Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PAJAK PENGHASILAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Akuntansi menengah Dua (2)
Dosen Pengampu : Devi Yani S.E, M.S.AK

Oleh:

Muhamad ghozali 2018 11142p


Gracia Adininta 2017111104
Lutfia Anissa 2017111089
Monica Puji 2017111090
Nopita

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AKUTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
GENTIARAS
2018
KATA PENGANTAR

Puji Tuhan atas segala puji dan panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan
berkat-Nya sehinnga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "PAJAK PENGHASILAN”.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Koperasi.
Adapun isi dari makalah yaitu menjelaskan tentang PAJAK PENGHASILAN
Penyusun berterimakasih kepada Devi Yani S.E, M.S.AK selaku dosen Akuntansi menengah dua
(2) yang telah memberikan arahan serta bimbingan, dan juga kepada semua pihak yang telah membantu
baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini.

Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena
keterbatasan kemampuan penyusun sendiri. Oleh karena itu, sangatlah penyusun harapkan saran dan
kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan
berdayaguna dimasa yang akan datang.

Bandar Lampung, 28 Mei 2019


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………………….4

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………………4

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………………...4

1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………………..........4

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………………..5

2.1 Pengertian Pajak Tangguhan ……………………………………………………….……….5

2.2 Perbedaan Permanen Dan Temporer ……………………………………………...………...5

2.3 Ilustrasi Sederhana Perhitungan Kewajiban Dan Asset Pajak Tangguhan ………………....6

2.4 Perubahan Tarif Pajak Yang Berlaku ……………………………………………..………...18

2.5 Ilustrasi Komprehensif Pajak Tangguhan ……………………………………………….….19

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………………….23

3.2 Saran ………………………………………………………………………………………...23

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Pajak penghasilan di sebut dalam dengan pajak penghasilan pasal 25 atau pph 25 adalah pajak
yang di kenakan untuk orang prtibadi, perusahaan atau badan hukum lainnya atas penghasilan yang
di dapat. Dasar hukum untuk pajak penghasilan adalah undang-undang no. 7 tahun 1983. Kemudian
mengalami perubahan berturut-turut , dari mulai UU No. 7 dan tahun 1991 UU No. 10 dan tahun
1994, UU No. 17 dan tahun 2000 serta terakhir UU No. 36 Dan tahun 2008.
Di Indonesia awlnya pajak penghasilan di terapkan pada perusahaan perkebunan yang banyak
didirikan di Indonesia, pajak tersebut dinamakan dengan pajak perseroan (pps) pajak perseroan
adalah pajak yang di kenakan terhadap laba perseroan dan di berlakukan pada tahun 1925 setelah
pajak di kenakan hanya untuk perusahaan-perusahaan yang di dirikan di Indonesia, berangsur-angsur
akhirnya di terapkan pula pajak yang di kenakan untuk perorangan atau karyawan yang bekerja di
suatu perusahaan.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang di maksud pajak tangguhan
2. Apakahperbedaan permanen dan perbedaan temporer
3. Apakah yang di maksud dengan ilustrasi sederhana perhitungan kewajiban dan Aset pajak
tangguhan
4. Apakah yang di maksud dengan perubahan tariff pajak yang berlaku
5. Ilustrasi komprehensif pajak tangguhan

3. TUJUAN PEMBAHASAN
penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengertian dari pajak
2. Mengetahui perhitungan pajak dalam akuntansi
BAB II

PEMBAHASAN

1. PAJAK PENGHASILAN TANGGUHAN : SUATU PENGANTAR

Pajak penghasilan ( income tax ) adalah pajak yang di hitung berdasarkan peraturan perpajakan
dan pajak ini dikenakan atas penghasilan kena pajak perusahaan. Pajak penghasilan merupakan beban
yang timbul karena diberlakukannya peraturan perpajakan dunia usaha pada negara tertentu dan
beban pajak penghasilan ini memiliki jumlah yang material dalam laporan keuangan
perusahaan.Jumlah beban pajak yang harus diakui dalam penghitungan laba atau rugi pada suatu
periode terdiri dari dua unsur utama yaitu pajak kini ( current tax ) , yaitu jumlah pajak penghasilan
terutang ( payable ) atas penghasilan kena pajak pada suatu periode ; dan pajak tangguhan ( deffered
tax ).

Di Indonesia, penghitungan menegenai akuntansi pajak penghasilan diatur dalam PSAK No.46
yang mulai berlaku sejak tanggal 1 januari 1999 untuk perusahaan yang menerbitkan surat-surat
berharga yang diperdagangkan kepada publik dan bagi perusahaan lainnya dimulai pada atau setelah
1 januari 2001. PSAK No.46 ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi pajak
penghasilan,meliputi pengakuan,pengukuran/penilaian, penyajian dan pengungkapan pajak
penghasilan dan pengaruhnya, yaitu Kewajiban Pajak Tangguhan ( deffered tax liabilities/DTL )
dalam laporan suatu perusahaan.

2. PERBEDAAN PERMANEN DAN PERBEDAAN TEMPORER

a. Perbedaan Permanen

Perbedaan ini disebabkan oleh berbagai provisi dari undang-undang perpajakan yang
menentukan berbagai jenis pendapatan yang dibebaskan dari pajak atau penghasilan tidak kena
pajak (nontaxable income ) dan beberapa jenis beban yang tidak boleh dikurangkan
(nondeductible expense).

Jenis perbedaan permanen yaitu:

 Penghasilan yang telah dipotong PPh ( pajak penghasilan final)


 Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
 Pengeluaran yang termasuk dalam beban yang tidak boleh dikurangkan ( pasal 9(1) UU
PPh )
 Pengeluaran yang tidak termasuk dalam beban yang boleh dikurangkan ( pasal 6 ayat 1
UU PPh )
b. Perbedaan Temporer

Perbedaan temporer adalah perbedaan antara laba akuntansi dan penghasilan kena pajak
yang disebabkan oleh kententuan perpajakan dan memberikan pengaruh di masa mendatang dalam
jangka waktu tertentu sehingga pengaruh terhadap laba akuntansi dan penghasilan kena pajak
akhirnya menjadi sama.

Perbedaan temporer dapat berupa:

 Perbedaan temporer kena pajak ( taxable temporary differences ) adalah perbedaan


temporer yang menimbulkan suatu jumlah kena pajak ( taxable amounts ) dalam
penghitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aset dipulihkan atau nilai
tercatat kewajiban tersebut di lunasi .Hal ini terjadi jika, pada permulaan tahun jumlah
penghasilan kena pajak lebih kecil daripada laba akuntansi , makq jumlah laba fiskal akan
menjadi lebih besar di tahun-tahun berikutnya. Jumlah pajak penghasilan yang diharapakan
akan dibayar pada penghasilan kena pajak tambahan di masa mendatang akan dicatat pada
neraca sebagai Kewajiban Pajak Tangguhan.
 Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan ( deductible temporary differences ) adalah
perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah yang boleh dikurangkan dalam
penghitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aset dipulihkan atau nilai
tercatat kewajiban tersebut dilunasi. Hal ini terjadi jika pada permulaan tahun jumlah
penghasilan ken pajak ( lab fiskal ) lebih besar daripada laba akuntansi, maka jumlah laba
fiskal akan menjadi berkurang di tahun-tahun berikutnya. Jumlah pengurangan pajak
penghasilan yang diharapkan ini akan dicatat pada neraca sebagai Aset Pajak Tangguhan .

3. ILUSTRASI SEDERHANA PENGHITUNGAN KEWAJIBAN DAN ASET PAJAK


TANGGUHAN
a. ilustrasi sederhana kewajiban pajak tangguhan

PT. Simpel memiliki penjualan selama tahun 2010 sebesar Rp. 200.000.000. Dari
penjualan tersebut hanya Rp.130.000.000 yang tertagih secara tunai, sedangkan sisanya sebesar
Rp. 70.000.000 diharapkan dapat ditagih pada tahun 2011. Peraturan pajak menetapkan bahwa
penghasilan tidak dikenakan pajak sampai tertagih dalam bentuk kas. Tarif pajak tahun 2010 dan
tahun berikutnya adalah 30 % . Asumsi selama tahun 2010 , beban perusahaan yang terjadi
hanya beban pajak penghasilan.

Dari ilustrasi diatas, PT. Simpel membuat tabel perbedaan laba komersial dan laba fiskal untuk penjualan
tersebut pada tahun 31 desember 2010 sebagai berikut:
Keterangan Laba komersial perbedaan Laba fiskal
Permanen temporer
pendapatan 200.000.000 ( 70.000.000) 130.000.000
Beban 0 0
perusahaan
Laba ( 200.000.000 (70.000.000 ) 130.000.000
setelah
dikoreksi )

Menurut perhitungan laba akuntansi sesuai Standar Akuntansi Keuangan ( SAK ) , laba komersial
yang diakui PT.simpel untuk tahun yang berkakhir pada desember 2010 adalah Rp. 200.000.000.
Sedangkan dalam penentuan laba kena pajak atau laba fiskal , laba yang diakui adalah Rp. 130.000.000
berdasarkan peraturan pajak yaitu sebesar jumlah uang yang diterima. Akibatnya, terjadi perbedaan yang
bersifat temporer sebesar Rp. 70.000.000 . Perbedaan temporer ini berupa kewajiban pajak tangguhan
karena pada awal tahun 2010 , laba fiskal ( yaitu Rp. 0 , karena belum ada pengakuan penjualan) lebih
kecil daripada laba komersial ( yaitu Rp. 200.000.000 karena sudah ada pengakuan penjualan dengan
menggunakan konsep dasar akrual).

Beban pajak kini yang muncul dihitung berdasarkan laba kena pajak/laba fiskal yaitu sebesar Rp.
39.000.000 ( Rp. 130.000.000 x 30 % ) . Perusahaan juga mencatat kewajiban pajak tangguhan sebesar
Rp. 21.000.000 ( 70.000.000 x 30 % ) . Ayat jurnal yang dibuat oleh PT. Simpel untuk mencatat beban
pajak kini dan kewajiban pajak tangguhan pada 31 desember 2010 adalah :

Tanggal Nama perkiraan Debet kredit


31 des 2010 Beban pajak penghasilan 39.000.000
Kewajiban pajak penghasilan 39.000.000
31 des 2010 Beban pajak penghasilan- 21.000.000
tangguhan
Kewajiban pajak tangguhan 21.000.000

Pencatatan ayat jurnal sebagai berikut:

Tanggal Nama perkiraan Debet kredit


31 Beban pajak penghasilan 60.000.000 *
desember Kewajiban PPh 39.000.000
2010 Kewajiban pajak 21.000.000
tangguhan
*pajak kini Rp.
39.000.000 + pajak
tangguhan Rp. 21.000.000
Berikut adalah penyajian laporan laba rugi parsial PT. Simpel untuk tahun yang berakhir 31 desember
2010 :

PT. SIMPEL
LAPORAN LABA RUGI
Untuk tahun yang berakhir 31 desember 2010
Laba sebelum pajak Rp. 200.000.000
Beban pajak penghasilan:
Kini Rp. 39.000.000

Tangguhan Rp. 21.000.000

Rp. 60.000.000

Laba bersih Rp.140.000.000

b. Ilustrasi sederhana aset pajak tangguhan

PT. Simpel memulai usahanya pada tanggal 2 januari 2010 dan mencatat pendapatan sebesar Rp.
500.000.000 untuk tahun berjalan. Selain beban pajak penghasilan, satu-satunya beban perusahaan adalah
beban piutang tak tertagih sebesar Rp. 15.000.000.Peraturan pajak tidak memperbolehkan pengurangan
apapun hingga piutang tak tertagih benar-benar dihapuskan. Selama tahun 2010, jumlah piutang tak
tertagih yang dihapuskan adalah Rp. 4.000.000. Tarif pajak tahun 2010 dan tahun berikutnya adalah 30
%.

Tabel yang dibuat oleh Pt. Simpel atas perbedaan laba komersial dan laba fiskal untuk beban
piutang tak tertagih pada tahun 31 desember 2010 adalah sebagai berikut:

keterangan Laba komersial perbedaan Laba fiskal


Permanen temporer
Pendapatan 500.000.000 500.000.000
Koreksi:
Beban ( 15.000.000) 11.000.000 ( 4.000.000)
piutang tak
tertagih
485.000.000 11.000.000 496.000.000

Beban pajak kini yang muncul dihitung berdasarkan laba kena pajak/laba fiskal yaitu sebesar Rp.
148.800.000 ( Rp. 496.000.000 x 30 % ). Perusahaan juga mencatat aset pajak tangguhan sebesar Rp.
3.300.00 ( Rp. 11.000.000 x 30 % ) . Ayat jurnal yang dibuat Pt.Simpel untuk mencatat beban pajak kini
dan aset pajak tangguhan pada 31 des 2010 adalah
tanggal Nama perkiraan Debet kredit
31 des Beban pajak penghasilan-kini 148.800.000
2010
Kewajiban pajak penghasilan 148.800.000
31 des Aset pajak tangguhan 3.300.000
2010
Manfaat PPh - tangguhan 3.300.000
Maka pencatatan ayat jurnalnya sebagai berikut:

tanggal Nama perkiraan debet Kredit


31 des Beban PPh 145.500.000 *
2010
Aset pajak tangguhan 3.300.000
Kewajiban PPh 148.800.000
*pajak kini Rp. 148.800.000 – pajak tangguhan Rp. 3.300.000

Berikut adalah penyajian laporan laba rugi parsial PT. S impel untuk tahun berakhir 31 des 2010 :

PT.SIMPEL

LAPORAN LABA RUGI

Untuk tahun berakhir 31 des 2010

Pendapatan Rp. 500.000.000

Beban piutang tak tertagih Rp. 15.000.000

Laba sebelum pajak Rp. 485.000.000

Beban pajak penghasilan:

Kini Rp. 148.800.000

Manfaat tangguhan Rp. (3.300.000)

Rp. 145. 500.000

Laba bersih Rp. 339. 500.000


Perhitungan Tahunan Kewajiban Dan Asset Pajak Tangguhan

Berikut adalah ringkasan daftar prosedur yang harus d jalan kan setiap tahunya untuk menghitung jumlah
kewajiban dan asset pajak tangguhan yang akan di laksanakan dalam laporan keuangan:

1. identifikasi jenis dan jumlah dari perbedaan sementara yang ada


2. mengukur kewajiban pajak tangguhan untuk perbedaan temporer kena pajak dengan
menggunakan tarif pajak ( peraturan pajak) yang berlaku atau yang telah secara substantive
berlaku pada tanggal neraca
3. mengukur ase pajak tangguhan untuk perbedaan temporer yang boleh di kurangkan dengan
menggunakan tariff pajak (peraturan pajak) yang berlaku atau yang telah secara substantif berlaku
pada tanggal neraca
4. penggunaan perbedaan temporer yang boleh di kurangkan pada masa depan terjadi dalam bentuk
pengurangan laba fiscal. Namun, manfaat ekonomi berupa pengurangan pembayaran pajak hanya
akan di nikmati oleh perusahaan apabila perusahaan mempunyai laba fiscal dengan jumlah yang
memadai sehingga realisasi tersebut dapat di manfaatkan. Jika tidak, maka asset pajak tanguhan
tersebut dapat terealisasikan. Pada setiap tanggal neraca, perusahaan menilai kembali asset pajak
perusahaan menilai kembali asset pajak tangguhanyang di akui. Perusahaan mengaku asset
tangguhan yang sebelumnya tidak di akui apabila besar kemungkinan bahwa laba fiscal pada masa
depan akan tersedia untuk pemulihannya

perhitungan tahunan kewajiban pajak tangguhan

sebagai ilustrasi, asumsi pt sahabat memulai operasional perusahaanya pada tahun 2010. Selama tahun
2010, pt sahabat menghitung laba bersih sebelum kena pajak sebesar Rp. 300.000.000 perusahaan
tersebut dalam perhitungan pajak tangguhannya hanya memiliki kewajiban pajak tangguhan, yang timbul
kerena perbedaan penyusutan di gunakan dalam perhitungan laba akutansi da penyusutan yang di
gunakan dalam perhitungan laba fskal. Jumlah penyusutan untuk asset tetap perusahaan dari tahun 2010
sampai dengan 2013 adalah sebagai berikut ( dalam rupiah).

Tahun Pelaporan akuntansi Pelaporan pajak penghasilan


2010 100.000.000 160.000.000
2011 100.000.000 120.000.000
2012 100.000.000 100.000.000
2013 100.000.000 20.000.000
Total 400.000.000 400.000.000
Tarif yang berlaku untuk tahun 2010 dan tahun-tahun berikutnya adalah 30%

Tahun 2010

PT Sahabat memiliki laba kena pajak atau laba fiscal (taxable income) untuk tahun 2010 sebesar

Rp. 240.000.000 dengan perhitungan sebagai berikut:


Laba sebelum kena pajak (laba akuntansi) Rp. 300.000.000
Perbedaan permanen: Rp -
Laba yang dikenakan pajak Rp. 300.000.000
Perbedaan temporer:
Penyusutan asset tetap (Rp. 60.000.000)
Laba kena pajak ( laba fiskal) Rp. 240.000.000
Beban pajak penghasilan (Rp. 240.000.000 X 30%) Rp. 72.000.000
PT. Sahabat mencacat kewajiban lancar sebesar Rp. 72.000.000 pada akhir 2010, jumlah penyusuta asset
yang dilaporkan dalam laporan pajak melebihi penyusutan yang di laporkan pembukuan sebesar Rp.
60.000.000 (Rp. 160.000.000 X 30%). Kewajiban pajak tangguhan sebesar Rp. 18.000.000 ini akan
dilaporka pada laporan neraca pada tanggal 31 desember 2010. Karena asset yang di susutkan termasuk
dalam asset operational tidak lancar, maka kewajiban pajak tangguhan ini juga diklarifikasika ke dalam
kewajiban lancar,

Ayat jurnal yang di buat oleh PT. Sahabat untuk mencatat beban pajak kini dan kewajiban pajak
tangguhan pada tanggal 31 desember 2010 adalah:

Tanggal Nama perkiraan Debet Kredit


31 des Beban pajak penghasilan – kini 72.000.000
2010 Kewajiban pajak penghasilan 72.000.000
31 des Beban pajak penghasilan – tangguhan 18.000.000
2010 Kewajiban pajak tangguhan – tidak lancar 18.000.000
Pencatatn ayat jurnal di atas juga dapat di gabung menjadi satu jurnal yaitu sebagai berikut:

Tanggal Nama perkiraan Debet Kredit


31 des Beban pajak penghasilan 90.000.000
2010 Kewajiban pajak penghasilan 90.000.000
Kewajiban pajak tangguhan – tidak lancar
 pajak kini Rp. 72.000.000 + pajak tangguhan
Rp. 18.000.000

Seperti terlihat pada ayat jurnalpajak penghasilan tahun 2010, total beba pajak penghasilan yang terjadi
adalah Rp. 90.000.000 yang merupakan penjumlahan beban pajak kini Rp. 72.000.000 dan beban pajak
tangguhan Rp. 18.000.000. berikut adalah penyajian laporan laba rugi persial Pt sahabat untuk tahun yang
berakhir 31 desember 2010.
PT. Sahabat

Laporan laba rugi (parsial)

Untuk tahun yang berakhir 30 desember 2010

Laba sebelum pajak Rp. 300.000.000

Beban pajak penghasilan:

Kini Rp. 72.000.000

Tangguhan Rp. 18.000.000 Rp. 90.000.000

Laba bersih Rp. 210.000.000

Pada 31 desember 2010, laporan neraca pt sahabat pada bagian kewajiban akan melaporkan:

a. kewajiban lancar sebesar Rp. 72.000.000 untuk kewajiban pajak penghasilan dan
b. kewajiban tidak lancar sebesar Rp. 18.000.000 untuk kewajiban pajak tangguhan

Tahun 2011

Untuk mempermudah ilustrasi, asumsi PT Sahabat memiliki laba bersih sebelum kena pajak sebesar

Rp. 300.000.000 untuk setiap tahun 2011 sampai dengan 2013. Pada tahun 2011, PT Sahabat memiliki
laba kena pajak/ laba fiskal ( taxabele income) sebesar Rp. 280.000.000 dengan perhitungan sebagai
berikut:

Laba sebelum kena pajak Rp. 300.000.000


Perbedaan permanen -
Laba yang dikenakan pajak Rp. 300.000.000
Perbedaan temporer:
Penyusutan aset (Rp. 20.000.000)
Laba kena pajak (laba fiskal) Rp. 280.000.000
Beban pajak penghasilan (Rp. 280.000.000 X 30% ) Rp. 84.000.000

PT. Sahabat mencacat kewajiban lancar sebesar Rp. 84.00.000 di setiap tahun berikutnya mengikuti
pengakuan awal penangguhan, saldo akhir kewajiban pajak tangguhan ditentukan dan di bandingkan
dengan saldo awalnya. Perbedaan antara saldo awal dan saldo akhir di catat sebagai penyesuaian
(adjustment) unutk akun kewajiban pajak tangguhan tersebut. Pada akhir tahun 2011, jumlah keseluruhan
penyusutan asset tetap yang di laporkan dalam laporan pajak melebihi penyusutan yang di laporkan
pembukuan sebesar Rp. 80.000.000 (Rp. 280.000.000 – Rp. 200.000.000) oleh karena itu, saldo
kewajiban pajak tangguhan harus di sesuaikan ke saldo Rp. 24.000.000 ( Rp. 80.000.000 X 30%) jumlah
penyesuiannya adalah Rp. 6.000.000 yang diperoleh dengan perhitungan Rp. 24.000.000 di kurangi
dengan saldo awal tahun 2011 ( atau saldo akhir tahun 2010 ) sebesar R. 18.000.000
Ayat jurnal yang di buat oleh PT. sahabat untuk mencatat beban pajak kini adan penyesuian pada
akun kewajiban pada akun kewajiban pajak tangguhan pada 31 desember 2011 adalah:

Tanggal Nama perkiraaan Debet Kredit


31 Des Beban pajak penghasilan – kini Rp. 84.000.0000
2011 Kewajiban pajak penghasilan Rp. 84.000.000
31 Des Beban pajak penghasilan – Tangguhan Rp. 6.000.000
2011 Kewajiban pajak tangguhan – tidak lancar Rp. 6.000.000

Pencatatan Ayat jurnal di atas juga dapat di gabung menjadi satu jurnal yaitu sebagai berikut:

Tanggal Nama perkiraaan Debet Kredit


31 des Beban pajak penghasilan Rp. 90.000.000
2010 Kewajiban pajak penghasilan Rp. 84.000.000
Kewajiban pajak tangguhan –Tidak lancar Rp. 6.000.000
 Pajak kini Rp. 84.000.000 + pajak tangguhan
Rp. 6.000.000

Seperti terlihat pada ayat jurnal pajak penghasilan tahun 2011, total beban pajak penghasilan yang terjadi
adalah Rp. 90.000.000 yang merupakan penjumlahan beban pajak –kini Rp. 84.00.000 dan penyesuian
kewajiban pajak tangguhan Rp. 6.000.000 berikut adalah penyajian laporan laba rugi persial PT. Sahabat
untuk tahun yang berakhir 31 desember 2011:

PT. Sahabat
Laporan laba rugi (parsial)
Untuk tahun yang berakhir 31 desember 2011

Laba sebelum pajak Rp. 300.000.000


Beban pajak penghasilan :
Kini Rp. 84.000.000
Tangguhan Rp. 6.000.000 Rp. 90.000.000

Laba Bersih Rp. 210.000.000

Pada tanggal 31 desember 2011, laporan neraca PT. Sahabat pada bagian kewajiban akan di laporkan:
a. Kewajiban lancar sebesar Rp. 84.000.000 untuk kewajiban pajak penghasilan dan
b. Kewajiban tidak lancar sebesar Rp. 24.000.000 untuk kewajiban pajak tangguhan.

