Disusun Oleh:
Peminatan Keperawatan Kritis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan SAP ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan staf civitas akademis mengenai cara evakuasi
ketika terjadi bencana gempa bumi.
BAB II
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Setelah mengikuti penyuluhan ini, tenaga pendidik dan staff umum mengetahui
evakuasi gempa
Peserta didik merupakan tenaga pendidik dan staff umum yang tinggal di
lingkungan F.Kep UNPAD.
ANALISA TUGAS
Know :
Show :
POKOK BAHASAN
MATERI PENGAJARAN
Terlampir
ALOKASI WAKTU
Apersepsi/set : 5 menit
Praktek : 30 menit
Rangkuman/penutup : 5 menit
STRATEGI INSTRUKSIONAL
tentang penyebab
gempa bumi
Menjelaskan
Memperhatikan
tentang daerah
rawan gempa
Tanya Jawab
bumi
Menjelaskan
Memperhatikan
tentang
penanganan
gempa bumi
Tanya Jawab
Menjelaskan
tentang Memperhatikan
komponen yang
Terancam
Menjelaskan
tentang upaya
Memperhatikan
mitigasi dan
pengurangan
bencana
Menjelaskan
tentang tindakan
Memperhatikan
evakuasi saat
dan
gempa bumi
mempraktikan
Kegiatan Melakukan evaluasi Menjawab Tanya jawab
Menutup dengan memberikan pertanyaan
pertanyaan langsung
Menyimpulkan Memperhatikan Ceramah
materi yang telah
disampaikan
Mengucapkan salam Membalas
salam
MEDIA PENGAJARAN
Video, Leaflet, Laptop, LCD, Pointer, Microphone, poster
9
METODA PENGAJARAN
Ceramah dan praktik
EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan yang
digunakan dalam penyuluhan yaitu :
Microphone
LCD
Speaker
Satu set bebat bidai
b. Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk makalah, ditulis, dan dibuatkan power point
dengan menarik, dan mudah dimengerti oleh sasaran penyuluhan.
c. Kontrak
Dalam penyuluhan mengenai Penangulangan dan Penanganan Gempa Bumi
telah dilakukan kontrak mengenai waktu, tempat serta materi yang akan
disampaikan pada sasaran 1 hari sebelumnya yaitu pada tanggal 24 Oktober
2016.
2. Evaluasi Proses
Sasaran penyuluhan mampu mengikuti jalannya penyuluhan dengan baik
dan penuh antusias. Selama proses penyuluhan berlangsung, sasaran aktif
menjawab apabila ada yang belum dimengerti, sasaran memberi jawaban atas
pertanyaan pemberi materi dan mahasiswa pun melakukan komunikasi dua
arah untuk saling mengenal dan menjelaskan tujuan kunjungan mahasiswa ke
sasaran, sehingga sasaran tidak meninggalkan tempat diadakannya penyuluhan
saat acara akan berlangsung dan tanya jawab berjalan dengan baik.
3. Evaluasi Hasil
Peserta penyuluhan mengerti 80% dari apa yang telah disampaikan dengan
kriteria para peserta mampu menjawab pertanyaan dalam bentuk lisan yang
diberikan oleh penyuluh. Evalusi dilakukan secara langsung (lisan) dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka sebagai berikut:
a. Bagaiman pengertian gempa bumi?
b. Apa saja klasifikasi gempa bumi?
c. Apa saja penyebab gempa bumi?
d. Dimana saja daerah rawan gempa bumi?
e. Bagaman penanganan gempa bumi?
f. Apa saja komponen yang Terancam?
g. Bagaimana upaya mitigasi dan pengurangan bencana?
10
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
Gempa bumi merupakan peristiwa pergerakan kulit/lempeng bumi yang
menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba.
Gempa bumi terjadi karena pergeseran antar lempeng tektonik yang berada di
bawah permukaan bumi. Dampak dari pergeseran itu menimbulkan energy luar
biasa dan menimbulkan goncangan di permukaan dan seringkali menimbulkan
kerusakan hebat pada sarana seperti rumah/bangunan, jalan, jembatan, tiang
listrik.
