Anda di halaman 1dari 18

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufiq,
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan yang berjudul “Pembiayaan
Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum Kota Dumai” dengan lancar. Selama proses
penulisan penulis banyak mendapatkan bantuan dari pihak-pihak lain sehingga laporan ini
dapat terselesaikan dengan optimal. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
banyak terima kasih kepada Ibu Ummi Fadhilah K, ST., M.Sc yang telah membimbing kami
dalam menyelesaikan laporan ini serta memberikan ilmu yang sangat bermanfaat. Serta
semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian laporan ini yang tidak
bisa disebutkan satu per satu.
Sekian, semoga laporan ini dapat bermanfaat secara luas bagi perkembangan
wilayah perencanaan serta rekomendasi ke depannya. Penulis menyadari bahwa laporan ini
masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi perbaikan makalah ini.

Surabaya, Mei 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 4
1.2 Persoalan yang Diangkat ............................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 6
1.4 Metode Penulisan ......................................................................................................................... 6
1.5 Ruang Lingkup ............................................................................................................................... 7
BAB II EVALUASI SINGKAT STUDI KASUS ................................................................................................. 8
2.1 Deskripsi Sektor Pembangunan .................................................................................................... 8
2.2 Review Konsep Pembiayaan ......................................................................................................... 8
BAB III EKSPOLARASI INSTRUMEN PEMBIAYAAN ................................................................................. 11
3.1 Kajian Struktur Anggaran ............................................................................................................ 11
3.2 Ekspolasi Sumber Pembiayaan Konvensional dan Non-Konvensional ....................................... 12
BAB IV SKEMA PENANGANAN KASUS ................................................................................................... 13
4.1 Analisis Finansial ......................................................................................................................... 13
4.2 Pemilihan sumber pembiayaan yang relevan ............................................................................. 15
4.3 Strategi Pengimplementasian ..................................................................................................... 16
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 18

3
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketersediaan air bersih dapat mempengaruhi kesejahteraan manusia, mata


pencaharian dan lingkungan yang sehat. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah
menetapkan ketersediaan air bersih masuk dalam Sustainable Development Goals
(SDGs) yang artinya saat ini kebutuhan air bersih dari sumber yang berkualitas sangat
mendesak. Data WHO 2015 menemukan bahwa 663 juta penduduk masih kesulitan
dalam mengakses air bersih (Rochmi, 2016). Berkaitan dengan hal tersebut, diprediksi
pada tahun 2025 nanti hampir dua pertiga penduduk dunia akan tinggal di daerah-
daerah yang mengalami kekurangan air (Unesco, 2017).
Dalam kehidupan sehari-hari secara mendasar air digunakan untuk minum,
mengolah makanan, dan mandi. Serta untuk kebutuhan lain seperti industri serta
fasilitas publik seperti sekolah, rumah sakit, pasar, dan lain sebagainya. Ketersediaan air
bersih tidak terlepas dari penyediaan jaringan air bersih untuk pendistribusian air ke
rumah tangga, industri, fasilitas publik, dan lain-lain. Kondisi saat ini menunjukkan
bahwa pendistribusian air bersih di daerah-daerah yang ada di Indonesia belum
maksimal. Beberapa faktor yang menyebabkan kondisi tersebut diantaranya seperti
belum terbangunnya sistem penyediaan air bersih, kondisi saluran pipa yang sudah tua
pada beberapa daerah yang telah terdistribusi, tekanan udara untuk mendorong air
keluar hingga kebocoran saluran, serta kendala-kendala teknis lain dan yang paling
utama adalah kendala finansial dari pemerintah untuk mencukupi kebutuhan air
bersih. Hal-hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk mencukupi
kebutuhan air bersih dan melayani kebutuhan masyarakat secara optimal dan merata.
Distribusi air minum diperkotaan melalui jaringan perpipaan Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) masih belum menjangkau
seluruh warga terutama MBR. PDAM belum memprioritaskan untuk melakukan investasi
berupa pemasangan perpipaan ke hunian MBR, karena biayanya yang cukup besar,
sementara minat MBR untuk menjadi pelanggan terkendala daya beli yang rendah.
PDAM merupakan unsur pelaksana daerah yang diberi tugas dalam mengatur
penggunaan dan menyelenggarakan jasa penyediaan air minum bagi kesejahteraan
masyarakat dan juga sebagai salah satu pilar ekonomi daerah yang diharapkan mampu
meningkatkan dan mengembangkan diri dalam pelayanan serta memberikan konstribusi
positif perekonomian Daerah dan kesejahtraan masyarakat. PDAM memiliki hak

4
dan/atau kewenangan untuk melakukan pengelolaan berikut pelayanan air minum bagi
kemanfaatan umum serta berkewajiban menyediakan sarana dan prasarana
pengolahan air minum dan jaringan pipa transmisi atau distribusi guna kepentingan dan
kebutuhan masyarakat atau pelanggan.
Salah satu daerah yang mengalami kendala penyediaan air bersih adalah Kota
Dumai. Ketersediaan dan kualitas air di kota dumai kualitas air di Kota Dumai sangat
rendah. Tak heran bila harga air bersih cukup tinggi. Pada tahun 2018, dari 391 PDAM
yang ada di Indonesia, sebanyak 223 PDAM (57%) berkinerja sehat, 99 PDAM (25%)
kurang sehat, 52 PDAM (13%) berkinerja sakit, dan 17 PDAM (5%) belum dinilai
kinerjanya. PDAM Tirta Dumai Bersemai milik Pemerintah Kota Dumai termasuk PDAM
kategori sakit. Selain itu cakupan pelayanan air bersih di Kota Dumai masih berada di
bawah rata-rata nasional dan Provinsi Riau. Sejumlah dana telah dikeluarkan untuk
pembangunan sistem jaringan transmisi dan distribusi air Kota Dumai, namun
pembangunan jaringan tersebut belum terselesaikan seluruhnya.
Dari penjelasan di atas, faktor finansial dapat dikatakan sebagai modal awal untuk
menyediakan air bersih meliputi sarana dan prasarana penunjangnya. Kondisi finansial
pemerintah yang belum bisa menutup biaya kebutuhan akan pengembangan sistem
penyediaan air di daerah-daerah membutuhkan alternatif lain dalam sisi pembiayaan.
Oleh sebab itu diperlukan analisis pembiayaan pembangunan sistem penyediaan air
bersih, beserta alternnatif sumber pembiayaan, dan strategi pembiayaannya.

1.2 Persoalan yang Diangkat

Permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah pembiayaan pembangunan


sistem penyediaan air minum Kota Dumai. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta
Dumai Bersemai baru bisa melayani 650 pelanggan, serta terdapat seribu lebih
masyarakat yang masih berada di daftar tunggu. Pihak PDAM belum bisa melayani
seluruh permintaan masyarakat Kota Dumai yang ingin menjadi pelanggan air bersih
yang dihasilkan oleh pihaknya. Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang berada di jalan
Jendral Sudirman hanya mampu menghasilkan 8 liter air bersih per detik. Kondisi PDAM
Tirta Dumai dalam kondisi tidak baik serta pengelolaan BUMD PDAM sempat terpuruk
beberapa tahun terakhir membuat pelayanan distribusi air bersih bagi pelanggan juga
belum optimal. Hingga tahun 2011 pemerintah telah mengeluarkan dana sebesar Rp
180 miliar untuk pembangunan PDAM Kota Dumai, namum pembangunan tersebut

5
terhenti karena beberapa hal. Dana yang telah diberikan tersebut digunakan untuk
pembangunan sistem jaringan transmisi dan distribusi, namun pembangunan jaringan
tersebut belum terselesaikan seluruhnya. Sehingga masih dibutuhkan dana untuk
melanjutkan pembangunan PDAM tersebut hingga selesai dan menurut INDISI masih
diperlukan lagi sekitar Rp 200 miliar untuk penyelesaian kegiatan ini.

1.3 Tujuan

1. Merumusakan persoalan pembiayaan pembangunan pada kasus yang dikaji


2. Melakukan analisis pembiayaan pada kasus yang dikaji
3. Mengidentifikasi alternatif sumber-sumber pembiayaan yang relevan dengan kasus
yang dikaji
4. Menyusun strategi pembiayaan pada kasus yang dikaji

1.4 Metode Penulisan

Bab 1 : berisi deskripsi mengenai latar belakang penulisan laporan, persoalan yang
diangkat, tujuan, metode penulisan, dan ruang lingkup.

Bab 2 : berisi evaluasi singkat kasus studi, yang memuat deskripsi objek/sektor
pembangunan yang akan dibiayai, review konsep pembiayaan yang telah dilakukan:
komponen biaya, analisis kriteria investasi, sumber-sumber pembiayaan, dan strategi
pembiayaan yang digunakan. Pada bagian akhir dibahas kritik terhadap aspek-aspek
yang telah di-review dan kemudian dirumuskan ke dalam persoalan pembiayaan
pembangunan yang nantinya akan dihadapi kasus studi.

Bab 3 : berisi eksplorasi Instrumen pembiayaan yang dapat digunakan untuk


menangani kasus, yang meliputi kajian struktur anggaran daerah/pusat, serta eksplorasi
sumber-sumber pembiayaan konvensional dan non-konvensional yang mungkin
diterapkan pada kasus.

Bab 4 : berisi skema penanganan kasus, meliputi analisis finansial sederhana,


pemilihan sumber pembiayaan yang relevan, dan strategi peng-implementasian sumber-
sumber pembiayaan yang terpilih.

6
Bab 5 : Kesimpulan dan rekomendasi, memuat temuan studi dan usulan yang
ditawarkan

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembahasan pada makalah ini yaitu mengenai pembiayaan


pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum Kota Dumai yang memuat konsep
pembiayaan, eksplorasi sumber pembiayaan, dan strategi penanganan kasus
pembiayaan.

7
BAB II
EVALUASI SINGKAT STUDI KASUS

2.1 Deskripsi Sektor Pembangunan

Pembangunan sistem pasokan air telah dilaksanakan di Kota Dumai sejak 2009.
Namun hingga 2011 pembangunannya harus dilakukan meski biaya mencapai Rp 180 miliar.
Hanya sebagian biaya tenaga kerja fisik yang dapat membangun transmisi dan jaringan
distribusi di 4 kabupaten. Karena itu, pemerintah kota berencana untuk melanjutkan proyek
pengembangan dumai. Dalam pembangunan rencana pemerintah termasuk seorang
investor untuk mengurangi sumber pendanaan dari anggaran negara.
Di dalam penelitian ini, sistem akan menganalisis kerja sama yang dilakukan dengan
membuat 3 skema. Dan masing-masing skema ini akan dianalisis dalam ekonomi yang
berbasis pada net present value (NPV), internal rate of return (IRR), rasio biaya manfaat
(BCR), dan payback period (PBP). Analisis ekonomi yang dilakukan pada masing-masing
skema dapat dinyatakan bahwa ketiganya skema layak, untuk setiap parameter seperti NPV
positif, BCR lebih besar dari 1,0 dan tingkat pengembalian internal serta nilai yang berlaku
bunga komersial, tetapi tarif yang didapat sangat mahal sehingga tarifnya tidak layak.
Cakupan pelayanan air bersih di Kota Dumai masih berada di bawah rata-rata nasional dan
Provinsi Riau. Dengan demikian, dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur harus
dilakukan anggaran berbagi tarif yang didapat menjadi lebih kecil.

2.2 Review Konsep Pembiayaan


2.2.1 Komponen Biaya
Komponen biaya merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan
baku menjadi produk selesai. Komponen biaya yang diperlukan dalam pembangunan
SPAM Kota Dumai adalah sebagai berikut:

Tabel Rekapitulasi RAB Pembangunan Lanjutan SPAM Kota Dumai

No. Pekerjaan Jumlah (Rp)


1. Pengadaan pipa transmisi HDPE PE 100 14.062.328.481,60
2. Pengadaan pipa distribusi HDPE PE 100 348.048.624,00
3. Pemasangan pipa transmisi dan accessories 533.384.600,00
4. Pemasangan pipa distribusi dan accessories 153.395.665,60
5. Pembangunan IPA SPAM Sungai Masjid 80 l/d 42.466.500.000,00

8
beserta infrastruktur pelengkap dan ME
Pembangunan IPA SPAM Jl. Raya Bukit
6. Timah km 9 kapasitas 80 l/d beserta infrastruktur 42.466.500.000,00
pelengkap dan ME
7. Ganti rugi kerusakan tanaman sekitar area lahan 500.000.000,00
penduduk
8. Renovasi bangunan intake sungai masjid + 1.828.816.040,00
fasilitas pendukung
9. Sambungan rumah 7.680.000.000,00
Jumlah 110.998.973.411,20
PPN 10% 11.099.897.341,12
Jumlah Total 112.098.870.752,32
Pembulatan 112.098.870.752,00
Sumber: FS Kajian Ulang dan Appraisal Pembangunan Infrastruktur Air Minum Kota
Dumai, 2012

Dapat dilihat dari tabel diatas jumlah total komponen biaya yang diperlukan
untuk SPAM Kota Dumai sebesar 112.098.870.752 rupiah. Biaya yang dibutuhkan lebih
besar dibandingkan dengan dana yang tersedia.

2.2.2 Sumber Pembiayaan


Dalam menangani jalannya sebuah kegiatan Sistem Pengadaan Air Minum ini
dibutuhkannya biaya supaya tidak hanya berhenti sebagai rencana, melainkan bisa
terealisasikan dan dikembangkan sesuai dengan porsi yang ada. Sumber pembiayaan
Sistem Penyediaan Air Minum Kota Dumai dibiayai oleh pemerintah pada beberapa
pekerjaan yang dilakukan. Sumber pembiayaan yang digunakan dalam pengadaan
Sistem Penyediaan Air Minum Kota Dumai adalah ABPN/APBD.
2.2.3 Strategi Pembiayaan
Strategi pembiayaan merupakan cara supaya biaya yang akan digunakan
untuk kegiatan Sistem Pengadaan Air Minum dapat berjalan dengan maksimal. Strategi
pembiayaan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah kerjasama antara pemerintah
dengan swasta. Kerjasama yang dibangun oleh pemerintah dan swasta diperlukan
skema kerjasama untuk investasi agar memudahkan pengimplementasiannya.
2.2.4 Kritik terhadap Studi Kasus

9
Konsep pembiayaan yang digunakan dalam kasus Sistem Pengadaan Air
Minum di kota Dumai ini dapat dikatakan kurang sesuai dikarenakan permintaan biaya
lebih besar sehingga ketersediaan dana yang ada tidak dapat memenuhi biaya yang
dibutuhkan. Dalam pelaksaan kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum di Kota Dumai ini
kebutuhannya naik sebesar 8% sedangkan dana yang tersedia hanya terus bertambah
5% ditambah lagi sumber pembiayaannya hanya bersumber dari APBN/APBD. Oleh
karena itu dana yang tersedia masih kurang bisa memenuhi permintaan biaya yang ada.

10
BAB III
EKSPOLARASI INSTRUMEN PEMBIAYAAN

3.1 Kajian Struktur Anggaran

Pembangunan proyek SPAM Kota Dumai merupakan salah satu invetasi yang
dilakukan oleh pemerintah. Dalam pembangunannya menggunakan dana yang
berasal dari pemerintah. Namun untuk perkembangan proyek tersebut diperlukan
suatu sumber pembiayaan lain yang tidak hanya mengandalkan dana dari
pemerintah. Sumber pembiayaan tersebut bisa dilakukan dengan menjalin suatu
kerjasama. Berikut ini merupakan tabel rekapitulasi RAB pembangunan lanjutan
SPAM Kota Dumai yang bersumber dari FS Kajian Ulang dan Appraisal Pembangunan
Infrastruktur Air Minum Kota Dumai pada tahun 2012:

No. Pekerjaan Jumlah (Rp)


1. Pengadaan pipa transmisi HDPE PE 100 14.062.328.481,60
2. Pengadaan pipa distribusi HDPE PE 100 348.048.624,00
3. Pemasangan pipa transmisi dan accessories 533.384.600,00
4. Pemasangan pipa distribusi dan accessories 153.395.665,60
5. Pembangunan IPA SPAM Sungai Masjid 80 l/d 42.466.500.000,00
beserta infrastruktur pelengkap dan ME
Pembangunan IPA SPAM Jl. Raya Bukit
6. Timah km 9 kapasitas 80 l/d beserta infrastruktur 42.466.500.000,00
pelengkap dan ME
7. Ganti rugi kerusakan tanaman sekitar area lahan 500.000.000,00
penduduk
8. Renovasi bangunan intake sungai masjid + fasilitas 1.828.816.040,00
pendukung
9. Sambungan rumah 7.680.000.000,00
Jumlah 110.998.973.411,20
PPN 10% 11.099.897.341,12
Jumlah Total 112.098.870.752,32
Pembulatan 112.098.870.752,00

11
3.2 Ekspolasi Sumber Pembiayaan Konvensional dan Non-Konvensional
3.2.1 Sumber Pembiayaan Konvensional
Dalam pembiayaan Sistem Penyediaan Air Minum Kota Dumai dibiayai
oleh pemerintah pada beberapa pekerjaan yang dilakukan. Pembiayaan oleh
pemerintah masuk kedalam skema pembiayaan lanjutan yang akan digunakan
dalam pengembangan SPAM tersebut.
3.2.2 Sumber Pembiayaan Non-Konvensional
Dalam pembangunan lanjutan Sistem Penyediaan Air Minum Kota Dumai
ini direncanakan menggunakan skema kerjasama dengan pihak swasta.
Kerjasama tersebut dianalisis menjadi 3 skema. Skema satu, kerjasama ini
dilakukan dengan kontrak BOT dengan IPA dibayai oleh swasta dan
pemerintah membiayai pembebasan lahan, intake, transmisi, distribusi, dan
SR. Skema dua, kerjasama tetap dalam bentuk kontrak BOT dengan transmisi
dan IPA dibiayai oleh swasta dan pemerintah membiayai pembebasan lahan,
intake, jaringan distribusi, dan SR. Skema tiga, kerjasama tetap dalam bentuk
kontrak BOT dengan intake, transmisi dan IPA dibiayai oleh swasta dan
pemerintah membiayai pembebasan lahan, jaringan distribusi, dan SR.

12
BAB IV
SKEMA PENANGANAN KASUS

4.1 Analisis Finansial


Dalam menentukan kelayakan pembangunan ini akan melalui tahap analisa finansial
sederhana, dari hasil analisa ini akan ditntukan apakah pembangunan lanjutan terhadap
SPAM pada kota Dumai ini akan dinyatakan layak atau tidak. Biasanya kelayakan pada suatu
proyek dilihat dari hasil analisa yang menyelidiki apakah proyek tersebut menguntungkan
kedepannya, apabila menguntungkan maka proyek dapat dilanjutkan pembangunannya
namun jika hanya balik modal saja bahkan rugi maka perlu adanya peninjauan ulang pada
pembangunan dan realisasi dari proyek tersebut.

Dalam menentukan tingkat kelayakan suatu proyek dapat menggunakan beberapa


parameter yang umum dalam analis finansial proyek. Beberapa parameter tersebut adalah
seperti net present value (NPV), internal rate of return (IRR), benefit cost to ratio (BCR)
dan sebagainya. Dari beberapa parameter analisa finansila sedehana ini akan menunjukan
angka-angka yang akan dibandingkan dengan angka parameter yang telah ditetapkann
sebagai angka baku kelayakan sebuah pembangunan.

Analisa finansial dalam menguji kelayakan pembangunan lanjutan terhadap SPAM


pada kota Dumai dapat dilihat sebagai berikut :

1. Net present value (NPV)


Nett Present Value adalah selisih antara serangkaian penerimaan dimasa yang akan
datang setelah dinilai saat ini (memakai diskon faktor) dengan pengeluaran
(investasi) yang dilakukan saat ini. Suatu investasi dikatakan layak dan
menguntungkan untuk dijalankan apabila NPV menunjukkan angka positif.

NPV > 0 investasi menguntungkan


NPV < 0 investasi merugikan
NPV = 0 investasi tidak menguntungkan dan tidak merugikan

Anggaran Dana = r = 20%(per 2

13
122.098.870.752,00 Tahun)
Skema Biaya pembangunan NPV
1 93.426.300.000,00 200.356.465.026,35
2 109.481.584.389,00 233.883.388.340,39
3 111.493.282.033,00 250.763.381.839,37

Berdasarkan hasil analisa ternyata Nett Present Value (NPV) pada diskon faktor 20%
semua skema menunjukkan nilai positif dengan rata-rata sebesar
200.356.465.026,35. Dimana hasil ini menunjukan angka positif yang berarti
pembangunan ini dapat dikatakan layak.
2. Perhitungan internal rate of retur (IRR)
Internal rate of return adalah sebuah parameter yang menganalisa tingkat balikan
modal investasi dimana ketetapan angka net present value adalah (0). Suatu
investasi akan dikatakan layak dan menguntungkan apabila proyek yang
dilaksanakan akan memiliki IRR yang lebih besar dari cost of capital yang ditetapkan.

Anggaran Dana = r = 20%(per 2


122.098.870.752,00 Tahun)
Skema Biaya pembangunan NPV IRR
1 93.426.300.000,00 200.356.465.026,35 27,33%
2 109.481.584.389,00 233.883.388.340,39 27,53%
3 111.493.282.033,00 250.763.381.839,37 28,44%

Berdasarkan hasil analisa ternyata internal rate of retur (IRR) pada semua skema
didapatkan IRR dari proyek ini rata-rata sebesar 27%. Dimana angka IRR
menunjukan hasil yang berada diatas angka cost of capital yang senilai 16.20%,
sehingga pembangunan ini dapat dikatakan layak untuk dilanjutkan.
3. Benefit cost of ratio (BCR)
Analisa payback period adalah untuk mengetahui berapa lama suatu investasi yang
dilakukan akan kembali dengan cara mengurangkan investasi dengan rangkaian
proceed (laba bersih + penyusutan + bunga (1-tax) + nilai sisa) yang akan diterima.

𝑁𝑒𝑡 𝐵 𝐶
𝑛
𝑡=1 N 𝐵𝑖 (+
= 𝑛
𝑡=1 N 𝐵𝑖 (−

Anggaran Dana = r = 20%(per 2

14
122.098.870.752,00 Tahun)
Skema Biaya pembangunan NPV BCR
1 93.426.300.000,00 200.356.465.026,35 1,63
2 109.481.584.389,00 233.883.388.340,39 1,66
3 111.493.282.033,00 250.763.381.839,37 1,69

Berdasarkan hasil analisa pada indikator BCR ternyata proyek ini menunjukkan nilai
pada WACC sebesar 1,63 kali atau lebih “besar” dari 1. Sehingga proyek
pembangunan dikatan layak dilanjutkan.

4.2 Pemilihan sumber pembiayaan yang relevan


Melihat permasalahan kurangnya dana dalam proyek penyediaan air minum Kota
Dumai yang hanya menggunkanan dana APBD dan berdasarkan hasil analisis finansial
sederhana yang telah dilakukan yang menunjukkan proyek pembangunan ini layak dilakukan
secara finansial serta untuk mengurangi beban dana yang ditanggung oleh pemerintah
dalam penyelesaian proyek air minum Kota Dumai, membuat proyek ini membutuhkan
dukungan dari pihak lain dalam penyelesaiannya.

Dengan melihat pemaparan diatas, maka rekomendasi yang ditawarkan untuk


membiayai kembali proyek penyediaan air minum Kota Dumai ini agar dapat dilaksanakan
kembali adalah dengan menggunakan sumber pembiayaan non konvensional yaitu dengan
menggunakan skema KPBU, dimana skema KPBU ini merupakan skema kerjasama antara
pemerintah dan pihak badan usaha dalam pembangunan infrastruktur. Skema KPBU ini
bertujuan untuk mengajak badan usaha ikut andil dalam membantu pemerintah untuk
mewujudkan pengembangan infrastruktur yang lebih baik lagi. Dengan menggunakan
skema KPBU ini beban pembiayaan pemerintah dalam penyediaan suatu infrastruktur dapat
berkurang sehingga dana tersebut dapat dialokasikan untuk pembangunan yang lainnya
sehingga dapat mempercepat pembangunan insfrastruktur yang ada.

4.3 Strategi Pengimplementasian


Pengimplementasian sumber pembiayaan skema KPBU adalah dengan membagi
dana pemerintah dan badan usaha dalam menjalankan proyek. Berikut skema
pengimplementasiannya:

15
Dana
Tahap Kontruksi
Pemerintah

Skema KPBU Tahap Kontruksi

Dana Badan
Usaha Tahap Operasional

Tahap Pemeliharaan

Dengan penggunaan strategi pengimplementasian dana seperti diatas maka, dalam


pelaksanaan proyek penyediaan sumber air minum Kota Dumai, beban pembiayaan
pemerintah dalam proyek tersebut akan sedikit berkurang dikarenakan dana pemerintah
hanya digunakan dalam tahap kontruksi dan itu juga masih didukung oleh dana badan
usaha yang bekerjasama dengan pemerintah dalam proyek tersebut.

16
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penyediaan air bersih Kota Dumai masih belum optimal. Sejumlah ratusan miliar
dana APBD telah dikeluarkan untuk membiayai sistem penyediaan air minum namun
pembangunannya terhenti ditengah jalan disebabkan oleh beberapa alasan. Pihak PDAM
belum bisa melayani seluruh permintaan masyarakat Kota Dumai yang ingin menjadi
pelanggan air bersih yang dihasilkan oleh pihaknya. Kurangnya dana menjadi penyebab
pembangunan sistem jaringan transmisi dan distribusi belum terselesaikan sehingga masih
dibutuhkan dana untuk melanjutkan pembangunan PDAM tersebut hingga selesai.

Dari hasil analisis kriteria investasi tiga skema yang masing-masing terdiri dari net
present value (NPV), internal rate of return (IRR), rasio biaya manfaat (BCR), dan payback
period (PBP), dinyatakan bahwa ketiganya skema layak, untuk setiap parameter seperti NPV
positif, BCR lebih besar dari 1,0 dan tingkat pengembalian internal serta nilai yang berlaku
bunga komersial, tetapi tarif yang didapat sangat mahal sehingga tarifnya tidak layak.
Cakupan pelayanan air bersih di Kota Dumai masih berada di bawah rata-rata nasional dan
Provinsi Riau. Dengan demikian, dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur harus
dilakukan anggaran berbagi tarif yang didapat menjadi lebih kecil.

Berdasarkan hasil analisa maka rekomendasi yang ditawarkan untuk membiayai


kembali proyek penyediaan air minum Kota Dumai ini adalah dengan menggunakan sumber
pembiayaan non konvensional yaitu dengan menggunakan skema KPBU, dimana skema
KPBU ini merupakan skema kerjasama antara pemerintah dan pihak badan usaha dalam
pembangunan SPAM Kota Dumai. Tahap konstruksi didanai oleh pemerintah dan swasta,
serta tahap operasional dan pemeliharaan didanai oleh swasta.

17
DAFTAR PUSTAKA

Husaini, R, R. 2013. Strategi Pelayanan Jaringan Distribusi Air Bersih (Studi Kasus : Kota
Dumai). Skripsi Sarjana, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru.

Kusuma, Jhon Hadi, Ari Sandhyavitri. 2014. Analisis Investasi Sistem Penyediaan Air Minum
Kota Dumai Berdasarkan Kerjasama Pemerintah dan Swasta. Skripsi Sarjana,
Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru.

Buku Kinerja PDAM 2017. Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Badan
Peningkatan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem
Penyediaan Air Minum.

https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/lman-jelaskan-sumber-dana-infrastruktur/

lipi.go.id/siaranpress/lipi-dan-unesco-tekankan-pentingnya-ketersediaan-dan-kualitas-
sumber-air-bersih-/21406

https://www.pu.go.id/berita/view/15922/kpbu-pembangunan-spam-bukan-privatisasi-air-
minum

18

Anda mungkin juga menyukai