Anda di halaman 1dari 16

REFERAT GANGGUAN IRAMA JANTUNG

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN ARITMIA

Nama : Nabila Az-Zahra

NIM : 170610016

Dosen Pembimbing : dr. Mardiati, M. Ked (Ped), Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
TA 2017/2018

1
DAFTAR ISI

Halaman
Daftar isi ………………………………………………………………………….. i
Bab I. Pendahuluan …………………………………………………………….. 1
Bab II. Diagnosis dan penatalaksanaan Aritmia....................………………..... 2
2.1. Definisi …………………………………………………………………… 2
2.2. Patogenesis ……………………..……………………………………….... 2
2.3. Faktor risiko ………………………………………………………..…….. 7
2.4. Klasifikasi ………………………………………………………………... 7
2.5. Manifestasi klinis ………………………………………………………… 8
2.6. Diagnosis dan diagnosis banding ………………………………………… 9
2.7. Penatalaksanaan …………………….………...…………………………. 11
2.8. Prognosis ...........…………...………………………………….………….. 12
Bab III. Kesimpulan ……………………………………………………………… 18
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………. 19

2
BAB I
Pendahuluan

Aritmia adalah gangguan irama jantung yang paling sering ditemukan dalam praktek
sehari-hari. Aritmia dialami oleh 1-2% populasi dan meningkat dalam 50 tahun ke depan.

Di Amerika Serikat diperkirakan 2,3 juta penduduk menderita aritmia dengan >10%
berusia di atas 65 tahun dan diperkirakan akan terus bertambah menjadi 4,78 juta pada tahun
2035. Aritmia digambarkan sebagai suatu epidemi kardiovaskular yang menyebabkan beban
ekonomi pada negara berkembang. Aritmia jantung (heart arrhythmia)menyebabkan detak
jantung menjadi terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya tidak
berbahaya. Kebanyakan orang sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang
menjadi cepat, kadang melambat. Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan
gangguan kesehatan atau bahkan sampai mengancam nyawa. . Aritmia dan HR abnormal tidak
harus terjadi bersamaan. Aritmia dpt terjadi dg HR yang normal, atau dengan HR yang lambat
(disebut bradiaritmia - kurang dari 60 per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan HR yang cepat
(disebut tachiaritmia - lebih dari 100 per menit).

Pengobatan aritmia jantung seringkali dapat mengendalikan atau menghilangkan denyut


jantung tidak teratur. Selain itu, aritmia juga dapat diatasi dengan menjalankan gaya hidup sehat.
Tanda dan gejala aritmia jantung tidak selalu mudah dikenali. Pemeriksaan kesehatan rutin bisa
membantu untuk mendeteksi aritmia lebih dini. Irama jantung yang tidak teratur dapat juga
terjadi pada jantung yang ‘normal dan sehat.

Gangguan irama jantung dapat di bagi dua:


1. Gangguan irama fibrilasi(tidak kuncup)pada serambi beresiko stroke
2. Gangguan irama fibrilasi (tidak kuncup) pada bilik jantung berakibat langsung
fatal.
Gangguan irama jantung yang paling sering terjadi adalah "serambi jantung tidak
menguncup" atau fibrilasi-bergetar kecil saja dan hanya sekali-sekali saja kuncup secara normal
dimana yang seharusnya pacu jantung SA di serambi kiri memberikan pacu untuk serambi
jantung agar menguncup secara teratur tetapi tidak berhasil dan seluruh dinding serambi hanya
bergetar saja tanpa memompa jantung alias ngadat, hal akan sangat berbahaya dan beresiko
untuk terjadinya stroke. Walaupun serambi tidak menguncup sempurna karena adanya gangguan
irama tetapi darah masih dapat mengalir lambat ke bilik jantung dan selanjutnya dipompakan
keseluruh tubuh.
Pada sebuah kasus seorang pasien diabetes dengan hipertensi melakukan olahraga berat
tiba-tiba saat olah raga ia merasakan se-akan-akan jantungnya ngadat kebetulan rumah sakit
dekat dan ia langsung masuk ruang emergensi dan ditolong. Pemeriksaan segera dilakukan
dengan memasang 10 detektor ECG (6 di dada an 4 masing-masing di pergelangan tangan dan
kaki) dan ditemukan adanya gangguan serambi jantung yang tidak menguncup(fibrilasi) jelas

3
dengan adanya resiko terbentuknya bekuan dalam serambi jantung yang kelak dapat lepas dan
menimbulkan stroke.
Kepada pasien diberikan obat-obatan untuk mencegah timbulnya bekuan dan juga obat
untuk menormalkan irama jantung. Keadaan pasien membaik beberapa hari kemudian.
Pemeriksaan ECG sangat membantu untuk menentukan penyebab gangguan jantung dan
pengobatannya.

