PENGERTIAN VEGETASI
a) Ekosistem air tergenang (air diam) yang biasa disebut dengan ekosistem lentik,
dibedakan menjadi perairan alamiah dan perairan buatan. Berdasarkan proses
terbentuknya perairan alamiah dibedakan menjadi perairan yang terbentuk karena
aktivitas tektonik dan aktivitas vulkanik. Misalnya kolam, telaga, rawa, waduk dan
sebagainya, (bahasa latin Lentis artinya tenang).
b) Ekosistem air mengalir atau biasa disebut ekosistem lotik (lotus, bahasa latin artinya
aliran) misalnya sungai, kali, parit, dan sebagainya (Campbell dkk, 2003). Perairan
mengalir mempunyai corak tertentu yang secara jelas membedakannya dari air
menggenang walaupun keduanya merupakan habitat air tawar.
Ekosistem air tawar memiliki ciri-ciri antara lain variasi suhu tidak menyolok,
penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Tumbuhan yang umumnya
dijumpai adalah ganggang dan tumbuhan biji. Ekosistem air tawar dapat dikelompokkan
menjadi air tenang dan air mengalir. Danau dan rawa termasuk ekosistem air tenang,
sedangkan sungai termasuk ekosistem air mengalir .
1. Danau
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang pada wilayah depresi atau
cekungan dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter
persegi. Kondisi danau berbeda dilihat dari kedalamannya. Karena itu, terdapat
perbedaan komunitas tumbuhan dan hewan berdasarkan kedalaman dan jaraknya
dari tepi. Danau dibagi menjadi 4 daerah yang berbeda yaitu:
a) Daerah Litoral
Daerah litoral merupakan daerah dangkal, sehingga cahaya matahari menembus
sampai ke dasar danau secara optimal. Tumbuhan yang hidup di daerah ini
merupakan tumbuhan air yang berakar dan ada daun yang mencuat ke atas
permukaan air. Berbagai jenis ganggang, siput dan remis, ikan, amfibi, itik,
angsa, kura-kura dapat ditemukan di wilayah ini.
b) Daerah Limnetik
Lebih jauh dari daerah litoral, terdapat daerah limnetik yang masih dapat
ditembus oleh sinar matahari. Fitoplankton, termasuk ganggang dan
sianobakteri dapat ditemukan di daerah ini. Sementara itu, Rotifera dan udang-
udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton tersebut kemudian menjadi
sumber makanan bagi ikan-ikan kecil. Ikan tersebut menjadi sumber makanan
bagi ikan yang lebih besar dan kemudian ikan yang lebih besar dimangsa oleh
ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.
c) Daerah Profundal
Daerah profundal merupakan daerah yang dalam dan merupakan daerah afotik
danau. Cacing dan mikroba menghuni daerah ini.
d) Daerah Bentik
Daerah bentik merupakan daerah dasar danau. Di daerah
ini dapat dijumpai organisma mati dan bentos.
Selain berdasarkan jarak dan kedalaman, danau juga dapat dibedakan berdasarkan
produksi materi organiknya, yaitu:
❖
Danau Oligotropik
Danau oligotropik merupakan danau yang dalam dan memiliki fitoplankton
yang tidak produktif, sehingga kekurangan makanan. Airnya yang jernih sekali,
dihuni oleh sedikit organisma, dan terdapat oksigen sepanjang tahun di dasar
danau merupakan ciri danau ini.
❖
Danau Eutropik
Lain halnya dengan oligotropik, danau eutropik merupakan danau yang dangkal
memiliki fitoplankton yang produktif, sehingga kaya akan kandungan makanan.
Airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisma, dan oksigen terdapat di
daerah profundal merupakan ciri dari danau eutropik.
2. Sungai
Ekosistem sungai dapat merupakan sebuah bioma dari sebuah ekosistem
daratan yang besar. Tidak seperti danau yang relatif diam, air sungai mengalir,
sehingga tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri.
Namun demikian, terjadi pula fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman
berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan. Ekosistem sungai banyak
mengalami gangguan karena pembangunan waduk atau bendungan. Waduk dapat
memutus jalan bagi sejumlah ikan yang biasa bergerak dari hilir ke hulu untuk
bertelur. Akibatnya, sejumlah spesies ikan hilang dari aliran sungai tersebut. Contoh,
di daerah tropis seperti Indonesia adalah ikan pelus dan ikan sidat. Ikan pelus hidup
di dekat hulu sungai, tetapi bertelur di laut. Karena jalannya terputus, maka aktivitas
perkembangbiakannya terganggu. Di daerah subtropis, terdapat ikan salmon yang
hidup di laut. Pada saat musim bertelur, ikan-ikan tersebut bergerak ke hulu untuk
bertelur di sana.Setelah telur menetas ikan salmon yang masih kecil hidup di sungai
dan pada saat sudh besar kembali ke laut.
Estuari atau lebih dikenal dengan istilah muara merupakan tempat pertemuan
antara sungai dengan laut. Karena itu, nutrien sungai yang dibawa melalui proses
erosi oleh sungai dari daratan dapat memperkaya estuari. Salinitas di estuari
dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut airnya. Pada saat pasang, air laut
masuk ke badan sungai dan meningkatkan salinitasnya. Sebaliknya, pada saat surut
atau pada saat air sungai mengalir dengan volume yang besar, salinitasnya berubah
menjadi rendah sampai menjorok ke arah laut. Estuari menjadi habitat bagi sejumlah
organisma seperti rumput rawa garam, ganggang, fitoplankton, cacing, kerang,
kepiting, dan ikan. Estuari juga menjadi tempat kawin bagi sejumlah invertebrata
laut dan ikan laut serta menjadi tempat makan bagi unggas air.
2. Mangrove
2. Lamun
Padang lamun (sea grass) merupakan tumbuhan berbunga yang hidup
terbenam di dasar laut. Tumbuhan ini terdiri dari akar, batang (Rhizome) dan daun.
Warna daun kecoklatan sedang batang coklat tua, batangnya berbuku-buku dan
berbunga. Tumbuh berdiri tegak di dasar laut, akarnya menancap ke dalam pasir
dengan kuat sehingga mampu berdiri tegak walau dihempas gelombang dan arus air.
Biasa hidup pada perairan disekitar pulau-pulau, di perairan dangkal hingga sedang
dengan penetrasian sinar matahari.Lamun hidup di perairan dangkal agak berpasir,
sering juga dijumpai di ekosistem terumbu karang. Lamun membentuk padang yang
luas dan lebat di dasar laut yang masih terjangkau oleh cahaya matahari dengan
tingkat energi cahaya yang memadai bagi pertumbuhannya.
Lamun tumbuh tegak, berdaun tipis yang bentuknya mirip pita dan berakar
jalar. Tunas-tunas tumbuh dari rhizoma, yaitu bagian rumput yang tumbuh menjalar
di bawah permukaan dasar laut. Lamun berbuah dan menghasilkan biji.Luas padang
lamun di Indonesia diperkirakan sekitar 30.000 km2 yang dihuni oleh 7 marga dan
13 jenis lamun, antara lain jenis Enhalus acaroides dari suku Hydrocharitaceae.
Suatu padang lamun dapat terdiri dari vegetasi tunggal yakni tersusun dari satu jenis
lamun saja ataupun vegetasi campuran yang terdiri dari berbagai jenis lamun.
Di setiap padang lamun hidup berbagai biota lainnya yang berasosiasi dengan
lamun, yang keseluruhannya terkait dalam satu rangkaian fungsi ekosistem.
(Nondji,2010).Ekosistem lamun memiliki produktifitas organik tinggi karena itu
juga berfungsi sebagai feeding ground (daerah mencari makan), spawning ground
(daerah pemijahan), nursery ground (daerah pembesaran/asuhan). Selain itu,
Keberadaan padang lamun dapat menstabilkan dasar laut. Padang lamun berfungsi
sebagai perangkap sedimen dan distabilkan. Padang lamun merupakan daerah
penggembalaan (grazing ground) bagi hewan-hewan laut seperti “duyung”
(mamalia), penyu laut, bulu babi dan beberapa jenis ikan. Padang lamun juga
merupakan daerah asuhan (nursery ground) bagi larva-larva berbagai jenis ikan.
Tumbuhan lamun dapat digunakan sebagai bahan makanan dan pupuk.
3. Terumbu Karang
Terumbu karang adalah sebuah tipe ekosistem yang khas tropis. Ekosistem ini
dapat dijumpai pada laut di daerah tropis yang airnya jernih, sehingga cahaya
matahari dapat menembus air dan memungkinkan terjadinya fotosintesis. Komunitas
ini didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria. Terumbu
karang juga sangat dikenal akan keragaman jenisnya, termasuk ikan hias yang
bernilai ekonomi tinggi. Karena itulah, terumbu karang sangat rawan akan
kerusakan. Karang atau koral mensekresikan kalsioum karbonat dan rangka dari
kalsium karbonat memiliki bentuk yang unik dan bermacam-macam.
Karang juga menjadi organisma lainnya, termasuk ganggang. Berbagai jenis
invertebrata, mikroorganisma, ikan, siput, landak laut, gurita, bintang laut dan lain-
lain banyak dijumpai di terumbu karang. Selain menjadi habitat bagi banyak
organisma, terumbu karang memiliki banyak fungsi lainnya. Kekuatan ombak
menjadi berkurang dengan adanya terumbu karang, sehingga pantai relatif aman dari
kerusakan. Saat ini kerusakan terumbu karang terus terjadi, baik sebagai bahan
bangunan maupun sebagai barang-barang hiasan. Pengambilan ikan hias juga
cenderung berlebihan (overfishing) dan menggunakan bahan peledak, sehingga
menghancurkan terumbu karang secara keseluruhan.