Preskas
Preskas
Disusun Oleh :
Putri Paramitha O
01073170122
Pembimbing:
IDENTITAS
Nama : An. V
Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 26 Juli 2013
Usia : 5 tahun 9 bulan
Agama : Islam
Nomor rekam medis : RSUS 00-85-XX-XX
Alamat : Kp. Babakan, Binong, Tangerang.
Tanggal masuk : 29 April 2019
Tanggal pemeriksaan : 29 April 2019
Informasi diperoleh dengan alloanamnesis dari ibu kandung pasien.
ANAMNESIS
Keluhan Utama: Penurunan kesadaran sejak 2 hari SMRS
1
Pasien juga mengalami demam sejak 7 hari SMRS. Menurut ibu pasien, awalnya
demam tidak langsung tinggi, tetapi menjelang malam hari demam menjadi tinggi
disertai keringat dingin. Saat demam, suhu pasien tidak diukur. Namun, saat pagi dan
siang hari demam cenderung turun.
Tanggal 23 April 2019 pasien sudah berobat ke klinik dan diberikan obat penurun
panas, tetapi pasien masih demam. Pasien mengalami nyeri kepala yang terasa
berdenyut sejak 7 hari SMRS dan terjadi bersamaan dengan munculnya demam. Nyeri
kepala hilang timbul yang semakin hari dirasakan semakin nyeri.
Menurut ibu pasien, nafsu makan menurun selama 8 hari terakhir, tetapi tidak ada
penurunan berat badan yang signifikan yang disadari oleh ibu pasien. Pasien tidak
mengalami BAB cair. Terakhir BAB padat, tetapi pasien belum BAB sejak 3 hari
SMRS. BAK berwarna kuning kemerahan setelah pasien mengkonsumsi OAT dari RS
Murni Asih.
Riwayat Kehamilan:
Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ibu pasien rutin memeriksa
kehamilan ke bidan setiap bulan, pernah USG satu kali di klinik saat trimester 3 dengan
hasil normal. Ibu pasien rutin konsumsi suplemen untuk ibu hamil (tablet zinc,
penambah darah dan asam folat). Ibu pasien tidak memiliki hipertensi, diabetes dan
kejang saat kehamilan. Riwayat konsumsi obat-obatan juga tidak ada. Ibu pasien tidak
merokok dan minum alkohol.
2
Kesan : Riwayat kehamilan baik tanpa komplikasi.
Riwayat Nutrisi:
Pasien mendapatkan air susu ibu (ASI) selama 6 bulan pertama, kemudian
ditambahkan susu formula 5 kali sehari, 60 cc susu formula. Setelah 6-11 bulan, pasien
mendapatkan makanan pendamping ASI (MP ASI) berupa bubur saring berisi sayuran
dan ayam sebanyak 3-4 kali sehari. Pada usia 1 tahun, pasien mengkonsumsi makanan
keluarga (sayuran, telur, tahu, tempe, daging dan ayam) porsi makan setengah porsi,
frekuensi makan 2 -3 kali sehari. Saat ini pasien mengkonsumsi makanan keluarga
dengan camilan buah dan biskuit sebanyak 2 kali sehari dengan porsi makan ¾ piring
berukuran sedang setiap kali makan.
3
Riwayat Tumbuh Kembang:
Tumbuh : Ibu pasien mengatakan bahwa berat badan dan tinggi pasien semakin
meningkat setiap tahunnya, tidak nampak ada masalah Namun, ibu pasien tidak
mempunyai catatan pertumbuhan pasien.
Kembang :
Riwayat Imunisasi:
4
Jadwal Imunisasi Anak Usia 0 – 18 Tahun
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia ( IDAI) Tahun 2017
Usia
Imunisasi Bulan Tahun
Lahir 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24 3 5 6 7 8 9 10 12 18
Hepatitis B 1 2 3 4
Polio 0 1 2 3 4
BCG 1 kali
DTP 1 2 3 4 5 6 (Td/Tdap) 7 (Td)
Hib 1 2 3 4
PCV 1 2 3 4
Rotavirus 1 2 3a
Influenza Ulangan 1 kali setiap tahun
Campak 1 2 3
MMR 1 2
Tifoid Ulangan setiap 3 tahun
Hepatitis A 2 kali, interval 6 – 12 bulan
Varisela 1 kali
HPV 2 atau 3 kali b
Japane se encephalitis 1 2
Dengue 3 kali, interval 6 bulan
Keterangan 5. Vaksin pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan;
Kesan
Cara membaca kolom usia : misal: Imunisasi
2 be rarti usia 2 bulan (60 dasar
Rekomendasi imunisasi berlaku mulai Januari 2017
hari) s.d. 2 bulansesuai
29 hari (89 hari) dengan program pemerintah
dan pada usia lebih dari lengkap
1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu booster pada usia lebih dari 12 bulan atau minimal
2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak usia di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
Dapat diakses pada website IDAI ( http:// idai.or.id/p ublic-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-anak-idai.html) 6. Vaksin rotavirus. Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu (dosis
a
Vaksin rotavirus monovalen tidak perlu dosis ke-3 (lihat keterangan) pertamaatidk diberikan pada usia > 15 minggu), dosis ke-2 diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Batas akhir
b
Apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibodi pemberian pada usia 24 min ggu. Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14
setara dengan 3 dosis (lihat keterangan) minggu (dosis pertamaatidk diberikan pada usia > 15 minggu), dosis kedua dan ketiga diberikan dengan interval 4-10
Optimal Ca tch-up Booster Daerah Endemis minggu. Batas akhir pemberian pada usia 32 min ggu.
7. Vaksin einflu nz a. Vaksineinflunz a diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulangp setia tahun. Untuk imunisasi
Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Kondisi Lingkungan:
Untuk memahami tabel jadwal imunisasi perlu membaca keterangan tabel
1. Vaksin hepatiti s B (HB). Vaksin HB pertama (monovalen) paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir
pertama kali (prim ary im m unizatio
n ) pada anak usia kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4
minggu. Untuk anak 6-36 bulan, dosis 0,25 mL. Untuk anak usia 36 bulan a a tau lebih, dosis 0,5 mL.
dan didahului pemberian suntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Jadwal pemberian vaksin HB monova- 8. Vaksin campak. Vaksin campak kedua (18 bulan) tidk per lu diberikan apabila sudah mendapatkan MMR.
len adalah usia 0,1, dan 6 bulan. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan vaksin HB dan imunoglobulin hepatit
i s B 9. Vaksin MMR/MR. Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan, maka vaksin MMR/MR diberikan
Pasien tinggal bersama ayah dan ibu di rumah kontrakan berukuran 5x4 m. Jendela di
(HBIg) pada ekstremitas yang berbeda. Apabila diberikan HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal pemberian pada
usia 2, 3, dan 4 bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal pemberian pada usia 2, 4, dan 6 bulan.
pada usia 15 bulan (min imal interval 6 bulan). Apabila pada usia 12 bulan belu m mendapatkan vaksin campak, maka
dapat diberikan vaksin MMR/MR.
2. Vaksin polio. Apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0. Apabila lahir di sarana kesehatan, OPV-0 diberikan saat 10. Vaksin varisela. Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pada usia sebe lum masuk sekolah dasar.
bayi dipulangkan. Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3, dan polio booster diberikan OPV atau IPV. Paling se- Apabila diberikan pada usia lebih dari 13 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
rumah hanya ada satu di sebelah pintu. Paman pasien yang menderita batuk lebih dari 4
dikit harus mendapat satu dosis vaksin IPV bersamaan dengan pemberian OPV-3.
3. Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan, a optiml usia 2 bulan. Apabila diberikan pada
11. Vaksin human papiloma virus (HPV). Vaksin HPV diberikan mulai usia 10 tahun. Vaksin HPV bivalen diberikan tiga
kali dengan jadwal 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen dengan jadwal 0,2,6 bulan. Apabila diberikan pada remaja
usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibo d i setara dengan 3 dosis.
4. Vaksin DTP. Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu. Dapat diberikan vaksin DTPw atau
bulan tinggal tepat di sebelah rumah pasien. Menurut ibu pasien, paman pasien sering
DTPa atau kombinasi dengan vaksin lain. Apabila diberikan vaksin DTPa maka interval mengikuti rekomendasi vaksin
tersebut yaitu usia 2, 4, dan 6 bulan. Un tuk anak usia lebih dari 7 tahun diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP 6
12. Vaksin Japanese encephalitis (JE). Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan pada dae rah endemis atau turis yang
akan bepergian ke daerah endemis tersebut. Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1-2 tahun
berikutnya.
dapat diberikan Td/Tdap pada usia 10-12 t ahun dan booster Td diberikan setiap 10 t ahun. 13. Vaksin dengue. Diberikan pada usia 9-16 tahun dengan jadwal 0, 6, dan 12 bulan.
bermain dengan pasien di rumah. Ayah pasien merokok di dalam rumah pada sora
hingga malam hari. Ayah pasien bekerja sebagai buruh, kemudian ibu pasien adalah ibu
rumah tangga
Kesan: riwayat sosial baik, ventilasi dan pencahayaan rumah kurang baik, ekonomi
menengah ke bawah.
5
PEMERIKSAAN FISIS
Dilakukan pada tanggal 29 April 2019 jam 18.00 WIB (IGD RSUS)
Keadaan umum: Tampak sakit berat
Kesadaran : Somnolence (GCS 8 E2V2M4)
Tanda Vital
Laju nadi : 134x/menit, reguler,
Laju napas : 32x/menit, simetris, dangkal
Suhu : 36,70C
Sp O2 : 98% (dengan nasal cannul 2 lpm)
Tekanan Darah : 118/80 mmHg
6
7
Status Generalis
Sistem Deskripsi
Normosefali R
Wajah Normofasies
8
Iktus kordis tidak terlihat, tidak teraba
Jantung Bunyi jantung S1 & S2 reguler
Murmur (-), gallop (-)
9
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diff Count
Basofil 0 % 0–1
Eosinophil 0 % 1–3
Segment Neutrofil 67 % 50 – 70
Lymphocyte 23 % 25 – 40
Monocyte 8 % 2–8
HEMOSTASIS
10
INR 1,03
MCV 70,60 fL 69 - 73
MCH 25,80 Pg 22 – 34
BIOCHEMISTRY
Electrolyte
11
RHco3 14,4 Mmol/L 21 - 28
Na 125 Mmol/L
K 2.11 Mmol/L
Ca 0,7 Mmol/L
Hematokrit 24 %
IMUNOLOGY
Non
Non Reactiv
HbsAg Reactive e
Negativ
Anti Hcv Negative e
Non
Anti Hiv Reactive Non Reactive
Kesan :
12
X-Ray Thorax AP (29/04/2019)
Foto AP thorax, trakea ditengah, tulang intak, CTR = <50%, sudut costoprenic paru
tajam, kedua diafragma licin, corakan bronchovaskular normal.
Kesan: Tidak tampak spesifik aktif pada kedua lapang paru, Cor dalam batas normal
13
CT Scan Brain
Kesan : Dilatasi ventrikel lateralis bilateral, III dan IV. Sulci-sulci cerebri dan sistem
sisterna menyempit
14
RESUME
Pasien datang dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 2 hari SMRS. Awalnya
pasien ke IGD RS Murni Asih hari Jumat tanggal 26 April 2019 dengan keluhan demam,
nyeri kepala dan muntah. Pasien muntah 2 kali di IGD RS Murni Asih berisi cairan disertai
rasa mual. Sekitar pukul 10 pagi, pasien tampak tertidur dan sulit untuk dibangunkan. Siang
harinya, pasien kejang 2 kali dengan deskripsi mata tertutup, tangan serta kaki kelonjotan
selama 30 detik. Jarak antara kejang pertama dengan kejang kedua +/- 1 jam dan di antara
kejang pasien tidak sadar. Setelah kejang berhenti, pasien kembali tertidur dan tidak sadar.
Hari berikutnya, sekitar pukul 02.00 WIB, pasien kejang 1 kali dengan deskripsi sama
seperti kejang sebelumnya. Durasi kejang +/- 1 menit. Setelah kejang, pasien tertidur dan
tidak sadar.
Pasien juga mengalami demam sejak 7 hari SMRS. Menurut ibu pasien, awalnya
demam tidak langsung tinggi, tetapi menjelang malam hari demam menjadi tinggi disertai
keringat dingin.
Tanggal 23 April 2019 pasien sudah berobat ke klinik dan diberikan obat penurun
panas, tetapi pasien masih demam. Pasien mengalami nyeri kepala yang terasa berdenyut
sejak 7 hari SMRS dan terjadi bersamaan dengan munculnya demam. Nyeri kepala hilang
timbul yang semakin hari dirasakan semakin nyeri.
Menurut ibu pasien, nafsu makan menurun selama 8 hari terakhir, tetapi tidak ada
penurunan berat badan yang signifikan yang disadari oleh ibu pasien. Paman pasien yang
tinggal tepat bersebelahan dengan kamar kontrakan pasien memiliki riwayat batuk lama.
BAK berwarna kuning kemerahan setelah pasien mengkonsumsi OAT dari RS Murni
Asihh.
Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit berat dengan kesadaran somnolence.
Pasien takikardia disertai takipnea dan status gizi pasien memiliki gizi kurang perawakan
normal. Kemudian, pemeriksaan fisik yang bermakna ditemukan adanya kaku kuduk.
Pemeriksaan penunjang sampel darah ditemukan leukositosis, trombositosis, hipernatremi,
hiperkalemi, respiratori asidosis. Hasil CT Scan brain tanggal ditemukan adanya dilatasi
ventrikel lateralis bilateral, III dan IV, serta sulci-sulci cerebri dan sistem sisterna
menyempit
15
DIAGNOSIS KERJA
Meningitis Tuberkulosis
Gizi Kurang
DIAGNOSIS BANDING
Meningitis bakteri
Meningitis Viral
PROGNOSIS
Ad Sanationam : dubia
TATA LAKSANA
- Puasa
- O2 Nasal Canul 2 lpm
- CT brain bila tidak ada perdarahan rencana LP
- Lab : FBC, elektrolit, AGD, CPP, kultur darah, foto thoraks
- Fenobarbital – LD 300 mg dalam 20 menit
- MP – 2 x 30 mg IV
- IVFD NS 150 ml dalam 30 menit
- Ceftriaxone 1 x 1500 mg IV
16
FOLLOW UP
Tanggal Follow Up
30/04/2019 S: Hari perawatan ke-1 dan 2
01/05/2019 Kontak (-), bradikardi (-), desaturasi, kejang (-), napas spontan (+),
apnea (-), desaturasi (-), terpasang NGT no. 10 tidak ada residu,
terpasang IV line no. 24 di vena brachialis sinistra, diresis d catheter
no. 10 fr.
Batuk (-), BAB (-)
A : Clear on ETT no. 5.5, batas 16, suction : slem (+) putih kental.
B : RR 20 kali / menit, SpO2 100% PC 7 PEEP 5 FiO2 35%, retraksi
(-)
C : TD :70/40mmHg HR : 118 kali/menit
D : pupil 2/2, RCL +/+ berkurang.
O:
KU: Tampak sakit berat (TSB)
Kes: GCS E2M4Vt
Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Paru : VBS (+/+), Rh (-), Wh (-)
Abdomen LP 49 cm, BU (+), supel, timpani
Akral hangat, CRT <2S
Pemeriksaan neurologis : Kaku kuduk (+), doll’s eye (+), Laseque
(-), Kernig(-), Babinsky (-)
Intake : 1763 cc (30/4/19)
2576 cc (1/5/19)
Output : 1755 cc (30/4/19)
2955 cc (1/5/19)
Diuresis : 4,2 cc/kgBB/jam. (30/4/19)
7,6 cc/kgBB/jam (1/5/19)
Balance cairan +8 (30/4/19)
-379 (1/5/19)
17
Hasil lab (29/4/19)
Micobiology aerob M.O. Culture
Specimen : sputum
Result : No growth of bacteria
18
- MN 94 %
Chemicals
A:
Meningoensefalitis TB dd Viral
Gizi Kurang
P:
NS 0.9% 1000ml/24 jam
Ceftriaxone 1x1 gram IV
Rifampisin 200 mg 1 x1 per NGT
Isoniazid 100 mg 1 x 1 per NGT
Pirazinamd 500 mg 1 x1 per NGT
Ethambutol 400 mg 1 x 1 per NGT
Omeprazole IV 1 x 20mg
Dexamethason 3 x 3mg IV
Paracetamol 250 mg per NGT
Bisolvon + NS nebu 3 x 1
19
Vaselin Alba
Morfin 0,5 mg : Midazolam 0,25 mg drip
02/05/2019 S: Hari perawatan ke – 3
Kontak (-), bradikardi (-), desaturasi, kejang (-), napas spontan (+),
apnea (-), desaturasi (-), terpasang NGT no. 10 tidak ada residu,
terpasang IV line no. 24 di vena popliteal sinistra, diuresis d catheter
no. 10 fr.
Batuk (-), BAB (-)
A : clear on ETT no. 5.5, batas 16, suction : kental berwarna kuning.
B : RR 20 kali / menit, SpO2 100% PC 7 PEEP 5 FiO2 35%,
retraksi (-)
C : TD :90/60mmHg HR : 103 kali/menit
D : Telinga kiri hematom (+), pupil 2/2 nonreaktif.
O:
KU: Tampak sakit berat (TSB)
Kes : E2M3Vt
Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Kaku kuduk (+)
Paru : VBS (+/+), Rh (-), Wh (-)
Abdomen LP 49 cm, BU (+), supel, timpani
Akral dingin sebatas pergelangan tangan dan kaki, CRT <2S
Pemeriksaan neurologis : Kaku kuduk (+), doll’s eye (+), Laseque
(-), Kernig(-), Babinsky (-)
Intake : 1662 cc (2/4519)
Output : 1275 cc (30/4/19)
Diuresis : 2,9 cc/kgBB/jam
Balance cairan +462 cc
Hasil lab
Hematology
Hb 9.20 g/dL (10.8 -15.6)
20
Ht 26.2 % (33-45)
RBC 3.42 10^6/uL (3.8-5.8)
WBC 12.23 10^3/uL (5-15)
Platelet Count 549 10^3/uL (150-440)
MCV,MCH,MCHC
MCV 76.6 fL (69-73)
MCH 26.9 pg (22-34)
MCHC 35.10 g/dL (32-36)
A:
P:
NaCl loading 100ml (pk 04.00)
NaCl 0.9% 500ml / 8 jam (pk 07.00)
RL 500 ml /12 jam (pk 19.00)
RL 500 ml + KCL 25 mEq /12 jam (pk 00.00)
Ceftriaxone 3x1 gram IV
Dexamethason 3 x 3mg IV
Omeprazole IV 1 x 20mg
Vit C 500 mg 1 x 1 IV
Rifampisin 200 mg 1 x1 per NGT
Isoniazid 100 mg 1 x 1 per NGT
21
Pirazinamid 500 mg 1 x1 per NGT
Ethambutol 400 mg 1 x 1 per NGT
Fluconazole 200 mg 1x1 per NGT
Laxadin 3 x 1 cth per NGT
Aspar K 3 x 1 tab per NGT
Paracetamol 250 mg per NGT p.r.n
Bisolvon + NS nebu 3 x 1Vit C 500 mg 1 x 1
Vaselin Alba
Morfin 0,5 mg : Midazolam 0,25 mg drip/jam
03/05/2019 S: Hari perawatan ke-4
Kontak (-), puasa (-), diet susu entramix, kejang (-), apnea (-), napas
spontan (+), desaturasi (-), terpasang NGT no. 10 Tidak ada residu,
terpasang IV line no. 5 fr di vena jugularis dextra dengan jugular
pressure 10 mmHg, batuk (+), BAB (+) cair, cokelat 1 x.
A : clear on ETT no.5.5 , batas 16, suction : kental, kuning.
B : RR 20 kali / menit, SpO2 100% PC7 PEEP 5 FiO2 35% , retraksi
(-)
C : TD :91/40mmHg HR : 118 kali/menit
D : telinga kiri hematom (+), pupil 2/2, non reaktif.
O:
KU: Tampak sakit berat (TSB)
Kes: E2M3Vt
Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Kaku kuduk (+)
Paru : VBS (+/+), Rh (-), Wh (-)
Abdomen LP 49 cm, BU (+), supel, timpani
Akral dingin sebatas pergelangan tangan dan kaki, CRT <2S
Pemeriksaan neurologis : Kaku kuduk (+), doll’s eye (+), Laseque
(-), Kernig(-), Babinsky (-)
Intake : 2037 cc (3/5/19)
Output : 1675 cc (3/5/19)
Diuresis : 4 cc/kgBB/jam
22
Balance cairan +362 cc
Hasil lab
Analisa Gas Darah
pH 7.320 (7.350-7.450)
pO2 56 mmHg (83-108)
pCO2 54.6 mmHg (32-45)
HCO3 (-) 27.5 mmol/L (21-28)
Total CO2 29.2 mmol/L (24-30)
Base Excess 1.4 mmol/L (-) 2.4 – (+) 2.3
O2 Sat 87% (95-98)
Electrolyte Blood Gas
Na 164 mmol/L
K 4,21 mmol/L
Ca 1.03 mmol/L
Ht 22 %
Kesan :
Cor dan Pulmo dalam batas normal
23
Terpasang ETT dengan ujung distal setinggi Th4, 1,5 corpus di atas
carina.
Terpasang CVP dengan ujung distal setinggi Th6 sisi kanan
proyeksi VCS
Terpasang VP shunt dari regio cervical kanan hingga abdomen sisi
kanan.
A:
Meningoensefalitis Tuberkulosis
Gizi Kurang
P:
D5 500 ml /12 jam
PRC 150 ml pk 18.15
Ceftriaxone 3x1 gram IV
Omeprazole IV 1 x 20mg
Dexamethason 3 x 3mg IV
Vit C 500 mg 1x1 IV
Rifampisin 200 mg 1 x1 per NGT
Isoniazid 100 mg 1 x 1 per NGT
Pirazinamd 500 mg 1 x1 per NGT
Ethambutol 400 mg 1 x 1 per NGT
Fluconazole 200 mg 1x1 Per NGT
24
Aspar K 3 x 1 tab per NGT
Laxadin 3 x 1 cth per NGT
Paracetamol 250 mg per NGT p.r.n
Bisolvon + NS nebu 3 x 1
Vaselin Alba
Morfin 0.5 : Midazolam 0.25 drip/jam
4/5/19 S: Hari perawatan ke-5
Kejang (+) dua kali sebelah kanan (pagi) dan kiri (sore) tipe klonik
+/- 1 menit (masuk midazolam IV), Kontak (-), desaturasi (-),
bradikardi (-), kejang (-), apnea (-), napas spontan (+),diet susu
entramix 500 kkal/24 jam, terpasang NGT no. 10 Tidak ada residu,
terpasang IV line no. 5 fr di vena jugularis dextra dengan jugular
pressure 8 mmHg, batuk (-), BAB (+) cair, cokelat 1 x.
A : clear on ETT no.5,5 fr , batas 16. Suction : slem (+) putih, kental.
B : RR 27 kali / menit, SpO2 100% PC 7 PEEP 5 FiO2 35% retraksi
(-)
C : TD :109/75mmHg HR : 118 kali/menit
D : telinga kiri vulnus (+), pupil 2/3, RCL-/+ lambat.
O:
KU: Tampak sakit berat (TSB)
Kes: E2M4Vt
Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Kaku kuduk (-)
Paru : VBS (+/+), Rh (-), Wh (-)
Abdomen LP 49 cm, BU (+), supel, timpani
Akral dingin sebatas pergelangan tangan dan kaki, CRT <2S
Pemeriksaan neurologis : Kaku kuduk (+), doll’s eye (+), Laseque
(-), Kernig(-), Babinsky (-)
Intake : 2054 cc (4/5/19)
Output : 2775 cc (4/5/19)
Diuresis : 7 cc/kgBB/jam
25
Balance : +109
Hasil lab
Biochemistry
Na 139 mmol/L (137-145)
K 4.8 mmol/L (3.6-5)
Chloride 97 mmol/L (98-107)
Urinalisis
Color yellow
Appearance Clear
SG 1.010 (1.000 – 1.030)
Nitrit Negative (4.5-8)
Protein Negative
Glucose Negative
Keton Negative
Urobilinogen 0.2 (0.10-1.00)
Occult Blood Negative
Erythrocyte 1 cells/uL (0-9)
Leucocyte 2 cells/iL (0-10)
Epithel (1+)
Casts Negative
Crystal Negative
Othes Negative
Urine Biochemistry
Spot Urine Chloride 57 mmol/L
Spot Urine Natrium 73 mmol/L (30-90)
Kalium Urine Sewaktu 8.0 mmol/L (20-80)
26
A:
Meningoensefalitis TB dd Viral
Gizi Kurang
P:
RL 500 ml + KCL 25 mEq/12 jam
RL 500 ml / 12 jam
Ceftriaxone 3x1 gram IV
Omeprazole IV 1 x 20mg
Fenitoin 25 mg 3x1 IV (24 jam)
Dexamethason 3 x 3mg IV
Vit C 500 mg 1x1 IV
Rifampisin 200 mg 1 x1 per NGT
Isoniazid 100 mg 1 x 1 per NGT
Pirazinamd 500 mg 1 x1 per NGT
Ethambutol 400 mg 1 x 1 per NGT
Fenitoin 50 mg 3x1 per NGT
Fluconazole 200 mg 1x1 Per NGT
Aspar K 3 x 1 tab per NGT
Laxadin 3 x 1 cth per NGT
Paracetamol 250 mg per NGT p.r.n
Bisolvon + NS nebu 3 x 1
Vaselin Alba
Morfin 0.5 : Midazolam 0.25 drip/jam
5/05/2019 S: Hari perawatan ke-6 dan 7
6/05/2019 Kontak (-), puasa (-), diet susu entramix 500 kalori, kejang (-),
apnea (-), napas spontan (+), desaturasi, terpasang NGT no 10.
Tidak ada residu, terpasang IV line no.5 fr di vena jugularis dextra
dengan jugular pressure 5 mmHg, batuk (+), BAB (+) 4-5 kali/hari,
kuning, lembek, lendir (-), darah (-).
A : clear on ETT no. 5,5 fr , batas 16. Suction : slem (+) putih kental
27
B : RR 20 kali / menit, SpO2 100% pn PEEP 5 FiO2 35%, retraksi
(-)
C : TD :110/60mmHg HR : 118 kali/menit
D : Telinga kiri vulnus (+), pupil 2/3, RCL -/+ lambat
O:
KU: Tampak sakit berat (TSB)
Kes: E2M4Vt
Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Paru : VBS (+/+), Rh (-), Wh (-)
Abdomen LP 49 cm, BU (+), supel, timpani
Akral dingin sebatas pergelangan tangan dan kaki, CRT <2S
Pemeriksaan neurologis : Kaku kuduk (-), doll’s eye (+), Laseque
(-), Kernig(-), Babinsky (-), Klonus (-)
Intake : 2214 cc (5/5/19)
1725 cc (6/5/19)
Output : 2105 cc (5/5/19)
2145 cc (6/5/19)
Diuresis : 5,2 cc/kgBB/jam. (5/5/19)
5,3 cc/kgBB/jam (6/5/19)
Balance cairan +109 (5/5/19)
-40(6/5/19)
Hasil lab
GDS 137 mg/dL
A:
Meningoensephalitis TB dd bakteri
P:
RL 500 ml /12 jam
NacL0.9% 500 ml / 12 jam
Ceftriaxone 3x1 gram IV
Omeprazole IV 1 x 20mg
28
Dexamethason 3 x 3mg IV
Vit C 500 mg 1x1 IV
Rifampisin 200 mg 1 x1 per NGT
Isoniazid 100 mg 1 x 1 per NGT
Pirazinamd 500 mg 1 x1 per NGT
Ethambutol 400 mg 1 x 1 per NGT
Fenitoin 50 mg 3x1 per NGT
Fluconazole 200 mg 1x1 Per NGT
Aspar K 3 x 1 tab per NGT
Laxadin 3 x 1 cth per NGT
Paracetamol 250 mg per NGT p.r.n
Bisolvon + NS nebu 3 x 1
Vaselin Alba
Morfin 0.5 : Midazolam 0.25 drip/jam
7/05/2019 S: Hari perawatan ke-8,9,10
8/05/2019 Kontak (-), puasa (-), diet soya 750 kalori, kejang (-), apnea
9/05/2019 (-),napas spontan (+), desaturasi, terpasang NGT no 10. Tidak ada
residu, terpasang IV line no. 5 fr di vena jugularis dextra, batuk (+),
BAB (+) cair, cokelat 3-5 kali/hari, semakin hari semakin
berkurang.
A : clear on ETT no. 5,5 fr , batas 16. Suction : slem (+) putih kental
B : RR 20 kali / menit, SpO2 100% pn PEEP 5 FiO2 35% retraksi
(-)
C : TD :114/83mmHg, nadi : 129 kali/menit, lemah
D : Telinga kiri vulnus (+), pupil 2/3, RCL -/+ lambat
O:
KU: Tampak sakit berat (TSB)
Kes: E2M3Vt
Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Paru : VBS (+/+), Rh (-), Wh (-)
Abdomen LP 49 cm, BU (+), supel, timpani
Ekstremitas spastik.
29
Akral dingin sebatas pergelangan tangan dan kaki, CRT <2S
Pemeriksaan Neurologis : Meningeal sign (-).
Intake : 2185 cc (7/5/19)
2529 cc (8/5/19)
2744 cc (9/5/19)
Output : 2145 cc (7/5/19)
2975 cc (8/5/19)
2495 cc (9/5/19)
Diuresis : 5,3 cc/kgBB/jam. (7/5/19)
7 cc/kgBB/jam (8/5/19)
6,3 cc/kgBB/jam (9/5/19)
Balance cairan +40 (7/5/19)
-446 (8/5/19)
+249 (9/5/19)
Hasil lab
GD 99 mg/dL (7/5/19)
GD 92 mg/dL (8/5/19)
GD 107 mg/dL (9/5/19)
Hematologi (7/5/19)
Hb 9.60 g/dL (10.8 -15.6)
Ht 28.8 % (33-45)
RBC 3.57 10^6/uL (3.8-5.8)
WBC 9.88 10^3/uL (5-15)
Platelet Count 251 10^3/uL (150-440)
Diff Count
Basophil 0% (0-1)
Eosinophil 0% (1-3)
Band Neutrophil 3% (2-6)
Segment Neutrophil 64% (50-70)
30
Lymphocyte 28 % (25-40)
Monocyte 5% (2-8)
ESR 47 mm/hours
MCV,MCH,MCHC
MCV 83.5 fL (69-73)
MCH 26.9 pg (22-34)
MCHC 32.20 g/dL (32-36)
Microbiology
Specimen : sputum
Susceptibility
Cefazolin....... R
Cefepime....... R
Sulperazone (75/30)...........S
Trimethoprim...........S
Gentamicin.......R
Amikacin.......I
Piperacillin......R
Ampicillin/Sulbactam......R
Ceftriaxone......R
Fosomycin...R
Tigecylin...I
Ertapenem......R
Imipenem.......R
Ampicillin........R
Levofloxacin......R
Ciprofloxacin.....R
31
Hematologi (9/5/19)
Hb 10.3 g/dL (10.8 -15.6)
Ht 30.7 % (33-45)
RBC 3.8 10^6/uL (3.8-5.8)
WBC 17.20 10^3/uL (5-15)
Platelet Count 285 10^3/uL (150-440)
A:
- Meningoensefalitis Tuberkulosis
- Gizi Kurang
P:
RL 500 ml /12 jam
NacL0.9% 500 ml / 12 jam
Ceftriaxone 3x1 gram IV
Omeprazole IV 1 x 20mg
Dexamethason 3 x 3mg IV
Vit C 500 mg 1x1 IV
Rifampisin 200 mg 1 x1 per NGT
Isoniazid 100 mg 1 x 1 per NGT
Pirazinamd 500 mg 1 x1 per NGT
Ethambutol 400 mg 1 x 1 per NGT
Fenitoin 50 mg 3x1 per NGT
Fluconazole 200 mg 1x1 Per NGT
Aspar K 3 x 1 tab per NGT
Laxadin 3 x 1 cth per NGT
Paracetamol 250 mg per NGT p.r.n
Bisolvon + NS nebu 3 x 1
Vaselin Alba
Morfin 0.5 mg : Midazolam 0.25 mg
10/05/2019 S: Hari perawatan ke-11
32
Kontak (-), puasa (-), diet susu soya 750 kalori, kejang (+)
generalized klonik, apnea (-), napas spontan (+), desaturasi,
terpasang NGT no 10. Tidak ada residu, terpasang CV double
lumen no. 5 fr di vena jugularis dextra dengan jugularis pressure 6
mmHg, batuk (+), BAB (-)
A : clear on ETT no. 5,5 fr , batas 16. Suction : slem (+) putih kental
B : RR 20 kali / menit, SpO2 100% PC 8 PEEP 5 FiO2 45%,
retraksi (-)
C : TD :110/60mmHg, nadi : 123 kali/menit, lemah
D : Telinga kiri vulnus (+), pupil 2/3, RCL -/+ lambat
O:
KU: Tampak sakit berat (TSB)
Kes: E2M4Vt
Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Paru : VBS (+/+), Rh (+/+) pada perihiler, Wh (-)
Abdomen LP 49 cm, BU (+), supel, timpani
Ekstremitas spastik
Akral dingin, CRT <2S
Kaku kuduk (-)
Intake : 2387 cc
Output : 2785 cc
Diuresis : 7 cc/kgBB/jam
Balance cairan -398 (10/5/19)
Hasil lab
GD (10/5/19) 127 mg/dL
33
Kesan :
Infiltrat minimal pada perihiler bilateral, suspek pneumonia
Terpasang ETT dengan ujung distal setinggi Th4, 1,5 corpus di atas
carina.
Terpasang CVP dengan ujung distal setinggi Th6 sisi kanan
proyeksi VCS
Terpasang VP shunt dari regio cervical kanan hingga abdomen sisi
kanan
A:
- Meningoensefalitis Tuberkulosis
- Gizi Kurang
- Ventilator Associated Pneumoni
P:
RL 500 ml /12 jam
NacL0.9% 500 ml / 12 jam
Cefoperazone Sulbactam 3x500 gram IV
Omeprazole IV 1 x 20mg
Dexamethason 3 x 3mg IV
Vit C 500 mg 1x1 IV
Rifampisin 200 mg 1 x1 per NGT
Isoniazid 100 mg 1 x 1 per NGT
34
Pirazinamd 500 mg 1 x1 per NGT
Ethambutol 400 mg 1 x 1 per NGT
Fenitoin 50 mg 3x1 per NGT
Fluconazole 200 mg 1x1 Per NGT
Aspar K 3 x 1 tab per NGT
Laxadin 3 x 1 cth per NGT
Paracetamol 250 mg per NGT p.r.n
Bisolvon + NS nebu 3 x 1
Vaselin Alba
Morfin 0.5 : Midazolam 0.25 drip/jam stop pukul 13.00
Morfin 1 mg : Midazolam 0.5 mg
11/05/2019 S: Hari perawatan ke-12 dan 13
12/05/2019 Kontak (-), puasa (-), diet susu soya 750 kalori, kejang (-), napas
spontan (+), desaturasi (-), terpasang NGT no 10, tidak ada residu,
terpasang CV double lumen no. 5 di vena jugularis dextra dengan
jugularis pressure 9 mmHg, batuk (+), BAB (+) coklat, cair 1 kali.
A : clear on ETT no. 5,5 fr , batas 16. Suction : slem (+) putih kental
B : RR 20 kali / menit, SpO2 100% PC 7 PEEP 5 FiO2 35%, retraksi
(-)
C : TD :120/90mmHg, nadi : 22 kali/menit, lemah
D : Telinga kiri vulnus (+), pupil 2/2, RCL +/+ lambat
O:
KU: Tampak sakit berat (TSB)
Kes: Somonolence (E2M4V1)
Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Kaku kuduk (-)
Paru : VBS (+/+), Rh (-), Wh (-)
Abdomen LP 49 cm, BU (+), supel, timpani
Ekstremitas spastik
Akral dingin sebatas pergelangan tangan dan kaki, CRT <2S
Meningeal Sign (-)
35
Intake : 2485 cc (11/5/19)
2214 cc (12/5/19)
Output : 2495 cc (11/5/19)
2405 cc (12/5/19)
Diuresis : 6,3 cc/kgBB/jam. (11/5/19)
6 cc/kgBB/jam (12/5/19)
Balance cairan -191 (11/5/19)
+262 (12/5/19)
A:
- Meningoensefalitis Tuberkulosis
- Gizi Kurang
- Ventilator Associated Pneumoni
P:
RL 500 ml /12 jam
NacL0.9% 500 ml / 12 jam
Cefoperazone Sulbactam 3x500 gram IV
Omeprazole IV 1 x 20mg
Dexamethason 3 x 3mg IV
Vit C 500 mg 1x1 IV
Rifampisin 200 mg 1 x1 per NGT
Isoniazid 100 mg 1 x 1 per NGT
Pirazinamd 500 mg 1 x1 per NGT
Ethambutol 400 mg 1 x 1 per NGT
Fenitoin 50 mg 3x1 per NGT
Fluconazole 200 mg 1x1 Per NGT
Aspar K 3 x 1 tab per NGT
Laxadin 3 x 1 cth per NGT
Paracetamol 250 mg per NGT p.r.n
36
Bisolvon + NS nebu 3 x 1
Vaselin Alba
Morfin 0.5 : Midazolam 0.25 drip/jam
O:
KU: Tampak sakit berat (TSB)
Kes: E3M3V1
Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Paru : VBS (+/+), Rh (-), Wh (-)
Abdomen LP 49 cm, BU (+), supel, timpani
Ekstremitas spastik
Akral dingin, CRT <2S
Intake : 2127 cc (13/5/19)
2345 cc (14/5/19)
2345 cc (15/5/19)
2313 cc (16/5/19)
Output : 1965 cc (13/5/19)
2935 cc (14/5/19)
2285 cc (15/5/19)
2795 cc (16/5/19)
37
Diuresis : 4,8 cc/kgBB/jam. (13/5/19)
4,8 cc/kgBB/jam (14/5/19)
5,7 cc/kgBB/jam (15/5/19)
7,1 cc/kgBB/jam (16/5/19)
Balance cairan +262 (13/5/19)
-590(14/5/19)
+60(15/5/19)
-482 (16/5/19)
GD 128 mg/dL
GD 110 mg/dL
GD 110 mg/dL
GD 109 mg/dL
A:
- Meningoensefalitia Tuberkulosis
- Gizi kurang
- Ventilator Associated Pneumoni
P:
RL 500 ml /12 jam
NacL0.9% 500 ml / 12 jam
Cefoperazone Sulbactam 3x500 gram IV
Omeprazole IV 1 x 20mg
Dexamethason 3 x 3mg IV
Vit C 500 mg 1x1 IV
Rifampisin 200 mg 1 x1 per NGT
Isoniazid 100 mg 1 x 1 per NGT
Pirazinamd 500 mg 1 x1 per NGT
Ethambutol 400 mg 1 x 1 per NGT
Fenitoin 50 mg 3x1 per NGT
38
Fluconazole 200 mg 1x1 Per NGT
Aspar K 3 x 1 tab per NGT
Laxadin 3 x 1 cth per NGT
Paracetamol 250 mg per NGT p.r.n
Bisolvon + NS nebu 3 x 1
Vaselin Alba
Morfin 0.5 : Midazolam 0.25 drip/jam
O:
KU: Tampak sakit berat (TSB)
Kes: E3M3V1
Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Paru : VBS (+/+), Rh (-), Wh (-)
Abdomen LP 49 cm, BU (+), supel, timpani
Ekstremitas spastik
Akral dingin, CRT <2S
Intake : 2127 cc (13/5/19)
Output : 1965 cc (13/5/19)
Diuresis : 4,8 cc/kgBB/jam. (13/5/19)
39
Balance cairan +262 (13/5/19)
GD 128
A:
- Meningoensefalitia Tuberkulosis
- Gizi kurang
- Ventilator Associated Pneumoni
P:
RL 500 ml /12 jam
NacL0.9% 500 ml / 12 jam
Cefoperazone Sulbactam 3x500 gram IV
Omeprazole IV 1 x 20mg
Dexamethason 3 x 3mg IV
Vit C 500 mg 1x1 IV
Rifampisin 200 mg 1 x1 per NGT
Isoniazid 100 mg 1 x 1 per NGT
Pirazinamd 500 mg 1 x1 per NGT
Ethambutol 400 mg 1 x 1 per NGT
Fenitoin 100 mg 3x1 per NGT
Fluconazole 200 mg 1x1 Per NGT
Aspar K 3 x 1 tab per NGT
Laxadin 3 x 1 cth per NGT
Paracetamol 250 mg per NGT p.r.n
Lioresal ½ tab (5 mg) 2 x 1 per NGT
Bisolvon + NS nebu 3 x 1
Vaselin Alba
Morfin 0.5 : Midazolam 0.25 drip/jam
40
18-20 /5/19 S: Hari perawatan ke 14 – 17
Kontak (-), puasa (-), diet susu soya 1000 kalori, kejang (+) 19/5/19
tonik +/- 1 menit, demam (-) napas spontan (+), desaturasi,
terpasang NGT no 10, tidak ada residu, terpasang CV double lumen
no. 5 di vena jugularis dextra dengan jugularis pressure 9 mmHg,
batuk (+), BAB (+) coklat, cair lebih dari 1 kali.
O:
KU: Tampak sakit berat (TSB)
Kes: E3M3V1
Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-)
Paru : VBS (+/+), Rh (-), Wh (-)
Abdomen LP 49 cm, BU (+), supel, timpani
Ekstremitas spastik
Akral dingin, CRT <2S
Intake : 2127 cc (13/5/19)
2345 cc (14/5/19)
2345 cc (15/5/19)
2313 cc (16/5/19)
Output : 1965 cc (13/5/19)
2935 cc (14/5/19)
2285 cc (15/5/19)
2795 cc (16/5/19)
Diuresis : 4,8 cc/kgBB/jam. (13/5/19)
4,8 cc/kgBB/jam (14/5/19)
5,7 cc/kgBB/jam (15/5/19)
7,1 cc/kgBB/jam (16/5/19)
41
Balance cairan +262 (13/5/19)
-590(14/5/19)
+60(15/5/19)
-482 (16/5/19)
Hematologi (19/5/19)
Kesan :
Pneumonia – stqa (dibandingkan foto thorax 13-5-19)
GD 128
GD 110
GD 110
GD 109
42
A:
- Meningoensefalitia Tuberkulosis
- Gizi kurang
- Ventilator Associated Pneumoni
P:
NacL0.9% 500 ml / 24 jam
Cefoperazone Sulbactam 3x500 gram IV
Omeprazole IV 1 x 20mg
Dexamethason 3 x 3mg IV
Vit C 500 mg 1x1 IV
Rifampisin 200 mg 1 x1 per NGT
Isoniazid 100 mg 1 x 1 per NGT
Pirazinamd 500 mg 1 x1 per NGT
Ethambutol 400 mg 1 x 1 per NGT
Fenitoin 100 mg 3x1 per NGT
Fluconazole 200 mg 1x1 Per NGT
Aspar K 3 x 1 tab per NGT
Laxadin 3 x 1 cth per NGT
Lioresal ½ tab (5 mg) 2 x 1 per NGT
Depaken syrup 250 mg 3 x 1 per NGT
Paracetamol 250 mg per NGT p.r.n
Bisolvon + NS nebu 3 x 1
Vaselin Alba
Morfin 0.5 : Midazolam 0.25 drip/jam
43
ANALISIS KASUS
1. Penilaian Awal1,2
Pasien datang ke IGD dengan keluhan penurunan kesadaran 2 hari SMRS. Pada
saat awal, pepenilaian awal dapat menggunakan pediatric assesment triangle
untuk menentukan apakah seorang anak sakit atau tidak. Pada kasus ini, An. V
datang dengan lemas, tidak mampu berdiri. Kemudian, komunikasi pasien
dengan orang sekitar menurun. Pasien cenderung tertidur dan sulit untuk
dibangunkan. Kemudian, pada penilaian usaha untuk bernapas, tidak ditemukan
adanya suara napas yang abnormal, retraksi, maupun pernapasan cuping
hidung. Sirkulasi pasien ke kulit dinilai baik karena tidak ditemukan adanya
mottling, pucat dan sianosis. Berdasarkan Pediatric Assesment Triangle,
kondisi An. A dapat diduga disebabkan adanya gangguan pada susunan saraf
pusat atau kelainan metabolik.
44
Kemudian, pemeriksaan dan penanganan kedaruratan dilanjutkan dengan
memperhatikan jalan napas (airway), pernapasan (breathing), dan sirkulasi
darah (circulation). Pada pemeriksaan, ditemukan jalan napas clear.
Pemeriksaan terhadap beathing ditemukan adanya hiperventilasi yang
menunjukkan adanya kemungkinan asidosis metabolik, hipoksia, keracunan
(organofosfat, kokain, amfetamin), dan gangguan di daerah susunan saraf pusat
(midpons dan midbrain). Pada pemeriksaan sirkulasi, ditemukan HR 138
45
x/menit, reguler, lemah. Tekanan darah 118/80 mmHg, akral hangat dengan
CRT < 2 s , tanda-tanda syok tidak ditemukan.3
2. Penurunan kesadaran3
Pasien datang dengan penurunan kesadaran 2 hari SMRS. Pada pemeriksaan
fisik, GCS pasien E2M4V2 menunjukkan pasien dalam keadaan somnolence.
Untuk mencari tahu etiologi dari penurunan kesadaran, riwayat klinis penting
untuk diketahui. Berdasarkan data epidemiologi, infeksi susunan saraf pusat
merupakan etiologi penurunan kesadaran pada anak yang tersering. Adanya
riwayat demam disertai kaku kuduk yang positif mengarahkan diagnosis An. V
pada infeksi susunan saraf pusat. Namun, kemungkinan etiologi lain Pada An.
V juga harus dipertimbangkan. Berdasarkan alloanamnesis dari ibu kandung
pasien. diketahui tidak ada riwayat trauma. Pemeriksaan kadar glukosa untuk
deteksi hipoglikemia maupun hiperglikemia yang dapat mengarahkan pada
DKA harus segera dilakukan. Pada An. V, GDS 129 mg/dl sehingga
menyingkirkan kemungkinan hipoglikemi maupun diabetik ketoasidosis. Selain
itu, pada An. V tidak ditemukan adannya napas Cheyne-stokes yang sering kali
dijumpai pada anak dengan gangguan metabolik. Pada An. V dilakukan analisa
gas darah dan ditemukan adanya respiratori asidosis. Kemudian, hasil CT-scan
kepala menunjukkan adanya edema serebri dan hidrosefalus. berdasarkan
analisa yang sudah dilakukan, penurunan kesadaran An. V dapat disebabkan
akibat adanya peningkatan TIK karena hidrosefalus dan oedema cerebri, serta
kemungkinan infeksi pada susunan saraf pusat (ensefalitis), dan hiponatremi.
3. Meningoensefalitis TB4-6
Pasien datang dengan penurunan kesadaran disertai demam sejak 7 hari SMRS,
kejang, dan kaku kuduk yang positif. Hal ini menunjukkan adanya
kemungkinan infeksi susunan saraf pusat, dapat berupa ensefalitis, meningitis
bakterialis, meningitis serosa virus, dan meningitis serosa TB. (pendekatan
klinis kasus neurologi anak). Berdasarkan anamnesis, an. V diduga memiliki
kontak dengan penderita TB. Kemudian, riwayat imunisasi An. V tidak dapat
dipastikan. Selain itu, tidak ada skar BCG yang ditemukan memberikan
kemungkinan An. V belum melakukan imunisasi BCG. Secara klinis,
perjalanan pernyakit pasien dimulai dengan demam yang disertai mual dan
46
muntah, nyeri kepala, dan keringat dingin di malam hari. Perjalanan klinis
pasien sesuai dengan fase prodormal dan fase meningitik pada meningitis TB.
