Anda di halaman 1dari 26

TUGAS PEMBELAJARAN KLINIS

PENDIDIKAN KESEHATAN PADA MASYARAKAT


EVAKUASI DALAM KONDISI BENCANA GEMPA BUMI

Disusun Sebagai Acuan untuk Melaksanakan Pendidikan Kesehatan

Disusun Oleh:
Peminatan Keperawatan Kritis

1. A. Miftahul Khair 8. Nuni Apriani


2. Albertus Budi Arianto 9. Nurul Iklima
3. Anisah Rahmawati 10. Putu Ari Sukriyanti
4. Donny Nurhamsyah 11. Roshy Damayanti
5. Hartono 12. Rycco Darmareja
6. Indah Dwi Astuti 13. Yeni Binteriawati
7. Meisa Daniati 14. Yogasliana Fathudin

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Letak geografis Indonesia yang diapit oleh dua benua (Australia dan
Asia) dan dua samudra (Pasifik dan Hindia), yang membujur pada daerah
tropis banyak memiliki hutan-hutan, gunung berapi yang masih aktif.
Disamping itu bila ditinjau dari peta tektonik, Indonesia terletak pada 3
jalur gunung berapi dan 3 jalur lempengan kulit bumi (BNPB, 2011). Selain
itu, Indonesia juga terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi
bencana yang sangat tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis
bencana baik yang disebabkan oleh faktor alam maupun akibat dari ulah
manusia. Hal ini dapat dilihat semakin banyak terjadi bencana setiap
tahunnya, seperti gempa bumi, tanah longsor, banjir, angina topan/puting
beliung, letusan gunung api, kebakaran, kebakaran hutan dan lahan,
kecelakaan transportasi serta kecelakaan industry. Hal tersebut sering
menimbulkan ancaman yang serius bagi penduduk Indonesia, seperti adanya
korban jiwa dan kerusakan harta benda (Harianto, 2004)
Begitupun dengan Jawa Barat, banyak sekali wilayahnya yang
berpotensi gempa karena merupakan bagian zona pertemuan dua lempeng
Indo-Australia dan Eurasia yang berpotensi gempa berulang di wilayah
Jawa Barat cukup tinggi dan berdampak pada daerah di sekitar Jawa Barat
ataupun Jawa lainnya. Catatan BMKG menunjukkan pada tanggal 15
Desember 2017 telah terjadi gempa tektonik yang berpusat di 11 KM barat
daya Tasikmalaya dengan kekuatan 6,9 SR, getaran yang cukup kuat
dirasakan tidak hanya di daerah sekitar pusat gempa yaitu Tasikmalaya,
Sukabumi, Garut, Ciamis,dan wilayah Jawa Barat lainnya, bahkan Jakarta
dan Jawa Tengah. Sebelumnya pada tahun 2009 di Tasikmalaya juga terjadi
gempa dengan kekuatan 7,3 SR. Bahkan tsunami pun pernah terjadi di
Pangandaran dengan kekuatan 6,8 SR pada tanggal 17 Juli 20016, yang
memakan cukup banyak korban dan kerusakan-kerusakan (BPBD, 2017).
Pada tahun 2018 tercatat telah terjadi 3 kali gempa di Jawa Barat yakni
berpusat di Sukabumi 3,6 SR, Cianjur 4,2 SR dan banten 4,9 SR. Hal ini
menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki potensi gempa berulang sehingga
3

diperlukan kesiagsiagaan dalam menghadapi bencana tersebut. (Inatews,


2018).
Saat terjadi bencana, tentunya keadaan akan semakin sulit untuk
distabilkan ditambah dengan adanya kerusakan gedung-gedung, sistem
infrastruktur, jaringan utilitas dan lainnya. Untuk mengurangi dampaknya,
maka perlu meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap bencana melalui
tindak penyelamatan dan pertolongan (rescue and relief) bencana. Tindakan
tersebut bertujuan untuk memberikan tanggap darurat yang efektif dan
difokuskan pada pertolongan serta bantuan sementara untuk membantu
korban segera setelah bencana terjadi. Salah satu yang menjadi fokus dari
penanganan bencana dan kesiapsiagaan bencana oleh masyarakat yakni
bagaimana proses evakuasi ketika terjadi bencana gempa bumi. (Triana,
2017)
Hal yang penting adalah memberikan infomasi kepada masyarakat
mengenai proses evakuasi saat terjadi gema bumi, pembuatan serta
pensosialisasian mengenai jalur-jalur evakuasi yang merupakan fasilitas
kritis yang harus dimiliki di daerah rawan bencana gempa dan tsunami
(Alhadi, 2014). Permasalahannya adalah kesiapan masyarakat dalam
menghadapi bencana masih rendah, serta masih belum terorganisir dengan
baik.
Berdasarkan hal tersebut maka tim kesehatan yang terlibat dalam
penanganan bencana, bertanggungjawab sepenuhnya untuk menjamin
prinsip-prinsip kesehatan dengan salah satu caranya adalah melakukan
promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat
dilakukan diberbagai fase bencana untuk meningkatkan kesiapsiagaan,
respon, dan pemulihan warga masyarakat yang terkena bencana. Pendidikan
kesehatan dalam situasi emergensi tergantung dari berbagai hal, seperti
situasi wilayah, karakteristik penduduk, karakteristik bencana, lingkungan
pengungisan dll. Dalam menajemen bencana, setiap kondisi dapat
memberikan tantangan serta hasil yang berbeda-beda (Priyanto, 2006).
Salah satu tema pendidikan kesehatan yang penting diberikan pada
kondisi bencana adalah proses evakuasi diri saat terjadi bencana gempa
bumi. Permasalahan yang muncul yaitu pada proses evakuasi diri, dimana
kita harus tetap tenang dan mengikuti jalur-jalur evakuasi yang sudah ada.
4

Dengan mengikuti jalur evakuasi yang sudah ada diharapkan agar


meminimalisir adanya korban-korban yang terpapar bencana.
Kampus Fakultas Keperawatan UNPAD berada di wilayah Jatinangor
yang jika dilihat secara geologis berada di sebelah timur kawasan Cekungan
Bandung yang merupakan kawasan rawan gempa. Berdasarkan penelitian,
wilayah kawasan Cekungan Bandung pernah mengalami gempa dengan
kekuatan mencapai 6,5 skala richter. Oleh sebab itu, wilayah Bandung
termasuk Jatinangor memiliki ancaman bencana yang cukup besar
terutama gempa bumi (Kemenkes RI, 2016).
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan pendidikan kesehatan
mengenai evakuasi ketika terjadi bencana gempa bumikepada staf civitas
akademik di fakultas Keperawatan UNPAD. Sehingga jika terjadi bencana
dikemudian hari, mereka sudah memiliki pengetahuan dalam melakukan
proses evakuasi dan meminimalisir adanya korban akibat bencana tersebut.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan SAP ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan staf civitas akademis mengenai cara evakuasi
ketika terjadi bencana gempa bumi.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Memahami mengenai gempa bumi (definisi, penyebab, dampak, dll.)
b. Memahami mengenai proses evakuasi ketika terjadi gempa bumi
c. Melakukan penjelasan/ sosialisasi mengenai SOP tentang tindakan evakuasi.

BAB II
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Pelatihan Evakuasi Gempa

Sasaran : Kader RW 01Desa Hegarmanah Jatinangor

Waktu : 1 x pertemuan (60 menit)

Hari/tanggal : Senin, 4 Juni 2018


5

Tempat : Balai desa Hegarmanah Jatinangor

Penyuluh : Mahasiswa Magister Keperawatan Peminatan Kritis

TUJUAN INSTITUSIONAL (TI)

Menjadi Institusi yang siaga bencana

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah mengikuti penyuluhan ini, tenaga pendidik dan staff umum mengetahui
evakuasi gempa

KARAKTERISTIK/PRASYARAT PESERTA DIDIK

Peserta didik merupakan tenaga pendidik dan staff umum yang tinggal di
lingkungan F.Kep UNPAD.

ANALISA TUGAS

Know :

Dapat mengetahui evakuasi gempa bumi


Do :

Dapat melaksanakan evakuasi saat gempa.

Show :

Memperhatikan penjelasan dan menunjukkan kemauan untuk melaksanakan


evakuasi saat gempa dengan tepat.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah mengikuti penyuluhan ini, masyarakat mampu :

a. Mengetahui pengertian gempa bumi


6

b. Mengetahui klasifikasi gempa bumi


c. Mengetahui penyebab gempa bumi
d. Mengetahui daerah rawan gempa bumi
e. Mengetahui penanganan gempa bumi
f. Mengetahui komponen yang terancam
g. Mengetahui upaya mitigasi dan pengurangan bencana
h. Mendomenstrasikan tindakan evakuasi

POKOK BAHASAN

Evakuasi gempa bumi

SUB POKOK BAHASAN

a. Pengertian gempa bumi


b. Klasifikasi gempa bumi
c. Penyebab gempa bumi
d. Daerah rawan gempa bumi
e. Penanganan gempa bumi
f. Komponen yang Terancam
g. Upaya mitigasi dan pengurangan bencana
h. Tindakan evakuasi saat gempa bumi

MATERI PENGAJARAN

Terlampir

ALOKASI WAKTU

Apersepsi/set : 5 menit

Penjelasan/uraian materi : 20 menit

Praktek : 30 menit

Rangkuman/penutup : 5 menit

STRATEGI INSTRUKSIONAL

a. Menjelaskan materi-materi penyuluhan :


7

1. Pengertian bencana : dengan tanya jawab dan menjelaskan pengertian


bencana
2. Tujuan penyelamatan : dengan tanya jawab dan menjelaskan tujuan
penyelamatan
3. Standar prosedur operasional evakuasi saat gempa : dengan menjelaskan
dan mempraktikkan cara memindahkan korban
b. Memberikan kesempatan bertanya kepada tenaga pendidik dan staff umum

c. Mengadakan tanya jawab untuk mengetahui sejauhmana pemahaman tenaga


pendidik dan staff umum

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Tahap Kegiatan Pendidik Kegiatan Peserta Metode


Pra Menyiapkan materi dan
lingkungan
Kegiatan  Memberikan salam  Memperhatikan  Ceramah
Membuka  Melakukan  Memperhatikan  Ceramah
perkenalan
 Menjelaskan tujuan  Memperhatikan  Ceramah
pembelajaran
 Menjelaskan  Memperhatikan  Ceramah
cakupan materi yang
akan dibahas
Uraian  Menjelaskan  Memperhatikan  Tanya jawab
Materi tentang
pengertian gempa
bumi  Ceramah
 Menjelaskan
 Memperhatikan
tentang klasifikasi
gempa bumi
 Ceramah dan
 Menjelaskan
 Memperhatikan praktik
8

tentang penyebab
gempa bumi
 Menjelaskan
 Memperhatikan
tentang daerah
rawan gempa
 Tanya Jawab
bumi
 Menjelaskan
 Memperhatikan
tentang
penanganan
gempa bumi
 Tanya Jawab
 Menjelaskan
tentang  Memperhatikan
komponen yang
Terancam
 Menjelaskan
tentang upaya
 Memperhatikan
mitigasi dan
pengurangan
bencana
 Menjelaskan
tentang tindakan
 Memperhatikan
evakuasi saat
dan
gempa bumi
mempraktikan
Kegiatan  Melakukan evaluasi  Menjawab  Tanya jawab
Menutup dengan memberikan pertanyaan
pertanyaan langsung
 Menyimpulkan  Memperhatikan  Ceramah
materi yang telah
disampaikan
 Mengucapkan salam  Membalas
salam

MEDIA PENGAJARAN
Video, Leaflet, Laptop, LCD, Pointer, Microphone, poster
9

METODA PENGAJARAN
Ceramah dan praktik

EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan yang
digunakan dalam penyuluhan yaitu :
 Microphone
 LCD
 Speaker
 Satu set bebat bidai
b. Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk makalah, ditulis, dan dibuatkan power point
dengan menarik, dan mudah dimengerti oleh sasaran penyuluhan.
c. Kontrak
Dalam penyuluhan mengenai Penangulangan dan Penanganan Gempa Bumi
telah dilakukan kontrak mengenai waktu, tempat serta materi yang akan
disampaikan pada sasaran 1 hari sebelumnya yaitu pada tanggal 24 Oktober
2016.