4
BAB II
Diagnosis dan Penatalaksanaan Aritmia

2.1. Definisi
Aritmia adalah pola dan/atau perubahan yang cepat dari denyut jantung normal.
1. Irama yang berasal dari bukan nodus SA;
2. Irama yang tidak teratur , meskipun berasal dari nodus SA, misalnya sinus aritmia;
3. Frekuensi kurang dari 60x/menit ( bradikardia) atau lebih dari 100x/menit ( takikardia);
4. Terdapatnya hambatan implus supra atau intra ventricular.
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung
yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia
timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel
(Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi
juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).

2.2. Patogenesis

2.3. Faktor Risiko


1. Penyakit Arteri Koroner

Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung abnormal, kardiomiopati, dan
kerusakan jantung lainnya adalah faktor resiko untuk hampir semua jenis aritmia jantung.

2. Tekanan Darah Tinggi

5
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit arteri koroner. Hal ini
juga menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi kaku dan tebal, yang dapat mengubah
jalur impuls elektrik di jantung.

3. Penyakit Jantung Bawaan

Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung.

4. Masalah pada Tiroid

Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan hormon tiroid terlalu
banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi cepat dan tidak
teratur sehingga menyebabkan fibrilasi atrium (atrial fibrillation). Sebaliknya,
metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak cukup melepaskan hormon tiroid,
yang dapat menyebabkan bradikardi (bradycardia).

5. Obat dan Suplemen

Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine dapat berkontribusi
pada terjadinya aritmia.

6. Obesitas

Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner, obesitas dapat
meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.

7. Diabetes

Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi akan meningkat akibat
diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula darah rendah (hypoglycemia) juga dapat
memicu terjadinya aritmia.

8. Obstructive Sleep Apnea

Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat tidur. Napas yang
terganggu, misalnya mengalami henti napas saat tidur dapat memicu aritmia jantung dan
fibrilasi atrium.

9. Ketidakseimbangan Elektrolit

Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut elektrolit), membantu
memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung. Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah dapat memengaruhi impuls elektrik pada jantung dan memberikan
kontribusi terhadap terjadinya aritmia jantung.

10. Terlalu Banyak Minum Alkohol

6
Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di dalam jantung serta
dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak kurang efektif dan
dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian otot jantung).

11. Konsumsi Kafein atau Nikotin

Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan
dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia jantung yang lebih serius. Obat-obatan ilegal,
seperti amfetamin dan kokain dapat memengaruhi jantung dan mengakibatkan beberapa
jenis aritmia atau kematian mendadak akibat fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation).

2.4. Klasifikasi
Berdasarkan mekanismenya, aritmia dibagi menjadi takiaritmia dan bradiaritmia,
sedangkan berdasarkan letaknya aritmia dibagi menjadi supraventrikular aritmia dan ventrikular
aritmia.
Berikut ini merupakan beberapa jenis gangguan irama jantung :
a. Supraventrikular Takikardi (SVT)

Supraventrikular takikardi adalah seluruh bentuk takikardi yang muncul dari berkas HIS maupun
di atas bifurkasi berkas HIS.11 Pada umumnya gejala yang timbul berupa palpitasi, kepala terasa
ringan, pusing, kehilangan kesadaran, nyeri dada, dan nafas pendek12. Gejala-gejala tersebut
muncul secara tiba-tiba (sudden onset) dan berhenti secara tiba-tiba (abrupt onset).

1. Sinus Takikardi
Sinus takikardi adalah irama sinus dengan kecepatan denyut jantung >100x/menit. Terdapat 2
jenis sinus takikardi, yaitu fisiologis dan non fisiologis. Sinus takikardi fisiologis
menggambarkan keadaan normal atau merupakan respon stress fisiologis(aktivitas fisik, rasa
cemas), kondisi patologis (demam, tirotoksikosis, anemia, hipovolemia), atau stress farmakologis
untuk menjaga curah jantung tetap stabil. Sedangkan sinus takikardi non fisiologis terjadi akibat
gangguan pada sistem vagal, simpatik, atau pada nodus SA sendiri.