Gempa bumi merupakan bencana alam yang sering melanda wilaya
Indonesia, kira-kira 400 kali dalam setahun. Hal ini terjadi karena Indonesia
dilalui oleh dua lempeng (sabuk) gempa bumi, yaitu lempeng Mediterania (Alpen-
Himalaya) dan lempeng pasifik.
EM-DAT (2011), mencatat bahwa dalam tenggang waktu 1980-2010 di
Indonesia terdapat 76 kejadian bencana gempa bumi dengan dampak yang cukup
besar dari semua kejadian bencana yaitu sekitar 39 persen. Tercatat dalam
beberapa tahun terakhir ini banyak terjadi gempa yang cukup besar di Indonesia
dan dalam interval waktu yang pendek, seperti gempa di Aceh tahun 2004 dengan
kekuatan 9.2 Mw disertai dengan Tsunami, gempa Nias tahun 2005
dengankekuatan 8.7 Mw, Gempa Yogyakarta tahun 2006 dengan kekuatan 6.3
Mw, dan Gempa Padang yang terjadi tahun 2009 dengan kekuatan 7.6 Mw.
Gempa-gempa tersebut menelan banyak korban jiwa, keruntuhan dan kerusakan
bangunan serta berbagai infrastruktur lainnya, menghabiskan dana trilyunan
rupiah untuk rehabilitasi dan rekontruksi.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka dapat dikatakan bahwa gempa
bumi menjadi pemicu bencana besar paling mematikan dalam satu decade terakhir
dan masih menjadi ancaman utama bagi juta orang di seluruh dunia, terutama
yang tinggal di kota besar. Sebuah penelitihan yang di dukung PBB mengatakan
sejak tahun 2000 hingga 2009 hampir 60 persen dari sekitar 780 ribu orang yang
tewas akibat bencana alam, dan bencana alam itu adalah gempa bumi (Christanto,
2011).
Kondisi ini mengisyaratkan bahwa Indonesia tidak akan pernah luput dari
kejadian bencana terutama gempa bumi, oleh karena itu kesiapsiagaan dan
11
aktivitas magma, yang bisa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabilah
keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan
yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Efek gempa bumi
ini biasanya hanya dirasakan pada daerah disekitar gunung api tersebut.
c. Gempa bumi runtuhan (sudden ground shaking)
Berbedah dengan jenis gempa bumi tektonik dan vulkanik gempa bumi
runtuhan atau longsoran terjadi karena adanya runtuhan atau longsor tanah
atau batuan. Lereng gunung yang memiliki energy potensial yang besar
ketika runtuhan atau longsor akan menyebabkan bergetarnya permukaan
bumi. Jenis gempa ini dapat terjadi di daerah manapun yang wilayahnya
berbukit dan memiliki struktur tanah yang labil. Peristiwa runtuhannya
atau longsornya tanah atau batuan yang menyebabkan bergetarnya
permukaan bumi inilah yang disebut gempa bumi runtuhan atau longsor.
Gempa bumi runtuhan atau longsoran sangat jarang terjadi, dan jenis
kegempaannya hanya bersifat local. Jenis gempa bumi ini biasanya terjadi
pada daerah kapur ataupun di daerah pertambangan. Gempa bumi runtuhan
atau longsoran ini juga bisa terjadi ketika suatu gua di daerah topografi
karst atau di daerah pertambangan mengalami runtuhan atau longsor.
d. Gempa bumi tumbukan
Sebagai salah satu planet yang ada dalam susunan tata surya, bumi setiap
hari menerima hantaman meteor, asteroid, atau benda langit lain. Namun,
pada umumnya meteor, asteroid, atau benda langit lain sudah terbakar
sebelum mencapai bumi. Ketika menerima hantaman meteor, asteroid atau
dengan benda langit lain dengan ukuran yang besar, bumi akan bergetar.
Jadi, gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang
jatuh ke bumi. Bergetarnya permukaan bumi yang disebabkan oleh
jatuhnya benda langit inilah yang disebut gempa bumi tumbukan atau
gempa bumi jatuhan. Diantara semua jenis gempa bumi, gempa bumi
tumbukan atau jatuhan termasuk jenis gempa bumi yang jarang terjadi.
Namun demikian, apabila terjadi efek kerusakan yang ditimbulkannya
sangat besar. Kekuatan gempa yang ditimbulkan oleh gempa bumi ini
tergantung dari besar atau kecilnya batu meteor, asteroid atau benda langit
lain yang jatuh.
e. Gempa bumi buatan
Gempa bumi tektonik, gempa bumi vulkanik, gempa bumi runtuhan, dan
gempa bumi tumbukan merupakan jenis gempa bumi yang terjadi karena
faktor alam. Sedangkan gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang
13
disebabkan oleh aktivitas manusia sendiri. Gempa bumi jenis ini dapat
terjadi misalnya karena aktivitas peledakan menggunakan dinamit, nuklir,
atau palu godam yang dipukulkan ke permukaan bumi. Berbagai aktivitas
manusia tersebut dapat menimbulkan gempa bumi.
2. Gempa berdasarkan kedalaman atau fokus gempa bumi
Gempa bumi dapat dibedakan berdasarkan letak atau kedalaman pusat
gempanya. Semakin dangkal letak hiposentrum terhadap permukaan bumi, maka
dampak gempa bumi yang ditimbulkannya akan semakin besar. Oleh karena itu,
semakin dangkal letak hiposentrum maka akan semakin besar kompetensi
kerusakan dan kerugian yang ditimbulkannya. Berdasarkan letak atau kedalaman
pusat gempanya, kita mengenal gempa bumi dalam, gempa bumi menengah, dan
gempa bumi dangkal.
a. Gempa bumi dalam
Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang posisi hiposentrumnya
berada lebih dari 300 km dibawah permukaan bumi. Gempa bumi dalam
pada umumnya tidak terlalu berbahaya. Jenis gempa bumi ini jarang sering
terjadi. Dari keseluruhan gempa bumi yang terjadi, gempa bumi dalam
hanya 3 persen.
b. Gempa bumi menengah
Gempa bumi menengah atau sedang adalah gempa bumi yang posisi
hiposentrunya berada antara 70 sampai 300 km di bawah permukaan bumi.
Gempa bumi menengah atau sedang pada umumnya menimbulkan
kerusakan ringan. Jenis gempa bumi ini getarannya lebih terasa jika di
bandingkan dengan gempa bumi dalam. Dari keseluruhan gempa bumi
yang terjadi, gempa bumi menengah atau sedang sekitar 12 persen.
c. Gempa bumi dangkal
Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang posisi hiposentrumnya
berada kurang dari 70 km dari permukaan bumi. Gempa bumi dangkal
biasanya menimbulkan kerusakan fisik yang besar. Jenis gempa bumi
inilah yang paling berbahaya dan sangat berpotensi menimbulkan
kerusakan fisik dan korban jiewa yang besar.
3. Gempa berdasarkan lokasinya
Gempa bumi dapat dibedakan berdasarkan lokasi terjadinya gempa.
Berdasarkan lokasi terjadinya gempa, kita mengenal jenis gempa bumi daratan
dan gempa bumi lautan.
a. Gempa bumi daratan
Gempa bumi daratan adalah gempa bumi yang posisi episentrumnya berada
di daratan.
b. Gempa bumi lautan
14
Gempa bumi lautan adalah gempa bumi yang posisi episentrunya berada di
laut. Pada gempa bumi di lautan inilah yang berpotensi menimbulkan
tsunami.
4. Gempa bumi berdasarkan getaran atau gelombang
Gempa bumi juga dapat dibedakan berdasarkan sifat gelombang atau getaran
gempa yang di timbulkannya. Berdasarkan sifat gelombang atau getaran gempa
yang ditimbulkannya, kita mengenal jenis gempa bumi gelombang primer,
gempa bumi gelombang sekunder, dan gempa bumi gelombang panjang.
a. Gempa bumi gelombang primer
Gempa bumi gelombang primer adalah gempa bumi yang menimbulkan
gelombang atau getaran yang merambat kepermukaan bumi dengan
kecepatan antara 7 hingga 14 kilometer per detik. Jenis gempa bumi ini juga
sering di sebut gempa bumi gelombang longitudinal. Getaran ini berasal dari
hiposentrum.
b. Gempa bumi gelombang sekunder
Gempa bumi gelombang sekunder adalah gempa bumi yang menimbulkan
gelombang atau getaran yang merambat kepermukaan bumi dengan
kecepatan antara 4 hingga 7 kilometer per detik. Jenis gempa bumi ini juga
sering disebut gempa bumi gelombang transversal. Gelombang sekunder
tidak dapat merambat melalui lapisan yang berwujud cair.
c. Gempa bumi gelombang panjang
Gempa bumi gelombang panjang atau gelombang permukaan adalah gempa
bumi yang getarannya merambat kepermukaan bumi dengan kecepatan lebih
rendah dari gelombang primer dan gelombang sekunder. Jenis gempa bumi
gelombang panjang ini lebih dikenal dengan istilah gelombang permukaan,
karena sifat rambat getarannya lebih terasa dipermukaan bumi.
5. Gempa bumi menurut tipe rangkaian kejadian gempa bumi
Berdasarkan tipe rangakian gempa, maka gempa bumi dapat diklasifikasi atas:
a. Tipe I, yaitu gempa bumi utama yang diikuti gempa bumi susulan tanpa
didahului gempa pendahuluan (fore shock).
b. Tipe II, yaitu sebelum terjadi gempa bumi utama, diawali dengan adanya
gempa pendahuluan dan selanjutnya diikuti oleh gempa susulan yang cukup
banyak.
c. Tipe III, yaitu kejadian gempa bumi pada yang dalam peristiwanya tidak
terjadi gempa bumi utama. Magnitude dan jumlah gempa bumi yang terjadi
besar pada periode awal dan berkurang pada peride akhir dan biasanya dapat
berlangsung cukup lama dan bisa mencapai 3 bulan. Tipe gempa ini disebut
tipe swarm dan biasanya terjadi pada daerah vulkanik seperti gempa gunung
lawu tahun 1979.
15
air ini adalah gempa bumi yang terjadi pada Dam Karibia di Zambia, afrika.
Jenis gempa bumi seperti ini jarang sekali terjadi.
e. Injeksi atau Akstraksi Cairan
Sebagian lagi gempa bumi juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi
cairan dari atau ke dalam bumi. Contoh gempa bumi akibat injeksi atau
akstraksi cairan ini terjadi pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas
bumi di Roky Mountain Arsenal, Inggris. Jenis gempa bumi seperti ini juga
jarang sekali terjadi.
f. Penggunaan Bahan Peledak
Jenis gempa bumi yang lain dapat terjadi karena aktivitas peledakan
menggunakan bahan peledak dengan kekuatan yang besar. Gempa bumi
yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti ini dinamakan seismisitas
terinduksi. Penggunaan bahan peledak pada aktivitas industry pertambangan
dapat menyebabkan terkadinya gempa bumi.
Dan ada juga penyebab lain terjadinya gempa bumi yaitu:
a. Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng/bumi
b. Aktivitas sesar di permukaan bumi
c. Pergerakan geomorfologi secara local, contohnya terjadi runtuhan tanah
d. Aktivitas gunung api
e. Ledakan nuklir
Mekanisme perusakan terjadi karena energy getaran gempa dirambatkan ke
seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan
kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa.
Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan bantuan,
dan kerusakan tanah lainnya yang merusak permukiman penduduk. Gempa bumi
juga menyebabkan bencana ikutan berupa kebakaran, kecelakaan, industri dan
transportasi serta banjir akibat runtuhnya bendungan maupun tanggul penanganan
lainnya.
maluku utara, maluku selatan, biak, yapen dan fak-fak di papua serta balik papan
serta kalimantan timur. Indonesia rawan terhadap gempa bumi karena dikepung
tiga lempeng tektonik dunia, indonesia juga merupakan jalur the pasicif ring of
fire (cincin pasifik ) yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia.
cincin api pasifik membentang diantara subduksi maupun pemisahan lempeng
pasifik dengan lempeng indonesia australia, lempeng aurasia, lempeng amerika
utara dan lempeng nasca yang bertabrakan dengan lempeng amerika selatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penanggulangan bencana merupakan hal yang harus diprioritaskan di negeri
ini. Mengingat Indonesia adalah negara yang sangat berpotensi terhadap berbagai
macam bencana alam. Baik bencana alam yang trkait dengan pergantian musim
24
ataupun tidak. Seperti bencana banjir bandang dan tanah longsor, bencana angin
putting beliung, bencana gunng meletus, bencana gempa bumi, tsunami dan lain
sebagainya.Penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Mengingat karekteristik bencana alam yang mayoritas tidak bisa
diperkirakan kapan datangnya, pendekatan paradigma pengurangan resiko
bencana menjadi sangat relevan. Pengurangan resiko bencana memiliki dua hal
penting yaknipenanggulangan resiko bencana yakni memanfaatkan pengetahuan,
inovasi dan pendidikan untuk membangun kesadaran keselamatan diri dan
ketahanan terhadap bencana pada semua tingkatan masyarakat serta dengan
memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan masyarakat
agar respon yang diberikan lebih efektif.
Bandung merupakan wilayah yang masuk rawan bencana, salah satunya
adalah bencana gempa bumi. Karenanya mempersiapkan warga Bandung dan
seluruh institusi yang ada di dalamnya dalam penanggulan bencana merupakan
hal yang sangat penting dilakukan. Hal ini untuk meningkatkan keefektifan
bantuan agar dapat diintregasikan ke dalam respon gawat darurat. Salah satu hal
penting yakni pemberian edukasi tentang proses evakuasi saat terjadi bencana,
atau sesaat setelah bencana terjadi.
Evakuasi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam managemen
bencana. Evakuasi dilakukan dengan tujuan untuk menyelamatkan korban-korban
yang terpapar dengan bencana dengan pertimbangan waktu dan lokasi yang tepat.
Evakuasi masal harus melibatkan berbagai pihak seperti tenaga medis, tim sar
terlatih dan warga. Karenanya pendidikan kesehatan tentang evakusi bencana
harus secara regular dilakukan kepada seluruh lapisan masyarakat dan
direncanakan dengan baik, agar pemahaman yang baik di masyarakat bisa
terwujud.
Pembuatan SOP yang jelas dan implementatif tentang proses evakuasi
penanganan korban bencana gempa bumi merupakan hal yang penting. Hal ini
agar menjadi panduan bagi masyarakat saat terjadi bencana. Sehingga respon yang
tepat dalam proses penanggulangan bencana bisa dilakukan. SOP yang sudah ada
tidak akan bermakna manakala tidak difahami dengan baik dan tidak bisa
diimplementasikan. Karenanya perencanaan pendidikan kesehatan atau sosialisasi
25
SOP kepada seluruh warga dan seluruh jajaran institusi merupakan hal wang
wajib dilakukan.
3.2 Saran
Pemberian informasi terkait SOP proses evakuasi bencana seharusnya bisa
dilakukan secara kontinu kepada seluruh warga dan seluruh jajaran institusi
pemerintah di kota Bandung. Hal ini untuk memastikan kemampuan dan kesiapan
warga dalam proses penanggulangan bencana.
DAFTAR PUSTAKA
Aninim (2007). Studi mekanisme gempa bumi dan tsunami Pangandaran secara
http://geodetik.geodesy.gd.itb.ac.id
Alhadi, Z. Kesiapan jalur dan lokasi evakuasi publik menghadapi resiko bencana
gempa dan tsunami di Kota Padang (2014). Humanus, 8(1): 35-44.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2011). Peraturan kepala badan
nasional penanggulangan bencana nomor 8 tahun 2011.
BPBD Jawa Barat (2017). BPBD Prioritaskan Penanganan Bencana Gempa DI
Jawa Barat. http://www.jabarprov.go.id 017-12-18 10:36:00.
26