CRS Ririn Azhari G1a216067
CRS Ririn Azhari G1a216067
LATAR BELAKANG
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. R
Jenis Kelamin : laki- laki
Usia : 12 tahun
Alamat : Pondok Pesantren Darul Ulfas
Agama : Islam
Pekerjaan : Siswa
Tanggal Masuk RS : 15-04-2018
DAFTAR MASALAH
No. Masalah Aktif Tanggal Masalah Pasif Tanggal
1. Penurunan Kesadaran 15 April 2018
2. Dehidrasi 15 April 2018
3. Kaku kuduk 17 April 2018
II. DATA SUBYEKTIF (Anamnesistanggal : 17 April 2018)
Riwayat kebiasaan :
- Kebiasaan telat makan
III. PEMERIKSAAN FISIK (OBJEKTIF)
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 17 April 2018
1. Keadaan Umum dan Tanda Vital
Kesadaran : Compos Mentis GCS : 15 ( E4 V5 M6)
Tekanan Darah : 114/81 mmHg
Nadi : 130 kali/ menit
Respirasi :19kali/ menit, pernapasan regular
Suhu : 37,5°C
SPO2 : 98%
2. Status Generalis
Kepala : Normocephal (+)
Mata : Edema palpebra (-/-), conjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), pupil bulat, isokor, ± 3 mm/± 3 mm, reflex
cahaya (+)/(+), katarak -/-
THT : Dalam batas normal
Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa kering (-), lidah hiperemis (-),
T1-T1, faring hiperemis (-).
Leher :JVP 5-2 cm H2O ,Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid
(-)
Dada : Simetris ka=ki
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I dan BJ II regular, gallop (-),murmur(-)
Paru :
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kanan dan
kiri
Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-),
fremitus taktil sama kanan dan kiri
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-
),Fremitus vocal samakiridankanan
Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-), datar (+), masa (-).
Palpasi : nyeri tekan (+) seluruh perut, Defans
muskular (-), hepar lien tidak teraba
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Alat kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas :
Superior :Akral hangat, edema (-)/(-), sianosis (-)/(-)
Inferior :Akral hangat, edema (-)/(-), sianosis (-)/(-)
3. Status Psikitus
Cara berpikir : Baik
Perasaahati : Biasa
Tingkahlaku : Normoaktif
Ingatan : Baik
Kecerdasan : Baik
4. Status Neurologi
a. Kepala
Bentuk : Normochepal
Nyeritekan : (-)
Simetri : (+)
Pulsasi : (+)
b. Leher
Sikap : Normal
Pergerakan : baik
c. Tanda Rangsang meningeal :
Kaku kuduk :+
Brudzinsky 1 :-
Brudzinsky 2 :+
Brudzinsky 3 :-
Brudzinsky 4 :+
Guillain Sign :+
Edelmann test :-
Laseque :-
Kernig :+
d. Nervuskranialis
Nervus Kranialis Kanan Kiri
N I (Olfaktorius)
Subjektif Baik Baik
Objektif (dengan
Baik (normosmia) Baik (normosmia)
bahan)
N II (Optikus)
Tajam penglihatan Baik Baik
Lapangan pandang Baik Baik
Melihat warna Baik Baik
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N III (Okulomotorius)
Sela mata Simetris Simetris
Ptosis Tidak ada Tidak ada
Pergerakan bola mata Normal Normal
Nistagmus Tidak ada Tidak ada
Strabismus Tidak ada Tidak ada
Ekso/endotalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil
Bentuk, besar Bulat, isokor, 3 mm Bulat, isokor, 3 mm
reflex cahaya + +
langsung + +
reflex konvergensi + +
reflex konsensual
Diplopia Tidak ada Tidak ada
N IV (Trochlearis)
Pergerakan bola mata Normal Normal
ke bawah-dalam
Diplopia Tidak ada Tidak ada
N V (Trigeminus)
Motorik
Membuka mulut Normal
Mengunyah Normal
Mengigit Normal
Sensibilitas Muka
Oftalmikus Normal Normal
Maksila Normal Normal
Mandibula Normal Normal
Reflek Kornea Normal Normal
N VI (Abdusen)
Pergerakan bola mata Normal Normal
(lateral)
Diplopia Tidakada Tidak ada
N VII (Fasialis)
Mengerutkan dahi Simetris Simetris
Menutup mata Normal Normal
Memperlihatkan gigi Normal Normal
Bersiul Normal Normal
Senyum Normal Normal
Sensasi lidah 2/3 - -
depan
N VIII (Vestibularis)
Suara berbisik Normal Normal
Detik arloji Normal Normal
Rinne test + +
Weber test Tidak ada lateralisasi
Swabach test Normal Normal
N IX (Glossofaringeus)
Sensasi lidah 1/3 blkg Normal
Sensibilitas faring Normal
N X (Vagus)
Arkus faring Simetris
Berbicara Normal
Menelan Baik
Refleks muntah Baik
Nadi Normal
N XI (Assesorius)
Memalingkan kepala Normal
Mengangkat bahu Normal Normal
N XII (Hipoglosus)
Kedudukan lidah Normal
dijulurkan
Atropi papil -
Tremor lidah -
Disartria -
Sensibilitas
Raba Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Thermi Normal Normal
Refleks
Reflek kulit perut atas Normal Normal
Reflek kulit perut tengah Normal Normal
Reflek kulit perut bawah Normal Normal
Reflek kremaster tidak dilakukan tidak dilakukan
Refleks Fisiologis
Biseps + +
Triseps + +
Radius + +
Ulna + +
Refleks Patologis
Hoffman-Tromner - -
Sensibilitas
Raba Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Thermi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks Fisiologis
Patella + +
Achilles + +
Refleks Patologis
Babinsky - -
Oppenheim - -
Chaddock - -
Schaefer - -
Rosolimo - -
Mendel-Bechtrew - -
Bing - -
Klonus paha - -
Klonus kaki - -
e. Gerakan Abnormal
Tremor : (-)
Atetosis : (-)
Miokloni : (-)
Khorea : (-)
Rigiditas : (-)
f. AlatVegetatif
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
c. Pemeriksaan Elektrolit
- Natrium :132,57 mmol/L (135-148)
- Kalium : 4,71 mmol/L (3.5-5.3)
- Chlorida : 96,68 mmol/L (98-110)
- Calsium :0,85 mmol/L (1.12-1.23)
IV. RINGKASAN
S:
TD : 114/81 mmHg
Nadi : 130 x/menit
RR : 19 x/menit.
Suhu : 37,5 oC
A:
DiagnosaKlinis : Penurunan Kesadaran
DiagnosaTopis : Meningen
DiagnosaEtiologi :Susp. Meningoensefalitis
P
Medikamentosa:
O2 3 L/menit
puasa
IVFD NACL 20gtt/menit
inj.Metronidazol 4x500mg
Parasetamol Fles 4x500 mg
Inj meropenam 2x1 gram
Inj omeprazol 1x1 vial
Pemberian neuroprotektor Inj citicolin 1 gr/12 jam
Loperamid 2x1 tab
L-Bio 3x1 cop
Anjuran: - CT-Scan Kepala
- EKG
- GDS ulang
Mx:
Pantautanda-tanda vital
Keseimbangan elektrolit dijaga
Pemeriksaan
meningeal:
Brudzinsky 4:
+
Guillain Sign:
+
Pemeriksaan
meningeal:
Brudzinsky
4Guillain Sign:
+
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar gerakan, perilaku dan fungsi
tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan
suhu tubuh. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti pengenalan, emosi. ingatan,
pembelajaran motorik dan segala bentuk pembelajaran lainnya. Otak dilindungi oleh
Kranium, Meningea/selaput otak dan LCS (Liquor CerebroSpinal). Meningea terdiri atas
3 lapisan, yaitu:
1) Duramater
Dalam : membentuk falk serebri, falk serebelli, tentorium serebellin. Membentuk sinus
sagitalis/longitudinalis superior dan inferior.
Gambar 2 Anatomi lapisan meningea kranium
Semikoma atau soporokoma, mata tetap tertutup walaupun dirangsang nyeri secara
kuat, hanya dapat mengerang tanpa arti, motorik hanya berupa gerakan primitif.
Motorik:
1. Gangguan iskemik
2. Gangguan metabolik
3. Intoksikasi
4. Infeksi sistemis
5. Hipertermia
6. Epilepsi
Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal tapi disertai kaku kuduk
1. Perdarahan subarakhnoid
3. Radang otak
1. Tumor otak
2. Perdarahan otak
3. Infark otak
4. Abses otak
3.3 MENINGITIS
Definisi
Meningitis adalah infeksi atau inflamasi yang terjadi pada selaput otak
(meningens) yang terdiri dari piamater, arachnoid, dan duramater yang disebabkan oleh
bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis.
Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit.
1. Meningitis bakterial :
a. Bakteri non spesifik : meningokokus, H. influenzae, S. pneumoniae,
Stafilokokus, Streptokokus, E. coli.
b. Bakteri spesifik : M. tuberkulosa.
2. Meningitis virus : Enterovirus, Virus Herpes Simpleks tipe I (HSV-I),
Virus Varisela-zoster (VVZ).
3. Meningitis karena jamur.
4. Meningitis karena parasit, seperti toksoplasma, amoeba.
Klasifikasi
Meningitis berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak sebagai berikut
:
1. Meningitis purulenta
Radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan medulla
spinalis. Penyebabnya adalah bakteri non spesifik, berjalan secara hematogen
dari sumber infeksi (tonsilitis, pneumonia, endokarditis, dll.)
2. Meningitis serosa
Radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang
jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab
lain seperti lues, virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.
Patogenesis
a. Meningitis bakteri
Meningitis bakteri merupakan salah satu infeksi serius pada anak-anak. Infeksi
ini berhubungan dengan komplikasi dan risiko kematian.
Etiologi dari meningitis bakterial pada neonatus yaitu pada periode 0 – 28 hari.
Bakteri menyebabkan meningitis pada neonatus apabila terpapar dengan flora pada
gastrointestinal dan genitourinarius ibu. Contohnya: streptococcus, E. coli, klebsiella.
E.coli merupakan penyebab kedua tersering pada meningitis neonatus.
Kebanyakan kasus meningitis akibat dari penyebaran hematogen yang masuk
melalui celah subarachnoid. Mikroorganisme masuk ke cerebral nervous system melalui
2 jalur potensial. Bakteri masuk kedalam kavitas intrakranial melalui sirkulasi darah atau
berasal dari infeksi primer pada nasofaring, sinus, telinga tengah, sistem kardiopulmonal,
trauma atau kelainan kongenital daripada tulang tengkorak. Frekuensi terbanyak berasal
dari sinusitis. Organisme juga dapat menginvasi meningens dari telinga tengah.
Meningitis yang diikuti terjadinya otitis media merupakan proses bakteriemia, walaupun
bukan kongenital atau adanya posttraumatic fistula pada tulang temporal yang mensuplai
akses ke CSS.
b. Meningitis Virus
Pada umumnya virus masuk melalui sistem limfatik, melalui saluran
pencernaan disebabkan oleh Enterovirus, pada membran mukosa disebabkan oleh
campak, rubella, virus varisela-zoster (VVZ), Virus herpes simpleks (VHS), atau dengan
penyebaran hematogen melalui gigitan serangga. Pada tempat tersebut, virus melakukan
multiplikasi dalam aliran darah yang disebut fase ekstraneural, pada keadaan ini febris
sistemik sering terjadi. Propagasi virus sekunder terjadi jika menyebar dan multiplikasi
dalam organ-organ. VHS mencapai otak dengan penyebaran langsung melalui akson-
akson neuron.
Kerusakan neurologis disebabkan oleh ; (1) Invasi langsung dan perusakan
jaringan saraf oleh virus yang bermultiplikasi aktif. (2) Reaksi hospes terhadap antigen
virus secara langsung, sedangkan respons jaringan hospes mengakibatkan demielinasi dan
penghancuran vascular serta perivaskuler.
Pada pemotongan jaringan otak biasanya dapat ditemukan kongesti meningeal
dan infiltrasi mononukleus, manset limfosit dan sel-sel plasma perivaskuler, beberapa
nekrosis jaringan perivaskuler dengan penguraian myelin, gangguan saraf pada berbagai
stadium termasuk pada akhirnya neuronofagia dan proliferasi atau nekrosis jaringan.
Tingkat demielinisasi yang mencolok pada pemeliharaan neuron dan akson, terutama
dianggap menggambarkan ensefalitis “pascainfeksi” atau alergi.
