Anda di halaman 1dari 5

A.

PENGERTIAN VEGETASI

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari


beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan
bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantaranya sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dngan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem
tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977). Vegetasi, tanah, dan iklim berhubungan erat dan
pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat
akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya.
Analisis vegetasi biasanya dilakukan oleh para ilmuwan ekologi untuk mengetahui
kelimpahan jenis serta struktur (kerapatan tumbuh, pelapisan tajuk, dll) vegetasi suatu
tempat. Dengan menganalisis persebaran floristik maka ilmuwan ekologi lebih mudah
untuk mempelajari suatu komunitas tumbuhan (Irwanto, 2007).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifik.
Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain
karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan suatu sistem yang
selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Vegetasi mangrove secara spesifik
memperlihatkan adanya pola zonasi. Hal tersebut berkaitan erat dengan tipe tanah (lumpur,
pasir, atau gambut), keterbukaan (terhadap hempasan gelombang), salinitas serta pengaruh
pasang surut air laut (Safrin T., 2013).
Ekosistem adalah unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya
tercakup organisme dan lingkungannya (lingkungan biotik dan abiotik) dan di antara
keduanya saling memengaruhi (Odum ,1993). Ekosistem dikatakan sebagai suatu unit
fungsional dasar dalam ekologi karena merupakan satuan terkecil yang memiliki komponen
secara lengkap, memiliki relung ekologi secara lengkap, serta terdapat proses ekologi secara
lengkap, sehingga dalam unit ini siklus materi dan arus energi terjadi sesuai dengan kondisi
ekosistemnya.
Interaksi dalam suatu ekosistem dapat berupa simbioses mutualisme,
parasitisme, komensalisme, predatorisme, dan kompetisi. Secara umum ada tiga tipe
ekosistem, yaitu ekosistem air (akuatik), ekosistem darat (terestrial), dan ekosistem buatan
(Aryulina, 2004). Namun pada praktikum ini, ekosistem airlah yang paling banyak
dibahas.Terutama tentang ekosistem air tawar, lebih spesifik lagi tentang ekosistem air sungai
(perairan lotik).
Ekosistem air tawar lotik memiliki ciri airnua berarus.Contoh
ekosistem ini adalah sungai. Organisme yang hidup pada ekosistem ini dapat menyesuaikan
diri dengan dengan arus air, contohnya adalah ikan belida, serangga air dan diatom yang
dapat menempel pada batu. Produsen utama pada ekosistem ini adalah ganggang. Akan
tetapi, umumnya organise lotik memakan detritus yang berasal dari ekosistem darat di
sekitarnya.
Sungai di Indonesia umumnya memiliki sifat multiguna, mulai dari
keperluan rumah tangga, keperluan hewan, transportasi perairan dan lain sebagainya.
Kebanyakan fungsi sungai di Indonesia mengalami penurunan yang diakibatkan oleh aktifitas
manusia yang cenderung bersifat merusak. Pemanfaatan sungai sebagai tempat pembuangan
air limbah merupakan dampak dari aktifitas masyarakat terhadap lingkungan yang dapat
menyebabkan perubahan faktor lingkungan sehingga akan berakibat buruk bagi organisme air
(Widanengroem, 2010)
B. JENIS-JENIS EKOSISTEM

1. Ekosistem Akuatik Air Tawar

Ekosistem akuatik air tawar adalah ekosistem yang lingkungan hidupnya


dikuasai oleh air tawar, yang merupakan habitat dari berbagai makhluk hidup. Habitat air
tawar hanya ditempati sebagian kecil saja dibandingkan dengan laut dan daratan. Namun
kepentingan manusia terhadap air tawar sangat tinggi karena merupakan sumber air paling
praktis dan murah untuk kepentingan domestik maupun industri bila tidak ada air tawar
akan menjadi faktor pembatas bagi manusia.Pada dasarnya ekosistem air tawar dibagi
menjadi dua bentuk :

a) Ekosistem air tergenang (air diam) yang biasa disebut dengan ekosistem lentik,
dibedakan menjadi perairan alamiah dan perairan buatan. Berdasarkan proses
terbentuknya perairan alamiah dibedakan menjadi perairan yang terbentuk karena
aktivitas tektonik dan aktivitas vulkanik. Misalnya kolam, telaga, rawa, waduk dan
sebagainya, (bahasa latin Lentis artinya tenang).

b) Ekosistem air mengalir atau biasa disebut ekosistem lotik (lotus, bahasa latin artinya
aliran) misalnya sungai, kali, parit, dan sebagainya (Campbell dkk, 2003). Perairan
mengalir mempunyai corak tertentu yang secara jelas membedakannya dari air
menggenang walaupun keduanya merupakan habitat air tawar.

Ekosistem air tawar memiliki ciri-ciri antara lain variasi suhu tidak menyolok,
penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Tumbuhan yang umumnya
dijumpai adalah ganggang dan tumbuhan biji. Ekosistem air tawar dapat dikelompokkan
menjadi air tenang dan air mengalir. Danau dan rawa termasuk ekosistem air tenang,
sedangkan sungai termasuk ekosistem air mengalir .