Tahun 2012
Karena beban penyusutan ntuk pelaporan akuntansi dan pelaporan pajak nilainya sama untuk tahun 2012
(yaitu RP. 100.000.000) Maka tidak perlu di buat ayat jurnalnya penyesuian untuk akun kewajiban pajak
tangguhan. Pada tahun 2012, PT. Sahabat memiliki laba kena pajak/ laba fiscal sebesar Rp. 300.000.000
dengan perhitungan sebagai berikut
Laba sebelum kena pajak (laba akuntansi ) Rp. 300.000.000
Perbedaaan permanen: -
Laba yang di kenakan pajak
Perbedaan temporer :
Penyusutan aset tetap -
Laba kena pajak (laba fiskal) Rp. 300.000.000
Beban pajak penghasilan ( Rp. 300.000.000 X 30%) Rp. 90.000.000

PT. Sahabat mencatat kewajiban lancar sebesar Rp. 90.000.000. ayat jurnal yang di buat oleh PT. Sahabat
untuk mencatat beban pajak kini pada tanggal 31 desenber 2019
Tanggal Nama perkiraan Debet Kredit
31 des Beban pajak penghasilan – kini Rp. 90.000.000
2012 Kewajiban pajak penghasilan Rp. 90.000.000

Berikut adalah penyajian laporan laba rugi parsial PT. Sahabat untuk tahun yang berakhir 31 desember
2012:
PT. Sahabat
Laporan laba rugi (parsial)
Untuk tahun yang berakhir 31 desember 2012

Laba sebelum pajak Rp. 300.000.000


Beban pajak penghasilan:
Kini Rp. 90.000. 000
tangguhan Rp. 0 Rp. 90.000.000
Laba bersih Rp. 210.000.000

Pada tanggal 31 desember 2012, laporan neraca PT, Sahabat pada bagian kewajiban akan melaporkan:
a. Kewajiban lancar sebesar Rp. 90.000.000 untuk kewajiban pajak penghasilan dan
b. Kewajiban tidak lancar sebesar Rp. 24.000.000 untuk kewajiban pajak tangguhan.

Tahun 2013
Pada tahun 2013, PT. Sahabat memiliki laba kena pajak / laba fiskal sebesar Rp. 380.000.000dengan
perhitungan sebagai berikut:
Laba sebelum kena pajak (laba akuntansi ) Rp. 300.000.000
Perbedaaan permanen: -
Laba yang di kenakan pajak Rp. 300.000.000
Perbedaan temporer :
Penyusutan aset tetap Rp. 80.000.000
Laba kena pajak (laba fiskal) Rp. 380.000.000

Beban pajak penghasilan ( Rp. 380.000.000 X 30%) Rp. 114.000.000


PT. Sahabat mencatat kewajiban lancar sebesar Rp. 114.00.000 akumulasi perbedaan Rp.
80.000.000 pada akun kewajiban pajak tangguhan di balik. Dan jumlah keseluruhan beban penyusutan
menurut akuntansi dan pajak nilainya akan sama yaitu Rp. 400.000.000. oleh karena itu, ayat jurnal yang
di buat oleh PT. Sahabat untuk mencatat beban pajak kini dan pengurangan pada akun kewajiban pajak
tangguhan menjadi bersaldo nol pada desember 2013 adalah:

Tanggal Nama perkiraan Debet Kredit


31 des Beban pajak penghasilan – kini Rp. 114.000.000
2013 Kewajiban pajak penghasilan Rp. 114.000.000
31 des Kewajiban pajak tangguhan – tidak lancar Rp. 24.000.000
2013 Beban pajak penghasilan – tangguhan Rp. 24.000.000
( Rp. 80.000.000 X 30 %)

Pencatatan ayat jurnal di atas juga dapat digabungkan menjadi satu jurnal yaitu sebagai berikut:

Tanggal Nama perkriaan Debet Kredit


31 des Beban pajak penghasilan Rp. 90.000.000
2013 Kewajiba pajak tangguhan – tidak lancar Rp. 24.000.000
Kewajiban pajak penghasilan Rp. 114.000.000
(pajak kini Rp. 114.000.000 – pajak tangguhan )
Rp. 24.000.0000

Seperti terlihat pada ayat jurnal pajak penghasilan tahun 201, total beban pajak penghasilan yang terjadi
adalah Rp. 90.000.000 yang merupakan pengurangan beban pajak- kini Rp. 114.000.000 dan manfaaat
pajak penghasilan Rp. 24.000.000 berikut dalah penyajian laporan laba rugi parsial PT. Sahabat untuk
tahun yang berakhir 31 desember 2013.

PT. Sahabat
Laporan laba rugi (parsial)
Untuk tahun yang berakhir 31 desember 2013

Laba sebelum pajak Rp. 300.000.000

Beban pajak penghsilan:


Kini Rp. 114.000.000
Tangguhan (Rp. 24.000.000) Rp. 90.000.000

Laba bersih Rp. 210.000.000

Pada tanggal 31 desember 2013, laporan neraca PT. Sahabat pada bagian kewajiban akan
melaporkan:
a. Kewajiban lancar sebesar Rp. 114.000.000 untuk kewajiban pajak penghasiln dan
b. Kewajiban tidak lancar untuk kewajiban pajak tangguhan memiliki saldo Rp. 0
Perhitungan tahunan asset pajak tangguhan
Sebagai ilustrasi, asumsi pt. sahabat memalui operasional perusahaannya pada tahun 2010. Selama
tahun 2010, PT. Sahabat menghitung laba bersih sebelum kena pajak sebesar Rp. 187.000.000. perbedaan
satu-satunya antara laba komersial dan laba fiscal perus
ahaan adalah adanya pengakuan beban garansi. Menurut pembukaan PT. Sahabat, beban garansi tersebut
di akui pada tahun penjualan (menggunakan dasar akrual). Namun menurut peraturan pajak, beban
tersebut boleh dikurangkan apabila sudah terjadi sebenarnya.
Beban garansi yang di akui perusahaan pada tahun 2010 adalah sebesar Rp. 153.000.000; tidak ada
pengeluaran garansi actual pada tahun 2010. Tariff pajak yang berlaku untuk tahun 2010 dan tahun-tahun
berikutnya adalah 30%. Oleh karena itu, PT. Sahabat memiliki laba kena pajak / laba fiscal (taxable
income) sebesar Rp. 340.000.000 dengan perhitungan sebagai berikut.

Laba sebelum kena pajak(laba akuntansi) Rp. 187.000.000


Perbedaan permanen: -
Laba yang di kenakan pajak Rp. 187.000.000
Perbedaan temporer:
Beban garansi Rp. 153.000.000
Laba kena pajak (laba fiskal) Rp. 340.000.000
Beban pajak penghasilan( Rp. 340.000.000 X 30%) Rp. 102.000.000

Perbedaan temporer ini menimbulkan suatu jumlah yang boleh di kurangkan dalam perhitungan laba
fiscal periode mendatang sebesar Rp. 153.000.000. asset pajak tangguhan yang timbul dari perbedaan ini
adalah Rp. 45.900.000 ( Rp. 153.000.000 X 30%) . beban garansi dari penjualan tahun 2010 di harapkan
akan terjadi sebesar Rp. 51.000.000 setiap tahun mulai 2011 sampai dengan 2013. Karena kewajiban
garansi ini di asumsikan sepertiga bagian lancar dan dua pertiga tidak lancar, asset pajak tangguhan yang
terkait akan di klarifikasikan dengan rasio yang sama.
Penggunaan perbedaan temporer Rp. 153.000.000 yang boleh di kurangkan oleh PT. Sahabat pada massa
depan terjadi dalam bentuk pengurangan laba fiscal. Namun, manfaat ekonomi berupa pengurangan
pembayaran pajak hanya akan di nikmati oleh perusahaan apabila perusahaan memiliki laba fiskla yang
memadai, sehingga realisasi tersebut dapat di manfaatkan. Asumsi di masa-masa mendatang, PT. sabahat
memiliki laba fiscal yang cukup untuk merealisasikan pengurangan pembayaran pajak sebesar Rp.
153.000.000 tersebut. Di asumsikan pula, untuk mempermudah ilustrasi, PT. Sahabat memiliki laa bersih
sebelum kena pajak yang sama yaitu sebesar Rp. 187.000.000 untuk setiap tahun 2011 sampai dengan
2013.

Ayat jurnal yang di buat oleh PT. Sahabat untuk mencatat beban pajak kini dan asset tangguhan pada 31
desember 2010 adalah:
Tanggal Nama perkiraan Debet Kredit
31 Des 2010 Beban pajak penghasilan – kini 102.000.000
Kewajiban pajak penghasilan 102.000.000

31 Des 2010 Aset pajak tangguhan – lancar 15.300.000


Asset pajak tangguhan – tidak lancar 30.600.000
Manfaat pajak penghasilan – tangguhan 45.900.000
 1/3 x Rp. 45.900.000
 2/3 x Rp. 45.900.000
Pencatatan ayat jurnal di atas juga dapat di gabung menjadi satu jurnal dimana beban pajak penghasilan –
kini dapat di kompensasi dengan manfaat pajak penghasilan – tangguhan sebagai berikut:

Tanggal Nama perkiraan Debet Kredit


31 Des 2010 Beban pajak penghasilan 56.100.000
Asset pajak tangguhan – lancar 15.300.000
Asset pajak tangguhan – tidak lancar 30.600.000
Kewajiban pajak penghasilan 102.000.000
 Pajak kini Rp. 102.000.000 – pajak
tangguhan Rp. 45.900.000
Seperti terlihat pada ayat jurnal pajak penghasilan tahun 2010, total beban pajak penghasilan yang terjadi
adalah Rp. 56.100.000 yang merupakan pengurangan beban pajak kini Rp. 102.000.000 dan manfaat
pajak tangguhan Rp. 45.900.000. berikut adalah penyajian laporan laba rugi parsial PT. Sahabat untuk
tahun tahun yang berakhir 31 desember 2010.

PT. Sahabat
Laporan laba rugi (parsial)
Untuk tahun yang berakhir 31 desember 2010

laba sebelum pajak Rp. 187.000.000

beban pajak penghasilan:


kini Rp. 102.000.000
tangguhan (manfaat) Rp. (45.900.000) Rp. 56.100.000

laba bersih Rp. 130.900.000

pada tanggal 31 desember 2010, laporan neraca PT. Sahabat pada bagian asset dan kewjiban akan
melaporkan:
a) Asset lancar sebesar Rp. 15.300.000 untuk asset pajak tangguhan
b) Asset tidak lancar sebesar Rp. 30.600.000 untuk asset pajak tangguhan dan
c) Kewajiban lancar sebesar Rp. 102.000.000 untuk kewajiban pajak penghasilan.
Pada tahun-tahun berikutnya, laba kena pajak PT. Sahabat akan di kurangkan dari laba komersial karena
perbedaan temporer yang boleh di kurangkan akan mulai di balik. Di tahun 2011 sampai 2013, aba kena
pajak/ laba fiscal PT. Sahabat akan sama jumlahnya yaitu sebesar Rp. 136.000.000 dengan perhitungan
sebagai berikut:
Laba sebelum kena pajak (laba akuntansi) Rp. 187.000.000
Perbedaan permanen: -
Laba yang dikenakan pajak Rp. 187.000.000
Pembalikan perbedaan temporer:
Beban garansi (Rp. 51.000.000)
Laba kena pajak (fiscal) Rp. 136.000.000

Beban kena pajak ( Rp. 136.000.000 x 30 %) Rp. 40.800.000

Jumlah perbedaan temporer yang boleh dikurangkan akan mulai menurun setiap tahunnya,mengaruhi
jumlah pertama yang di klasifikasikan sebaga tidak lancar dan akhirnya mengeliminasi bagian lancar dari
akun asset pajak tangguhan. Table berikut menggambarkan ayat jurnal yang di buat setiap tahunnya,

Nama perkiraan 2011 2012 2013


Beban pph-kini 40.800.000 40.800.000 40.800.000
Kewajiban pph 40.800.000 40.800.000 40.800.000
Beban pph 15.300.000 15.300.000 15.300.000
APT-Lancar 15.300.000 15.300.000 15.300.000
APT- Lncar 15.300.000 15.300.000
APT – tidak 15.300.000 15.300.000
lancar

Keterangan:
PPH = Pajak Penghasilan
APT = Aset Pajak Tangguhan

Ayat jurnal pertama mencatat periode kini kewajiban pajak. Ayat jurnal kedua mengakui bahwa bagian
lancar
4. Perubahan tarif pajak (dan peraturan pajak) yang berlaku

Apabila tarif pajak (dan peraturan pajak)baru telah di umumkan oleh pemerintah,maka
Dapat di anggap bahwa tarif (dan peraturan ) tersebut telah secara substantif berlaku,walaupun
Berlakumya tarif 9dan peraturan)tersebut secara efektif mungkin saja masih beberapa bulan
Sesudah pengumumannya . dalam hal tersebut, kewajiban dan aset pajak harus dihitung
Dengan tarif pajak 9dan peraturan pajak)baru yang telah dinyatakan berlaku.

Sebagai contoh, mengambil ilustrasi PT. Sahabat pada halaman 214, pada tahun 2010
Pemerintah menetapkan perubahan tarif pajak dari 30 % menjadi 25 %untuk tahun 2011 dan
Tahun-tahun berikutnya. Oleh karena itu, semua perbedaan temporer yang di balik pada tahun
2013,dan kewajiban pajak tangguhan, harus di ukur menggunakan tarif pajak yang ditetapkan
Pada tahun tersebut.Kewajiban pajak tangguhan pada akhir tahun 2010 akan menjadi Rp.15.000.000,
Bukan Rp. 18.000.000seperti yang telah di hitung pada contoh sebelum nya.Pada akhir tahun 2011,
Kewajiban pajak tangguhan akan di sesuaikan ke saldo Rp. 20.000.000 (Rp.80.000.000 X 25%).
Jumlah penyesuaian nya adalah Rp. 5.000.000 (Rp.20.000.000 di kurangi denag saldo awal Rp.
15.000.000)

Apabila tarif pajak (dan peraturan pajak)berubah setelah kewajiban atau aset pajak
Tangguhan telah dicatat, saldo awal akun penangguhan tersebut harus di sesuaikan untuk
Menggambarkan tarif pajak (dan peraturan pajak ) yang baru.

Dengan menggunakan ilustrasi yang sama,misalakn tarif pajak untuk tahun 2013
Berubah dari 30 %menjadi 25 % sepanjang tahun 2011.Saldo kewajiban pajak tangguhan pada awal tahun
2011 adalah rp. 18.000.000 (Rp. 60.000.000 X 30 %).Berikut ayat jurnal penyesuaianyang harus di buat
untuk menggambarkan tarif pajak yang baru sebesar 25 % untuk tahun 2013 adalah :
Tanggal Nama perkiraan Debet kredit
31 Des Kewajiban pajak tangguhan-tidak lancar 900.000
2013 Manfaat pajak penghasilan-perubahan tarif (mengurangi beban 900.000
pajak penghasilan)
*Rp.18.000.000 X 5%
5. ILUSTRASI KOMPREHENSIF PAJAK TANGGUHAN

PT.Mandir memulai operasionalnya pada awal tahun 2010.Untuk tahun pajak 2010, perusahaan
melaporkan laba bersih sebelum kena pajak sebesar Rp.850.000.000.Berikut adalah data yang berkaitan
dengan perbedaan antara laba komersial dan laba fiscal perushaan selama tahun 2010:
1. 1sewa diterima dimuka (unearned rent) pada tanggal 2 januari 2010 untuk jangka waktu 3 tahun
berjumlah Rp.90.000.000.Dari jumlah ini, pada tanggal 31 desember 2010 perusahaan melaporkan
saldo sewa diterima dimuka sebesar Rp.60.000.000,dimana akan menjadi pendapatan pada tahun
2011 dan 2012 masing-masing sebesar Rp.30.000.000.
2. terdapat pendapatan bunga deposito sebesar Rp.13.000.000 yang dikenakan pajak penghasilan
final.
3. jumlah laba kotor yang berkaitan dengan penjualan ciciclan adalah Rp.450.000.000.Dari jumlah
tersebut,yang dapat dilaporkan dalam SPT pajak tahun 2010 adalah Rp.90.000.000,sedangkan
sisanya akan menjadi jumlah kena pajak untuk tiga tahun berikutnya dengan jumlah tiap tahun
Rp.120.000.000.
4. pada beban operasional perusahaan terdapat beban entertainment sebesar Rp.30.000.000 tetapi
yang dapat di kurangkan menurut pajak adalah sebesar Rp. 10.000.000 karna di sertai bukti yang
sah
5. Perusahaan menerapkan metode pecadagan piutang atas piutang tak tertagih. Dalam laporan laba
rugi Tahun 2010, terdapat piutang tak tertagih sebesar Rp. 45.000.000 dalam tahun 2010.
Perusahaan pula melaporkan bahwa terdapat penghapusan piutang yang tak tertagih sebesar Rp.
5.000.000
6. Penyusutan asset tetap yang dilaporkan dalam laporan pajak sebesar Rp. 180.000.000 sedangkan
penyusutan yang di laporkan pembukuan perusahaan sebesar Rp. 100.000.000.
7. Dalam tahun 2010 PT. Mandir membayar denda sebesar Rp. 9.000.000 yang tidak di kurangkan
sebagai beban menurut peraturan pajak
8. Perusahaan mencatat taksiran garansi produk sebesar Rp. 50.000.000 klaim sesungguhnya yang
terjadi sebesar Rp. 15.000.000 kewajiban garansi produk ini merupakan kewajiban lancar

Tariff pajak yang berlaku untuk tahun 2010 dan tahun-tahun berikutnya adalah 30%

PT.Mandir memiliki laba kena pajak/laba fiscal (taxable income) untuk tahun 2010 sebesar
Rp.561.000.000 dengan perhitungan sebagai berikut:
Laba sebelum kena pajak (laba akuntasi) 850,000,000
Perbedaan permanen:
Pendapatan bunga deposito (13,000,000)
Beban entertainment 20,000,000
Denda 9,000,000 16,000,000
866,000,000

Laba yang dikenakan pajak

Perbedaan temporer:
(a)sewa diterima dimuka 60,000,000
(b)penjualan cicilan (360,000,000)
(c)piutang tak tertagih 40,000,000
(d)penyusutan (80,000,000)
(e)garansi produk 35,000,000 (305,000,000)

Laba kena pajak (laba fiscal) 561,000,000


Beban pajak penghasilan (Rp. 561.000.000 x 30%) 168. 300.000

Ayat jurnal yang di buat oleh PT. Mandir untuk mencatat beban pajak kini dan kewajiban pajak tangguhan pada
31 desember 2010 adalah

TGL Nama perkiraan Debet Kredit


31 Des Beban pajak penghasilan – kini 168.3000.000
2010 Kewajiban pajak penghasilan 168.300.000
31 des Aset pajak tangguhan – lancar 9.000.0000
2010 Asset pajak tangguhan – tidak lancar 9.000.0000
(a) Manfaat pajak penghasilan – tangguhan 18.000.000
 Th. 2011: Rp. 30.000.000 X 30%
 Th. 212 : Rp. 30.000.000 X 30 %
31 Des Beban pajak penghasilan – tangguhan 108.000.000
2010 Kewajiban pajak tangguhan – lanca 36.000.000
(b) Kewajiban pajak tangguhan – tidak lancar 72.000.000
 ( Rp. 450.000.000 – Rp. 90.000.000) X 30%
 Rp. 120.000.000 X 30 %
 Rp. 240.000.000 X 30 %
31 des Asset pajak tangguhan – lancar 12.000.000
2010 Manfaat pajak penghasilan – tangguhan 12.000.000
(c) (Rp. 40.000.000 X 30 %)
31 des Beban pajak penghasilan – tangguhan 24.000.000
2010 Kewajiban pajak tangguhan – tidak lancar 24.000.000
(d) (Rp. 80.000.000 X 30%)
31 Des Asset pajak tangguhan – lancar 10.500.000
2010 Manfaat pajak penghasilan – tangguhan 10.500.000
(e) (Rp. 35.000.000 X 30%)
Atau pencatat jurnal juga dapat di gabung sebagai berikut:

tanggal Nama perkiraan Debet Kredit


31 des Beban pajak penghasilan – kini 163.000.0000
2010 Beban pajak penghasilan – tangguhan 91.500.000
Asset pajak tangguhan – lancar 31.500.000
Asset pajaktangguhan – tidak lancar 9.000.000
Kewajiban pajak penghasilan 168.300.000
Kewajiban pajak tangguhan – lancar 36.000.000
Kewajiban pajak tangguhan – tidak lancar 96.000.000
Berikut adalah penyajian laporan laba rugi parsial PT. Mandir untir 31 desember untuk tahun yang berakhir 31
desember 2010

PT. Mandir
Laporan laba rugi (parsial)
Untuk tahun yang berakhir 31 desember 2010

Laba sebelum pajak Rp. 850.000.000


Beban pajak penghasilan:
Kini Rp. 168.300.000
Tangguhan Rp. 91.500.000 Rp. 259.800.000
Laba bersih Rp. 590.200.000

Pada tanggal 31 desember 2010, laporan neraca persial yang di laporkan oleh PT. Mandir adalah sebagai berikut:

PT.Mandir
Neraca (parsial)
31 desember 2010
AKTIVA

Aktiva Lancar:
Asset pajak tangguhan – lancar Rp. 31.500.000

Aktiva Tidak Lancar:


Asset pajak tangguhan – tidak lancar Rp. 9.000.000

KEWAJIBAN

Kewajiban lancar:
Kewajiban pajak penghasilan Rp. 168.300.000
kewajiban pajak tangguhan – lancar Rp. 36.000.000

kewajiban tidak lancar:


kewajiban pajak tangguhan – tidak lancar Rp. 96.000.000
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Pajak kini adalah sejumlah pajak yang harus di bayar oleh wajib pajak. Jumlah pajak kini harus di
hitung sendiri oleh wajib pajak berdasarkan penghasilan kena pajak di kalikan dengan tariff paja
kemudia di bayar sendiri dan di aporkan dalam surat pemberitahuan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan pajak yang berlaku. Penghasilan kena pajak atau laba fikal di peroleh dari hasil
koreksi fiscal terhadap laba bersih sebelum pajak berdasarkan laporan keuangan komersial (laporan
keuangan akuntansi). Pajak tangguhan adalah pajak yang kewajiban nya di tunda sampai waktu yang
di tentukan atau di perbolehkan. Pada dasarnya antara akuntansi pajak dan akuntansi keuangan
meiliki kesamaan tujuan, yaitu untuk menetapkan hasil operasi bisnis dengan pengukuran dan
rekognisi penghasilan dan biaya. Namun ada beberapa hal yang perlu mendapatan perhatian bahwa
ketentuan peraturan perundangan – undangan perpajakan tidak sekedar instrument, penstransfer,
sumber daya ( fungsi budgeter) akan tetai sering kali ula di gunakan untuk di jual memengaruhi
prilaku wajib pajak untuk investasi kesejahteraan dn lain-lain. ( fungsi mengatur) yang kadang-
kadang merupakan alasan untuk membenarkan penyimpangan dari standar akuntansi keuangan.
2. SARAN
Penulis berharap materi ini menjadi tambahan ilmu pengetahuan bagi pembaca dan semoga
kedepannya dan semoga berguna bagi khalayak ramai.

DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Stice, E.K., Stice J.D., dan Skousen K.F. 2009. Intermediate Accounting. 17th Edition South western,
Thomson, USA.
Warren, C.S., Reeve, J.M., dan Duchac. 2009. Accounting. 23th Edition. South Western, Thomson, USA
Weygandt J.J., Kieso, D.E dan Kimmel P.D. 2009. Accounting Principles. 9th Edition. John Wiley &
Sons, Inc., USA.

Anda mungkin juga menyukai