Manifestasi Klinis
1. Gejala-gejala yang terkait dengan tanda-tanda non spesifik disertai dengan infeksi
sistemik atau bakteremia meliputi, demam, anoreksia, ISPA, mialgia, arthralgia,
takikardia, hipotensi dan tanda-tanda kulit seperti; ptechie, purpura, atau ruam
macular eritematosa. Mulainya tanda-tanda tersebut diatas mempunyai dua pola
dominan yaitu :
• Kaku kuduk
• Brudzinsky 1 & 2
• Kernig sign
• Sakit pada leher dan punggung
• Posisi hiperekstensi pada leher & punggung
• Kelainan N.II, III, VI, VII, VIII
Diagnosa
Diagnosa meningitis tergantung dari organisme penyebab yang terisolasi dari
darah, CSS, urin dan cairan tubuh lainnya. Namun terutama berdasar pada pemeriksaan
kultur dari cairan serebrospinal. Lumbal punksi dilakukan pada setiap anak dengan
kecurigaan terjadinya sepsis.
Hasil lumbal pungsi, ditemukan hitung leukosit > 1.000/mm3. Kekeruhan CSS
terlihat leukosit pada CSS melampaui 200 – 400/mm3. Normal pada neonatus hanya 30
leukosit/mm3. Sedangkan pada anak-anak < 5 leukosit/mm.
Pada CSS dilakukan pemeriksaan terhadap adanya bakteri, jumlah sel, protein
dan glukosa level. Pada pemeriksaan bakteri dapat ditemukan cairan jernih dengan
beberapa sel mengandung banyak bakteri, yaitu sekitar 80% pada bayi dengan diagnosa
meningitis. Jumlah sel dalam CSS > 60/µl dan yang terbanyak adalah sel neutrofil.
Konsentrasi protein yang meningkat dan penurunan glukosa juga dapat ditemukan. Kadar
protein normal pada neonatus dapat mencapai 150 mg/dl, terutama pada bayi prematur.
Pada meningitis kadar proteinnya dapat mencapai beberapa ratus sampai beberapa ribu
mg/dl. Kadar glukosanya kurang dari 40 mg/dl dan 50% lebih rendah dari glukosa darah
yang waktu pengambilan darahnya bersamaan dengan pengambilan likuor.
Skema Meningitis
Bakteri Virus TBC
Warna Keruh Jernih Jernih
Sel PMN Limfosit Limfosit
Protein Ringan Tinggi
Glukosa Normal
Penatalaksanaan
a. Meningitis bakterial :
Meningitis pada bayi dan anak dengan sistem imun yang baik, untuk :
S.pneumonia, M.meningitidis dan H.influenza
b. Meningitis tuberkulosa :
OAT PO atau parenteral
OAT
INH
– Bakteriosid & bakteriostatik
– Dosis 10-20mg/kgBB/hari max. 300mg/hari PO
– Komplikasi : Neuropati perifer, dpt dicegah dg Piridoksin 25-
50mg/hari
– INH + Rifampisin : Hepatotoksik
Rifampisin
– Bakteriostatik
– Dosis 10-20mg/kgBB/hari PO AC
– Menyebabkan urin merah
– Efek samping : Hepatitis, kelainan GIT, trombositopenia
Pirazinamid
– Bakteriostatik
– Dosis 20-40mg/kgBB/hari PO atau
– 50-70 mg/kgBB/minggu dibagi dalam 2-3 dosis PO selama 2 bulan
Etambutol
– Bakteriostatik
– Dosis 15-25mg/kgBB/hari PO atau
– 50mg/kgBB/minggu dibagi dalam 2 dosis PO
– Efek samping : Neuritis optika, atrofi optik
o Rehabilitasi: Fisioterapi & penanganan lanjut bila ada komplikasi
o Diet : Tinggi Kalori Tinggi Protein
o Konsultasi dokter spesialis saraf
o Konsultasi bedah saraf (bila ada hidrosefalus)
c. Meningitis Virus
· Menurunkan panas :
o Antipiretika : Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10
mg/KgBB/dosis PO diberikan 3-4 kali sehari
o Kompres air hangat/biasa
Pengobatan suportif
◦Cairan intravena
◦Oksigen. Usahakan agar konsentrasi O2 berkisar antara 30-50%.
ENSEFALITIS VIRUS
Definisi
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang proses peradangannya jarang
terbatas pada jaringan otak saja tetapi hampir selalu mengenai selaput otak, maka dari itu
lebih tepat bila disebut meningoensefalitis. Manifestasi utama meningoensefalitis virus
terdiri dari konvulsi, gangguan kesadaran (“acute organic brain syndrome”), hemiparesis,
paralisis bulbaris (meningo-encephalomyelitis), gejala-gejala serebelar dan nyeri serta
kaku kuduk.
Ensefalitis mencakup berbagai variasi dari bentuk yang paling ringan sampai
dengan yang parah sekali seperti koma dan kematian. Ensefalitis dapat disebabkan oleh
bakteri, cacing, protozoa, jamur, riketsia dan virus, tetapi yang terutama virus dan bakteri.
Etiologi
Ensefalitis virus di bagi dalam 3 kelompok :
1) Ensefalitis primer yang bisa disebabkan oleh infeksi virus kelompok
herpes simpleks, virus influenza, ECHO, Coxsackie dan virus arbo
2) Ensefalitis primer yang belum diketahui penyebabnya
3) Ensefalitis para-infeksiosa, yaitu ensefalitis yang timbul sebagai
komplikasi penyakit virus yang sudah dikenal, seperti rubeola, varisela,
herpes zoster, parotitis epidemika, mononukleosis infeksiosa dan
vaksinasi.
Manifestasi Klinis
Proses radang pada ensefalitis virus selain terjadi jaringan otak saja, juga sering
mengenai jaringan selaput otak. Oleh karena itu ensefalitis virus lebih tepat bila disebut
sebagai meningo-ensefalitis. Manifestasi utama meningo-ensefalitis adalah konvulsi,
gangguan kesadaran (acute organic brain syndrome), hemiparesis, paralisis bulbaris
(meningo-encephalomyelitis), gejala-gejala serebelar, nyeri, dan kaku kuduk.
1. Infeksi ringan:
- Demam
- Nyeri kepala
- Nafsu makan yang memburuk
- Lemah
2. Infeksi berat:
- Demam tinggi
- Nyeri kepala yang berat
- Mual dan muntah
- Kekakuan leher
- Disorientasi dan halusinasi
- Gangguan kepribadian
- Kejang
- Gangguan berbicara dan mendengar
- Lupa ingatan
- Penurunan kesadaran sampai koma
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin, titer antibodi
terhadap virus, pemeriksaan cairan otak: limfosit, monosit meningkat, kadar protein
meninggi ringan, kadar glukosa normal, kultur virus bila mungkin, EEG dan CT-Scan
bila mungkin. Pada ensefalitis yang disebabkan oleh Herpes simpleks tipe I, gambaran
EEG khas berupa aktivitas gelombang tajam periodik di temporal dengan latar belakang
fokal/difus.
Penatalaksanaan
Pengobatan simtomatik diberikan untuk menurunkan demam dan mencegah
kejang. Kortison diberikan untuk mengurangi edema otak. Pengobatan antivirus diberikan
pada ensefaltis virus yang disebabkan herpes simpleks atau varisela zoster yaitu dengan
memberikan asiklovir 10 mg/kgBB intravena, 3 kali sehari selama 10 hari, atau 200 mg
tiap 4 jam per oral. Bila kadar hemoglobin (Hb) turun hingga 9 d/dl, turunkan dosis
hingga 200 mg tiap 8 jam. Bila Hb kurang dari 7 g/dl, hentikan pengobatan dan baru
diberikan lagi setelah Hb normal kembali dengan dosis 200 mg per 8 jam.
Etiologi
Bakteri penyebab ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. coli, M.
tuberculosa dan T. pallidum. Tiga bakteri yang pertama merupakan penyebab ensefalitis
bakterial akut yang menimbulkan pernanahan pada korteks serebri sehingga terbentuk
abses serebri. Ensefalitis bakterial akut sering disebut ensefalitis supuratif akut.
Patogenesis
Pada ensefalitis supuratif akut, peradangan dapat berasal dari radang, abses di
dalam paru, bronkiektasis, empiema, osteomielitis tengkorak, fraktur terbuka, trauma
tembus otak atau penjalaran langsung ke dalam otak dari otitis media, mastoiditis,
sinusitis.
Akibat proses ensefalitis supuratif akut ini akan terbentuk abses serebri yang
biasanya terjadi di substansia alba karena perdarahan di sini kurang intensif dibandingkan
dengan substansia grisea. Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang
adalah edema dan kongesti yang disusul dengan pelunakan dan pembentukan nanah.
Fibroblas sekitar pembuluh darah bereaksi dengan proliferasi. Astroglia ikut juga dan
membentuk kapsul. Bila kapsul pecah, nanah masuk ke ventrikel dan menimbulkan
kematian.
Manifestasi Klinis
Secara umum, gejala berupa trias ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan
kesadaran menurun. Pada ensefalitis supuratif akut yang berkembang menjadi abses
serebri , akan timbul gejala-gejala sesuai dengan proses patologik yang terjadi di otak.
Gejala-gejala tersebut ialah gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya
tekanan intrakranial yaitu nyeri kepala yang kronik progresif, muntah, penglihatan kabur,
kejang, kesadaran menurun. Pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil. Tanda-
tanda defisit neurologis tergantung pada lokasi dan luas abses.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus ensefalitis supuratif akut adalah
pemeriksaan yang biasa dilakukan pada kasus-kasus infeksi lainnya. Di samping itu dapat
juga dilakukan pemeriksaan elektroensefalogram (EEG), foto Rontgen kepala, bila
mungkin CT-Scan otak, atau arteriografi. Pungsi lumbal tidak dilakukan bila terdapat
edema papil. Bila dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal maka dapat diperoleh hasil
berupa peningkatan tekanan intrakranial, pleiositosis polinuklearis, jumlah protein yang
lebih besar daripada normal, dan kadar klorida dan glukosa dalam batas-batas normal.
Diagnosis Banding
Pada kasus ensefalitis supuratif akut diagnosis bandingnya adalah neoplasma,
hematoma subdural kronik, tuberkuloma, hematoma intraserebri.
Penatalaksanaan
Pada ensefalitis supuratif akut diberikan ampisilin 4 x 3-4 g dan kloramfenikol 4 x
1 g per 24 jam intravena, selama 10 hari. Steroid dapat diberikan untuk mengurangi
edema otak. Bila abses tunggal dan dapat dicapai dengan cara operasi sebaiknya dibuka
dan dibersihkan tetapi bila multiple, yang dioperasi ialah yang terbesar dan mudah
dicapai.
Prognosis
Prognosis ensefalitis supuratif akut buruk karena angka kematian mencapai 50%.
ENSEFALITIS SIFILIS
Patogenesis
Pada sifilis, yang disebabkan kuman Treponema pallidum, infeksi terjadi melalui
permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium
yang terluka, kuman tiba di sistem limfatik. Melalui kelenjar limfe, kuman diserap darah
sehingga terjadi spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi
susunan saraf pusat. Treponema pallidum akan tersebar di seluruh korteks serebri dan
bagian-bagian lain susunan saraf pusat.
Manifestasi Klinis
Gejala ensefalitis sifilis terdiri dari dua bagian yaitu gejala-gejala neurologis dan
gejala-gejala mental. Gejala-gejala neurologis itu diantaranya adalah kejang-kejang yang
dating dalam serangan-serangan, afasia, apraksia, hemianopsia, kesadaran mungkin
menurun, sering dijumpai pupil Argyl-Robertson. Nervus optikus dapat mengalami atrofi.
Pada stadium akhir timbul gangguan-gangguan motorik yang profresif.
Gejala-gejala mental yang dijumpai ialah timbulnya proses demensia yang
progresif. Intelegensia mundur perlahan-lahan yang pada awalnya tampak pada kurang
efektifnya kerja, daya konsentrasi mundur, daya ingat berkurang, daya pengkajian
terganggu, pasien kemudian tak acuh terhadap pakaian dan penampilannya, tak acuh
terhadap uang. Pada sebagian timbul waham-waham kebesaran, sebagian menjadi
depresif, lainnya maniakal.
Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus-kasus ensefalitis sifilis, perlu dilakukan pemeriksaan tes serologik
darah (VDRL, TPHA) dan cairan otak. Cairan otak menunjukkan limfositosis, kadar
protein meningkat, IgG, IgM meninggi, tes serologis positif. Scan otak dapat dilakukan
bila dicurigai ada komplikasi hidrosefalus.
Penatalaksanaan
Terapi dengan medikamentosa yaitu:
1. Penisilin parenteral dosis tinggi
• Penisilin G dalam air:
12 – 24 juta unit/hari intravena dibagi 6 dosis selama 14 hari, atau
• Penisilin prokain G:
2,4 juta unit/hari intramuskular + Probenesid 4 x 500 mg oral selama 14 hari
• Dapat ditambahkan Benzatin penisilin G: 2,4 juta unit, intramuscklar, selama 3
minggu
2. Bila alergi penisilin:
• Tetrasiklin: 4 x 500 mg per oral selama 30 hari, atau
• Eritromisin: 4 x 500 mg per oral selama 30 hari, atau
• Kloramfenikol: 4 x 1 gram intravena selama 6 minggu, atau
• Seftriakson: 2 gram intravena/ intra muskular selama 14 hari.
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pasien laki-laki usia 12 tahun yang dibawa keluarganya ke IGD RSUD Abdul Manap
dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 2 jam SMRS. ± 5 hari SMRS pasien
mengeluhkan nyeri di seluruh bagian perut, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan
terus menerus. pasien juga mengeluhkan BAB cair ± 5x/hari, sebanyak ± 1/2 gelas
belimbing setiap kali BAB, BAB berwarna kuning, darah (-), lendir (-), ampas (-) dan
disertai muntah ± 5x/hari, sebanyak ±1/2 gelas belimbing tiap kali muntah, isi muntahan
makanan yang dimakan, warna kuning dan menyemprot. Pasien juga mengeluhkan
demam, demam dirasakan terus-menerus.
4 hari SMRS, pasien dibawa berobat ke bidan terdekat dan diberikan obat (pasien lupa
nama obatnya), Namun keluhan masih belum berkurang kemudian pasien dibawa ke
rumah sakit Abdul Manap. Menurut keluarga, pasien sempat kejang diseluruh anggota
tubuhnya dengan lama kejang < 10 menit. Setelah itu, os menjadi sukar untuk diajak
berkomunikasi. Pasien di rumah sakit di rawat di ruangan icu selama 2 hari kemudian
pasien pindah ke bangsal. BAK normal. batuk lama (-), batuk darah (-). Pasien tidak
memiliki riwayat trauma kepala, riwayat hipertensi, diabetes mellitus disangkal, TBC
disangkal. Dari informasi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penurunan kesadaran
dapat disebabkan oleh proses intrakranial tetapi bukan yang bersifat neurovaskuler dan
proses ekstrakranial (metabolik) dapat dieksklusi tetapi harus dikonfirmasi dahulu dengan
pemeriksaan fisik maupun laboratorium. Sebelum mengalami penurunan kesadaran
pasien mengalami perubahan status mental (bicara inkoheren). Pasien juga mengalami
gejala-gejala lain seperti nyeri perut, mual, muntah, demam yang tinggi, kejang. Gejala-
gejala tersebut memberikan dugaan kuat diagnosis ke arah proses intrakranial.
Pada pasien ini pengobatan yang diberikan berupa cairan rumatan NaCl
0,9% 20 tts sekaligus untuk mengoreksi hiponatremia dan hipokloremia,
antibiotik Meropenam injeksi 2 x 1 gram (iv) sebagai terapi antimikroba empiris,
inj. Metronidazol 3x500mg mengatasi kuman anaerob, Citicholine injeksi 2 x 250
mg (iv) sebagai neuroprotektan, dan omeprazol injeksi 1 x 20 mg (iv) mencegah
stress ulcer, paracetamol fles 4x500 mg untuk mencegah demam, loperamide
untuk mengurangi frekunsi diare dan pemberian L-Bio di gunakan untuk
memperbaiki fungsi epitel-epitel saluran cerna saat terjadi diare.
Prognosis tergantung dari virulensi virus dan variabel-variabel terkait
dengan status kesehatan pasien, seperti usia yang ekstrim, status imunitas, dan
gangguan neurologis yang sudah ada sebelumnya.
BAB V
KESIMPULAN
Meningitis adalah infeksi atau inflamasi yang terjadi pada selaput otak
(meningens) yang terdiri dari piamater, arachnoid, dan duramater yang disebabkan oleh
bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis.
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang proses peradangannya jarang
terbatas pada jaringan otak saja tetapi hampir selalu mengenai selaput otak, maka dari itu
lebih tepat bila disebut meningoensefalitis. Manifestasi utama meningoensefalitis virus
terdiri dari konvulsi, gangguan kesadaran (“acute organic brain syndrome”), hemiparesis,
paralisis bulbaris (meningo-encephalomyelitis), gejala-gejala serebelar dan nyeri serta
kaku kuduk.
DAFTAR PUSTAKA