PENDAHULUAN
kecil di ujung saluran pernapasan dalam paru-paru (alveoli) akan meradang dan
dipenuhi cairan atau nanah. Akibatnya, penderita mengalami sesak napas, batuk
pneumonia. Namun pada penderita dewasa, kondisi ini paling sering disebabkan
oleh infeksi bakteri. Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian pada
penyakit ini menjadi pemicu 16% kematian anak-anak berusia di bawah 5 tahun.
Pada tahun 2015, terdapat lebih dari 900.000 anak-anak yang meninggal akibat
dan telah merenggut hampir 2.000 jiwa balita pada tahun 2017.
1
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pneumonia dan
selanjutnya
1.3.3 Bagi Pembaca
Untuk meningkatkan pemahaman pembaca terhadap Pneumonia
BAB II
PEMBAHASAN
O lan
1 Hubungan Faktor Inayati a. Tujuan Hasil
2
pneumonia pada hubungan faktor risiko kan faktor
b. Metode dengan
Penelitian ini adalah kejadian
observasional analitik pneumonia
dengan pendekatan anak balita
case control.
Penelitian
dilaksanakan bulan
Agustus-Oktober
2015 di RSUD
Panembahan Senopati
Bantul dengan
consecutive sampling
sejumlah 105
responden (35
kasus,70 kontrol).
c. Hasil
3
menunjukkan ada
23,16 p = 0,010),
0,956-82,96 p = 0,041)
dengan kejadian
balita
d. Saran
lebih memperhatikan
4
asupan gizi anak, dan
memberikan ASI
Eksklusif 6 bulan
5
yang memiliki balita kerja
c. Hasil
Hasil menggunakan
chi square
menunjukan suhu
dengan P-value
=1,000, kelembapan
dengan P-value
dengan P-value
variable independen
yang signifikan
dengan variable
dependen.
6
d. Saran
Berdasarkan penelitian
semestinya petugas
meningkatkan
program penyuluhan
kesehatan masyarakat
khususnya kejadian
Penumonia
3 Faktor Faktor Yang Zulmeliza a. Tujuan Hasil
Tujuan penelitian ini
Berhubungan Rasyid penelitia
untuk mengetahui
Dengan Kejadian n
faktor faktor yang
Pneumonia Anak menyimp
berhubungan dengan
Balita Di RSUD ulkan
kejadian pneumonia
Bangkinang variabel
pada anak balita di
Kabupaten Kampar berhubun
ruang pearawatan
gan
anak RSUD
dengan
Bangkinang
kejadian
b. Metode
Penelitian ini pneumon
7
balita yang rawat inap perawata
dengan mengambil ng
sampel kontrol
diambil secara
sistematik random
pneumonia. Analisis
multivariat dengan
menunjukan terdapat
dominan antara
8
95%:OR=1,981-
C.I 95%:OR=1,633-
C.I 95%:OR=1,335-
3,231), pemeberian
95%:OR=1,146-
imunisasi ( C.I
95%:OR=1,02-2,54)
dengan kejadian
pneumonia anak
balita.
d. Saran
Diharapkan Dinas
Kesehatan bekerja
RSUD Bangkinang
yang berkoordinasi
dengan unit
penyuluhan kesehatan
masyarakat rumah
sakit (PKM-RS)
9
dengan melakukan
penyuluhan dan
promosi kesehatan
mengenai pencegah
penyakit pneumonia
yang berpendidikan
yang melakukan
pemeriksaan ANC
tentang kesehatan
mendapatkan asupan
10
kejadian Siti –
di Puskesmas Teluknaga
jumlah
proporsi 6,27 %.
merupakan penelitian
deskripitf dengan
rancangan cross
sectional.
Sampel dalam
penelitian ini
11
sebanyak 384
responden
b Metode
penelitian
deskripitf dengan
rancangan cross
dilaksanakan di
Kabupaten
ke Puskesmas
teknik pengambilan
sampel simple
yang di
12
peroleh secara langsung
dari arsip
Instrumen yang
digunakan dalam
check list
penelitian
Square dengan
menggunakan derajat
kepercayaan 95 %
dengan α = 0,05.
c Hasil
Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan
kejadian pneumonia
13
Berdasarkan hasil analisa
statistik
variabel yang
kejadian penyakit
Pneumonia pada
balita di Puskesmas
Kecamatan Teluknaga
Kabupaten Tangerang
Tahun 2015.
Berdasarkan penelitian
semestinya petugas
meningkatkan
program penyuluhan
kesehatan masyarakat
khususnya kejadian
Penumonia.
d Saran
Berdasarkan penelitian
14
semestinya petugas
meningkatkan
program penyuluhan
kesehatan masyarakat
khususnya kejadian
Penumonia
5 Pneumonia pada Athena a Tujuan Kejadian
dependen dirasakan/
adalah kejadian diamati
independennya hasil
adalah karakteristik
analisis
individu, lingkungan multivariat,
15
fisik rumah, perilaku faktor-
diagnosis tinggal,
16
Kesehatan, Hal ini
independennya bersama-
adalah karakteristik
sama
individu, lingkungan
berperan
fisik rumah, perilaku
terhadap
penggunaan bahan bakar,
kejadian
dan kebiasaan
pneumon
merokok. Kriteria inklusi
ia pada
adalah anak balita (0 –
balita di
59 bulan).
Indonesi
c Hasil
Hasil menunjukkan a.
paling
17
berperan dalam kejadian
1,06
ekonomi
keluarga/kuintil indeks
keberadan/
kebiasaan membuka
18
1,30).
Disimpulkan bahwa
lingkungan
bersama-sama berperan
terhadap kejadian
pneumonia
d Saran
Untuk mengendalikan
balita,
dilakukan adalah
memperbaiki
dengan
selalu membuka
19
1.2 Pembahasan Isi Jurnal
mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Penyakit ini merupakan infeksi serius yang
dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada anak di bawah usia 5 tahun
(Kemenkes RI, 2012). Setiap tahun lebih dari dua juta anak di dunia meninggal
karena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), khususnya pneumonia. Analisis uji
kai kuadrat menunjukkan ada hubungan antara status gizi dengan kejadian
pneumonia anak balita dengan nilai OR =5,58 (CI 95%: 1,34-23,16) p = 0,010.
Artinya, anak balita dengan status gizi kurang berisiko mengalami pneumonia
sebesar 5,58 kali dibandingkan dengan anak balita yang mempunyai status gizi
baik. Anak balita dengan gizi kurang dalam penelitian ini ada 10 dan 7
mempunyai daya tahan tubuh atau kekebalan tubuh yang kurang baik sehingga
bakteri atau virus akan mudah masuk dalam tubuh yang mengakibatkan mudah
terserang penyakit. Kejadian pneumonia pada anak dengan gizi kurang dapat
terjadi karena masuknya bakteri/ virus yang mudah menembus pertahanan tubuh
akut (ISPA). Kondisi tersebut menyebabkan anak balita dengan gizi kurang atau
penelitian yang dilakukan Bu’tu (2010) dimana status gizi berhubungan dengan
20
Hartati (2010) dengan nilai OR=6,52 CI 95%: (2,28-18,63) p=0,000. Penelitian
Paynter et al. (2013), menyimpulkan bahwa status gizi merupakan faktor risiko
musiman diFiliphina.
tahun 2006, hampir satu dari lima balita di negara berkembang meninggal, tetapi
hanya sedikit sekali perhatian yang diberikan terhadap penyakit ini (Kartasasmita,
2010). setiap tahunnya. Usia balita merupakan usia rentan terhadap penyakit
infeksi saluran pernafasan, dengan insiden tertinggi pada usia anak balita (Marni,
Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian ISPA terbagi atas dua
kelompok besar yaitu faktor intristik dan fakstor ekstrinsik . Faktor intrinsic
meliputi umur jenis kelamin, status gizi, berat badan lahir rendah , status
kepadatan hunian , populasi udara , tipe rumah, ventilasi, kelembapan suhu, letak
dapur , jenis bahan bakar, penggunaan obat nyamuk , asap rokok, penghasilan
keluarga serta faktor ibu baik pendidikan ibu , umur ibu , maupun pengetahuan
ibu. Salah satu penularan penyakit pneumonia adalah kondisi fisik rumah serta
Faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia anak balita antara
pekerjaan ibu ) , faktor pada anak balita ( pemberian ASI eksklusif , status
21
imunisasi anak balita, status gizi anak balita , ( BBLR dan jenis kelamin anak
Faktor dari balita yang berikutnya yaitu jenis kelamin yang mempengaruhi
pneumonia berdasarkan jenis kelamin dengan jumlah sampel yaitu 384 responden
yang terdiri 193 responden yang berjenis kelamin laki - laki dan 191terdapat.
pneumonia sebesar 20,9% sedikit lebih besar dari pada balita laki - laki sebesar
18,1% dengan resiko 1,196 kali lebih besar pada balita perempuan untuk terkena
kejadian pneumonia pada balita pada penelitian ini adalah letak/posisi dapur,
risiko pneumonia pada balita di rumah dengan letak dapur tidak terpisah
memasak terjadi emisi berbagai bahan pencemar, baik berasal dari pembakaran
tidak sempurna dari bahan bakar biomassa (kayu, jerami, batu bara) maupun
secara terus menerus (setiap hari) dalam waktu yang cukup lama sehingga asap
22
dari dapur akan mencemari seluruh ruangan, termasuk kamar tidur tempat
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pneumonia merupakan penyakit infeksi akut saluran pernafasan yang
mengenai jaringan paru-paru (alveoli).Penyakit ini merupakan infeksi serius yang
dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada anak di bawah usia 5 tahun
(Kemenkes RI, 2012). Setiap tahun lebih dari dua juta anak di dunia meninggal
karena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), khususnya pneumonia. Menurut
laporan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) tahun 2006,
hampir satu dari lima balita di negara berkembang meninggal, tetapi hanya sedikit
sekali perhatian yang diberikan terhadap penyakit ini (Kartasasmita, 2010).
Menurut WHO (2008) penyebaran penyakit infeksi saluran pernafasan
berkaitan erat dengan kondisi lingkungan (polutan udara, kepadatan anggota
keluarga, kelembaban, kebersihan, musim, temperatur); ketersediaan dan
efektivitas pelayanan kesehatan dan langkah pencegahan infeksi untuk mencegah
penyebaran (misalnya, vaksin, akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan,
kapasitas ruang isolasi); faktor pejamu, seperti usia, kebiasaan merokok,
kemampuan pejamu menularkan infeksi, status kekebalan, status gizi, infeksi
sebelumnya atau infeksi serentak yang disebabkan oleh patogen lain, kondisi
kesehatan umum; dan karakteristik patogen, seperti cara penularan, daya tular,
faktor virulensi dan jumlah atau dosis mikroba (ukuran inokulum). Status gizi
merupakan faktor risiko pneumonia, kondisi tubuh dengan gizi kurang akan
menyebabkan seorang anak mudah terserang penyakit. Bakteri atau virus mudah
masuk dalam tubuh individu dengan ketahanan tubuh atau imunitas yang kurang
3.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca dapat menjadikan kritisi jurnal ini menjadi
tambahan pengetahuan tentang pendidikan kesehatan Pneumonia dan
keterampilan pada pelajar sebagai salah satu sumber ilmu yang bermanfaat
walaupun masih penuh dengan keterbatasan dan kekurangan yang sangat perlu
kritik dan saran dari pembaca.
24