Gejala yang serupa juga dapat ditemukan pada meningitis bakteri maupun virus.
Namun, meningitis virus gejala klinis umumnya ringan hingga sedang. Pasien
An. V telah dilakukan CT Scan kepala lalu ditemukan adanya hidrosefalus dan
edema serebri. Hidrosefalus biasa ditemukan pada kasus meningitis TB dan
meningitis bakteri akibat adanya obstruksi eksudat di sisterna basalis. An. V
juga datang dengan kondisi hiponatrema, dimana pada kasus meningitis TB,
hiponatremi dapat terjadi paling sering (22.3%) karena Cerebral salt wasting
syndrome (CSWS). Angka kejadian hiponatremi karena syndrome of
inappropiate antidiuretic hormone (SIADH) hanya sekitar 3.1% pada
meningitis tuberkulosis. Pada CSWS, terjadi peningkatan diuresis, natriuresis
akibat adanya masalah pada sistem saraf pusat sehingga menyebabkan
hiponatremia dan hipovolemia. Dari analisa tersebut, diagnosis yang diambil
pada An. V adalah Meningitis TB dd bakteri. Untuk menegakkan diagnosa,
lumbar puncture perlu dilakukukan. Namun, pada An. V terdapat kontraindikasi
peningkatan TIK yang berisiko untuk terjadi herniasi apabila dilakukan LP.
Oleh karena itu, An. V direncanakan untuk dilakukan pemasangan VP shunt
dan dilakukan analisa cairan otak yang diambil saat prosedur di ruang OT. Hasil
analisa cairan otak pada tanggal 30/4/19 menunjukkan adanya cairan otak yang
jernih, cell count yang meningkat denga didominasi MN, kadar glukosa yang
tinggi serta kadar chloride yang menurun. Analisa cairan otak lebih mengarah
pada infeksi virus, dimana pada infeksi bakteri cairan otak biasanya keruh, cell
count yang menignkat dengan didominasi PMN, kadar glukosa yang rendah,
dan protein yang tinggi. Meningitis TB masih belum dapat disingkarkan karena
pada meningitis TB akut, cairan otak biasanya jernih. Kemudian, cell count
meningkat dengan didominasi dengan MN. Namun, analisa cairan otak
meningitis TB biasanya kadar glukosa rendah. Kemudian, berdasarkan
Thwaites Criteria, diagnosis meningitis tuberkulosis dapat terbagi menjadi
definite, probable dan possible. Dikatakan definite, apabila hasil CSF, AFB,
kultur mikobakterial, PCR, dan temuan histopatologi positif. Diagnosis
probable, apabila satu atau lebih kondisi yang menunjukkan adanya infeksi
tuberkulosis aktif, dimana ditemukan batang tahan asam selain di CSF.
Diagnosis possible ditegakkan apabila pasien mempunyai sedikitnya 4 dari
47
beberapa kriteria berikut : pleositosis CSF, ditemukan MN yang dominan pada
CSF, rasio glukosa CSF dengan glukosa plasma kurang dari 0.5, periode sakit
berlangsung lebih dari lima hari, menunjukkan adanya penurunan kesadaran,
adanya tanda neurologis fokal, dan pasien berespon terhadap pemberian OAT.
Pada An. V, memenuhi 4 kriteria dari diagnosis possible. Maka, dapat
disimpulkan An. V termasuk dalam meningitis tuberkulosis possible dan
kemungkinan meningitis tuberkulosis belum dapat disingkirkan.
Berdasarkan British Medical Council criteria, membagi stadium meningitis TB
berdasarkan kondisi klinis dan skor GCS.
Kesadaran An. V adalah stupor GCS 6-8, dengan posture tubuh dekortikasi.
Maka, berdasarkan British Medical Council Criteria untuk menunjukkan
tingkat keparahan pasien, An. V didiagnosis meningitis tuberkulosis stadium
IV.4-6
Meningitis tuberkulosis dapat menyebabkan komplikasi neurologis seperti
paralisis saraf kranialis, infark karena penyumbatan arteria dan vena.
Pengobatan meningitis tuberkulosa harus tepat dan adekuat, termasuk koreksi
elektrolit. An. V datang dengan kondisi hiponatremi ( diberikan OAT
Rifampisin 200 mg 1 x1, Isoniazid 100 mg 1 x 1, Pirazinamd 500 mg 1 x1,
Ethambutol 400 mg 1 x 1, Fluconazole 200 mg 1x1. Pengobatan selama 9 bulan,
bahkan dapat lebih lama. Isoniazid bersifat bakteriosid dan bakteriostatik
diberikan dengan 10-20 mg/kgBB maksimum dosis 300 mg/hari. Dosis
rifampisin 10-20 mg/kgBB/hari. Namun, perlu diingat pemberian rifampisin
dan isoniazid bersama-sama dapat memberikan efek hepatotoksik, terutama
apabila dosis INH melebihi 10mg/kgBB/hari. Pirazinamid bersifat
bakteriostatik, dberikan dengan dosis 20-40mg/kgBB/hari, selama dua bulan
48
secara oral. Ethambutol yang bersifat bakeriostatik diberikan dengan dosis 15-
25 mg/kgbb/hari selama 9 bulan. Kemudian, pada An. V juga diberikan
dexamethason yang berfungsi sebagai antiinflamasi, menurunkan tekanan
intrakranial, dan mengurangi edema otak.
4. Gizi Kurang
Berdasarkan status antropometri menggunakan CDC, BB/TB An. V = 74%
dengan kesan gizi kurang. Maka, berdasarkan bagan tatalaksana, penanganan
gizi kurang anak dengan penyakit berat diawali dengan mengobati penyakit
terlebih dahulu. Jumlah kalori pada anak dengan penyakit kritis menggunakan
REE, dimana pada perempuan usia 3-9 tahun (16,969 x BB) + (1,618 x TB) +
371,2, maka kebutuhan kalori An. V sekitar 900 kkal/hari dengan penghitungan
menggunakan berat badan ideal. Pada An. V, selama masa perawatan, total
kalori yang diperoleh per hari 500-1000 kkal, maka secara keseluruhan
kebutuhan kalori An. V terpenuhi.7,8.
49
keseimbangan tersebut berubah, organisme yang dominan di dalam rongga
mulut adalah basil gram negatif aerobik dan Staphylococcus aureus. Pada
pasien An. V, diberikan antibiotik Cefoperazone-sulbactam 3 x 500 mg IV yang
dapat bekerja pada multidrug-resistant Gram-negative bacteria sebagai terapi
Ventilator-Associated Pneumoni. Namun, pada hari ke-10 setelah pemberian
antibiotik, An. V tidak menunjukkan perbaikan, sehingga Amikacin 250 mg IV
1x1 diberikan pada An. V sesuai dengan hasil uji resistensi terhadap antibiotik.9-
10
50
DAFTAR PUSTAKA
3.
51