1. Danau
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang pada wilayah depresi atau
cekungan dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter
persegi. Kondisi danau berbeda dilihat dari kedalamannya. Karena itu, terdapat
perbedaan komunitas tumbuhan dan hewan berdasarkan kedalaman dan jaraknya
dari tepi. Danau dibagi menjadi 4 daerah yang berbeda yaitu:
a) Daerah Litoral
Daerah litoral merupakan daerah dangkal, sehingga cahaya matahari menembus
sampai ke dasar danau secara optimal. Tumbuhan yang hidup di daerah ini
merupakan tumbuhan air yang berakar dan ada daun yang mencuat ke atas
permukaan air. Berbagai jenis ganggang, siput dan remis, ikan, amfibi, itik,
angsa, kura-kura dapat ditemukan di wilayah ini.
b) Daerah Limnetik
Lebih jauh dari daerah litoral, terdapat daerah limnetik yang masih dapat
ditembus oleh sinar matahari. Fitoplankton, termasuk ganggang dan
sianobakteri dapat ditemukan di daerah ini. Sementara itu, Rotifera dan udang-
udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton tersebut kemudian menjadi
sumber makanan bagi ikan-ikan kecil. Ikan tersebut menjadi sumber makanan
bagi ikan yang lebih besar dan kemudian ikan yang lebih besar dimangsa oleh
ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.
c) Daerah Profundal
Daerah profundal merupakan daerah yang dalam dan merupakan daerah afotik
danau. Cacing dan mikroba menghuni daerah ini.
d) Daerah Bentik
Daerah bentik merupakan daerah dasar danau. Di daerah
ini dapat dijumpai organisma mati dan bentos.

Selain berdasarkan jarak dan kedalaman, danau juga dapat dibedakan berdasarkan
produksi materi organiknya, yaitu:

Danau Oligotropik
Danau oligotropik merupakan danau yang dalam dan memiliki fitoplankton
yang tidak produktif, sehingga kekurangan makanan. Airnya yang jernih sekali,
dihuni oleh sedikit organisma, dan terdapat oksigen sepanjang tahun di dasar
danau merupakan ciri danau ini.

Danau Eutropik
Lain halnya dengan oligotropik, danau eutropik merupakan danau yang dangkal
memiliki fitoplankton yang produktif, sehingga kaya akan kandungan makanan.
Airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisma, dan oksigen terdapat di
daerah profundal merupakan ciri dari danau eutropik.

2. Sungai
Ekosistem sungai dapat merupakan sebuah bioma dari sebuah ekosistem
daratan yang besar. Tidak seperti danau yang relatif diam, air sungai mengalir,
sehingga tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri.
Namun demikian, terjadi pula fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman
berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan. Ekosistem sungai banyak
mengalami gangguan karena pembangunan waduk atau bendungan. Waduk dapat
memutus jalan bagi sejumlah ikan yang biasa bergerak dari hilir ke hulu untuk
bertelur. Akibatnya, sejumlah spesies ikan hilang dari aliran sungai tersebut. Contoh,
di daerah tropis seperti Indonesia adalah ikan pelus dan ikan sidat. Ikan pelus hidup
di dekat hulu sungai, tetapi bertelur di laut. Karena jalannya terputus, maka aktivitas
perkembangbiakannya terganggu. Di daerah subtropis, terdapat ikan salmon yang
hidup di laut. Pada saat musim bertelur, ikan-ikan tersebut bergerak ke hulu untuk
bertelur di sana.Setelah telur menetas ikan salmon yang masih kecil hidup di sungai
dan pada saat sudh besar kembali ke laut.

B. Ekosistem Air Laut


Ekosistem air laut dibedakan menjadi estuari, mangrove, lamun, terumbu karang dan
laut.
1. Estuari

Estuari atau lebih dikenal dengan istilah muara merupakan tempat pertemuan
antara sungai dengan laut. Karena itu, nutrien sungai yang dibawa melalui proses
erosi oleh sungai dari daratan dapat memperkaya estuari. Salinitas di estuari
dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut airnya. Pada saat pasang, air laut
masuk ke badan sungai dan meningkatkan salinitasnya. Sebaliknya, pada saat surut
atau pada saat air sungai mengalir dengan volume yang besar, salinitasnya berubah
menjadi rendah sampai menjorok ke arah laut. Estuari menjadi habitat bagi sejumlah
organisma seperti rumput rawa garam, ganggang, fitoplankton, cacing, kerang,
kepiting, dan ikan. Estuari juga menjadi tempat kawin bagi sejumlah invertebrata
laut dan ikan laut serta menjadi tempat makan bagi unggas air.
2. Mangrove

Hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai komunitas yang hidup pada


kawasan lembab dan berlumpur yang dipengaruhi oleh gerak air laut pasang surut,
berfungsi sebagai tempat memijahnya berbagai spesies ikan, udang dan biota laut
lainnya serta merupakan habitat berbagai spesies burung, mamalia dan reptilia.
(Kamal, dkk. 2005). Hutan mangrove juga merupakan salah satu ekosistem utama di
wilayah pesisir dan laut yang tumbuh dan berkembang baik di Indonesia, merupakan
salah satu sumberdaya alam pesisir dan laut dapat pulih yang sangat kaya dan
produktif. Hutan mangrove dengan beragam vegetasi dan fauna asosiatifnya
memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Hutan mangrove berfungsi
sebagai pelindung pantai dari gempuran atau hempasan ombak, arus yang kuat dan
abrasi pantai. Memiliki nilai ekonomis sebagai tempat penangkapan dan budidaya
berbagai jenis dan udang, selain dapat dimanfaatkan kayunya untuk bahan
bangunan, arang dan bahan baku kertas. Berikut merupakan metode analisis vegetasi
untuk mendapatkan struktur dan komposisi vegetasi mangrove seperti. kerapatan
(K), kerapatan relatif (KR), Frekuensi (F), frekunsi relatif (FR), dominasi (D),
dominasi relatif (DR) dan Indeks Nilai Penting (INP) dari setiap jenis masing-
masing tingkatan vegetasi dengan dengan mengacu pada rumus. Mueller-Dombois
dan Ellenberg.

2. Lamun
Padang lamun (sea grass) merupakan tumbuhan berbunga yang hidup
terbenam di dasar laut. Tumbuhan ini terdiri dari akar, batang (Rhizome) dan daun.
Warna daun kecoklatan sedang batang coklat tua, batangnya berbuku-buku dan
berbunga. Tumbuh berdiri tegak di dasar laut, akarnya menancap ke dalam pasir
dengan kuat sehingga mampu berdiri tegak walau dihempas gelombang dan arus air.
Biasa hidup pada perairan disekitar pulau-pulau, di perairan dangkal hingga sedang
dengan penetrasian sinar matahari.Lamun hidup di perairan dangkal agak berpasir,
sering juga dijumpai di ekosistem terumbu karang. Lamun membentuk padang yang
luas dan lebat di dasar laut yang masih terjangkau oleh cahaya matahari dengan
tingkat energi cahaya yang memadai bagi pertumbuhannya.
Lamun tumbuh tegak, berdaun tipis yang bentuknya mirip pita dan berakar
jalar. Tunas-tunas tumbuh dari rhizoma, yaitu bagian rumput yang tumbuh menjalar
di bawah permukaan dasar laut. Lamun berbuah dan menghasilkan biji.Luas padang
lamun di Indonesia diperkirakan sekitar 30.000 km2 yang dihuni oleh 7 marga dan
13 jenis lamun, antara lain jenis Enhalus acaroides dari suku Hydrocharitaceae.
Suatu padang lamun dapat terdiri dari vegetasi tunggal yakni tersusun dari satu jenis
lamun saja ataupun vegetasi campuran yang terdiri dari berbagai jenis lamun.
Di setiap padang lamun hidup berbagai biota lainnya yang berasosiasi dengan
lamun, yang keseluruhannya terkait dalam satu rangkaian fungsi ekosistem.
(Nondji,2010).Ekosistem lamun memiliki produktifitas organik tinggi karena itu
juga berfungsi sebagai feeding ground (daerah mencari makan), spawning ground
(daerah pemijahan), nursery ground (daerah pembesaran/asuhan). Selain itu,
Keberadaan padang lamun dapat menstabilkan dasar laut. Padang lamun berfungsi
sebagai perangkap sedimen dan distabilkan. Padang lamun merupakan daerah
penggembalaan (grazing ground) bagi hewan-hewan laut seperti “duyung”
(mamalia), penyu laut, bulu babi dan beberapa jenis ikan. Padang lamun juga
merupakan daerah asuhan (nursery ground) bagi larva-larva berbagai jenis ikan.
Tumbuhan lamun dapat digunakan sebagai bahan makanan dan pupuk.

3. Terumbu Karang
Terumbu karang adalah sebuah tipe ekosistem yang khas tropis. Ekosistem ini
dapat dijumpai pada laut di daerah tropis yang airnya jernih, sehingga cahaya
matahari dapat menembus air dan memungkinkan terjadinya fotosintesis. Komunitas
ini didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria. Terumbu
karang juga sangat dikenal akan keragaman jenisnya, termasuk ikan hias yang
bernilai ekonomi tinggi. Karena itulah, terumbu karang sangat rawan akan
kerusakan. Karang atau koral mensekresikan kalsioum karbonat dan rangka dari
kalsium karbonat memiliki bentuk yang unik dan bermacam-macam.
Karang juga menjadi organisma lainnya, termasuk ganggang. Berbagai jenis
invertebrata, mikroorganisma, ikan, siput, landak laut, gurita, bintang laut dan lain-
lain banyak dijumpai di terumbu karang. Selain menjadi habitat bagi banyak
organisma, terumbu karang memiliki banyak fungsi lainnya. Kekuatan ombak
menjadi berkurang dengan adanya terumbu karang, sehingga pantai relatif aman dari
kerusakan. Saat ini kerusakan terumbu karang terus terjadi, baik sebagai bahan
bangunan maupun sebagai barang-barang hiasan. Pengambilan ikan hias juga
cenderung berlebihan (overfishing) dan menggunakan bahan peledak, sehingga
menghancurkan terumbu karang secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai