Anda di halaman 1dari 85

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Dismenorea atau nyeri haid merupakan salah satu keluhan

ginekologi yang paling umum pada perempuan. Hampir semua perempuan

mengalami rasa yang tidak nyaman selama haid, seperti tidak enak diperut

bagian bawah dan biasanya juga disertai mual, pusing, bahkan pingsan

(Laila, 2011). Pada studi epidemiologi pada populasi remaja ( berusia 12-

17 tahun) di Amerika serikat, klien dan litt melaporkan prevelansi

disminorea 59,7 %. Dan mereka yang mengeluh nyeri, 12 % berat, 37 %

sedang, dan 49 % ringan. Studi ini juga melaporkan bahwa disminorea

menyebabkan 14 % remaja putri sering tidak masuk sekolah. (Anurogo &

Wulandari 2011). Sedangkan di Indonesia angka kejadian disminore terdiri

dari 54,89% disminore primer dan 9,36% disminore sekunder

(Purnamasari, 2013)

Dampak terjadinya disminore pada remaja yang sering dialami

secara fisik seperti mual-muntah, pusing, diare, nyeri punggung,mudah

lelah. Dan secara psikologis seperti penurunan angka aktivitas karena

merasa tidak enak badan, penurunanan angka prestasi siswa, peningkatan

1
jumlah remaja putri yang tidak masuk sekolah, perasaan cemas dan gelisah

(Anurogo & Wulandari, 2011).

Mengingat dampak yang terjadi dari intervensi yang dapat

diberikan perawat untuk mengatasi rasa nyeri adalah dengan terapi

farmakologis dan non-farmakologis. Tindakan farmakologis yaitu dengan

memberikan obat-obatan seperti obat analgesik, analgesik non narkotika

dan obat anti inflamasi non steroid ( NSAID) Tehnik non farmakologi

untuk mengurangi nyeri terdiri dari massage effleurage, tehnik relaksasi

dan distraksi kompres hangat, kompres dingin, imajinasi terbimbing, dan

terapi pemberian aroma terapi.(Hermawan, 2012).

Mekanisme tehnik relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan

nyeri dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme

yang disebabkan oleh peningkatan prostagladin sehingga terjadi

vasodilatasi pembulu darah dan akan meningkatkan aliran darah dan akan

meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan

iskemic ( Smeltzer & Bare, 2002). Sedangkan mekanisme tehnik relaksasi

guided imagery dalam mengendalikan nyeri dengan membuat perasaan

rileks kemudian di teruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan

corticotropin releasing factor ( CRF). Selanjutnya CRF merangsang

kelenjar pituitary untuk meningkatkan produksi proopioidmelanon-cortin

(POMC) sehingga produksi enkephalin oleh medulla adrenalin meningkat.

Kelenjar pituitary juga menghasilkan endrophin sehingga neurotransmitter

yang mempengaruhi suasana hati menjadi rileks ( Guyton and Hall 2007 :

2
677). Berdasarkan penelitian Rarti Siregar (2014) Tehnik relaksasi nafas

dalam terhadap nyeri menstuasi pada siswa SMAN 3 kota Padangsidipuan

yang menunjukkan nilai p value = 0,000 < α = 0,05. Dimana ada

perbedaan bermakna antara pre dan post intervensi, maka dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian relaksasi nafas dalam yang

signifikan terhadap penurunan intensitas nyeri disminorea pada siswa

SMAN Padangsidipuan

Terapi Guided imagery adalah termasuk tehnik visualisasi

sederhana, saran yang menggunakan imaginasi langsung, metafora dan

bercerita, eksplorasi fantasi dan bermain “game”, penafsiran mimpi,

gambar, dan imajinasi yang aktif dimana unsur-unsur ketidaksadaran

dihadirkan untuk ditampilkan sebagai gambaran yang dapat berkomunikasi

dengan pikiran sadar. Manfaat dari tehnik ini adalah dapat mengurangi

stress atau kecemasan, dan mengurangi nyeri. (Academic for Guide

Imagery, 2010). Berdasarkan penelitian Endang Yuliani (2017) Tehnik

relaksasi Guided imagery terhadap penurunan tingkat nyeri disminore,

yang menunjukkan nilai p value = 0,000 < 00,5. Dimana ada perbandingan

nilai pritest dan post test menunjukkan bahwa ada pengaruh tehnik

relaksasi guided imagery terhadap penurunan tingkat nyeri pada

mahasiswa yang mengalami disminorea. Dalam penelitian Rahayuningrum

(2016) perbedaan pengaruh tehnik relaksasi nafas dalam dan kompres

hangat dalam menurunkan disminorea pada remaja SMAN 3 Padang

menunjukan nilai p value = 0,000 < 0,005. Maka dapat disimpulkan

3
terdapat perbedaan penurunan bermakna skala disminorea pretest-postest

pada kelompok tehnik relaksasi nafas dalam

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMPN 02 DAGANGAN

MADIUN diperoleh dari pengambilan data siswa dan survai lokasi

didapatkan jumlah siswi disana 80 orang .Dari hasil studi lapangan yang di

lakukan pada tanggal 15 Desember 2017 yang di ambil secara acak di

dapatkan 7 dari 10 siswi 70% yang mengalami nyeri dengan skala yang

bervariasi. Siswi disana sebagian ada yang menggunakan obat obat

tradisonal seperti kiranti, minyak kayu putih dan asam fenamat, dibuat

tiduran, ada yang memperbanyak minum air putih, dan ada juga yang

dibiarkan karena belum tau cara penangananya.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti

permasalahan remaja yang terjadi di setiap bulanya. Peneliti ingin

mengadakan penelitian dengan judul “ Perbedaan tehnik relaksasi nafas

dalam dan guided imagery terhadap perubahan nyeri mestruasi pada

Remaja Putri di SMPN 02 Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut: Adakah perbedaan tehnik relaksasi nafas dalam dan Guided

imagery terhadap perubahan nyeri menstruasi pada remaja putri di SMPN

02 Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun

4
1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menganalisis Perbedaan tehnik relaksai nafas dalam dan Guided

imagery terhadap perubahan nyeri menstuasi pada Remaja Putri di SMPN

02 Dagangan Madiun

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1) Mengidentifikasi perubahan skala nyeri menstruasi sebelum dan

sesudah di lakukan tehnik relaksasi nafas dalam pada remaja putri di

SMPN 02 Dagangan Madiun

2) Mengidentifikasi perubahan skala nyeri menstruasi sebelum dan

sesudah diberikan Guided imagery pada remaja putri di SMPN 02

Dagangan Madiun.

3) Menganalisa perbedaan tehnik relaksasi nafas dalam dan guided

imagery pada remaja putri di SMPN 02 Dagangan Madiun

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam upaya mengatasi disminorea secara non farmakologis

5
2. Bagi Institusi Tempat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

dalam menerapkan tehnik relaksasi nafas dalam dan Guided imagery untuk

mengurangi nyeri disminorea pada remaja putri yang di alami setiap

bulannya.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan, memberi

sumbangan positif dan mengembangkan teori khususnya di bidang

keperawatan dalam pengobatan non farmakologis yaitu dengan Tehnik

relaksasi nafas dalam dan Guided imagery untuk menurunkan nyeri

disminore

6
BAB 2

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Menstruasi

2.1.1 Definisi Menstruasi

Menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada perempuan

secara rutin setiap bulan selama masa suburnya. Pada saat menstruasi,

darah yang keluar sebenarnya merupakan darah akibat peluruhan dinding

rahim ( endometruim). Darah menstruasi tersebut mengalir dari rahim

menuju leher rahim, untuk kemudian keluar melalui vagina ( Laila, 2011)

Haid adalah pengeluaran darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang

berasal dari dinding rahim perempuan secara periodik. Haid biasanya di

awali pada usia remaja, 9-12 tahun. Ada sebagian kecil yang mengalami

lebih lambat dari itu, 13-15 tahun meski sangat jarang terjadi. Cepat atau

lambatnya usia untuk mulai haid sangat di pengaruhi oleh berbagai

faktor, misalnya kesehatan pribadi perempuan yang bersangkutan,

nutrisi, berat badan, dan kondisi psikologis serta emosionalnya. Masa

rata-rata perempuan haid antara 3-8 hari dengan siklus rata-rata haid

selama 28 hari. Masa rata-rata dan siklus rata-rata antara satu perempuan

dengan perempuan lain berbeda-beda dan sangat bervariasi. Siklus haid

ini melibatkan beberapa tahapan yang di kendalikan oleh interaksi

hormon yang di keluarkan oleh hipotalamus.( Anurogo & Wulandari,

2011)

7
2.1.2 Siklus menstruasi

Menurut kamriantiramil (2011). Siklus menstruasi wanita sangat

bervariasi hampir 90% wanita memiliki siklus 25-35 hari dan hanya 15%

yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun beberapa wanita memiliki

siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah

kesuburan. Panjang siklus mestruasi bisa di hitung dari hari pertama,

periode mestruasi hari dimana pendarahan dimulai disebut sebagai hari

pertama dan kemudian dihitung sampai dengan hari terakhir yaitu 1 hari

sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai.

Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar di dalam otak melepaskan

hormon yang disebut follicle stimulating hormone (FSH) kedalam aliran

darah membuat sel-sel telur disebut tumbuh di dalam ovarium. Salah satu

atau beberapa sel telur kemudian tumbuh lebih cepat daripada sel telur

lainya dan menjadi dominan hingga kemudian mulai memproduksi

hormon yang disebut ekstrogen yang dilepaskan kedalam aliran darah.

Hormon ektrogen dan hormon FSH membantu sel telur yang

dominan tersebut tumbuh yang kemudian memberi signal kepada rahim

agar mempersiapkan diri untuk menerima sel telur tersebut. Hormon

ektrogen tersebut juga menghasilkan lendir yang lebih banyak di vagina

untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah berhubungan intim,

ketika sel telur telang matang, sebuah hormon telah dilepaskan dari

dalam otak yang disebut dengan Luteinizing hormone (LH). Hormone ini

dilepas dalam jumlah banyak dan memicu terjadinya pelepasan sel telur

8
yang telah matang dari ovarium menuju tuba falopi. Jika pada saat ini

sperma masuk kedalam tuba falopi tersebut, maka sel telur tersebut

memiliki kesempatan yang lebih besar untuk di buahi. Sel telur yang

telah di buahi memerluka beberapa hari untuk berjalan untuk menuju

tuba falopi, mencapai rahim dan pada akhirnya menanamkan diri di

dalam rahim. Kemudian sel telur tersebut akan membelah diri dan

memproduksi hormon Human chorionic ganadotrhopin (HCG). Hormon

tersebut membantu pertumbuhan embiro kedalam rahim. Jika sel telur

yang telah di lepaskan tersebut tidak dibuahi, maka endometruim akan

meluruh dan terjadilah proses menstruasi. Setiap siklus mensruasi

terkenal tiga masa utama yaitu:

1. Masa menstruasi

Berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium ( selaput

rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon

ovarium berada dalam kadar paling rendah

2. Masa proliferasi

Dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi

berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari

desigu fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan

janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12

sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari induk telur ( ovulasi)

3. Masa sekresi

9
Masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron di keluarkan

dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat

kondisi rahim siap untuk implantasi ( perlekatan janin ke rahim)

2.1.3 Gangguan Menstruasi

Macam-macam gangguan menstruasi menurut Warianto (2011)

1. Premenstrual Tension ( ketegangan prahaid)

Keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa

hari sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang

walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.

Penyebabnya : salah satu penyebab utama premenstrual tension

adalah faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga dan masalah sosial.

Jika di tinjau dari aspek anatomi penyebab esensial dari gangguan

tersebut adalah adanya defisiensi luteal dan pengeluaran produksi

progesteron serta ketidakseimbangan ekstrogen dan progesteron

dengan akibat retensi cairan dan natrium

Patofisiologi : meningkatkan kadar esterogen dan menurunya kadar

progesteron di dalam darah, yang akan menyebabkan gejala depresi

dan gangguan mental. Kadar eksterogen akan mengganggu proses

kimia tubuh termasuk vitamin B6 (piridoksin) yang di kenal vitamin

anti depresi karena berfungsi mengontrol produksi serotonin.

Serotonin penting sekali bagi otak dan syaraf, dan kurangnya

persediaan zat ini dalam jumlah yang cukup akan mengakibatkan

depresi. Hormon lain yang di katakan sebagai penyebab gejala

10
premenstruasi adalah prolaktin, yang di hasilkan oleh kelenjar

hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah ekterogen dan progesteron

yang di hasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu

banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang

mengkontrol produksi kedua hormon tersebut. Wanita yang

mengalami sindrom pre-menstruasi tersebut kadar prolaktin dapat

tinggi atau normal. Gangguan metabolisme prostagladin akibat

kurangnya gamma linolenic acid (GLA). Fungsi prostagladin adalah

untuk mengatur sistem reproduksi, sistem syaraf, dan sebagai anti

peradangan.

2. Disminorea

Nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat wanita

tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan

dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, mudah emosi

Penyebabnya : jika di tinjau dari aspek anatomi, yang menjadi salah

satu penyebab gangguan disminorea adalah sekresi hormon secara

berlebihan atau sekresi sejenis zat yang disebut prostagladin. Zat

inilah yang menyebabkan peningkatan frekuensi kontraksi otot rahim

sehingga menimbulkan nyeri haid. Dikenal adanya disminorea primer

dan disminorea sekunder

2.1.4 Definisi Disminorea

Disminorea adalah rasa nyeri yang timbul menjelang atau selama

haid berlangsung. Disebut nyeri haid (disminorea) bila nyeri yang di

11
timbulkan membuat wanita tidak dapat beraktivitas dan harus beristirahat

di tempat tidur. Nyeri yang terjadi sering kali di sertai rasa mual, sakit

kepala, nyaris pingsan, dan mudah marah. Nyeri tersebut dirasakan oleh

wanita pada bagian perut dan terasa sangat sakit ( Aulia, 2012)

Disminorea adalah merupakan salah satu keluhan ginekologi yang

paling umum pada perempuan. Hampir semua perempuan mengalami

rasa tidak nyaman selama haid, seperti rasa tidak enak di perut bagian

bawah dan biasanya juga di sertai mual-muntah, pusing bahkan pingsan (

Anurogo & Wulandari, 2011)

Disminorea adalah nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk

beristirahat atau berakibat pada penurunan kinerja dan berkurangnya

aktivitas sehari-hari. Istilah disminore ( dysminorrhoea) berasal dari

bahasa “ Greek” yaitu dys ( gangguan atau nyeri hebat / abnormalitas),

meno ( bulan) dan rrhoea yang berarti flow ( aliran). Jadi disminorea

adalah gangguan aliran darah menstruasi atau nyeri menstruasi (

Proverawati & Misaroh, 2009)

2.1.5 Klasifikasi Disminorea

Klasifikasi disminorea menurut Anurogo & Wulandari (2011) di

bagi menjadi dua, yaitu disminorea primer dan disminorea sekunder

2.1.5.1 Disminorea Primer

Disminorea primer adalah nyeri haid yang di jumpai tanpa

kelainan alat-alat genetalia yang nyata. Disminorea primer biasanya

terjadi dalam 6-12 bulan pertama setelah haid pertama.

12
1. Penyebab disminorea primer

a. Faktor endokrin. Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase corpus

luteum. Hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraktilias

uterus sedangkan hormon ekstrogen merangsang kontraktilitas uteus.

Di sisi lain, endometrium dalam fase sekresi memproduksi

prostagladin F2 sehingga menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika

kadar prostagladin yang berlebihan memasuki peredaran darah maka

selain disminorea dapat juga di jumpai efek lainya seperti nausea (

mual), muntah, diare flushing ( respon invulenter tak terkontrol) dari

sistem syaraf yang memicu pelebaran pembulu kapiler kulit, dapat

berupa warna kemerahan atau sensasi panas. Jelaslah bahwa

peningkatan kadar prostagladin memegang peranan penting pada

timbulnya disminorea primer.

b. Kelainan organik, seperti retrofleksia uterus ( kelainan letak arah

anatomis rahim), hipospadia uterus ( perkembangan rahim yang

lengkap), obtruksi kanalis servikalis ( sumbatan saluran jalan lahir),

mioma submukosa bertangkai ( tumor jinak yang terdiri dari jaringan

otot ), dan polip endometrium.

c. Faktor kejiwaan atau gangguan pisikis, seperti rasa bersalah, ketakutan

seksual, takut hamil, hilangnya tempat berteduh, konflik dengan

maslah jenis kelaminnya, dan imaturitas ( belum mencapai

kematangan)

13
d. Faktor konstitusi, seperti anemia dan penyakit menahun juga dapat

mempengaruhi timbulnya disminorea

e. Faktor alergi, penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada

hubungan antara disminorea dengan urtikaria ( biduran), migrain, dan

asma

2. Faktor resiko disminorea primer

a. Usia saat menstruasi pertama kurang dari 12 tahun

b. Belum pernah melahirkan anak

c. Haid memanjang atau dalam waktu lama

d. Merokok

e. Riwayat keluarga positif terkena penyakit

f. Kegemukan

3. Manifestasi klinis disminorea primer

Disminorea primer hampir selalu terjadi saat siklus ovulasi ( ovulatory

cycles) dan biasanya muncul dalam setahun setelah haid pertama. Pada

disminorea primer klasik, nyeri di mulai bersamaan dengan onset haid atau

hanya sesaat sebelum haid dan bertahan atau menetap selama 1-2 hari.

Nyeri di deskripsikan sebagai spasmodik dan menyebar ke bagian

belakang ( punggung) atau paha atas atau tengah.

Berhubungan dengan gejala-gejala umum, seperti berikut :

a. Malaise ( rasa tidak enak badan)

b. Fartigue ( lelah)

c. Nausea ( mual) dan vomiting ( muntah)

14
d. Diare

e. Nyeri punggung bawah

f. Sakit kepala

g. Kadang-kadang dapat juga di sertai vertigo atau sensasi jatuh, perasaan

cemas, gelisah, hingga jatuh pingsan

h. Potret klinis disminorea primer termasuk onset segera setelah haid

pertama dan biasanya berlangsung sekitar 48-72 jam, sering mulai

beberapa jam sebelum atau sesudah setelah haid.

4. Ciri-ciri Disminorea Primer

Ciri-ciri disminorea primer menurut Edmundson ( 2006), disminorea

primer memiliki ciri khas sebagai berikut :

a. Onset dalam 6-12 bulan setelah haid pertama

b. Nyeri pelvis atau perut bawah di mulai dengan onset haid dan berakhir

selama 8-72 jam

c. Nyeri punggung

d. Nyeri paha di medial atau interior

e. Sakit kepala

f. Diare

g. Nausea (mual) vomiting ( muntah)

5. Karakteristik Disminorea Primer

Menurut Badziad (2003), karakteristik disminorea primer dapat di uraikan

sebagai berikut :

a. Nyeri sering di temukan pada usia muda

15
b. Nyeri sering timbul segera setelah haid mulai teratur

c. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan kadang di sertai mual,

muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala

d. Nyeri haid timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama

atau kedua haid

e. Jarang di temukan kelainan genetalia pada pemeriksaan ginekologis

f. Cepat memberikan respon terhadap pengobatan medikametosa

1.2.5.2 Disminorea Sekunder

Disminorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid

pertama, tetapi yang paling sering muncul di usia 20-30 tahun, setelah

tahun-tahun normal dengan siklus tanpa nyeri. Peningkatan siklus

prostagladin dapat berperan pada disminorea sekunder. Namun, penyakit

pelvis yang menyertai haruslah ada. Penyebab yang umum, diantaranya

termasuk endometriosis ( kejadian dimana jaringan endometrium berada

di luar rahim, dapat di tandai dengan nyeri haid), adenomyosis (bentuk

endometriosis yang invasive), polip endometrium ( tumor jinak di

endometrium), chronic pelvis infamatory disease ( penyakit radang

panggul menahun), dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IUD

intrauterine (contraceptive) device.

1. Penyebab disminorea sekunder

Beberapa penyebab disminorea sekunder antara lain:

a. Intrauterine contraceptive devices ( alat kontrasepsi dalam rahim

b. Adenomyosis ( adanya endometrium selain di rahim)

16
c. Uterine myoma ( tumor jinak rahim yang terdiri dari jaringan otot),

terutama mioma submukosum ( bentuk mioma uteri)

d. Uterine polyps (tumor jinak di rahim)

e. Adhesions ( pelekatan)

f. Stenosis atau striktur serviks, striktur kanalis servikals, varikosis

pelvik, dan adanya AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)

g. Ovarian cysts ( kista ovarium)

h. Ovarian torsion ( sel telur terpuntir atau terpelintir)

i. Pelvic congestion syndrome ( gangguan atau sumbatan di panggul)

j. Uterine leiomyoma ( tumor jinak otot rahim)

k. Mittelschmerz ( nyeri saat pertengahan siklus ovulasi)

l. Psychogenic pain ( nyeri psikogenik)

m. Endometriosis pelvis ( jaringan endometrium yang berada di

panggul)

n. Penyakit radang panggul kronis

o. Tumor ovarium, polip endometrium

p. Kelainan letak uterus seperti retrofleksi, hiperantefleksi, dan

retrofleksi terfiksasi

q. Faktor psikis, seperti takut tidak punya anak, konflik dengan

pasangan, gangguan libido

r. Allen-masters syndrome ( kerusakan lapisan otot di panggul

sehingga pergerakan serviks (leher rahim) meningkat abnormal).

Sindrom masters allen di tandai dengan nyeri perut bagian bawah

17
yang akut, nyeri saat bersenggama ( dyspareunia), kelelahan yang

sangat ( excessive fartigue), nyeri panggul secara umum ( general

pelvice pain), dan nyeri punggung ( backache).

2. Manifestasi klinis disminorea sekunder

Nyeri dengan pola yang berbeda di dapatkan pada disminorea sekunder

yang terbatas pada onset haid. Ini biasanya berhubungan dengan perut

besar atau kembung, pelvis terasa berat, dan nyeri punggung. Secara

klinis, nyeri meningkat secara progresif selama fase luteal dan akan

memuncak sekitar onset haid.

Berikut adalah gejala klinis dari disminorea sekunder :

a. Disminorea terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah haid

pertama

b. Disminorea dimulai setelah usia 25 tahun

c. Disminorea ketidaknormalan pelvis dengan pemeriksaan fisik,

pertimbangkan kemungkinan endometriosis, pelvis inflammatory

disease ( penyakit radang panggul), dan pelvis adhesion (

perlengketan pelvis)

d. Sedikit atau tidak ada respons terhadap obat golongan NSAID (

nonstreroidal anti-infalammatory drug) atau obat anti inflamasi

non-steroid, kontrasepsi oral, atau keduanya.

3. Ciri-ciri Disminorea Sekunder

Ciri-ciri disminorea sekunder menurut Edmundson (2006), disminorea

sekunder memiliki ciri khas sebagai berikut:

18
a. Onset pada usia sekitar 20-30 tahun, setelah siklus haid yang relatif

tidak nyeri di masa lalu

b. Inferitilits

c. Darah haid yang banyak atau perdarahan yang tidak teratur

d. Rasa nyeri saat berhubungan seks

e. Vaginal

4. Karakteristik Disminorea Sekunder

Karakteristik disminorea sekunder menurut Badziad (2003) dapat di

rumuskan sebagai berikut :

a. Lebih sering di temukan pada usia tua dan setelah dua tahun

mengalami siklus haid teratur

b. Nyeri dimulai saat haid dan meningkat kebersamaan dengan

keluarnya darah haid

c. Sering di temukan kelainan ginekologis

d. Pengobatanya sering kali memerlukan tindakan operatif

2.1.5.3 Klasifikasi Disminorea

Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya

kelainan yang dapat di amati. Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat di

bagi menjadi, disminorea spasmodik dan disminorea kongsestif, menurut

( Calis, 2011)

1. Nyeri Spasmodik

Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut dan berawal sebelum

masa haid atau segera setelah masa haid mulai. Banyaj perempuan

19
yang terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita nyeri itu

sehingga tidak dapat mengerjakan apapun. Ada di antara mereka

yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan ada yang benar-benar

muntah. Kebanyakan penderitanya adalah perempuan muda

walaupun di jumpai pula pada kalangan yang berusia 40 tahun ke

atas. Disminorea spasmodik dapat di obati atau paling tidak di

kurangi dengan lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula

perempuan yang tidak mengalami hal seperti itu.

2. Nyeri Kongestif

Penderita disminorea kongestif yang biasanya akan tahu sejak

berhari-hari sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba.

Mereka mugkin akan mengalami pegal, sakit pada dada, perut

kembung tidak menentu, sakit kepala, sakit punggung, pegal pada

paha, merasa lelah, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan,

menjadi ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar di paha dan

lengan atas. Semua itu merupakan simtom pegal yang berlangsung

antara 2 atu 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Proses menstruasi

mugkin tidak terlalu menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung.

Bahkan setelah hari pertama masa haid, orang yang menderita

disminorea kongestif akan merasa lebih baik. Sedangkan berdasarkan

ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat di amati.

20
2.1.6 Komplikasi Disminorea

Komplikasi disminorea menurut Anurogo & Wulandari ( 2011) yang

mungkin t erjadi pada penderita haid, yaitu sebagai berikut :

1. Jika diagnosis disminorea sekunder di abaikan atau terlupakan maka

patologi ( kelainan atau gangguan yang mendasari dapat memicu

kenaikan angka kematian, termasuk kemandulan

2. Isolasi sosial ( merasa terasing atau di kucilkan ) dan depesi

2.1.7 Prognosis Disminorea

Prognosis adalah presiksi penyakit di masa mendatang menurut Anurogo

& Wulandari (2011), sebagai berikut :

1. Prognosis untuk disminorea primer baik sekali dengan penggunaan

NSAID

2. Prognosis untuk disminorea sekunder bervariasi tergantung pada

proses penyakit yang mendasarinya.

2.1.8. Usia Rawan Disminorea

Usia rawan disminorea menurut Anurogo & Wulandari (2011)

Tidak ada batasan usia secara pasti yang menunjukkan bahwa

nyeri haid hanya terjadi pada usia tertentu. Setiap perempuan yang masih

usia produktif dan mengalami haid berpotensi terkena nyeri haid

Nyeri haid ini biasanya bersifat subyektifdan intensitasnya sulit di

nilai. Selain itu, penyebab dan riwayat penyakit yang belum dapat di

pecahkan secara memuaskan. Selalu ada kasus khusus dan menarik

dalam setiap kejadian pada penderita nyeri haid. Walaupun secara acak,

21
kita dapat menemukan banyak sekali perempuan yang mengalami nyeri

haid, tetapi hanya sedikit sekali yang datang ke dokter karena nyeri haid.

Dengan demikian, sangat sulit untuk memastikan berapa sebenarnya

jumlah rill penderita nyeri haid di Indonesia dan menentukan usia paling

rawan mengalami nyeri haid.

Intinya, setiap perempuan harus lebih sadar diri akan kesehatan

reproduksinya. Mereka harus lebih aktif memperhatikan masalah

kesehatanya. Apabila ada sesuatu yang di rasa tidak beres, jangan berfikir

untuk mengobati diri sendiri dengan membeli obat-obatan secara bebas.

Lebih bagus segera temui dokter dan pastikan mendapatkan penanganan

yang benar.

2.1.8.1 Pencegahan Disminorea

Langkah-langkah pencegahan disminorea menurut Anurogo &

Wulandari (2011) adalah sebagai berikut :

1. Hindari stress. Sebisa mungkin hidup dengan tenang dan bahagia.

Tidak usah terlalu banyak fikiran, terutama fikiran negatif yang

menimbulkan kecemasan-kecemasan. Putuskan saja untuk bersyukur

apapun keadaan kita dan lebih ikhlas dalam menjalani hidup.

2. Miliki pola makanan yang teratur dengan asupan gizi yang memadai,

memenuhi standart 4 sehat 5 sempurna. Apabila tidak tahu berapa

kadar dan porsi gizi yang di pelukan setiap hari agar sesuai dengan

keperluan, datanglah ke dokter atau ahli gizi. Sayur dan buah-buahan

mutlah di perlukan untuk hidup sehat.

22
3. Saat menjelag haid, sebisa mungkin menghindari makanan yang

cendrung asam dan pedas.

4. Istirahat yang cukup, menjaga kondisi agar tidak selalu lelah, dan

tidak menguras energi secara berlebihan.

5. Tidur yang cukup, sesuai standart keperluan masing-masing 6-8 jam

sehari sesuai dengan kebiasaan.

6. Rajin minum susu dengan kalsium tinggi. Jika tidak gemar minum

susu, bisa di ganti dengan makanan atau suplemen tinggi kalsium.

Konsultasikan pada dokter untuk mendapatkan ukuran dan porsi yang

sesuai.

7. Lakukan olahraga secara teratur setidaknya 30 menit setiap hari.

Olahraga yang di pilih tidak harus olahraga berat. Anda dapat sekedar

berjalan-jalan santai selama 30 menit, jogging ringan, senam ringan,

maupun bersepeda. Pilihan yang paling sesuai pada kondisi masing-

masing. Olahraga secara teratur dapat mempelancar aliran darah pada

otot di sekitar rahim sehingga akan meredakan rasa nyeri pada saat

haid.

8. Lakukan peregangan ( stretching) anti nyeri haid setidaknya 5-7 hari

sebelum haid. Untuk dapat memastikan waktu secara tepat, buatlah

kalender haid untuk mencatat jadwal datang dan berakhirnya haid

setiap bulan. Peregangan ini di lakukan untuk meredakan nyeri haid

9. Menjelang haid, cobalah berendam dengan air hangat yang di beri

garam mandi dan beberapa tetes minyak essensial bunga lavender

23
atau sesuai dengan selera masing-masing. Kedua bahan ini dapat di

beli di SPA atau toko-toko bahan kecantikan. Berendamlah selama

10-15 menit dan rasakan kesegaran serta rileks di seluruh tubuh. Cara

ini membantu mempelancar peredaran darah dalam tubuh sehingga

mencegah terjadinya nyeri haid.

10. Usahakan tidak mengkonsumsi obat-obatan anti nyeri jika semua cara

pencegahan tersebut tidak mengatasi nyeri. Lebih baik segera

kunjungi dokter untuk mengetahui penyebab nyeri haid yang

berkepanjangan. Bisa saja ada kelainan rahim atau penyakit lainya.

11. Selama masa haid jangan melakukan olahraga berat atau bekerja

berlebihan sehingga menyebabkan kelelahan.

12. Hindari mengkonsumsi alkohol, rokok, kopi, maupun coklat karena

akan memicu bertambahnya kadar estrogen.

13. Jangan makan segala sesuatu yang dingin secara berlebihan, misalnya

es krim. Perbanyak makanan buah, sayur, makanan berkadar lemak

rendah, konsumsi vitamin E, vitamin B6, dan minyak ikan untuk

mengurangi peradangan.

14. Suhu panas merupakan ramuan tua yang perlu di coba. Gunakan

heating pad ( bantal pemanas), kompres handuk atau botol berisi air

panas di perut dan punggung bawah, serta minum-minuman yang

hangat. Pengaruhnya langsung meredakan nyeri.

15. Pada kasus yang sangat jarang dn ekstrim, kadang di perlukan eksisi

pada syaraf uterus.

24
16. Terapi alterntif yang patut di coba adalah memvisullisasikan diri

setiap hendak datang haid, yaitu visualisasi bahwa haid tidak sakit

dan tidak perlu mengganggu aktivias. pemusatan pikiran bahwa haid

tetap nyaman dan bisa beraktivitas seperti biasa sangatlah penting. Ini

akan menyebabkan tubuh bereaksi membentengi diri sehingga haid

dapat terjadi tanpa nyeri.

17. Pijatan dengan aroma terapi juga dapat mengurangi rasa tidak

nyaman. Pijatan yang ringan dan melingkar dengan menggunakan

telunjuk pada perut bagian bahwa akan membantu mengurangi nyeri

haid.

18. Mendengarkan musik, membaca buku atau menonton filem juga

dapat membantu mengurangi rasa sakit

2.1.9 Konsep Nyeri

2.1.9.1 Pengertian Nyeri

Nyeri sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan

ektensinya di ketahui bila seseorang pernah mengalaminya ( Tamsuri,

2007). Menurut Internasional Association for Study of Plain ( IASP),

nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak

menyenangkan yang di dapat terkait dengan kerusakan jaringan

aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadi

kerusakan.

Nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan yang terlokalisasi

pada suatu bagian tubuh (Judha, Sudarti & Fauziahm2012).Nyeri

25
adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan

kesehatan.Nyeri terjadi bersama banyak peroses penyakit atau

bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan

(Brunner & Suddarth 2001).Menurut Suzzane C. Smeltzer (2002)

Nyeri dalam keperawatan adalah apapun yang menyakitkan tubuh

yang dikatakan individunyang mengalaminya, yang ada kapan pun

individu mengatakannya.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan nyeri merupakan perasaan

yang tidak menyenangkan yang dapat menganggu metabolisme tubuh

untuk beraktifitas, kondisi ini akan bertambah parah bila di sertai

dengan kondisi psikis yang tidak stabil, seperti stress, depresi, cemas

berlebihan, dan keadaan sedih atau gembira yang berlebihan.

2.1.9.2 Proses Terjadinya Nyeri Dan Manifestasi Fisiologis Nyeri

Nyeri merupakan campuaran reaksi fisik emosi dan prilaku, nyeri

mengarah pada ketidakmampuan. Seiring dengan peningkatan usia

harapan hidup, banyak orang yang mengalami penyakit kronis dengan

nyeri yang merupakan gejala umum ( Potter & Perry, 2006)

1. Proses terjadinya nyeri

Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung syaraf telanjang

yang di temukkan hampir pada setiap jaringan tubuh. Implus nyeri di

hantarkan ke sistem syaraf pusat (SSP) melalui dua sistem serabut. Sistem

pertama terdiri dari serabut Aδ bermielin harus bergaris tengah 2-5 µm,

dengan kecepatan hantaran 6-30 m/ detik. Sistem kedua terdiri dari serabut

26
C tak bermielin dengan diameter 0.4-1.2 µm, dengan kecepatan hantaran

0,5-2 m/ detik. Serabut Aδ berperan dalam menghantarkan “ Nyeri cepat”

dan menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajam dan terlokalisasi,

sedangkan serabut C menghantarkan “Nyeri lambat” dan menghasilkan

presepsi samar-samar, rasa pegal dan perasaan tidak enak. Pusat nyeri

terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron traktus

spinotalamus lateral dan implus nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini

ke nukleus posteromidal ventral dan posterolateral dari talamus. Dari sini

implus di teruskan ke gyrus post sentral dari korteks otak.

Proses terjadinya nyeri menurut potter & Perry (2006), meliputi:

a. Transduksi

Merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri ( noxious stimuli) dirubah

menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung syaraf.

Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik ( tekanan), suhu (panas) atau kimia

(subtansi nyeri). Terjadi perubahan patofisiologis karena mediator-mediator

nyeri mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah trauma sehingga

lingkaran nyeri meluas. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer yaitu

menurunya nilai ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh mediator-

mediator tersebut di atas dan penurunan pH jaringan. Akibatnya nyeri dapat

timbul karena rangsangan yang sebelumnya tidak menimbulkan nyeri

misalnya rabaan. Sensitisasi perifer ini mengakibatkan pula terjadinya

sensitisasi sentral yaitu hipereksitabilitas neuron pada spinalis,

27
terpengaruhnya neuron simpatis dan perubahan intraseluler yang

menyebabkan nyeri yang di rasakan lebih lama. Rangsangan nyeri di ubah.

b. Transmisi

Merupakan proses penyampaian implus nyeri dari nosiseptor syaraf perifer

melewati kornodorsalis, dari spinalis menuju korteks serebri. Transmisi

sepanjang akson berlangsung karena proses polarisasi, sedangkan dari

neuron presinaps ke pasca sinap melewati neuron transmiter.

c. Modulas

Adalah proses pengendalian interna oleh sistem syarat, dapat meningkatkan

atau mengurangi implus nyeri. Hambatan terjadi melalui sistem analgesia

endogen yang melibatkan bermacam-macam neurotransmiter antara lain

endrophin yang di keluarkan oleh sel otak dan neuron di spinalis. Implus

ini bermula dari area periaquaductuagery (PAG) dan menghambat transimi

implus pre maupun pasca sinaps di tingkat spinalis. Modualasi nyeri dapat

timbul di nosiseptor perifer medula spinalis atau suprasipinal.

d. Presepsi

Presepsi adalah hasil rekonstruksi susunan syaraf pusat tentang implus

nyeri yang di terima. Rokonstruksi merupakan hasil interaksi sistem syaraf

sensori, informasi kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional

(hipokamus dan amigdala). Presepsi menentukan berat ringannya nyeri

yang di rasakan.

2. Manifestasi fisiologis nyeri

28
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi dan perilaku. Cara

yang baik untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu

menjelaskan tiga komponen fisiologis berikut, yakni resepsi dan reaksi.

Stimulus penghasil nyeri mengirimkan implus melalui serabut syaraf-

syaraf perifer. Rerabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani

salah satu dari beberapa rute syaraf dan akhirnya sampai ke dalam masa

berwarna abu-abu di medulla spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat

berinteraksi dengan sel-sel syaraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri

sehingga tidak mencapai otak atau di transmisi tanpa hambatan ke korteks

serebral, maka otak menginterprestasi kualitas nyeri dan memproses

informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi

kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri ( McNair, 1990)

a. Berdasarkan sumbernya antara lain :

1) Cutaneus / superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit / jaringan

subkutan. Biasanya bersifat burning ( seperti terbakar)

Ex : terkena ujung pisau atau gunting

2) Deep somatic / nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligamen,

pempulu darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar dan lebih lama

daripada cutaneus

Ex : sprain sendi

3) Visceral ( pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dalam rongga

abdomen,cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot,

iskemika, regangan jaringan.

29
b. Berdasarkan lokalisasi / letak

1) Radiating pain

Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (ex:

cardiac pain)

2) Referred pain

Nyeri yang di rasakan pada bagian tubuh yang di perkirakan

berasal dari jaringan penyebab

3) Intractable pain

Nyeri yang sangat susah di hilangkan ( ex: nyari kanker maligna)

4) Phantom pain

Sensasi nyeri yang di rasakan pada bagian tubuh yang hilang

5) Berdasarkan penyebab:

Fisik & psycogentic

6) Menurut seranganya

Nyeri akut & nyeri kronis

2.1.9.3 Skala Nyeri

1. Nyeri deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan

nyeri yang lebih obyektif. Skala mendeskripsi verbal ( verbal

descriptor scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari

tiga lima kata mendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama

di spanjang garis. Pendeskripsi ini di ranking dari “ tidak terasa

nyeri” sampai “ nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat

menunjukan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih

30
intensitas nyeri terbaru yang di rasakan. Perawat juga menanyakan

seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS

memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk

mendeskripsikan nyeri.

Gambar 2.1 Skala verbal Descriptor Skale (VDS)

Sumber : Smeltzer, et al. 2010

2 Skala penilaian numerik ( Numerical reting scale NRS) lebih di gunakan

sebagai ganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini klien menilai nyeri

dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif di gunakan sebagai

uji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila di

gunakan skala untuk menilai nyeri maka di rekomendasikan patokan 10

cm

Gambar 2.2 Skala Numeric Rating Scale (NRS)

Sumber : Krebs, et all. 2007

31
Keterangan :

Nilai 0 : Tidak ada nyeri

Nilai 1-3 : Nyeri ringan

Nilai 4-6 : Nyeri sedang

Nilai 7-10 : Nyeri berat

7) Skala analog visual ( visual analog scale, VAS) tidak melebel

subdivisi. VAS adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas

nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap

ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk

mengidentifikasi keparahan nyeri.VAS merupakan pengukuran

keparahan nyeri yang lebih sensitife karena klien dapat

mengidentifikasi setiap titik dari rangkaian daripada memilih dari

salah satu kata atau satu angka

Gambar 2.3 Skala Analog Visual (VAS)

Sumber : Potter & Perry (2005)

Keterangan :

Nilai 0 = Tidak nyeri

Nilai 1-3 = Nyeri ringan, secara obyektif klien dapat berkomunikasi

dengan baik

32
Nilai 4-6 = nyeri sedang, secara obyektif klien mendesis, dapat

menunjukan lokasi nyeri, dapat mendiskripsikanya, dapat

mengikuti perintah dengan baik

Nilai 7-9 = Nyeri berat, secara obyektif klien tidak dapat mengikuti

perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendiskripsikanya,

tidak dapat di atasi dengan alih posisi nafas panjang dan

distraksi

Nilai 10 = Nyeri sangat berat, klien sudah tidak mampu lagi

berkomunikasi, memukul

2.1.9.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

Faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri antara lain :

1. Usia

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,

khususnya pada anak dan lansia. Perbedaan perkembangan yang di

temukan diantaranya kelompok usia ini dapat mempengaruhi

bagaimana anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.

2. Jenis kelamin

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara makna dalam

respon terhadap nyeri.Jenis kelamin merupakan suatu faktor dalam

mengekspresikan nyeri.Toleransi nyeri sejak lama telah menjadikan

subyek penelitian yang melibatkan pria dan wanita, tetapi toleransi

33
nyeri dipengaruhi oleh faktor biokimia dan merupakan hal yang unik

pada setiap individu tanpa memperhatikan jenis kelamin.

3. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu

mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa

yang diterima oleh kebudayaan mereka. Menurut pendapat Clancy &

Vicar yang dikutip dari (Perry & Potter 2005), menyatakan bahwa

sosialisasi budaya menentukan perilaku psikologis seseorang dan hal

ini dapat mempengaruhi pengeluaran fisiologi opiat endogen dan

sehingga terjadilah persepsi nyeri.

4. Makna nyeri

Makna nyeri adalah pengalaman nyeri dan cara seseorang

beradaptasi terhadap nyeri. Seseorang akan mempersepsikan nyeri

dengan cara yang berbeda-beda apabila nyeri tersebut memberikan

kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman dan tantangan misalnya

seorang wanita yang sedang bersalin akan mempersepsikan nyeri

berbeda dengan pukulan pasangannya. Derajat dan kualitas nyeri ini

akan dipersepsikan klien yang berhubungan dengan makna nyeri.

5. Perhatian

Tingkat seseorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri.Perhatian yang meningkat

dihubungkan dengan nyeri yang meningkat sedangkan upaya

34
pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respon nyeri yang

menurun (Gill 1990 dalam Potter & Perry 2009).

6. Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Anseitas

seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat

meninbulkan suatu perasaan ansietas

7. Keletihan

Keletihan dapat meningkatkan persepsi nyeri dan rasa kelelahan

menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurukan

kemampuan koping.Hal ini terjadi karena masalah pada setiap

individu yang menderita penyakit dalam jangka waktu yang lama.

8. Pengalaman sebelumnya

Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu

akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan

datang. Saat individu sudah lama mengalami nyeri dan sering

mengalami nyeri tanpa pernah sembuh maka rasa takut akan muncul,

dan sebaliknya apabila individu mengalami nyeri dengan jenis yang

sama berulang-ulang, tetapi kemudian nyeri tersebut dengan berhasil

dihilangkan akan lebih mudah bagi individu tersebut untuk

menginterprestasikan sensasi nyeri akibatnya, klien akan lebih siap

untuk melakukan tindakantindakan yang diperlukan untuk

menghilangkan nyeri.

35
9. Gaya koping

Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat

merasa kesepian, gaya koping mempengaruhi mengatasi nyeri.

10. Dukungan keluarga dan sosial

Faktor lain yang mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran

orang- orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap

klien. Nyeri dirasakan saat kehadiran orang yang bermakna bagi

pasien akan meminimalkan kesepian dan ketakutan apabila ada

keluarga atau teman, seringkali pengalaman nyeri membuat klien

semakin tertekan, sebaliknya tersedianya seseorang yang

memberikan dukungan sangat berperan dalam memberikan

kenyamanan (Perry & Potter 2006).

2.1.9.5 Penatalaksanaan nyeri disminorea

1. Pentalaksanaan nyeri farmakologi

Untuk meringankan nyeri dari ringan sampai berat bisa

menggunakan analgesik. Analgesik yang sering digunakan yaitu

jenis analgesik non narkotik dan obat anti inflamasi nonsteroid

(NSAID), analgesik narkotik atau opiate dan tambahan atau adjuvan

(Andarmoyo 2013).

2. Penatalaksanaan nyeri non farmakologi

Berikut adalah cara penanganan non farmakologis untuk

mengatasi disminorea menurut Laila (2011) sebagai berikut:

a. Mengkompres dengan suhu panas

36
Suhu panas merupakan ramuan tradisional turun-temurun yang patut

di coba. Gunakan beating pad ( bantal pemanas), kompres handuk,

atau botol berisi air panas ( hangat) tepat pada bagian yang terasa

kram ( bisa perut atau pinggang bagian belakang). Suhu panas di

ketahui bisa meminimalkan ketegangan otot. Setelah otot rileks, rasa

nyeri pun akan berangsur hilang.

b. Minum air hangat

Minum-minuman yang hangat juga berkhasiat untuk mengurangi rasa

sakit pada saat menstruasi. Sebab, minuman hangat dapat memberikan

sensasi menghangatkan tubuh. Suhu panas yang di berikan mampu

meminimalkan otot yang berkontraksi agar lebih rileks. Minuman

hangat, seperti teh dan jahe bisa membuat tubuh rileks serta pikiran

menjad fresh dan siap beraktivitas kembali.

c. Minuman air putih minimal delapan gelas setiap hari

Minum hingga minimal delapan gelas air putih setiap hari dapat

mengurangi rasa nyeri saat menstruasi. Bukan itu saja, minum

minimal delapan gelas air putih setiap hari juga dapat bermanfaat

mengusir toksin dalam tubuh dan menjaga tubuh agar tetap terpenuhi

cairanya. Sehingga, anda tidak mudah lelah dan tubuh pun terasa lebih

sehat. Minum lebih banyak air putih saat menstruasi juga di lakukan

untuk mencegah penggumpalan cairan dan melancarkan peredaran

saluran darah. Hal ini membuat tubuh tetap terasa sehat dan nyaman

walaupun menstruasi datang.

37
d. Mandi dengan air hangat

Selain menyenangkan, mandi air hangat juga cukup ampuh untuk

menghilangkan rasa sakit saat menstruasi. Rasa hangat yang di

salurkan kedalam tubuh saat mandi air hangat berkhasiat meredakan

rasa nyeri yang muncul. Dengan mandi air hangat, kontraksi otot

dapat diminimalkan,tubuh terasa segar, serta membuat otot perut dan

semua otot tubuh menjadi rileks. Hal ini patut di coba untuk

menghilangkan rasa nyeri yang anda rasakan saat haid.

e. Istirahat yang cukup

Cara ini merupakan salah satu resep kuno yang juga mampu

menghilangkan berbagai macam penyakit, tak terkecuali sakit saat

menstruasi. Saat menstruasi datang, istirahat untuk meredakan rasa

sakit dapat di lakukan dengan banyak cara, misalnya tidur, duduk-

duduk sambil menenagkan diri, atau bersantai sembari menonton

filem. Ketika menstruasi, istirahtlah yang cukup di perlukan untuk

mengistirahatkan otot-otot yang tegang saat berkontraksi meluruhkan

lapisan endometrium.

f. Tidur dengan baik pada malam hari

Tidur dengan baik pada malam hari merupakan hal yang sangat

membantu dalam mengurangi sakit saat menstruasi. Tidur yang baik

adalah tidur yang di lakukan dengan niat untuk melepaskan penat dan

mengistirahatkan diri. Cobalah untuk melepaskan sejenak masalah

yang ada sebelum tidur malam. Sebab, jika sebelum tidur terdapat

38
pikiran yang mengganggu, tidurpun tidak akan tenang dan justru

membuat kualitas tidur yang buruk. Akibatnya, otak dan tubuh

menjadi tidak sehat serta nyeri menstruasi pun tidak berkurang.

g. Berolahraga secara teratur ( termasuk banyak berjalan)

Beberapa perempuan mencapai kondisi yang lebih ringan melalui

olahraga. Dengan olahraga, hasil yang di dapat tidak hanya

mengurangi stress yang biasanya timbul saat PMS dan

menstruasi,tetapi juga bisa meningkatkan produksi endorfin otak dan

penawar sakit alami tubuh. Olahraga secara teratur akan membantu

anda melakukan aktivitas dan rutinitas harian tanpa gangguan nyeri

haid. Selesai berolahraga, pastikan tubuh cukup mendapat asupan

makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.

h. Melakukan aroma terapi

Aroma terapi dapat di gunakan untuk menghilangkan rasa sakit saat

menstruasi. Sebab, aroma terapi mampu memberikan sensasi yang

menenangkan diri dan otak, serta setress yang di rasakan. Jika pikiran

anda merasa tenang dan rileks, maka akan tercipta suasana yang

nyaman, dan nyeri haid pun dapat berkurang. Karena stress juga dapat

memicu timbulnya rasa nyeri, maka berusahalah untuk menghindari

stress saat menstruasi.

i. Berendam dalam air hangat yang di beri aroma terapi

Cara ini merupakan penggabungan cara unsur air hangat dan aroma

terapi. Air hangat berfungsi meminimalkan kontraksi otot, sedangkan

39
aroma terapi berfungsi memberikan sensasi tenang, nyaman, dan

rileks. Cara ini merupakan kombinasi yang baik untuk menghilangkan

sakit saat menstruasi.

j. Melakukan pemijatan

Pemijatan dapat di lakukan untuk mengurangi nyeri yang di rasa.

Pijatan yang di lakukan secara ringan dan melingkar dengan telunjuk

pada perut bagian bawah akan membantu mengurangi nyeri haid.

Aktivitas sehari-hari biasanya membantu otot-otot menegang dan rasa

lelah yang mengganggu, sehingga pikiran semakin stress dan nyeri

haid akan semakin parah. Masalah tersebut bisa di atasi dengan

melakukan pemijatan agar waktu istirahat lebih berkualitas.

k. Mendengarkan musik

Bagi yang mempunyai hobi untuk mendengarkan musik, tidak ada

salahnya mencoba meringankan rasa sakit saat menstruasi dengan

mendengarkan lagu kesukaan. Anda juga dapat mencoba

mendengarkan lagu yang dapat menenangkan syaraf dan membuat

pikiran menjadi rileks, seperti lagu klasik, murotal, atau irama rohani

lainnya.

l. Membaca buku

Dengan membaca buku pikiran anda akan terfokus pada isi buku dan

melupakan nyeri haid yang tengah anda rasakan. Untuk membuatnya

bekerja lebih baik, pilihlah bacaan yang anda suka, misalnya komik

lucu. Rasa nyeri mungkin akan tetap terasa, tetapi setidaknya rasa

40
sakitnya akan lebih berkurang karena pikiran labih fokus pada buku

yang di baca.

m. Menonton film

Menonton film juga dapat menghilangkan atau lebih tepatnya

mengalihkan anda dari rasa sakit saat menstruasi. Menonton film

memiliki mekanisme kerja yang sama dengan membaca buku.

Menonton dapat membuat syaraf dan pikiran lebih berkonsentrasi

terhadap film yang sedang di tonton. Apalagi jika film yang di tonton

adalah film favorit anda, atomatis anda akan lebih menikmatinya. Hai

ini pasti akan mengurangi rasa sakit yang timbul. Mengganti film

dengan video klip penyanyi yang anda sukai juga bisa mengalihkan

perhatian anda dari rasa sakit saat menstruasi.

2.2 Terapi Relaksasi

Metode non farmakologis untuk mengendalikan nyeri di bagi

menjadi dua kelompok yaitu terapi modalitas fisik dan strategi

kognitif-perilaku. Relaksasi nafas dalam dan guided imagery

merupakan terapi modalitas fisik dalam bentuk stimulasi kutaneus

( Price & Wilson, 2006). Tehnik stimulasi kutaneus dapat meredakan

nyeri sementara secara efektif. Tehnik ini mendistraksi klien dan

memfokuskan perhatian pada stimulasi taktil, jauh dari sensasi yang

menyakitkan sehingga mengurangi persepsi nyeri ( Kozier & Erb,

2009)

41
2.2.1 Definisi Relaksasi

Relaksasi adalah suatu bentuk aktivitas yang dapat membantu

mengatasi stress. Tehnik relaksasi ini melibatkan pergerakan anggota

badan secara mudah dan boleh di lakukan di mana saja. Dalam

relaksasi dapat di tambahkan dalam melakukan visualisasi.

Visualisasi adalah suatu cara untuk melepaskan gangguan dalam

pikiran dengan cara membayangkan gangguan itu sebagai suatu

benda, dan kemudian kita melepaskannya ( Riadi, 2016)

Tehnik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien

bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lembut ( menahan

inspirasi secara maksimal) dan bagaimana cara menghembuskan

nafas secara perlahan, selain dapat menurunkan intensitas nyeri,

tehnik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru

dan meningkatkan oksigen darah ( Smeltzer & Bare, 2013)

Mekanisme relaksasi nafas dalam ( deep breathing) pada sistem

pernafasan berupa suatu keadaan inspirasi dan ekpirasi pernafasan

dengan frekuensi pernafasan menjadi 6-10 kali permenit sehingga

terjadi peningkatan regangan kardiopulmonari ( Izzo, 2008 : 138).

Stimulasi peregangan di arkus aorta dan sinus karotis diterima dan di

teruskan oleh syaraf vagus ke medula oblongata ( pusat regulasi

kardiovaskuler), selanjutnya merespon terjadinya peningkatan reflek

baroreseptor (Gohde, 2010, Muttaqin, 2009:12-17). Implus aferen

42
dari baroreseptor mencapai pusat jantung yang akan merangsang

aktivitas saraf parasimpatis dan menghambat pusat simpatik (

kardioakselerator), sehingga menyebabkan vasodilatasi sistemik,

penurunan denyut dan daya curah jantung ( Muttaqin, 2009:13,

Rubin, 2007:52)

Sistem syaraf parasimpatik yang berjalan ke SA node melalui

syaraf vagus melepaskan neurotransmiter asetikolin yang

menghambat kecepatan depolarisasi SA node, sehingga terjadi

penurunan kecepatan denyut jantung ( kronotopik negatif).

Perangsangan sistem syaraf parasimpatis ke bagian-bagian

miokardium lainnya mengakibatkan penurunan kontraktilitas, volume

sekucup, curah jantung yang menghasilkan suatu efek enotropik

negatif. Keadaan tersebut mengakibatkan penurunan volume sekucup

dan curah jantung. Pada otot rangka beberapa serabut vasomotor

mengeluarkan asitikolin yang menyebabkan dilatasi pembulu darah.

Akibat penurunan curah jantung, kontraksi serat-serat otot jantung,

dan volume darah membuat tekanan darah menjadi menurun (

Muttaqin, 2009:10,22)

2.2.1.1 Tujuan Dan Alasan Relaksasi Nafas Dalam

Menurut Smeltzer & Bare (2013) tujuan tehnik relaksai nafas

dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara

pertukaran gas, mencegah anteleksasi paru, meningkatkan efesiensi

43
batuk, mengurangi stress baik sress fisik maupun emosional yaitu

menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.

Tehnik relaksasi nafas dalam dapat di percaya dalam menurunkan

intensitas nyeri melalui mekanisme yaitu ( Smeltzer & Bare 2013) :

1. Dengan merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme

yang di sebabkan oleh peningkatan prostagladin sehingga terjadi

vasodilatasi pembulu darah dan akan meningkatkan aliran darah ke

daerah yang mengalami spasme dan iskemic.

2. Tehnik relaksasi nafas dalam di percaya mempu merangsang tubuh

untuk melepas opoiod endogen yaitu endorphin dan enkefalin.

3. Mudah di lakukan dan tidak memerlukan alat relaksasi melibatkan

senam otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga

mudah di lakukan kapan saja atau sewaktu-waktu.

Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh tehnik relaksasi

terletak pada fisiologi sistem syaraf otonom yang merupakan bagian

dari sistem syaraf perifer yang mempertahankan homeostatis

lingkungan internal individu. Pada saat terjadi pelepasan mediator

kimia seperti bradikinin, prostagladin dan substansi, akan merangsang

syaraf simpatis sehingga menimbulkan vasokontriksi yang akhirnya

meningkatkan tonus otot yang menimbulkan beberapa efek seperti

sepasme otot yang akhirnya menekan pembulu darah, mengurangi

aliran darah dan mengurangi kecepatan metabolisme otot yang

44
menimbulkan pengiriman implus nyeri dari medulla spinalis ke otak

dan di presepsikan sebagai nyeri.

2.2.1.2 Manfaat Relaksai Nafas Dalam

Menurut Potter & Perry (2010) manfaat dari tehnik relaksasi nafas

dalam yaitu:

1. Ketentraman hati

2. Berkurangnya rasa cemas,khawatir dan gelisah

3. Tekanan dan tegangan jiwa menjadi rendah

4. Detak jantung lebih rendah

5. Mengurangi tekanan darah

6. Ketahanan lebih besar terhadap penyakit

7. Tidur lelap

8. Kesehatan mental menjadi lebih baik

9. Daya ingat lebih baik

10. Meningkatkan daya berfikir lebih logis

11. Meningkatkan kreativitas

12. Meningkatkan keyakinan

13. Meningkatkan daya kemauan

14. Intuisi

15. Meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain

2.2.1.3 Patofisiologi Tehnik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Nyeri

Tehnik relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan

meminimalkan aktivitas simpatik dalam sistem syaraf otonom. Ibu

45
meningkatkan aktivitas komponen syaraf parasimpatik vegetatif

secara silmutan. Tehnik tersebut dapat mengurangi sensasi nyeri dan

mengontrol intensitas reaksi ibu terhadap rasa nyeri. Hormon

adrenalin dan kortisol yang menyebabkan stress akan menurun, ibu

dapat meningkatkan konsentrasi dan merasa tenang sehingga

memudahkan ibu mengatur pernafasan sampai frekuensi pernafasan

kurang dari 60-70x/menit. Kadar PaCO2 akan meningkat dan

menurunkan PH sehingga akan meningkatkan kadar oksigen dalam

darah

2.2.1.4 Standar Operasional Prosedur Tehnik Relaksasi Nafas Dalam

A. Pengertian

Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada

klien yang mengalami nyeri kronis. Rileks sempurna yang dapat

mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan sehingga

mencegah menghebatnya stimulasi nyeri

Ada tiga hal yang utama dalam tehnik relaksasi :

1. Posisikan klien dengan tepat sehingga klien merasa nyaman

2. Pikiran rileks

3. Lingkungan yang tenang

Prosedur pelaksanaan :

B. Tahap prainterasi

1. Memperkenalkan diri kepada klien

2. Melakukan pendekatan kepada klien

46
C. Tahap orientasi

1. Memberikan salam teraupetik

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan di lakukan pada

klien

D. Persiapan melakukan tehnik relaksasi nafas dalam

1. Pastikan anda dalam keadaan tenang dan rileks

2. Pilih waktu dan tempat yang sesuai. ( duduk di kursi jika anda

di kerjaan atau di rumah)

E. Tahap kerja

1. Ciptakan lingkungan yang tenang

2. Usahakan tetap rileks dan tenang

3. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru

dengan udara melalui hitungan

4. Perlahan-lahan udara di hembuskan melalui mulut sambil

merasakan ekstermitas atas dan bawah rileks

5. Anjurkan bernafas dengan irama normal

6. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan

melalui mulut secara perlahan-lahan

7. Membiarkan telapak tangan tetap rileks

8. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam

9. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah nyeri

10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa

berkurang

47
11. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap

5 kali

12. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara

dangkal dan cepat

13. Pujilestari (2017) penerapan tehnik relaksasi nafas dalam

terhadap penurunan nyeri disminorea pada remaja putri.

Diajarkan tehnik relaksasi nafas dalam 1 kali sehari selama 3

hari yaitu pada hari pertama haid dan hari kedua dan ketiga

haid.

2.2.2 Terapi Imajinasi

Citra adalah pembentukan representasi mental dari objek, tempat,

peristiwa, atau situasi yang di rasakan melalui indera. Hal ini di

dasarkan pada imajinasi dan kognitif pengolahan individu itu sendiri

dan dapat di praktekkan sebagai kegiatan mandiri ( self-hypnosis) atau

di pandu oleh seorang profesional ( guided imagery). Citra dapat

menjadi aktif atau pasif. Untuk orang dewasa dan remaja, relaksasi

fisik dan mental cendrung untuk memfasilitasi suatu citra. Citra

mungkin bisa menerima, dengan individu memahami pesan dari

tubuh, atau mungkin bisa jadi aktif, dengan kognitif individu yang

membangkitkan pikiran atau ide-ide. Potret mempekerjakan semua

indra visual, aural, sentuhan, penciuman, proprioseptif, dan kinestetik.

Meskipun citra sering di sebut sebagai “visualisasi” itu termasuk

membayangkan melalui akal, bukan hanya mampu “ melihat sesuatu”

48
di mata pikiran. Sementara mendorong citra, individu sering

berimajinasi melihat, mendengar, ,mencium, merasakan dan atau

menyentuh sesuatu di gambar ( Mahanani & Yusiana, 2017)

Istilah guided imagery merujuk pada berbagai tehnik termasuk

visualisasi sederhana, saran yang menggunakan imajinasi langsung,

metafora dan bercerita, bereksplorasi fantasi dan bermain “ game”

pernafsiran mimpi,gambar, dan imajinasi yang aktif dimana unsur-

unsr ketidak sadaran di hadirkan untuk di tampilkan sebagai gambaran

yang dapat berkomunikasi dengan pikiran sadar ( Academic for

Guided imagery, 2010)

Terapi guided imagery adalah salah satu aktivitas kognitif yang

dapat digunakan untuk menurunkan persepsi nyeri menjadi berkurang.

Dan dapat di gunakan dalam berbagai keadaan antara lain mengurangi

stress dan rasa nyeri, kesulitan tidur, alergi atau asma, pusing, migren,

hipertensi, dan keadaan lain (Muhanani & Yusiana, 2017)

2.2.2.1 Tujuan Terapi Guided Imagery

Imajinasi terbimbing merupakan salah satu dari tehnik relaksasi

untuk menurunkan denyut jantung, tekanan darah, dan kecepatan

pernafasan, meningkatkan kesadaran secara global, menurunnya

kebutuhan oksigen, perasaan damai, serta menurunnya ketegangan

otot dan kecepatan metabolisme ( Potter & Perry, 2010) sehingga

memiliki tujuan yaitu:

49
1. Untuk memelihara kesehatan atau relaksasi melalui komunikasi

dalam tubuh melibatkan semua indra ( visual, sentuhan,

penciuman, penglihatan, dan pendengaran) sehingga terbentuklah

keseimbangan antara pikiran, tubuh, dan jiwa

2. Dapat mempercepat penyembuhan yang efektif dan membantu

tubuh mengurangi berbagai macam penyakit seperti depresi,

alergi dan asma

3. Untuk mengurangi tingkat stress, dan gejala-gejala yang

menyertai stress

4. Guided imagery music dapat untuk menggali pengalaman klien

depresi

2.2.2.2 Manfaat Guided Imagery

Guided imagery merupakan salah satu jenis tehnik relaksasi

sehingga manfaat dari tehnik ini pada umumnya dengan manfaat dari

tehnik relaksasi yang lain. Para ahli dalam bidang guided imagery

berpendapat bahwa imajinasi merupakan penyembuh yang efektif

yang dapat mengurangi nyeri, kecemasan, mempercepat penyembuhan

dan membantu tubuh mengurangi berbagai macam penyakit. Guided

imagery telah menjadi terapi standar untuk mengurangi kecemasan

dan memberikan reaksi pada orang dewasa atau anak-anak, dapat juga

mengurangi nyeri kronis, tindakan prosedural yang menyebabkan

nyeri, susah tidur, mencegah reaksi alergi, dan menurunkan tekanan

darah ( Snyder, 2006)

50
Banyak sekali manfaat yang kita dapat dari penerapan prosedur

guided imagery, berikut ini menfaat dari guided imagery menurut

Mahanani & Yusiana (2017) :

1. Mengurangi stress

2. Mengurangi rasa nyeri

3. Kesulitan tidur

4. Alergi atau asma

5. Pusing atau migren

6. Hipertensi

2.2.2.3 Indikasi Guided Imagery

Dossey, et al ( dalam Potter & Perry, 2009) menjelaskan aplikasi

klinis guided imagery yaitu sebagai sel penghancur kanker, untuk

mengkontrol atau mengurangi rasa nyeri, serta untuk mencapai

ketenangan dan ketentraman. Guided imagery juga membantu dalam

pengobatan seperti asma, hipertensi, gangguan fungsi kandung kemih,

sindrom pre menstruasi, dan menstruasi. Indikasi dari guided imagery

adalah semua klien yang memiliki pikiran negatif atau pikiran yang

menyimpang yang mengganggu perilaku (maladaptif) misalnya over

generalization, filter mental, stress, cemas, depresi, nyeri hipokondria.

51
2.2.2.4 Proses Guided Imagery

Telah di sebutkan bahwa guided imagery merupakan salah satu

strategi non-farmakologi penatalaksanaan nyeri ( Hockenberry &

Wilson, 2009). Menurut Hart (2008), jika seseorang membayangkan

suatu hal negatif atau ketakutan dapat meningkatkan rasa sakit atau

kecemasan maka hal tersebut dapat di netralkan dengan pikiran positif

atau menyenangkan. Pikiran dapat dilatih untuk berfokus pada

imajinasi penyembuhan. Jika imajinasi menakutkan atau negatif

memiliki kemampuan untuk meningkatkan rasa sakit atau gejala lain

yang tidak di inginkan. Maka imajinasi positif atau menenangkan

dapat mengurangi gejala sakit atau nyeri.

Mekanisme atau cara kerja guided imagery belum di ketahui

secara pasti tetapi teori menyatakan bahwa relaksasi dan imajinasi

positif melemahkan sikoneureuimmunologi yang mempengaruhi

respon stress. Respon stress di pincu ketika situasi atau peristiwa (

nyata atau tidak) mengancam fisik atau kesejahteraan emosional atau

tuntunan dari sebuah situasi melebihi kemampuan seseorang, sehingga

dengan imajinasi di harapkan dapat merubah situasi stres dari respon

negatif yaitu ketakutan atau kecemasan menjadi gambaran positif

yaitu menyembuhkan dan kesejahteraan ( Dossey, 1995 dalam Snyder,

2006)

52
Respon emosional terhadap situasi, memicu sistem limbik dan

perubahan sinyal fisiologis pada sistem syaraf perifer dan otonom

yang mengakibatkan melawan stres ( Snyder, 2006). Mekanisme

imajinasi positif dapat melemahkan psikonneuronimmunologi yang

mempengaruhi respon stres, hal ini berkaitan dengan teori Gate

Control yang menyatakan bahwa “ hanya satu implus yang dapat

berjalan sampai sumsum tulang belakang ke otak pada satu waktu”

dan “ jika ini terisi dengan pikiran lain maka sensasi rasa sakit” tidak

dapat di kirim ke otak oleh karena itu rasa sakit berkurang. Guided

imagery juga dapat melepaskan endorphin yang melemahkan respon

rasa sakit dan mengurangi rasa sakit atau meningkatkan ambang nyeri

( Hart, 2008)

2.2.2.5 Pelaksanaan Guided Imagery

Guided imagery adalah metode mengkhayal tempat dan kejadian

yang berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenangkan.

Khayalan tersebut memungkinkan perasaan klien memasuki keadaan

atau pengalaman relaksasi ( Kaplan & Sadock, 2010 dalam Novar

enta, 2013). Guided imagery memiliki elemen yang secara umum

sama dengan relaksasi, yaitu sama-sama membawa klien

membayangkan hal-hal yang nyaman dan menyenangkan dan tidak

dapat memusatkan perhatian pada banyak hal dalam satu waktu oleh

53
karena itu klien harus membayangkan satu imajinasi yang sangat kuat

dan menyenangkan ( Brannon & Feist, 2000 dalam Novarenta 2013)

Menurut Snyder (2006) tehnik guided imagery secara umum

antara lain :

1. Membuat individu dalam keadaan santai dengan cara:

a. Mengatur posisi yang nyaman ( duduk atau berbaring)

b. Silangkan kaki, tutup mata atau fokus pada suatu titik atau suatu

benda di dalam ruangan

c. Fokus pada pernafasan otot perut, meranik nafas dalam dan pelan,

nafas berikutnya biarkan sedikit lebih dalam dan lama dan tetap

fokus pada pernafasan dan tetapkan pikiran bahwa tubuh semakin

santai dan lebih santai

d. Rasakan tubuh menjadi lebih berat dan hangat dari ujung kepala

sampai ujung kaki

e. Jika fikiran tidak fokus, ulangi kembali pernafasan dalam dan

pelan

2. Sugesti khusus untuk imajinasi yaitu:

a. Pikirkan bahwa seolah-olah pergi ke suatu tempat yang

menyenangkan dan merasa senang di tempat tersebut

b. Sebutkan apa yang bisa di lihat, di dengar, di cium, dan di rasakan

c. Ambil nafas panjang beberapa kali dan nikmati berada di tempat

tersebut

54
d. Sekarang, bayangkan diri anda seperti yang anda inginkan (

uraikan sesuai tujuan yang akan di capai atau di inginkan)

3. Beri kesimpulan dan perkuat hasil praktek yaitu:

a. Mengingat bahwa anda dapat kembali ke tempat ini, perasaan ini,

cara ini kapan saja anda menginginkan

b. Anda bisa seperti ini lagi ini dengan berfokus pada pernafasan

anda, santai, dan membayangkan diri anda berada pada tempat

yang anda senangi

4. Kembali ke kadaan semula yaitu :

a. Ketika anda telah siap kembali ke ruang dimana anda berada

b. Anda merasa segar dan siap untuk melanjutkan kegiatan anda

c. Sebelumnya anda dapat menceritakan pengalaman anda ketika

anda telah siap ( Snyder, 2006)

asmadi ( 2008) juga menjelaskan tentang tehnik dalam melakukan

guided imagery yaitu mengatur posisi yang nyaman pada klien,

dengan suara yang lembut, minta klien untuk memikirkan hal-hal yang

menyenangkan atau pengalaman yang membantu penggunaan semua

indra, minta klien untuk tetap fokus pada bayangan yang

menyenangkan sambil merelaksasikan tubuhnya.

55
2.2.2.6 Standar Operasional Prosedur Tehnik Guided Imagery

A. Pengertian

Terapi guided imagery merupakan tehnik yang menggunakan

imajinasi seseorang untuk mencapai efek yang positif

Tujuan :

1. Mencapai kondisi relaksasi

2. Menimbulkan respon psikofisiologis yang kuat

3. Mengurangi nyeri

B. Tahap Prainteraksi

1. memperkenalkan diri kepada klien

2. melakukan pendekatan kepada klien

C. Tahap Orientasi

1. memberikan salam terapiutik

2. Bina hubungan saling percaya

3. jelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan di lakukan

D. Persiapan Melakukan Tehnik Guided Imagery

1. persiapan lingkungan yang nyaman dan tnang

56
2. berikan privasi pada klien

3. bantu klien ke posisi yang nyaman yaitu posisi duduk rileks

dan meminta klien untuk menutup mata

4. meminta klien untuk menarik nafas dalam dan perlahan

sebanyak 3 kali untuk merelaksasikan semua otot dengan mata

tetep terpejam

5. meminta klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan

atau pengalaman dengan mata terpejam, yang membantu

penggunaan semua indra dengan suara yang lembut

6. saat membayangkan dengan mata terpenjam, klien di pandu

untuk menjelaskan dengan di tanya :

a. apa yang di bayangkan

b. di lakukan bersama siapa bayangan menyenangkan tersebut

c. kapan bayangan menyenangkan di lakukan

d. dimana bayangan menyenangkan itu terjadi

e. seberapa sering hal menyenangkan itu terjadi

7. jika klien menunjukkan tanda-tanda gelisah atau tidak nyaman,

hentikan latihan dan memulainya lagi ketika klien telah siap

57
8. relaksasi akan mengenai seluruh tubuh, selama 15 menit klien

di pandu keluar dari bayangnya

9. catat hal-hal yang digambarkan klien untuk digunakan pada

latihan selanjutnya dengan menggunakan informasi spesifik

yang di berikan klien dan tidak membuat perubahan

pernyataan klien

10. Suciana (2014) pengaruh tehnik relaksasi guided imagery

terhadap penurunan nyeri haid para siswi kelas XI di SMKN 1

Pedan. Di ajarkan tehnik relaksasi guided imagery 1 kali sehari

selama 2 hari yaitu pada haid hari pertama dan haid hari ke

dua. Novarenta ( 2013) guided imagery untuk mengurangi rasa

nyeri sebelum menstruasi pada hari haid ke 2 di bimbing

lngsung oleh peneliti, sedangkan hari ke 3-5 sabjek

mempraktekan sendiri secara mendiri selama 10 menit setiap

pagi dan malam. Hari ke 7 sampai datangnya nyeri menstruasi

pertama. ( pengambilan data di lakukan 2 minggu sebelum

sabjek mengalami menstruasi)

3.3 Konsep Kesehatan Reproduksi Dan Remaja

3.3.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan

sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan

58
dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi,

fungsi serta prosesnya. Atau suatu keadaan di mana manusia dapat

menikmati kehidupan sesksualnya serta mampu menjalankan fungsi

dan proses reproduksinya secara sehat dan aman ( WHO, 2008)

Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan yang

sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial dan bukan semata-mata

terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang

berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.

Kesehatan reproduksi di penaruhi oleh kehamilan, aborsi, penyakit

menular seksual (PMS), kekerasan seksual, dan oleh sistem yang

membatasi akses terhadap informasi dan pelayanan klinis. Kesehatan

reproduksi juga di pengaruhi oleh gizi, kesehatan psikologis, ekonomi

dan ketidaksertaan gender yang menyulitkan remaja putri menghindari

hubungan seks yang di paksakan ( Purwoastuti & Walyani, 2015)

Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam lingkup kehidupan

meliputi :

a. kesehatan ibu dan bayi baru lahir

b. pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi

termasuk PMS – HIV/AIDS

c. pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi

d. kesehahatan reproduksi remaja

e. pencegahan dan penanganan infertitle

59
f. kanker pada usia lanjut

g. berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker servik,

multilasi genetal, dan fistula

3.3.2 Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita

Pada masa bayi atau pra-sekolah perlu mendapatkan sosialisasi

secara bertahap tentang kebersihan diri, terutama pada daerah kelamin

bagian luar, untuk mencegah terjadinya infeksi dan jamur. Anak usia

sekolah perlu di beri pengetahuan tentang fungsi alat reproduksi,

perubahan yang terjadi pada masa ini, kebersihan diri ketika

mendapatkan menstruasi, pengetahuan tentang proses kehamilan, dan

masalah reproduksi remaja. Permasalahan sosial yang sering terjadi

pada masa ini adalah masuknya informasi tentang alat reproduksi dari

sumber yang kurang tepat, misalnya teman sebaya, media elektronik

ilegal, sampai percobaan yang keliru tentang pengetahuan yang

dimilikinya. Keadaan yang lebih parah adalah adanya tindakan

pemerkosaan, seks bebas, kehamilan, dan aborsi elegal, yang dapat

mengancam jiwa dan menambah permasalahan sosial bagi wanita dan

keluarganya ( Heryati, 2007)

3.3.3 Pengertian Remaja

Remaja atau adolescene berasal dari bahasa latin “ adolescere”

yang berarti “ tumbuh” atau “ tumbuh menjadi dewasa”. Istilah

adolescene yang berasal dari bahasa inggris, saat ini memiliki arti

60
yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan

fisik. Sedangkan menurut Piaget mengatakan bahwa masa remaja

adalah usia dimana individu mulai berinteraksi dengan masyarakat

dewasa. Individu tidak lagi berada di bawah tingkatan orang-orang

yang lebih tua melainkan dalam tingkatan yang sama, sekurang-

kurangnya dalam masalah hak. Menurut undang-undang No. 4 tahun

1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang

belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah. Namun menurut

undang-undang perburuhan, anak di anggap remaja apabila telah

mencapai usia 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai

tempat tinggal. Menurut undang-undang perkawinan No. 1 tahun

1974, anak di anggap sudah remaja apabila cukup matang untuk

menikah, yaitu usia 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun

untuk anak laki-laki. Menurut WHO, di sebut remaja apabila anak

telah mencapai usia 10-18 tahun. Berdasarkan beberapa pendapat

tersebut, masa remaja umumnya berumur 16-19 tahun dan merupakan

masa peralihan menuju kematangan ( dewasa). ( Proverawati, 2009)

Masa remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan

kehidupan manusia. Golongan umur ini penting karena jembatan

antara masa kanak-kanak yang bebas menuju masa dewasa yang

menuntut tanggung jawab (Kusmiran, 2012)

61
Tiga hal yang menjadikan masa remaja penting sekali bagi

kesehatan reproduksi adalah sebagai berikut:

1. Masa remaja ( usia 10-19 tahun) merupakan masa yang khusus

dan penting karena merupakan periode pematangan organ

reproduksi manusia dan sering di sebut masa pubertas

2. Masa remaja terjadi perubahan fisik (organobiologis) secara tepat

dan tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan ( mental-

emosional). Perubahan yang cukup besar ini dapat

membingungkan remaja yang mengalaminya, karena itu perlu

pengertian, bimbingan, dan dukungan lingkungan di sekitarnya

agar mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia

dewasa yang sehat, baik jasmani, mental maupun psikososial

3. Dalam lingkungan sosial tertentu, terjadi perbedaan perlakuan

terhadap remaja laki-laki, masa remaja merupakan saat di

perolehnya kebebasan, sedangkan untuk remaja wanita merupakan

saat di mulainya segala bentuk pembatasan ( Kumalasari, 2012)

3.3.3.1 Karakteristik Remaja Berdasarkan Umur

Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), karakteristik

remaja berdasarkan umur adalah sebagai berikut:

1. Masa remaja awal (10-12 tahun)

a. Lebih dekat dengan teman sebaya

b. Ingin bebas

62
c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnnya

2. Masa remaja pertengahan (13-15 tahun)

a. Mencari identitas diri

b. Timbul keinginan untuk berkencan

c. Mempunyai rasa cinta yang mendalam

d. Mengembangkan kemampuan berfikir abstrak

e. Berkhayal tentang aktivitas seks

3. Remaja akhir (17-21 tahun)

a. Pengungkapan kebebasan diri

b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya

c. Mempunyai citra tubuh ( body image) terhadap dirinya sendiri

d. Dapat mewujudkan rasa cinta

3.3.3.2 Masa Transmisi Remaja

Menurut Kusmiran (2012) pada usia remaja, terhadap masa

transmisi yang akan di alami. Masa transmisi tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Transisi fisik berkaitan sudah berbeda dengan anak-anak tetapi

belum sepenuhnya menampilkan bentuk tubuh orang dewasa, hal

ini menyebabkan kebingungan peran, di dukung pula dengan sikap

masyarakat yang kurang konsisten

b. Transisi dalam kehidupan emosi, perubahan hormonal dalam

bentuk tubuh remaja berhubungan erat dengan peningkatan

63
kehidupan emosi. Remaja tampak sering gelisah, cepat

tersinggung

3.3.3.3 Hambatan Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja menurut :

YPKP. (2006) Modul mahasiswi kesehatan reproduksi. Jakarta :

YPKP yaitu:

1. kurangnya pengetahuan dan informasi

a. Remaja kurang pengetahuan dasar tentang anatomi dan

fisiologi reproduksi, bagaimana terjadinya hamil, bagaimana

penjegahanya dan dimana mendapatkan perlindungan

b. Orang tua yang merasa kurang aman, malu yang menceritakan

tentang seks dengan anak-anaknya

c. Orang tuan dan orang dewasa lainnya yang memiliki

pemahaman yang baik, ingin sekali melindungi anaknya,

mereka percaya bahwa pendidikan seks dan kesehatan

reproduksi akan mendorong remaja menjadi seksual aktif

2. Kurangnya akses terhadap program pelayanan dan program

a. Remaja tidak punya atau memiliki sedikit uang untuk

membayar pelayanan, kurang sarana transpotasi atau tidak

tahu bagaimana menggunakan pelayanan tersebut

64
b. Petugas kesehatan mungkin tidak memiliki informasi ilmiah

terbaru tentang kontrasepsi yang aman bagi remaja

c. Klinik tidak membuka jam-jam tertentu yang tepat untuk

remaja

d. Kebijakan kesehatan nasional menjadi hambatan legal bagi

remaja untuk mencari informasi atau layanan kesehatan

reproduksi

3. Terbatas karena hambatan sosial dan psikologis

a. Remaja takut untuk mengatakan bahwa mereka sudah

melakukan seksual aktif

b. Mereka khawatir bahwa kontrasepsi akan merusak kesehatanya

dan kesuburannya

c. Remaja perempuan mungkin enggan untuk mendiskusikan isu

kesehatan reproduksi, khawatir bahwa pengetahuan tersebut

akan di terjemahkan sebagai perempuan yang mudah diajak

untuk melakukan seks

d. Media cendrung untuk menekankan bahwa seks itu

menyenangkan tapi tidak bertanggung jawab terhadap perilaku

seks

65
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Proses kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar

dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterkaitan antar variabel (baik variabel yang di teliti maupun yang tidak

di terliti (Nursalam, 2016)

Faktor penyebab
disminorea :
Tehnik
Nyeri Nyeri
1. Faktor edokrin relaksasi
menstruasi ringan
2. Faktor orogenik nafas dalam
putri
3. Faktor kejiwaan
Nyeri Nyeri
4. Faktor menstruasi sedang
konsituisi
5. Faktor alergi Guided Nyeri
imagery berat

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

: Berpengaruh

: Berhubungan

Gambar 4.1 : Kerangka Konseptual Tentang Perbedaan Tehnik Relaksasi


Nafas Dalam Dan Guided Imagery Pada Remaja Putri Di
SMPN 2 Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun

66
Pada gambar 4.1 dapat di jelaskan perbedaan tehnik relaksasi

nafas dalam dan guided imagery pada remaja putri di SMPN 2 Dagangan

Madiun. Menstruasi di pengaruhi oleh produksi zat prostgladin,

peningkatan prostagladin dapat menyebabkan nyeri menstruasi

(dismnorea). Disminorea di sebabkan oleh kontraksi otot perut yang terjadi

terus-menerus saat menstruasi. Faktor yang mempengaruhi nyeri

menstruasi terdiri dari faktor endokrin, kelainan organik, faktor kejiwaan,

faktor konsituisi dan faktor alergi adalah penyebab nyeri menstruasi pada

remaja putri. Penanganan nyeri menstruasi dapat di lakukan secara

farmakologis dan non farmakologis. Dalam penelitian yang di lakukan

oleh peneliti, dengan menggunakan terapi non farmaklogis yaitu dengan

tehnik relaksasi nafas dalam dan guided imagery untuk mengurangi nyeri

menstruasi. Dengan menggunakan skala nyeri ringan, sedang dan berat

(menetap).

4.2 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan yang

di hadapi, yang dapat di uji kebenaranya berdasarkan fakta empiris

(Nursalam, 2008). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha : Ada perbedaan tehnik relaksasi nafas dalam dan guided imagery

terhadap perubahan nyeri menstruasi pada remaja putri di SMPN 2

Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun

67
BAB 4

METODE PENELITIAN

5.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode

Quasi Experiment menggunakan pendekatan two group pre-test and

posttest desigen yang terdiri 2 kelompok yang masing-masing kelompok di

berikan intervensi yang berbeda. Kelompok pertama di berikan intervensi

tehnik relaksasi nafas dalam dan kelompok kedua di berikan intervensi

guided imagery dengan cara di berikan pengukuran sebelum dan sesudah

intervensi. Rancangan ini tidak menggunakan kelompok kontrol, tetapi

dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti untuk

menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan

(posttest) (Nursalam, 2013). Penelitian akan menganalisa perbedaan tehnik

relaksasi nafas dalam dan guided imagery pada remaja putri di SMPN

2Dagangan Madiun.

68
Bentuk rancangan dapat di gambarkan sebagai berikut :

Kelompok Pre test Perlakuan Posttest

Tehnik relaksasi nafas dalam A1 X1 B1

Relaksasi guided imagery B1 X2 A2

Tabel 1 : Desain penelitian two group pre-post test

Keterangan :

A1 : Skala nyeri dengan tehnik relaksasi nafas dalam sebelum di berikan

intervensi ( pretest)

A2 : Skala nyeri dengan tehnik relaksasi nafas dalam setelah di berikan

intervensi (posttest)

B1 : Skala nyeri dengan guided imagery sebelum di berikan intervensi

(pretest)

B2 : Skala nyeri dengan guided imagery setelah di berikan intervensi

(posttest)

X1 : Perlakuan tehnik relaksasi nafas dalam

X2 : Perlakuan guided imagery

69
5.2 Populasi Dan Sampel

5.2.1 Populasi

Populsi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswi kelas VIII dan IX

di SMPN 2 Dagangan Madiun yang berjumlah 54 siswi.

5.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas VIII dan

IX di SMPN 2 Dagangan Madiun. Menurut Nursalam (2013). Rumus

sampel dalam penelitian ini dapat menggunakan rumus Federer (1963)

yang di kutip dari Suyanto ( 2010) yaitu dapat di tentukan berdasarkan

total kelompok (t) yang di gunakan dalam penelitian ini terdiri 2

kelompok. Sehingga jika t-2 maka sampel yang di gunakan adalah :

(t-1) (n-1) > 15

(2-1) (n-1) > 15

1 (n-1) > 15/1

n-1 > 15

n > 15 +1

n > 16

70
Sehingga dengan rumus di atas maka besar sampel yang di

perlukan untuk masing-masing kelompok perlakuan adalah n = 16 sampel.

jadi jumlah semua sampel adalah 32 responden .

5.2.3 Kriteria Sampel

Kriteria umum untuk sabjek penelitian dari suatu populasi targed

yang terjangkau dan dan akan di teliti (Nursalam, 2011). Kriteria inklusi

adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu di penuhi oleh setiap anggota populasi

yang dapat di ambil atau di jadikan sebagai sampel (Notoatodjo, 2012).

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum sabjek penelitian dari

suatu populasi targed yang terjangkau yang akan di teliti yaitu :

a. Semua siswi kelas VIII dan IX SMPN 2 Dagangan Madiun yang bersedia

menjadi responden penelitian.

b. Semua siswi kelas VIII dan IX SMPN 2 Dagangan Madiun yang sudah

mengalami menstruasi dan mengalami nyeri menstruasi dengan skala 4-6

c. Belum pernah di lakukan tehnik relaksasi nafas dalam dan guided

imagery sebelumnya

71
2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

sabjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab

antara lain:

a. Siswi kelas VIII dan IX SMPN 2 Dagangan Madiun yang tidak masuk

sekolah saat di lakukan penelitian

b. Siswi kelas VIII dan IX SMPN 2 Dagangan Madiun yang minum obat

analgesik

5.2.4 Tehnik Sampling

Dalam penelitian ini menggunakan tehnik non-probability

sampling bahwa setiap anggota populasi memiliki peluang nol. Artinya

pengambilan sampel di dasarkan kriteria tertentu seperti judgement ,

status, kuantitas, kesukarelaan dan sebagainya. Dengan jenis purposive

sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih

sampel di antara populasi sesuai dengan yang di kehendaki peneliti,

sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah

di kenal sebelumnya (Nursalam, 2016).

72
5.2.5 Kerangka Kerja Penelitian

Populasi

Seluruh siswi kelas VIII dan IX SMPN 2 Dagangan Madiun yang berjumlah 54 siswi

Sampel

Sebagian siswi kelas VIII dan IX SMPN 2 Dagangan Madiun yang memenuhui kriteria
inklusi sebanyak 32 siswi

Sampling : Proposive Sampling

Desain Penelitian : Quasi Ekperiment ( two group pre-test posttest


design)

Pengumpulan data : menggunakan SOP dan lembar observasi

Nyeri Pre

Tehnik Relaksasi Nafas Dalam Guided Imagery

Nyeri Post

Pengolahan data : Editing, Coding, Entry,


Cleaning, Tabulating

Analisa data : Uji Idenpendent samples t-test

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan
Gambar 5.2 kerangka kerja tentang perbedaan tehnik relaksasi nafas dalam dan
guided imagery terhadap perubahan nyeri menstruasi pada remaja
putri di SMPN 2 Dagangan Madiun

73
5.3 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel

5.5.1 Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

benda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Ciri yang dimiliki

oleh anggota suatu kelompok tersebut. Dalam riset, variabel

dikarakteristikkan sebagai derajat, jumlah dan perbedaan. Variabel juga

merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai

suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian

(Nursalam, 2016).

Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel menurut Nursalam, (2016) yaitu:

a. Variabel Independen (bebas)

Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah relaksasi nafas dalam

dan guided imagery

b. Variabel Dependent (terikat)

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain,

variabel respon akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-

variabel lain. Variabel dependen dari penelitian ini adalah perubahan

nyeri menstruasi.

74
5.5.2 Definisi Operasional Variabel

Gambar 5.3 Definisi Operasional Tentang Perbedaan Tehnik Relaksasi


Nafas Dalam Dan Guided Imagery Terhadap Perubahan
Nyeri Menstruasi Pada Remaja Putri Di SMPN 2 Dagangan
Madiun

Variabel Definisi Parameter Alat Skala Skor


Operasional Ukur Data
-Variabel Suatu usaha nafas - Ciptakan SOP atau - -
independent dalam dimana lingkungan panduan
tehnik respondent yang tenang tehnik
relaksasi nafas diminta untuk - Usahakan relaksasi
melakukan nafas tetap rileks nafas
pelan dan dalam dan tenang dalam
melalui hidung - Menarik
selama 4 detik nafas dalam
sambil menutup dari hidung
mata dan Perlahan-
menahan inspirasi lahan udara
secara maksimal dihembuskan
selama 3 detik, melalui
lalu dihembuskan mulut sambil
melalui mulut merasakan
selama 5 detik. ekstermitas
atas dan
bawah rileks - -
- Anjurkan
bernafas
dengan irama
normal 3 kali
- Membiarkan
telapak
tangan dan
kaki rileks
- Usahakan
tetap
konsentrasi
atau mata
tetap
terpenjam
- Pada saat
konsentrasi
pusatkan
pada daerah
yang nyeri

75
- Anjurkan
untuk
mengulangi
prosedur
hingga nyeri
terasa
berkurang
- Ulangi
sampai 15
kali, dengan
selingi
istirahat
singkat
setiap 5 kali

-guided Metode - Persiapan


imagery mengkhyal lingkungan
tempat dan yang nyaman
kejadian yang dan tenang
berhubungan - Berikan
dengan relaksasi privasi pada
yang klien
menyenangkan, - Bantu klien
relaksasi keposisi
mengenai seluruh yang nyaman
tubuh selama 15 yaitu posisi
menit duduk rileks
dan meminta
klien untuk
menutup
mata
- Meminta
klien untuk
menarik
nafas dalam
dan perlahan
sebanyak 3
kali untuk
merelaksasik
an semua
otot dengan
mata tetap
terpejam
- Meminta
klien untuk

76
memikirkan
hal-hal yang
menyenangk
an atau
pengalaman
dengan mata
terpenjam,
yang
membantu
penggunaan
semua indra
dengan suara
yang lembut
- Jika klien
menunjukkan
tanda-tanda
gelisah atau
tidak
nyaman,
hentikan
latian dan
memulainya
lagi ketika
klien sudah
siap
- Relaksasi
akan
mengenai
seluruh
tubuh,
selama 15
menit klien
- Catat hal-hal
yang
digambarkan
Variabel Penurunan rasa Penilaian nyeri lembar Interval 0-10 untuk
dependen tidak nyaman menstruasi : Observas tujuan
kejadian nyeri diperut yang - 0 (tidak i Skala diskriptif
menstruasi dirasakan remaja nyeri) secara Numeric sebagai
putri saat obyektif Rating berikut :
mengalami klien dapat Scale 0 : tidak nyeri
menstruasi berkomunika 1-3: nyeri
si dengan ringan
jelas, tidak 4-6: nyeri
ada nyeri sedang
yang 7-9: nyeri

77
dirasakan. berat
- 1-3 ( nyeri 10 : nyeri
ringan) hebat
secara
obyektif
klien tidak
menyeringai
dan mendesis
dan dapat
menunjukkan
lokasi nyeri.
- 4-6 (nyeri
sedang)
secara
obyektif
klien
mendesis,
menyeringai,
dan dapat
menunjukkan
lokasi nyeri.
- 7-10(nyeri
berat tidak
terkontrol)
klien tidak
dapat
mengkontrol
nyeri,
memegang
lokasi nyeri
secara terus-
menerus

5.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data pada waktu penelitian menggunakan suatu metode

(Arikunto, 2010). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lembar observasi. Menurut Krebs,et all menentukan nyeri dengan skala :

78
Nilai 0 : Tidak nyeri

Nilai 1-3 : Nyeri ringan

Nilai 4-6 : Nyeri sedang

Nilai 7-10 : Nyeri berat

5.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian

5.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan di SMPN 2 Dagangan Madiun

5.5.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan pada bulan Desmber 2017 sampai April 2018

5.6 Prosedur Pengumpulan Data

5.6.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada sabjek dan

proses pengumpulan karakteristik sabjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2016)

Dalam penelitian ini prosedur pengumpulan data yang ditetapkan adalah

sebagai berikut :

1. Mengurus surat pengantar dari kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Bhakti Husada Mulia Madiun ditunjukkan kepada Kepala Sekolah

SMPN 2 Dagangan Madiun.

2. Memberikan surat ijin untuk melakukan penelitian ke Kepala Sekolah

SMPN 2 Dagangan Madiun.

3. Memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan penelitian

dan apabila responden bersedia dan memenuhi kriteria inklusi

79
kemudian mengisi “ inform consent” maka orang tersebut dijadikan

responden.

4. Peneliti mengisi lembar observasi sebelum dan sesudah dilakukan

trelaksasi nafas dalam dan guided imagery.

5. Peneliti menanyakan kepada responden kapan biasanya waktu

datangnya menstruasi.

6. Peneliti melakukan penelitian, pengolahan, dan analisa data.

5.6.2 Langkah-langkah penelitian

1. Langkah pertama meminta persetujuan dari pihak kepala sekolah

SMPN 2 Dagangan Madiun.

2. Menjelaskan prosedur penelitian kepada pihak sekolah dan calon

responden

3. Peneliti di bantu dalam penelitian yang akan melakukan intervensi

4. Peneliti menanyakan kepada responden kapan biasanya waktu

datangnya menstruasi

5. Peneliti mengisi lembar observasi sebelum dan sesudah dilakukan

tehnik relaksasi nafas dalam dan guided imagery

6. Kemudian lakukan pengukuran skala nyerinya lagi, apakah terdapat

perubahan nyeri menstruasi setelah dilakukan intervensi kepada

responden

7. Setelah itu di catat lagi hasilnya pengukuran setelah diberikan

intervensi tersebut

80
8. Bandingkan hasil pengukuran sebelum diberikan intervensi dan setelah

diberikan intervensi, apakah ada perbedaan, jika ada catat hasil

perbedaanya tersebut

5.6.3 Pengolahan Data

Pada tahap awal pengambilan data awal menggunakan observasi.

Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan menggunakan software

statistik. Menurut Notoatmodjo (2012). Pengolahan data meliputi :

1. Editing ( Penyuntingan data)

Hasil data dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing)

terlebih dahulu. Secara umum editing merupakan kegiatan untuk

pengecekan dan perbaikan. Apabila ada data-data yang belum lengkap.

Jika memungkinkan bisa dilakukan pengambilan data ulang untuk

melengkapi data-data tersebut. Tetapi apabila tidak memungkinkan,

maka data tidak akan lengkap tersebut tidak diolah atau dimasukkan

dalam pengolahan “ data missing”

2. Coding ( Membuat lembaran kode atau kartu kode)

Setelah data diedit atau di sunting, selanjutnya dilakukan pengkodean

atau “coding”, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan. Dalam penelitian ini variabel usia,

lama menstruasi, siklus menstruasi dan skala nyeri dengan pengkodean

Kategori usia kode “1” (12-13 tahun), kode “2” (13-14 tahun), kode

“3” (15-16 tahun). Kategori siklus menstrusi kode “1” (< 21 hari),

81
kode “2” (28-35 hari), kode “3” (> 35 hari). Kategori lama menstruasi.

Kode “1” (4-5 hari), kode “2” (5-6 hari), kode “3” (6-7 hari). Kategori

skala nyeri kode “1” (1-3 nyeri ringan), kode “2” (4-6 nyeri sedang),

kode “3” (7-10 nyeri berat).

3. Scoring

Merupakan tahap untuk menilai masing-masing pertanyaan tugas yang

dilakukan dan menjumlahkan hasil yang di dapat dari semua

pertanyaan tiap responden. Pada instrumen skala nyeri 0-10. Angka 0

menunjukkan tidak ada nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-10

nyeri berat.

4. Entry

Data yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan dalam

program atau “software” komputer. Dalam proses ini dituntut

ketelitian dari orang yang melakukan “data entry” ini. Apabila tidak

akan terjadi bias, meskipun hanya memasukkan data.

5. Cleaning

Apabila data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan

dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses

ini disebut pembersihan data ( data cleaning).

6. Tabulating

82
Tabulating adalah membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.

5.7 Analisa Data

Menurut Notoatmodjo (2012) analisis data dalam suatu penelitian

biasanya melalui prosedur bertahap antara lain:

1. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis univariat

dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi karakteristik responden

Dari data umum meliputi data demografi, pengalaman masa lalu

saat mengalami nyeri menstruasi, disertakan tindakan saat mengalami

nyeri menstruasi, variabel dependen dan variabel independen. Data khusus

disertakan skala nyeri pre dan post. Dalam analisis univariat ini yaitu

untuk mengidentifikasi skala nyeri sebelum dilakukan tehnik relaksasi

nafas dalam dan guided imagery terhadap perubahan nyeri menstruasi pada

remaja putri di SMPN 2 Dagangan Madiun dan untuk mengidentifikasi

skala nyeri setelah dilakukan tehnik relaksasi nafas dalam dan guided

imagery terhadap perubahan nyeri menstruasi pada remaja putri di SMPN

2 Dagangan Madiun.

2. Analisa Bivariat

83
Analisa bivariat digunakan untuk membandingkan persamaan

atau perbedaan antara dua variabel (Notoatmodjo, 2012). Analisa yang

dapat digunakan pada penelitian ini menggunakan uji parametris yaitu uji

independent samples t-test. Untuk mengetahui perbedaan tingkat nyeri

sesudah dilakukan intervensi (posttest). Syarat variabel dinyatakan

berdistribusi normal. Dan untuk mengetahui perbedaan nilai pretest dan

posttest pada kelompok tehnik relaksasi nafas dalam dan guided imagery

menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test

Asumsi yang berlaku dalam idependent samples t-test antara lain:

1. Data yang di uji adalah data kuantitatif ( data interval atau rasio)

2. Data harus di uji normalitas dan hasilnya harus berdistribusi normal

3. data harus sejenis atau homogen

4. uji ini dilakukan dengan jumlah data yang sedikit (kurang dari 30)

Jika dalam kasus tertentu ternyata tida berdistribusi normal dan tidak

homoge, maka solusinya dengan metode statistik non parametrik yaitu

dengan uji mann-whitney.

5.8 Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan perilaku peneliti atau perlakuan

peneliti terhadap sabjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh

peneliti bagi masyarakat (Notoatmodjo, 2012). Langkah-langkah yang

diambil peneliti dalam mematuhi etika penelitian adalah sebagai berikut:

84
1. Menunjukkan surat ijin penelitian

Peneliti datang kesekolah dengan menunjukkan surat ijin penelitian

yang berisi permohonan ijin peneliti dari fakultas untuk melakukan

penelitian di sekolah tersebut.

2. Penjelasan tentang peneliti

Responden dalam penelitian ini akan di beri informasi tentang sifat dan

tujuan peneliti yang akan dilakukan.

3. Pengisian inform consent

Responden diberi lembar persetujuan yang akan di tandatangani

sebagai bukti kesedian sebagai responden. Dalam hal ini responden

berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini.

4. Anonymity

Peneliti tidak mencantumkan nama sabjek pada pengumpulan data

untuk menjaga kerahasian subjek.

5. Confidentiality

Peneliti wajib menjaga kerahasian identitas responden, kerahasian

informasi yang diberikan responden akan dijamin oleh peneliti.

85

Anda mungkin juga menyukai