGKUNGAN
4. ADMINISTRASI
SYSTEM) 5. PENGELOLA
3. SERTIFIKASI HAKIM LINGKUNGAN PENGADUAN
(JUDGES SERTIFICATION)
4. EVALUASI PERDA LINGKUNGAN 6. RAKORNAS/RAKOREG
5. PENYLESAIAN RPP DAN PERMEN GAKUM
6. CETAK BIRU PENAATAN 7. JURNAL GAKUM
LINGKUNGAN
7. PENYUSUNAN PEDOMAN

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


PENGEMBANGAN KERJASAMA

KERJA SAMA DENGAN

SERTIFIKASI HAKIM
LINGKUNGAN (JUDGES MAHKAMAH AGUNG
SERTIFICATION)

PENEGAKAN HUKUM KEPOLISIAN DAN


LINGKUNGAN TERPADU KEJAKSANAAN
(ONE ROOF ENFORCEMENT
SYSTEM)

DEPDAGRI , DEP HUKUM


EVALUASI PERDA LINGKUNGAN
DAN HAM

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH 32/2009


TERIMA KASIH

Asep Warlan Yusuf, UUPPLH


32/2009
Ringkasan Biodata

Prof. Dr. H. ASEP WARLAN YUSUF, SH.,MH


Tempat/tanggal lahir : Bandung, 9 Juli 1960
Alamat Rumah : Jln. Salendro Timur VII No. 10
Tlp/Fax. (022) 87340769 Bandung
HP: 0816.62.4195
E-mail: warlan@bdg.centrin.net.id
Alamat Kantor : Fakultas Hukum Unpar
Jalan Ciumbuleuit 94 – Tlp: (022) 2033097
Fax: (022) 2042377 Bandung, 40141
E-mail: warlan@home.unpar.ac.id
Agama: Islam
PENDIDIKAN
Doktor Ilmu Hukum (S-3) : Universitas Indonesia, lulus 2002
Magister Hukum (S-2) : Universitas Padjadjaran, lulus 1990
Sarjana Hukum (S-1): Universitas Katolik Parahyangan,
lulus 1984

 Course on Legal Drafting, Indonesia-Netherlands Cooperation,


1986;
 Course on Decentralization in Planning and Organization,
Indonesia-Netherlands Cooperation, 1989;
 Course on Adiministrative Law Enforcement: A Study Comparative
between Netherlands and Indonesia, 1995;
 Course on Environmantal Law and Administration, VROM Ministry
of Netherlands - Leiden University, Den Haag Netherlands 1998;
 Training on Environmental Law and Enforcement, AUS-Aid - MA -
ICEL, 2000.

PEKERJAAN
1984 – sekarang : Dosen pada Fakultas Hukum
Unpar Bandung

JABATAN FUNGSIONAL
Pangkat/Jabatan Akademik: IV/E Guru Besar

Anda mungkin juga menyukai