7
2. Atrial Fibrilasi
Atrial fibrilasi adalah bentuk aritmia yang paling sering terjadi.Pada atrial fibrilasi, impuls listrik
tidak dimulai dari nodus SA, melainkan dari bagian lain di atrium atau di dekat v.pulmonalis. Hal
ini akan menimbulkan impuls yang cepat dan tak beraturan sehingga atrium akan berdenyut
secara tepat dan tak beraturan pula. Ketika impuls listrik sampai di nodus AV, nodus AV akan
meneruskan impuls tersebut walaupun tidak secepat impuls awalnya sehingga ventrikel juga
akan berdenyut cepat namun tidak secepat atrium. Oleh karena itu, atrium dan ventrikel tidak
lagi berdenyut bersamaan. Hal ini menyebabkan darah di atrium tidak terpompa menuju
ventrikel sebagaimana seharusnya.
Resiko terjadinya atrial fibrilasi akan meningkat pada keadaan hipertensi, penyakit jantung
koroner, gagal jantung, penyakit jantung rematik, defek struktur jantung (contoh : Mitral Valve
Prolapse), pericarditis, penyakit jantung kongenital, hipertiroidisme, obesitas, diabetes, dan
penyakit paru.
Komplikasi yang dapat ditimbulkan berupa stroke dan gagal jantung. Stroke terjadi akibat
terlepasnya gumpalan darah (trombus) di atrium yang kemudian menyumbat pembuluh darah
otak. Gagal jantung terjadi jika jantung tidak dapat memompa darah yang cukup sesuai dengan
kebutuhan tubuh.14 Pada EKG didapatkan gambaran gelombang tidak teratur, komples QRS
sempit, dan kecepatan >300x/menit.

3. Atrial Flutter
Atrial flutter dapat disebabkan karena adanya perlukaan pada jantung akibat penyakit jantung
atau prosedur operasi jantung. Namun atrial flutter dapat pula terjadi pada pasien tanpa gangguan
jantung. Kondisi ini disebut sebagai Lone Atrial Flutter . Pada atrial flutter impuls listrik tidak
dimulai dari nodus SA melainkan dari atrium kanan dan melibatkan sirkuit besar yang meliputi
daerah dekat katup trikuspid. Hal ini akan menyebabkan atrium berdenyut cepat dan memacu
ventrikel untuk berdenyut cepat pula. Atrial flutter pada umumnya terjadi pada penderita
penyakit jantung, seperti penyakit jantung kongestif, penyakit katup rematik, penyakit jantung
kongenital atau kondisi medis lainnya, seperti emfisema paru dan hipertensi. Resiko terjadinya
atrial flutter akan meningkat padapasien post operasi jantung akibat terbentuknya perlukaan pada
bagian atrium.

8
5. Atrial Ekstrasistol
Atrial ekstrasistol sering muncul pada jantung normal, namun pada umumnya berhubungan
dengan penyakit jantung struktural dan frekuensinya meningkat seiring pertambahan usia. Pada
gambaran EKG ditandai dengan adanya gelombang P yang timbul sebelum gelombang P pada
sinus normal muncul. Pada APC yang terjadi terlalu dini dapat menyebabkan pemanjangan
interval PR dan beberapa dapat pula tidak dikonduksikan ke ventrikel sehingga denyut menjadi
tidak teratur.

b. Ventrikel Takikardi
Ventrikel takikardi adalah ventrikel ekstrasistol yang timbul ≥ 4x berturut-turut. Merupakan salah
satu aritmia lethal (berbahaya) karena mudah berkembang menjadi ventrikel fibrilasi dan dapat
menyebabkan henti jantung (cardiac arrest). Ventrikel takikardi disebabkan oleh keadaan yang
mengganggu sistem konduksi jantung, seperti kekurangan pasokan O2 akibat gangguan pada
pembuluh darah koroner, kardiomiopati,sarcoidosis, gagal jantung, dan keracunan
digitalis.Diagnosis ditegakkan jika ditemukan denyut jantung 150-210x/menit dan ditemukan
gejala berupa sakit kepala, kepala terasa ringan, kehilangan kesadaran, dan henti jantung yang
muncul secara tiba-tiba dan tidak pernah terjadi sebelumnya. Pemeriksaan EKG menunjukkan
adanya kompleks QRS lebar yang timbul berturut-turut dan terus menerus dengan kecepatan
>150x/menit.

9
c. Ventrikel Fibrilasi
Ventrikel fibrilasi merupakan jenis aritmia yang paling berbahaya .Jantung tidak lagi berdenyut
melainkan hanya bergetar sehingga jantung tidak dapat memompa darah dengan efektif. Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya henti jantung (cardiac arrest) . Gejala yang timbul berupa
tanggapan pasien berkurang, pasien sudah tidak bernafas atau hanya gasping, henti jantung yang
muncul secara tiba-tiba (Sudden Cardiac Arrest).

d. Ventrikel Ekstrasistol
Ventrikel Ekstrasistol adalah gangguan irama berupa timbulnya denyut jantung prematur yang
berasal dari 1 atau lebih fokus di ventrikel. Merupakan kelainan irama jantung yang paling sering
ditemukan. Ventrikel ekstrasistol dapat disebabkan oleh iskemia miokard, infark miokard akut,
gagal jantung, sindrom QT memanjang, prolaps katup mitral, cerebrovascular accident,
keracunan digitalis, hipokalemia, miokarditis, kardiomiopati. Namun dapat juga timbul pada
jantung yang normal. Gambaran EKG menunjukkan komples QRS lebar dan bizzare serta tidak
didahului dengan gelombang P.

e. Bradikardi
Bradikardi adalah gangguan irama jantung di mana jantung berdenyut lebih lambat dari normal,
yaitu 60x/menit. Bradikardi disebabkan karena adanya gangguan pada nodus SA, gangguan
sistem konduksi jantung, gangguan metabolik (hipotiroidisme), dan kerusakan pada jantung
akibat serangan jantung atau penyakit jantung.28 Gejala yang timbul bervariasi, dari asimtomatik
hingga muncul gejala sinkop/hampir sinkop, dispneu, nyeri dada, lemah, dan pusing.

10
2.5. Manifestasi Klinis

Ada beberapa tanda dan gejala Aritmia, yaitu

a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi
jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat;
edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan
(krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada
gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
e. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial);
kehilangan tonus otot/kekuatan
f. Palpitasi
g. Pingsan
h. Rasa tidak nyaman di dada
i. Lemah atau keletihan (perasaan
j. Detak jantung cepat (tachycardia)
k. Detak jantung lambat (bradycardia)

2.6. Diagnosis
Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
Kriteria hasil :

o Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh TD/nadi


dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status mental biasa
o Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia
o Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.
Intervensi :

o Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo dan
simetris.
o Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung ekstra,
penurunan nadi.
o Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
o Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial;
disritmia ventrikel; blok jantung
o Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut.

11
o Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi nafas
dalam, bimbingan imajinasi
o Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor
penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut,
menangis, perubahan TD
o Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi
o Kolaborasi :
o Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit
o Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
o Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi
o Siapkan untuk bantu kardioversi elektif
o Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung
o Masukkan/pertahankan masukan IV
o Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif
o Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrilator
Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan dengan
kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.
Kriteria hasil :

o menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan


o Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping obat
Intervensi :

o Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal


o Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada
pasien/keluarga
o Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan, perubahan
mental, vertigo.
o Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan;
bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan
o Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan
o Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein
o Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang
o Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat
o Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung dan gejala yang
memerlukan intervensi medis
o Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus, manuver
Valsava bila perlu

2.7. Penatalaksanaan
a. Penalaksanaan umum
12
a. Terapi Medis (Obat-obatan)
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
1. Antiaritmia Kelas 1 : Sodium Channel Blocker
 Kelas 1 A
 Quinidin : adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan
untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
 Procainamide : untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmia
yang menyertai anestesi.
 Dyspiramide : untuk SVT akut dan berulang.
 Kelas 1 B
 Lignocain : untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel
takikardia.
 Mexiletine : untuk aritmia ventrikel dan VT.
 Kelas 1 C
 Flecainide : untuk ventrikel ektopik dan takikardi. 2.

2. Antiaritmia Kelas 2 (Beta Adrenergik Blokade)


Atenol, Metroprolol, Propanolol : indikasi aritmia jantung, angina pektoris dan
hipertensi.

3. Antiaritmia Kelas 3 (Prolong Repolarisation)


Amiodarone : indikasi VT, SVT berulang. 4.

4. Antiaritmia Kelas 4 (Calsium Channel Blocker)


Verapamil :indikasi Supraventrikular aritmia.

b. Terapi Mekanis
1. Kardioversi
Mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki
kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif. Kardioversi mencakup
pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki kompleks QRS,
biasanya merupakan prosedur elektif. Pasien dalam keadaan sadar dan diminta
persetujuannya.
2. Defibrilasi
Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
Biasanya terbatas penatalaksanaan fibrilasi ventrikel apabila tidak ada irama jantung
yang terorganisasi. Defibrilasi akan mendepolarisasi secara lengkap semua sel
miokard sekaligus, sehingga memungkinkan nodus sinus memperoleh kembali
fungsinya sebagai pacemaker.
3. Defibrilator Kardioverter Implantabel
suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang
mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4. Terapi Pacemaker

13
Alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk
mengontrol frekuensi jantung.
5. Pembedahan Hantaran Jantung

b. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja).
Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat
antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup
4. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan
dinding dan kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan: dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan
atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
o GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia.

2.8. Prognosis
Prognosis aritmia bergantung pada tipe yang timbul dan adanya komorbiditas. Apabila
pasien aritmia juga memiliki penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, dan kelainan
otot jantung lainnya, prognosis aritmia menjadi lebih buruk.
Prognosis fibrilasi ventrikel adalah sangat buruk, karena tanpa pengobatan yang segera, fibrilasi
ventrikel dapat langsung menyebabkan kematian. Berbeda dengan aritmia atrial yang memiliki
prognosis lebih baik.
Sejak adanya alat pacu jantung dan ketersediaan obat yang baik, prognosis blokade jantung telah
menjadi sangat baik, bahkan pada AV blok derajat III yang merupakan bentuk paling serius.

BAB III
Kesimpulan

14
Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang
disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis.Aritmia timbul akibat perubahan
elektro fisiologi sel-sel miokardium.Beberapa tipe malfungsi jantung yang paling mengganggu
tidak terjadi sebagai akibat dari otot jantung yang abnormal tetapi karena irama jantung yang
abnormal. Penyebab dari aritmia jantung biasanya satu atau gabungan dari kelainan sistem irama
kanduksi jantun:
o Irama abnormal dari pacu jantung.
o Pergesaran pacu jantung dari nodus sinus ke bagian lain dari jantung.
o Blok pada tempat-tempat berbeda sewaktu menghantarkan impuls melalui jantung.
o Jalur hantaran impuls yang abnormal melalui jantung.
o Pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada hampir semua bagian jantung.

 Saran
 Meningkatkan kembali pengetahuan terkait konsep dasar pada pasien dengan aritmia;
 Meningkatkan pengetahuan perawat dalam pemberian layanan asuhan keperawatan
dengan aritmia;mia
 Memperluas kembali pengetahuan demi perkembanga keperawatan terutama pada klien
dengan gangguan pada jantung.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Emergency Cardiovascular Care Program, Advanced Cardiac Life Support, 1997-1999,


American Heart Association.
2. Noer Sjaifoellah, M.H. Dr. Prof, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, Edisi ketiga,
1996, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
3. Smeltzer Bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & Studdarth, edisi,
EGC, Jakarta.
4. Guyton & Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Cetakan I, EGC, Jakarta.
5. Ganong F. William, 2003, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20, EGC, Jakarta.
6. Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume I, EGC, Jakarta.
7. NS.restu diana,S.Kep, 2016, ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN IRAMA
JANTUNG / ARITMIA
8. http://krisbudadharma.blogspot.com/2013/02/kris-boedda-blog's.html
9. http://www.rnceus.com/course_frame.asp?exam_id=16&directory=ekg
10. http://www.ce5.com/ekg101.htm
11. http://www.kompas.com/kesehatan/news/0305/07/112208.htm
12. http://www.rnceus.com/course_frame.asp?exam_id=16&directory=ekg
13. http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2004/3/7/ink1.html
14. https://www.scribd.com/doc/221379921/Patofisiologi-Gangguan-Irama-Jantung
15. http://eprints.undip.ac.id/55171/3/Danielle_Karen_Widjaja_22010113130175_Lap.KTI_
Bab2.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai