(SAP)
TBC
A. Latar Belakang
Menurut data penanggulangan penyakit tuberkulosis (P2TB) Dinas Kesehatan
Propinsi Sulawesi Selatan menyebutkan bahwa, pada tahun 2005 telah ditemukan sebanyak
9.181 kasus dari 23 Kabupaten / Kota dan yang dinyatakan suspek sebanyak 54.766 kasus.
(Depkes RI, 2006).
Dari data Dinas Kesehatan Kota Palopo diperkirakan jumlah penduduk Kota Palopo
sebanyak 137.553 orang, dimana diperoleh jumlah menderita TB Paru sebanyak 396
penderita atau 13,7%. Sedangkan data Puskesmas Wara Selatan Kota Palopo diperkirakan
jumlah penduduk Puskesmas Wara Selatan Kota Palopo adalah 9.737 orang dan yang
menderita TB sekitar 35 penderita, dan masih ada yang menderita TB yang belum ditemukan
( Dinkes &PKM Wara Selatan Palopo, 2008 ).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis, kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh
manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru. Kemudian kuman tersebut dapat menyebar
ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah, saluran limfe, saluran nafas ( bronchus )
atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang TBC diharapkan warga
masyarakat kelurahan Kambo dapat memahami dan antisipasi terhadap penyakit menular
terkait penyakit TBC.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang TB Paru diharapkan
a. Memahami tentang pengertian TBC
b. Memahami tentang cara penularan penyakit TBC
c. Memahami tentang tanda dan gejala penyakit TBC
d. Memahami tentang cara pengobatan TBC secara tuntas
C. Sasaran Dan Target
Sasaran : Warga Masyarakat Kelurahan Kambo di wilayah kerja puskesmas
mungkajang
Target : Bapak/Ibu Masyarakat Kelurahan Kambo
D. Strategi Pelaksanaan
Hari / Tanggal : Rabu/02 Desember 2015
Waktu : 09.00 – Selesai
Tempat : lurah Latuppa
E. Kegiatan
Waktu Agenda Keterangan
Pendahuluan
Menyampaikan salam
Menjelaskan tujuan
Pembukaan :
09.00 –09.15.00 MC
Pembacaan Do’a
Sambutan :
Penyampaian materi
Paru
TB Paru
Penutup
TB PARU
1. Pemeriksaan radiologis
Apabila dari 3 kali pemeriksaan BTA negatif sedangkan secara klinis mendukung sebagai
TB, perlu dilakukan pemeriksaan rontgen.
Diagnosis yang didasarkan pada pemeriksaan radiologis (foto rontgen) belum merupakan
diagnosis pasti. Kelainan-kelainan yang dijumpai pada foto thorax mungkin disebabkan
oleh TB atau sejumlah keadaan lain, dimana gambaran pada foto tersebut tidak selalu
spesifik untuk TB. Pada beberapa orang yang sebelumnya dengan hasil pemeriksaan
dahaknya negatif.
2. Tes tuberkulin
Tes tuberkulin hanya mempunyai nilai yang terbatas dalam pekerjaan klinis,
terutama bila penyakit TB banyak dijumpai.Suatu hasil yang positif tidak selalu diikuti
dengan penyakit., demikian juga hasil tes negatif tidak selalu menyingkirkan tuberkulosis.
Tes tuberkulin ini mungkin hanya berguna dalam menentukan diagnosis dari penderita-
penderita yang dahaknya negatif ( terutama pada anak-anak yang mempunyai kontak
dengan penderita TB yang menular ).
3. Tipe Penderita
a. Kasus Baru
Ialah penderita baru BTA positif yang belum pernah menelan OAT atau pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan.
b. Kambuh ( relapse )
Ialah penderita BTA positif yang sudah dinyatakan sembuh, tetapi kini datang lagi dan
pada pemeriksaan dahak memberikan hasil BTA positif.
c. Pindahan ( Transfer In )
Ialah penderita TB Paru yang pindah tempat tinggal, ke kabupaten atau kotamadya lain.
d. Lain-lain ( Others )
Selain yang tersebut di atas disebut “lain-lain” dan tipe penderita ini harus
ditulis. Termasuk penderita gagal. Gagal ( Failure ) ialah penderita BTA positif yang
pada pemeriksaan dahaknya tetap memberikan hasil BTA positif pada akhir fase awal (
intensif ) setelah pengobatan dengan sisipan, pada akhir bulan ke-5 dari kategori 1, akhir
bulan pengobatan ( bulan ke-6 ). Pada kategori 2 apabila tetap BTA positif disebut
kronis.
e. Pengobatan setelah lalai ( treatment after default )
1. Ialah penderita BTA positif yang telah menjadi BTA negatif, dan tidak menelan OAT
selama sedikitnya 2 bulan antara ke-2 dan ke-5 pengobatan dan kini datang lagi untuk
barobat dengan hasil
2. Menutup mulut waktu bersin atau batuk
Kepatuhan menelan obat adalah menjalani pengobatan secara teratur selama enam
bulan atausesuai dengan prosedur tetap yang telah dimasukkan kedalam program
pemberantasan penyakit TB oleh Depkes RI. Pada obat ini yang diberikan adalah
isoniasid, rifampisin, pirazinimid dan etambutol.
Berdasarkan uraian diatas, keteraturan menelan obat mempunyai pengaruh yang
penting dihadapi oleh penderita TB Paru.