2. Evaluasi Proses
Sasaran penyuluhan mampu mengikuti jalannya penyuluhan dengan baik
dan penuh antusias. Selama proses penyuluhan berlangsung, sasaran aktif
menjawab apabila ada yang belum dimengerti, sasaran memberi jawaban atas
pertanyaan pemberi materi dan mahasiswa pun melakukan komunikasi dua
arah untuk saling mengenal dan menjelaskan tujuan kunjungan mahasiswa ke
sasaran, sehingga sasaran tidak meninggalkan tempat diadakannya penyuluhan
saat acara akan berlangsung dan tanya jawab berjalan dengan baik.

3. Evaluasi Hasil
Peserta penyuluhan mengerti 80% dari apa yang telah disampaikan dengan
kriteria para peserta mampu menjawab pertanyaan dalam bentuk lisan yang
diberikan oleh penyuluh. Evalusi dilakukan secara langsung (lisan) dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka sebagai berikut:
a. Bagaiman pengertian gempa bumi?
b. Apa saja klasifikasi gempa bumi?
c. Apa saja penyebab gempa bumi?
d. Dimana saja daerah rawan gempa bumi?
e. Bagaman penanganan gempa bumi?
f. Apa saja komponen yang Terancam?
g. Bagaimana upaya mitigasi dan pengurangan bencana?
10

h. Apa tindakan evakuasi saat gempa bumi?

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian
Gempa bumi merupakan peristiwa pergerakan kulit/lempeng bumi yang
menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba.
Gempa bumi terjadi karena pergeseran antar lempeng tektonik yang berada di
bawah permukaan bumi. Dampak dari pergeseran itu menimbulkan energy luar
biasa dan menimbulkan goncangan di permukaan dan seringkali menimbulkan
kerusakan hebat pada sarana seperti rumah/bangunan, jalan, jembatan, tiang
listrik.
Gempa bumi merupakan bencana alam yang sering melanda wilaya
Indonesia, kira-kira 400 kali dalam setahun. Hal ini terjadi karena Indonesia
dilalui oleh dua lempeng (sabuk) gempa bumi, yaitu lempeng Mediterania (Alpen-
Himalaya) dan lempeng pasifik.
EM-DAT (2011), mencatat bahwa dalam tenggang waktu 1980-2010 di
Indonesia terdapat 76 kejadian bencana gempa bumi dengan dampak yang cukup
besar dari semua kejadian bencana yaitu sekitar 39 persen. Tercatat dalam
beberapa tahun terakhir ini banyak terjadi gempa yang cukup besar di Indonesia
dan dalam interval waktu yang pendek, seperti gempa di Aceh tahun 2004 dengan
kekuatan 9.2 Mw disertai dengan Tsunami, gempa Nias tahun 2005
dengankekuatan 8.7 Mw, Gempa Yogyakarta tahun 2006 dengan kekuatan 6.3
Mw, dan Gempa Padang yang terjadi tahun 2009 dengan kekuatan 7.6 Mw.
Gempa-gempa tersebut menelan banyak korban jiwa, keruntuhan dan kerusakan
bangunan serta berbagai infrastruktur lainnya, menghabiskan dana trilyunan
rupiah untuk rehabilitasi dan rekontruksi.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka dapat dikatakan bahwa gempa
bumi menjadi pemicu bencana besar paling mematikan dalam satu decade terakhir
dan masih menjadi ancaman utama bagi juta orang di seluruh dunia, terutama
yang tinggal di kota besar. Sebuah penelitihan yang di dukung PBB mengatakan
sejak tahun 2000 hingga 2009 hampir 60 persen dari sekitar 780 ribu orang yang
tewas akibat bencana alam, dan bencana alam itu adalah gempa bumi (Christanto,
2011).
Kondisi ini mengisyaratkan bahwa Indonesia tidak akan pernah luput dari
kejadian bencana terutama gempa bumi, oleh karena itu kesiapsiagaan dan
11

mitigasi yang menjadi kesatuan dalam manajemen bencana sebagaimana


diisyaratkan oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007
tentang “Penanggulangan Bencana” haruslah menjadi perhatian kita.

B. Klasifikasi gempa bumi


Secara umum gempa bumi dapat di klasifikasikan antara lain yaitu: menurut
faktor penyebab, menurut kedalaman atau fokus gempa bumi, menurut lokasi,
menurut getaran atau gelombang, menurut tipe rangkaian kejadian gempa bumi,
dan menurut intensitas gempa bumi.
1. Gempa bumi menurut faktor penyebab
Berdasarkan faktor penyebab terjadinya gempa bumi dapat dibedakan
menjadi beberapa mancam, yaitu:
a. Gempa bumi tektonik (tectonic earthquake)
Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu
pergeseran lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan
dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak
menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi
yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik
adalah gempa bumi yang disebabkan oleh adanya tarikan dan tekanan.
Gempa jenis ini merupakan gempa yang paling berbahaya dan yang paling
umum dan sering terjadi. Gempa bumi tektonik merupakan gempa bumi
yang kejadiannya dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik secara
tiba-tiba, pergerakan lempeng tektonik tersebut memiliki kekuatan
perlepasan energy yang bervariasi dengan skala kecil sampai dengan besar
sebagai akibatnya erjadilah gempa bumi. Pergeseran lapisan bumi ada 2
macam: vertical dan horizontal. Gerakan-gerakan tersebut mengakibatkan
terjadinya perubahan bentuk yang menghasilkan pola baru yang disebut
struktur diastropik. Bentuk baru yang termasuk dalam struktur diastropik
adalah pelengkungan, perlipatan, patahan, dan retakan. Dalam
Geomorfologi termasuk bentuk lahan structural.
b. Gempa bumi volkanik (volcanic earthquake)
Gempa bumi volkanik (volcanic earthquake) Gempa bumi volkanik adalah
gempa bumi yang terjadi akibat adanya aktivitas volkanisme. Aktivitas
volkanisme dan gempa bumi sering terjadi secara bersama-sama sepanjang
batas lempeng diseluruh dunia, seperti gunung api Hawai. Gempa bumi
volkanik merupakan gempa bumi yang terjadi sebagai akibat adanya
aktivitas gunung api. Gunung api yang akan meletus biasanya
mengakibatkan gempa bumi. Gempa bumi ini terjadi akibat adanya
12

aktivitas magma, yang bisa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabilah
keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan
yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Efek gempa bumi
ini biasanya hanya dirasakan pada daerah disekitar gunung api tersebut.
c. Gempa bumi runtuhan (sudden ground shaking)
Berbedah dengan jenis gempa bumi tektonik dan vulkanik gempa bumi
runtuhan atau longsoran terjadi karena adanya runtuhan atau longsor tanah
atau batuan. Lereng gunung yang memiliki energy potensial yang besar
ketika runtuhan atau longsor akan menyebabkan bergetarnya permukaan
bumi. Jenis gempa ini dapat terjadi di daerah manapun yang wilayahnya
berbukit dan memiliki struktur tanah yang labil. Peristiwa runtuhannya
atau longsornya tanah atau batuan yang menyebabkan bergetarnya
permukaan bumi inilah yang disebut gempa bumi runtuhan atau longsor.
Gempa bumi runtuhan atau longsoran sangat jarang terjadi, dan jenis
kegempaannya hanya bersifat local. Jenis gempa bumi ini biasanya terjadi
pada daerah kapur ataupun di daerah pertambangan. Gempa bumi runtuhan
atau longsoran ini juga bisa terjadi ketika suatu gua di daerah topografi
karst atau di daerah pertambangan mengalami runtuhan atau longsor.
d. Gempa bumi tumbukan
Sebagai salah satu planet yang ada dalam susunan tata surya, bumi setiap
hari menerima hantaman meteor, asteroid, atau benda langit lain. Namun,
pada umumnya meteor, asteroid, atau benda langit lain sudah terbakar
sebelum mencapai bumi. Ketika menerima hantaman meteor, asteroid atau
dengan benda langit lain dengan ukuran yang besar, bumi akan bergetar.
Jadi, gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang
jatuh ke bumi. Bergetarnya permukaan bumi yang disebabkan oleh
jatuhnya benda langit inilah yang disebut gempa bumi tumbukan atau
gempa bumi jatuhan. Diantara semua jenis gempa bumi, gempa bumi
tumbukan atau jatuhan termasuk jenis gempa bumi yang jarang terjadi.
Namun demikian, apabila terjadi efek kerusakan yang ditimbulkannya
sangat besar. Kekuatan gempa yang ditimbulkan oleh gempa bumi ini
tergantung dari besar atau kecilnya batu meteor, asteroid atau benda langit
lain yang jatuh.
e. Gempa bumi buatan
Gempa bumi tektonik, gempa bumi vulkanik, gempa bumi runtuhan, dan
gempa bumi tumbukan merupakan jenis gempa bumi yang terjadi karena
faktor alam. Sedangkan gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang
13

disebabkan oleh aktivitas manusia sendiri. Gempa bumi jenis ini dapat
terjadi misalnya karena aktivitas peledakan menggunakan dinamit, nuklir,
atau palu godam yang dipukulkan ke permukaan bumi. Berbagai aktivitas
manusia tersebut dapat menimbulkan gempa bumi.
2. Gempa berdasarkan kedalaman atau fokus gempa bumi
Gempa bumi dapat dibedakan berdasarkan letak atau kedalaman pusat
gempanya. Semakin dangkal letak hiposentrum terhadap permukaan bumi, maka
dampak gempa bumi yang ditimbulkannya akan semakin besar. Oleh karena itu,
semakin dangkal letak hiposentrum maka akan semakin besar kompetensi
kerusakan dan kerugian yang ditimbulkannya. Berdasarkan letak atau kedalaman
pusat gempanya, kita mengenal gempa bumi dalam, gempa bumi menengah, dan
gempa bumi dangkal.
a. Gempa bumi dalam
Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang posisi hiposentrumnya
berada lebih dari 300 km dibawah permukaan bumi. Gempa bumi dalam
pada umumnya tidak terlalu berbahaya. Jenis gempa bumi ini jarang sering
terjadi. Dari keseluruhan gempa bumi yang terjadi, gempa bumi dalam
hanya 3 persen.
b. Gempa bumi menengah
Gempa bumi menengah atau sedang adalah gempa bumi yang posisi
hiposentrunya berada antara 70 sampai 300 km di bawah permukaan bumi.
Gempa bumi menengah atau sedang pada umumnya menimbulkan
kerusakan ringan. Jenis gempa bumi ini getarannya lebih terasa jika di
bandingkan dengan gempa bumi dalam. Dari keseluruhan gempa bumi
yang terjadi, gempa bumi menengah atau sedang sekitar 12 persen.
c. Gempa bumi dangkal
Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang posisi hiposentrumnya
berada kurang dari 70 km dari permukaan bumi. Gempa bumi dangkal
biasanya menimbulkan kerusakan fisik yang besar. Jenis gempa bumi
inilah yang paling berbahaya dan sangat berpotensi menimbulkan
kerusakan fisik dan korban jiewa yang besar.
3. Gempa berdasarkan lokasinya
Gempa bumi dapat dibedakan berdasarkan lokasi terjadinya gempa.
Berdasarkan lokasi terjadinya gempa, kita mengenal jenis gempa bumi daratan
dan gempa bumi lautan.
a. Gempa bumi daratan
Gempa bumi daratan adalah gempa bumi yang posisi episentrumnya berada
di daratan.
b. Gempa bumi lautan
14

Gempa bumi lautan adalah gempa bumi yang posisi episentrunya berada di
laut. Pada gempa bumi di lautan inilah yang berpotensi menimbulkan
tsunami.
4. Gempa bumi berdasarkan getaran atau gelombang
Gempa bumi juga dapat dibedakan berdasarkan sifat gelombang atau getaran
gempa yang di timbulkannya. Berdasarkan sifat gelombang atau getaran gempa
yang ditimbulkannya, kita mengenal jenis gempa bumi gelombang primer,
gempa bumi gelombang sekunder, dan gempa bumi gelombang panjang.
a. Gempa bumi gelombang primer
Gempa bumi gelombang primer adalah gempa bumi yang menimbulkan
gelombang atau getaran yang merambat kepermukaan bumi dengan
kecepatan antara 7 hingga 14 kilometer per detik. Jenis gempa bumi ini juga
sering di sebut gempa bumi gelombang longitudinal. Getaran ini berasal dari
hiposentrum.
b. Gempa bumi gelombang sekunder
Gempa bumi gelombang sekunder adalah gempa bumi yang menimbulkan
gelombang atau getaran yang merambat kepermukaan bumi dengan
kecepatan antara 4 hingga 7 kilometer per detik. Jenis gempa bumi ini juga
sering disebut gempa bumi gelombang transversal. Gelombang sekunder
tidak dapat merambat melalui lapisan yang berwujud cair.
c. Gempa bumi gelombang panjang
Gempa bumi gelombang panjang atau gelombang permukaan adalah gempa
bumi yang getarannya merambat kepermukaan bumi dengan kecepatan lebih
rendah dari gelombang primer dan gelombang sekunder. Jenis gempa bumi
gelombang panjang ini lebih dikenal dengan istilah gelombang permukaan,
karena sifat rambat getarannya lebih terasa dipermukaan bumi.
5. Gempa bumi menurut tipe rangkaian kejadian gempa bumi
Berdasarkan tipe rangakian gempa, maka gempa bumi dapat diklasifikasi atas:
a. Tipe I, yaitu gempa bumi utama yang diikuti gempa bumi susulan tanpa
didahului gempa pendahuluan (fore shock).
b. Tipe II, yaitu sebelum terjadi gempa bumi utama, diawali dengan adanya
gempa pendahuluan dan selanjutnya diikuti oleh gempa susulan yang cukup
banyak.
c. Tipe III, yaitu kejadian gempa bumi pada yang dalam peristiwanya tidak
terjadi gempa bumi utama. Magnitude dan jumlah gempa bumi yang terjadi
besar pada periode awal dan berkurang pada peride akhir dan biasanya dapat
berlangsung cukup lama dan bisa mencapai 3 bulan. Tipe gempa ini disebut
tipe swarm dan biasanya terjadi pada daerah vulkanik seperti gempa gunung
lawu tahun 1979.
15

6. Gempa bumi menurut intensitas


Disamping klasifikasi gempa bumi yang telah disebutkan diatas, gempa bumi
dapat dibedakan pula berdasarkan intensitas yaitu:
a. Gempa bumi makro yaitu gempa bumi yang intensitas (kehebatannya) besar.
b. Gempa bumi mikro yaitu gempa bumi yang intensitasnya kecil dan hanya
terasa pada pesawat saja.

C. Penyebab gempa bumi


Ada beberapa factor yang menyebabkan terjadinya gempa bumi. Penyebab-
penyebab terjadinya gempa bumi antara lain karena pelepasan energy lempeng-
lempeng tektonik, proses subduksi, pergerakan magma, penumpukan massa air,
injeksi atau akstraksi cairan, atau karena penggunaan bahan peledak.
a. Pelepasan Energi Lempeng Tektonik
Sebagaian besar gempa bumi terjadi akibat pelepasan energy secara tiba-tiba
pada lempeng bumi. Pelepasan energy ini terjadi karena tekanan yang
dilakuakn oleh pergerakan lempeng-lempengtektonik secara terus-menerus.
Semakin lama tekanan itu akan semakin besar, yang akhirnya tekanan
tersebut tidak mampuditahan lagi oleh pinggiran lempeng-lempeng bumi.
Pada saat itulah pelepasan energy secara tiba-tiba sehingga mengakibatkan
gempa bumi. Gempa bumi terjadi di perbatasan lempeng-lempeng tektonik
bumi. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di daerah-daerah
perbatasan lempeng-lempeng tektonik bumi.
b. Proses Subdukasi
Beberapa gempa bumi terbesar di dunia terjadi karena proses subdukasi.
Dalam proses ini, terjadi tumbukan antara dua lempeng bumi, di mana salah
satu lempeng bumi terdorong ke bawah lempeng bumi yang lain. Biasanya
proses subdukasi ini terjadi karena lempeng samudera di laut menumbuk
lempeng benua yang lebih tipis di darat. Lempeng samudera yang jauh dan
bergeser dengan lempeng benua di atasnya dapat melelehkan kedua bagian
lempeng tersebut. Akibat tumbukan ini dapat menghasilkan gunung api dan
menyebabkan gempa bumi dengan kekuatan yang besar.
c. Pergerakan Magma
Jenis gempa bumi yang lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di
dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi pertanda awal
akan terjadinya letusan gunung berapi.
d. Penumpukan Massa Air
Jenis gempa bumi yang lain terjadi karena menumpuknya massa air yang
sangat besar di balik dam. Contoh gempa bumi akibat penumpukan massa
16

air ini adalah gempa bumi yang terjadi pada Dam Karibia di Zambia, afrika.
Jenis gempa bumi seperti ini jarang sekali terjadi.
e. Injeksi atau Akstraksi Cairan
Sebagian lagi gempa bumi juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi
cairan dari atau ke dalam bumi. Contoh gempa bumi akibat injeksi atau
akstraksi cairan ini terjadi pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas
bumi di Roky Mountain Arsenal, Inggris. Jenis gempa bumi seperti ini juga
jarang sekali terjadi.
f. Penggunaan Bahan Peledak
Jenis gempa bumi yang lain dapat terjadi karena aktivitas peledakan
menggunakan bahan peledak dengan kekuatan yang besar. Gempa bumi
yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti ini dinamakan seismisitas
terinduksi. Penggunaan bahan peledak pada aktivitas industry pertambangan
dapat menyebabkan terkadinya gempa bumi.
Dan ada juga penyebab lain terjadinya gempa bumi yaitu:
a. Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng/bumi
b. Aktivitas sesar di permukaan bumi
c. Pergerakan geomorfologi secara local, contohnya terjadi runtuhan tanah
d. Aktivitas gunung api
e. Ledakan nuklir
Mekanisme perusakan terjadi karena energy getaran gempa dirambatkan ke
seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan
kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa.
Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan bantuan,
dan kerusakan tanah lainnya yang merusak permukiman penduduk. Gempa bumi
juga menyebabkan bencana ikutan berupa kebakaran, kecelakaan, industri dan
transportasi serta banjir akibat runtuhnya bendungan maupun tanggul penanganan
lainnya.

D. Daerah rawan gempa bumi


Di indonesia negara paling beresiko terkena gempa dan memiliki titik gempa
terbanyak di dunia mencapai 129 titik. Titik gempa tersebut meliputi daerah
selatan indonesia, mulai dari pula saba sampai nusa tenggara timur, terus naik
kepulau papua. Kejadian gempa bumi selama 10 tahun terakhir memang sangat
rutin di indonesia, hampir setiap tahun terjadi peristiwa ini. Pemetaan daerah
rawan gempa di indonesia yaitu NAD, sumatra utara, sumatra barat, bengkulu,
lampung, banten, jawa tengah dan DIY bagian selatan, jawa timur bagian selatan,
bali, NTB dan NTT. Kemudian sulawesi utara, sulawesi tengah, sulawesi selatan,
17

maluku utara, maluku selatan, biak, yapen dan fak-fak di papua serta balik papan
serta kalimantan timur. Indonesia rawan terhadap gempa bumi karena dikepung
tiga lempeng tektonik dunia, indonesia juga merupakan jalur the pasicif ring of
fire (cincin pasifik ) yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia.
cincin api pasifik membentang diantara subduksi maupun pemisahan lempeng
pasifik dengan lempeng indonesia australia, lempeng aurasia, lempeng amerika
utara dan lempeng nasca yang bertabrakan dengan lempeng amerika selatan.

E. Penanganan jika terjadi gempa bumi


Jika gempa bumi menguncang secara tiba-tiba, berikut ini 10 petunjuk yang
dapat dijadikan pegangan dimanapun anda berada
a. Di dalam rumah
Getaran akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, anda harus
mengupayakan keselamatan diri anda dan keluarga anda. Masuklah kebawah
meja untuk melindungi tubuh anda dari jatuhan benda-benda. Jika anda tidak
memiliki meja, lindungilah kepala anda dengan bantal. Jika anda sedang
menyalakan kompor, maka matikan segera untuk mencegah kebakaran.
b. Di sekolah
Berlindunglah di bawah kolong meja, lindungilah kepala dengan tas dan buku,
jangan panic, jika gempa mereda keluarlah berurutan mulai dari jarak yang
terjauh dipintu, carilah tempat lapang, jangan berdiri dekat gedung, tiang, dan
pohon.
c. Di luar rumah
Lindungi kepala anda dan hindari benda-benda berbahaya. Didaerah
perkantoran atau kawasan industri, bahaya bisa muncul dari jatuhnya kaca-
kaca.
d. Di dalam lift
Jangan menggunakan lift saat terjadi benca bumi atau papan-papan reklame.
Lindungi kepala anda dengan menggunakan tangan, tas atau apapun yang anda
bawah.
e. Di gedung, mall, bioskop, dan lantai dasar
Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan. Ikuti semua
petunujuk dari petugas atau peran kebakaran. Jika anda merasakan getaran
gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua tombol. Ketika lift
berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika anda terjebak
dalam lift, hubungilah manajer gedung dengan menggunakan interpon jika
tersedia.
f. Di kereta api
Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh
seandainya kereta di hentikan secara mendadak. Bersikap tenanglah mengikuti
18

penje;lasan dari petugas kereta. Salah mengerti terhadap informasi petugas


kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan berat.
g. Di dalam mobil
Saat terjadi gempa bumi besar anda akan merasa seakan-akan roda mobil anda
gundul. Anda akan kehilangan control terhadap mobil dan susah
mengendalikannya. Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil anda di kiri jalan
dan berhentilah ikuti instrusi dari radio mobil. Jika harus mengungsi maka
keluarlah dari mobil, biarkan mobil tak terkunci.
h. Di gunung/pantai
Ada kemungkinan longsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung
ketempat aman. Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika anda
merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami, cepatlah mengungsi kedataran
yang tinggi.
i. Beri pertolongan
Sudah dapat di ramalkan bahwa banyak orang segera saat terjadi gempa bumi
besar. Karena petugas kesehatan dari rumah sakit akan mengalami kesulitan
datang ketempat kejadian, maka bersiaplah memberikan pertolongan pertama
kepada orang-orang yang berada disekitar anda.
j. Dengarkan informasi
Saat gempa bumi besar terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Cegah
kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai
dengan informasi yang benar. Anda dapat memperoleh informasi yang benar
dari pihak yang berwenang atau polisi. Jangan bertindak dari informasi orang
yang tidak jelas.

F. Komponen yang terancam


1. Perkampungan padat dengan konstruksi yang lemah dan padat penghuni
2. Bangunan dengan desain teknis yang buruk, bangunan tanah, bangunan tembok
tanpa perkuatan.
3. Bangunan dengan atap yang berat.
4. Bangunan tua dengan kekuatan lateral dan kualitas yang rendah.
5. Bangunan tinggi yang dibangun diatas tanah lepas/ tidak kompak.
6. Bangunan diatas lereng yang lemah/ tidak stabil.
7. Infrastruktur diatas tanah atau timbunan.
8. Bangunan industri kimia dapat menimbulkan bencana ikutan.

G. Upaya mitigasi dan pengurangan bencana


Dalam Undang-Undang Indonesia No. 24 tahun2007 tentang Penanggulangan
Bencana, Bab I Pasal 1 tentang ketentuan umum, dinyatakan bahwa yang
19

dimaksud dengan Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko


bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Permendagri 33 tahun 2006 tentang Pedoman Umum Mitigasi Bencana, ada
tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu: kebijakan, strategi, dan manajemen
mitigasi bencana.
1. Kebijakan
Berbagai kebijakan yang perlu ditempuh dalam mitigasi bencana antara lain:
a. Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang sama
bagi semua pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun segenap unsure
masyarakat yang ketentuan langkahnya diatur dalam pedoman umum,
petunjuk pelaksanaan dan prosedur tetap yang dikeluarkan oleh instansi
yang bersangkutan sesuai dengan bidang unit masing-masing.
b. Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu terkoordinir yang
melibatkan seluruh potensi pemerintah dan masyarakat.
c. Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa dapat
diminimalkan.
d. Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semuia pihak, melalui
pemberdayaan masyarakat serta kampanye.
2. Strategi
Untuk melaksanakan kebijakan dikembangkan beberapa strategi sebagai
berikut:
a. Pemetaan
Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan pemetaan daerah
rawan bencana. Pada saat ini berbagai sektor telah mengembangkan peta
rawan bencana. Peta rawan bencana tersebut sangat berguna bagi pengambil
keputusan terutama dalam antisipasi kejadian bencana alam. Meskipun
demikian sampai saat ini penggunaan peta ini belum dioptimalkan. Hal ini
disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah:
1) Belum seluruh wilayah di Indonesia telah dipetakan
2) Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik.
3) Peta bencana belum terintegrasi
4) Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda sehingga
menyulitkan dalam proses integrasinya.
b. Pemantauan
Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka dapat dilakukan
antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga akan dengan mudah
melakukan penyelamatan. Pemantauan di daerah vital dan strategi secara jasa
dan ekonomi dilakukan dibeberapa kawasan rawan bencana.
c. Penyebaran informasi
20

Penyebaran informasi dilakukan anatar lain dengan cara memberikan poster


dan leaflet kepada pemerintah kabupaten/kota dan propinsi seluruh Indonesia
yang rawan benca, tentang tata cara mengenali, mencega dan penanganan
bencana memberikan informasi kemedia cetak dan elektronik tentang
kebencanaan adalah salah satu cara penyebaran informasi dengan tujuan
meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi disuatu kawasan
tertentu. Koordiansi pemerinta daerah dalam hal penyebaran informasi di
perlukan mengingat Indonesia sangat luas.
d. Sosialisasi dan penyuluhan
Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencaaan kepada SATKOR-
LAK PB, SATLAK-PB, dan masyarakat bertujuan meningkatkan kewaspadaan
dan kesiapan menghadapi bencana jika sewaktu-waktu terjadi. Hal penting
yang perlu diketahui masyarakat dan pemerintah daerah ialah mengenai hidup
harmonis dengan alam di daerah bencana, apa yang perlu dilakukan dan
dihindarkan di daerah rawan bencana, dan mengetahui cara menyelamatkan
dari jika terjadi bencana.
e. Pelatihan atau pendidikan
Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan penyelamatan jika
terjadi bencana. Tujuan latihan lebih ditekankan pada alur informasi clan
petugas lapangan, pejabat teknis, SATKORLAK PB, SATLAK PB dan
masyarakat sampai ke tingkat pengungsian dan penyelamatan korban bencana.
Dengan pelatihan ini terbentuk kesiagaan tinggi menghadapi bencana akan
terbentuk.
f. Peringatan dini
Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahuakan tingkat kegiatan hasil
pengamatan secara kontinyu di suatu daerah rawan dengan tujuan agar
persiapan secara dini dapat dilakukan guna mengantisipasi jika sewaktu-waktu
terjadi bencana. Peringatan dini tersebut disosialisasikan kepada masyarakat
melalui pemerintah daerah denagn tujuan memberikan kesadaran masyarakat
dalam menghindarkan diri dari bencana. Peringatan dini dan hasil pemantauan
daerah rawan bencana berupa saran teknis dapat berupa antara lain pengalihan
jalur.
3. Manajemen mitigasi
Berdasarkan mitigasi bencana yang diakibatkan oleh gempa bumi,
BAKORNAS PB (2007) memberikan beberapa upaya mitigasi dan
pengurangan bencana yang dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa khususnya di
daerah rawan gempa.
21

b. Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan.


c. Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi.
d. Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada.
e. Rencanakn penempatan untuk mengurangi tingkatan kepadatan hunian di
daerah rawat gempa bumi.
f. Zonasi daerah rawan gempa dan pengaturan penggunaan lahan.
g. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi
dan cara-cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.
h. Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan
masyarakat terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam klebakaran dan
pertolongan pertama.
i. Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan
perlindungan masyarakat lainnya.
j. Rencana kontingensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam
menghadapi gempa bumi.
k. Pembentukan kelompokaksi penyelamatan bencana dengan pelatihan
pemadaman kebakaran dan pertolongan pertama.

H. Tindakan evakuasi saat gempa bumi


1. Saat terjadi gempa
a. Jika anda berada dalam bangunan
1) Lindungi kepala dan badan dari reruntuhan
2) Mencari tempat yang paling aman dari reruntuhan
3) Berlari keluar apabila masih dapat dilakukan
b. Jika berada diluar bangunan/ area terbuka
1) Menghindari dari bangunan sekitar
2) Perhatikan tempat anda berpijak dari retakan tanah
c. Jika sedang mengendarai mobil
1) Keluar, turun menjauhi dari mobil hindari tempat terjadinya pergeseran dan
kebakaran
2) Perhatikan tempat berpijak
d. Jika anda di pantai, jauhi pantai untuk menghindari terjadinya tsunami
e. Jika anda di pegunungan hindari daerah rawan longsor.
f.
2. Sesaat setelah gempa bumi pertama berhenti
a. Jika anda berada dalam bangunan:
1) Jangan panik
2) Keluar dari bangunan dengan tertib
3) Jangan gunakan tangga berjalan atau lift, gunakan tangga biasa
4) Periksa apa ada yang terluka, lakukan P3K.
5) Minta pertolongan pada petugas aparat keamanan atau petugas kesehatan.
b. Periksa lingkungan sekitar anda
c. Jangan masuk ke dalam bangunan yang sudah terjadi gempa, karena
kemungkinan masih terdapat reruntuhan.
d. Jangan berjalan disekitar gempa, kemungkinan terjadi bahaya susulan masih
ada.
22

e. Mendengarkan informasi gempa dari petugas atau radio.


3. Seusadah terjadi gempa bumi
Beberapa tindakan yang sebaiknya di lakukam sesudah terjadi bencana gempa
bumi antara lain sebagai berikut
a. Bantuan darurat
Tindakan utama yang harus segerah dilakukan setelah terjai bencana gempa bumi
adalh pemberian bantuan darurat. Setelah program tanggap darurat dilalui, perlu
memberikan bantuan darurat untuk pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan,
sandang, tempat tinggal sementara, obat-obatan, sanitasi, dan air bersih bagi
korban bencana gempa bumi.
b. Rehabilitasi
Rehabilitasi meripakan program jangka pendek yang harus segera dilakukan
pascagempa bumi. Rehabilitasi ini meliputi kegiatan membersihkan dan
memperbaiki rumah, fasilitas umum, dan menghidupkan kembali roda
perekonomian masyarakat. Dalam rehabilitas ini juga mencakup pemulihan
kesehatan fisik, kondisi psikolog, dan keamanan masyarakat. Setelah tindakan
rehabilitasi ini dilakuakn diharapkan ronda pemerintahan dan pelayanan
masyarakat seperti rumah sakit, sekolah, dan peribadatan dapat berjalan kembali.
c. Rekonstruksi
Rekonstruksi merupakan program jangka menengah atau jangka panjang.
Rekontruksi ini meliputi program perbaikan sarana fisik, kondisi sosial, dan
perekonomian masyarakat agar berjalan seperti semula atau lebih baik lagi.
Pembanguann kembali ini dilakuakn pada semua aspek baik sarana dan prasarana,
mampu kelembagaan. Program rekonstruksi ini dilakukan baik pada tingkat
pemerintah maupun masayarakat. Sasaran utama prigram dilakuakn rekonstruksi
ini adalah berjalan dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial, dan
budaya dalam masyarakat.
d. Pemulihan
Pemulihan merupakan proses pengempabilan kondisi daan fungsi-fungsi dalam
masayarakat yang terkena bencana. Program pemulihan ini dilakuakn dengan cara
memfungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan semula. Program
pemulihan ini misalnya perbaikan prasarana dan pelayanan dasar seperti jalan,
listrik, telekomunikasi, air bersi, pasar, puskesmas, dan lain-lain.
Di samping pemberian bantuan darurat dan perbaikan sarana dan prasarana fisik,
program yang tidak kalah pentingnya adalah pemulihan kondisi psikologis
masayarakat terutama anak-anak yang terkena musibah. Langka utama yang harus
dilakuakn adalah mengusahakan agar keluarga tetap berkumpul. Tenangkan anak-
23

anak, biarkan anak-anak bercerita tentang pengalaman dan perasaan mereka


selama gempa, serta libatkan mereka dalam kegiatan pascagempa.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penanggulangan bencana merupakan hal yang harus diprioritaskan di negeri
ini. Mengingat Indonesia adalah negara yang sangat berpotensi terhadap berbagai
macam bencana alam. Baik bencana alam yang trkait dengan pergantian musim
24

ataupun tidak. Seperti bencana banjir bandang dan tanah longsor, bencana angin
putting beliung, bencana gunng meletus, bencana gempa bumi, tsunami dan lain
sebagainya.Penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Mengingat karekteristik bencana alam yang mayoritas tidak bisa
diperkirakan kapan datangnya, pendekatan paradigma pengurangan resiko
bencana menjadi sangat relevan. Pengurangan resiko bencana memiliki dua hal
penting yaknipenanggulangan resiko bencana yakni memanfaatkan pengetahuan,
inovasi dan pendidikan untuk membangun kesadaran keselamatan diri dan
ketahanan terhadap bencana pada semua tingkatan masyarakat serta dengan
memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan masyarakat
agar respon yang diberikan lebih efektif.
Bandung merupakan wilayah yang masuk rawan bencana, salah satunya
adalah bencana gempa bumi. Karenanya mempersiapkan warga Bandung dan
seluruh institusi yang ada di dalamnya dalam penanggulan bencana merupakan
hal yang sangat penting dilakukan. Hal ini untuk meningkatkan keefektifan
bantuan agar dapat diintregasikan ke dalam respon gawat darurat. Salah satu hal
penting yakni pemberian edukasi tentang proses evakuasi saat terjadi bencana,
atau sesaat setelah bencana terjadi.
Evakuasi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam managemen
bencana. Evakuasi dilakukan dengan tujuan untuk menyelamatkan korban-korban
yang terpapar dengan bencana dengan pertimbangan waktu dan lokasi yang tepat.
Evakuasi masal harus melibatkan berbagai pihak seperti tenaga medis, tim sar
terlatih dan warga. Karenanya pendidikan kesehatan tentang evakusi bencana
harus secara regular dilakukan kepada seluruh lapisan masyarakat dan
direncanakan dengan baik, agar pemahaman yang baik di masyarakat bisa
terwujud.
Pembuatan SOP yang jelas dan implementatif tentang proses evakuasi
penanganan korban bencana gempa bumi merupakan hal yang penting. Hal ini
agar menjadi panduan bagi masyarakat saat terjadi bencana. Sehingga respon yang
tepat dalam proses penanggulangan bencana bisa dilakukan. SOP yang sudah ada
tidak akan bermakna manakala tidak difahami dengan baik dan tidak bisa
diimplementasikan. Karenanya perencanaan pendidikan kesehatan atau sosialisasi
25

SOP kepada seluruh warga dan seluruh jajaran institusi merupakan hal wang
wajib dilakukan.

3.2 Saran
Pemberian informasi terkait SOP proses evakuasi bencana seharusnya bisa
dilakukan secara kontinu kepada seluruh warga dan seluruh jajaran institusi
pemerintah di kota Bandung. Hal ini untuk memastikan kemampuan dan kesiapan
warga dalam proses penanggulangan bencana.

DAFTAR PUSTAKA

Aninim (2007). Studi mekanisme gempa bumi dan tsunami Pangandaran secara
http://geodetik.geodesy.gd.itb.ac.id
Alhadi, Z. Kesiapan jalur dan lokasi evakuasi publik menghadapi resiko bencana
gempa dan tsunami di Kota Padang (2014). Humanus, 8(1): 35-44.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2011). Peraturan kepala badan
nasional penanggulangan bencana nomor 8 tahun 2011.
BPBD Jawa Barat (2017). BPBD Prioritaskan Penanganan Bencana Gempa DI
Jawa Barat. http://www.jabarprov.go.id 017-12-18 10:36:00.
26

Harianto. (2004). Peranana Nasional dalam Menghadapi Bencana Alam.


Dipresentasikan dalam Simposium Nasional Bencana Alam UGM, 2006
Itanews (2018). Infor Gempa Bumi Dirasakan Terkini. http://inatews.bmkg.go.id
Kemenkes RI. (2016). Ada Potensi Bencana Di Jatinangor.
http://pusatkrisis.kemkes.go.id/ada-potensi-bencana-di-jatinangor
Nurjanah, R.Sugiharto, Dede Kuswanda, Siswanto BP, Adikoesoemo, ( 2011),
Manajemen Bencana, Alfa Beta Bandung
Priyanto, A. (2006). Promosi kesehatan pada situasi emergensi.
Triana D, Tb Sofwan & Kamil Muhammad Husain, (2017). Mitigasi Bencana
Melalui Pendekatan Kultural dan Struktural. Prosiding Seminar Nasional XII
“Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi
Nasional Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai