Crs Skabies
Crs Skabies
SCABIES
Oleh:
G1A216067
Pembimbing:
UNIVERSITAS JAMBI
2017
LEMBAR PENGESAHAN
SCABIES
Oleh:
G1A216067
UNIVERSITAS JAMBI
2017
Pembimbing
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Case Report Session yang berjudul “Scabies” sebagai
kelengkapan persyaratan dalam mengikuti Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher
Provinsi Jambi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Subagio, Sp.KK, yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya sebagai pembimbing sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan. Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan menambah ilmu bagi para pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Umur : 20 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
B. Keluhan Tambahan :-
Tidak ada anggota keluarga Os dengan keluhan yang sama seperti keluhan
Os saat ini.
2. Tanda Vital :
Kesadaran : Composmentis RR : 20x/menit
TD : 110/80 mmHg Nadi : 80x/menit
Suhu : 37,8 cc
3. Kepala : Normochepal
a. Mata : CA (-/-), sklera ikterik (-/-), Rc (+/+) pupil isokor kiri
kanan
b. Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-)
c. Mulut : Bibir kering (-), ulcus (-), mukosa oral dbn
d. Telinga : Normal, tanda radang (-)
e. Leher : Pembesaran KGB (-), Thyroid (Dbn), JVP tidak
meningkat, Lesi kulit (+)
4. Thoraks :
a. Inspeksi : Bentuk normal, gerak nafas kedua dada simetris,
lesi kulit (+)
b. Palpasi : Vokal fremitus (+/+) simetris
c. Perkusi : sonor dikedua paru
d. Auskultasi :
- Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
- Paru : SN vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
5. Abdomen :
a. Inspeksi : simetris, lesi kulit (+)
b. Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba membesar
c. Perkusi : Timpani
d. Auskultasi : Bising usus (+) normal
6. Ekstremitas Superior : Akral hangat, oedem (-), sianosis (-),
lesi (+)
7. Ekstermitas Inferior : Akral hangat, oedem (-), sianosis (-),
lesi (+)
8. Genitalia :Tidak dilakukan pemeriksaan secara
langsung
B. Status Dermatologi
Regio extremitas
O Terdapat papul miliar, multiple, sirkumskrip, eritem, diskret.
O Terdapat plak, multiple, sirkumskrip, hiperpigmentasi, diskret, permukaan
di tutupi skuama halus, krusta tebal, hiperpigmentasi, sulit dilepas dari
jaringan sekitar.
Regio manus, terdapat papul milier, multiple, sirkumskrip, eritem, diskret.
Regio Manus, Terdapat skuama, multiple, sirkumskrip, disret.
3.1 Defenisi
Skabies adalah infeksi parasit pada kulit yang disebabkan oleh infestasi
dan sensitasi tungau Sarcoptes Scabiei var hominis dan produknya pada tubuh.
Sinonim : the itch, gundik, budukan, gatal, agogo.
3.2 Etiopatogenesis
Penyebabnya penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun lalu
sebagai akibat infestasi tungau yang dinamakan Sarcoptes scabiei varian hominis,
filum Arthropoda , kelas Arachnida , ordo Acarina, super famili Sarcoptes.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau
bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul
pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap
sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah
infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul
erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang
terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
3.5 Epidemiologi
Penyakit scabies ini banyak berjangkit di: (1) lingkungan yang padat
penduduknya, (2) lingkungan kumuh, (3) lingkungan dengan tingkat kebersihan
kurang.
Prevalensi skabies menurut penelitian diseluruh dunia dilaporkan sekitar
300 juta kasus per tahun. Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di
Indonesia sebesar 4,60-12,95% dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12
penyakit kulit tersering. Salah satu faktor pendukung yang mengakibatkan
tinggginya prevalensi skabies antara lain kelembaban yang tinggi, rendahnya
sanitasi, kepadatan, malnutrisi, personal higiene yang buruk, pengetahuan, sikap
dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat.
Keluhan pertama yang dirasakan penderita adalah rasa gatal terutama pada
malam hari (pruritus noktural) atau bila cuaca panas serta pasien berkeringat.
Adanya tanda : papula (bintil), pustula (bintil bernanah), ekskoriasi (bekas
garukan), bekas -bekas lesi yang berwarna hitam. Gejala yang ditunjukkan adalah
warna merah, iritasi dan rasa gatal pada kulit yang umumnya muncul disela- sela
jari, selangkangan dan lipatan paha, dan muncul gelembung berair pada kulit.
Gambar 3.3 Pustul pada tangan
Diagnosa dapat ditegakkan dengan menentukan 2 dari 4 tanda dibawah ini :
1. Pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas tungau yang
lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga, perkampungan yang padat penduduknya,
sebagian tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut.
Dikenal dengan hiposensitisasi yang seluruh anggota keluarganya terkena.
3. Adanya kunikulus (terowongan) pada tempat-tempat yang dicurigai
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-
rata 1 centi meter, pada ujung terowongan ditemukan papula (tonjolan
padat) atau vesikel (kantung cairan). Jika ada infeksi sekunder, timbul
polimorf (pustule, ekskoriasi, dan lain-lain).
Dengan adanya keluhan gatal terutama pada malam hari,kelainan kulit pada
tempat predileksi, dan adanya penyakit serupa pada anggota keluarga yang
serumah, sudah dapat diduga bahwa penyakit tersebut adalah scabies. Terlebih-
lebih jika ditemukannya terowongan dan tungau . Cara menemukan tungau dapat
dilakukan melalui beberapa cara di bawah ini:
1. Kerokan kulit
Papul atau terowongan yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH
10%, lalu dilakukan kerokan kulit dengan mengangkat papul atau atap
terowongan menggunakan scalpel steril. Kerokan diletakkan pada kaca objek,
diberi minyak mineral atau minyak imersi, diberi kaca penutup, lalu diperiksa
dibawah mikroskop pembesaran 20X atau 100X dapat dilihat tungau, telur,
atau fecal pellet.
a b
4. Kuretase terowongan
Kuretase superfisial mengikuti sumbu panjang terowongan atau puncak
papula kemudian kerokan diperiksa dengan mikroskop, setelah diletakkan di
gelas objek dan ditetesi minyak mineral.
5. Tes tinta Burowi (Burrow ink test)
Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan 20-30 menit, kemudian
dihapus dengan kapas alkohol, maka jejak terowongan akan terlihat sebagai
garis gelap yang karakteristik, berbelok-belok, karena akumulasi tinta di
dalam terowongan. Tes ini tidak sakit dan dapat dikerjakan pada anak dan
pada penderita yang nonkooperatif.
6. Uji Tetrasiklin topikal
Larutan tetrasiklin dioleskan pada terowongan yang dicurigai.Setelah
dikeringkan selama 5 menit kemudian hapus larutan tersebut dengan
isopropyl-alkohol. Tetrasiklin akan berpenetrasi ke dalam melalui stratum
korneum dan terowongan akan tampak dengan penyinaran lampu wood,
sebagai garis linier berwarna kuning keemasan sehingga tungau dapat
ditemukan.
7. Apusan kulit
Kulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakkan selotip pada lesi dan
diangkat dengan gerakan cepat. Selotip kemudian diletakkan di atas gelas
objek (enam buah dari lesi yang sama pada satu gelas objek) dan diperiksa
dengan mikroskop.
8. Biopsi plong (punch biopsy)
Biopsi berguna pada lesi yang atipik, untuk melihat adanya tungau atau
telur.Yang perlu diperhatikan adalah bahwa jumlah tungau hidup pada
penderita dewasa hanya sekitar 12, sehingga biopsi berguna bila diambil dari
lesi yang meradang.
9. Dermoskopi
Menurut Argenziano,pembesaran gambar menunjukkan struktur triangular
kecil berwarna gelap yang berhubungan dengan bagian anterior tungau yang
berpigmen dan suatu segmen linier di belakang segitiga yang mengandung
gelembung udara kecil, dimana kedua gambaran ini menyerupai “jet with
contrail”dan dianggap sebagai bentuk terowongan beserta telur dan fecal
pellet.
10. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Dilaporkan juga oleh Bezold bahwa penggunaan PCR untuk membuktikan
adanya skabies pada penderita yang secara klinis menunjukkan ekzema
atipikal.Skuama epidermal positif untuk DNA Sarcoptes scabiei sebelum
terapi dan menjadi negatif 2 minggu setelah terapi.
Dari berbagai cara pemeriksaan diatas, kerokan kulit merupakan cara
yang paling mudah dilakukan dan memberikan hasil yang paling memuaskan.
Mengambil tungau dengan jarum memerlukan keterampilan khusus dan jarang
berhasil karena biasanya terowongan sulit diidentifikasi dan letak tungau sulit
diketahui.Apusan kulit mudah dilakukan tetapi memerlukan waktu lama
karena dari satu lesi harus dilakukan 6 kali pemeriksaan sedangkan
pemeriksaan dilakukan pada hampir seluruh lesi. Tes tinta Burowi dan uji
tetrasiklin jarang memberikan hasil positif karena biasanya penderita datang
pada keadaan lanjut dan sudah terjadi infeksi sekunder sehingga terowongan
tertutup oleh krusta dan tidak dapat dimasuki tinta atau salep.13
3.9 PENATALAKSANAAN
c) Penatalaksanaan simptomatik.
Obat antipruritus seperti obat anti histamin mungkin mengurangi gatal
yang secara karakeristik menetap selama beberapa minggu setelah terapi dengan
anti skabeis yang adekuat. Pada bayi, aplikasi hidrokortison 1% pada lesi kulit
yang sangat aktif dan aplikasi pelumas atau emolient pada lesi yang kurang aktif
mungkin sangat membantu, dan pada orang dewasa dapat digunakan triamsinolon
0,1%.8 Setelah pengobatan berhasil untuk membunuh tungau skabies, masih
terdapat gejala pruritus selama 6 minggu sebagai reaksi eczematous atau masa
penyembuhan. Pasien dapat diobati dengan Emolien dan kortikosteroid topikal,
dengan atau tanpa antibiotik topikal tergantung adanya infeksi sekunder oleh
Staphylococcus aureus. Crotamiton antipruritus topikal sering membantu pada
kulit yang gatal.13
3.10 Komplikasi
Infeksi sekunder pada pasien skabies merupakan akibat dari infeksi bakteri
atau karena garukan. Keduanya mendominasi gambaran klinik yang ada. Erosi
merupakan tanda yang paling sering muncul pada lesi sekunder. Infeksi sekunder
dapat ditandai dengan munculnya pustul, supurasi, dan ulkus. Selain itu dapat
muncul eritema, skuama, dan semua tanda inflamasi lain pada ekzem sebagai
respon imun tubuh yang kuat terhadap iritasi. Semua pasien harus diberikan
informasi bahwa bercak-bercak dan gatal karena skabies tersebut mungkin akan
menetap lebih dari 2 minggu setelah terapi selesai. Ketika gejala dan tanda masih
menetap lebih dari 12 minggu, terdapat beberapa kemungkinan yang dapat
dijelaskan diantaranya resistensi terapi, kegagalan terapi, reinfeksi dari anggota
keluarga lain atau teman sekamar, alergi obat, atau perburukan gejala karena
reaktivitas silang dengan antigen dari penderita skabies lainnya.21 Kegagagalan
terapi yang tidak berhubungan dengan resistensi terapi bisa disebabkan karena
kegagalan penggunaan terapi skabisid topikal.Pasien dengan skabies berkrusta
mungkin memiliki penetrasi obat skabisid yang buruk ke dalam lapisannya yang
bersisik tersebut dan mungkin karena tungau bersembunyi di lapisan yang sulit di
penetrasi.21 Untuk menghindari infeksi berulang, direkomendasikan agar seluruh
kontak dekat dengan pasien harus dieradikasi. 21
3.11 Prognosis
Pasien atas nama Tn. B datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Abdul
Manap Pada tanggal 27 November 2017, berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik, pasien didiagnosis scabies.
Pasien datang dengan keluhan muncul bercak merah seperti bintil pada
daerah seluruh tubuh dan terasa gatal pada saat terkena keringat terutama gatal
pada malam hari. Awalnya timbul bercak merah dan gatal pada daerah lengan
bawah. Karena terasa gatal, os pun sering menggaruk daerah tersebut setiap os
merasa gatal. Kemudian bercak semakin lama semakin menyebar hingga ke
seluruh tubuh (lengan atas dan tangan, trunkus anteroposterior dan ekstremitas).
Kemudian rasa gatal tersebut berubah menjadi rasa nyeri akibat luka garukan dan
menjadi borok.
Sebelum timbul gejala, os bermain sama tetangga yang sedang sakit seperti
ini. Os mengatakan Tetangganya mengeluhkan gejala seperti saat masih berada di
rumah tahanan. Os juga sering tidur di tempat tidur yang sama dengan tetangga.
Berdasarkan teori Pada penyakit scabies, keluhan pertama yang dirasakan
penderita adalah rasa gatal terutama pada malam hari (pruritus noktural) atau bila
cuaca panas serta pasien berkeringat. Adanya tanda : papula (bintil), pustula (bintil
bernanah), ekskoriasi (bekas garukan), bekas -bekas lesi yang berwarna hitam. Gejala
yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada kulit yang umumnya
muncul disela- sela jari, selangkangan dan lipatan paha, dan muncul gelembung
berair pada kulit.
Penyakit ini bersifat menular baik secara langsung (kontak kulit dengan kulit)
misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan melalui hubungan seksual maupun
secara tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan
selimut.
Pada pemeriksaan dermatologi ditemukan:
1. Regio cervical, Trunkus posterior terdapat papul milier sampai
lentikular, multiple, sirkumskrip, eritem, diskret.
2. Regio extremitas
Terdapat papul miliar, multiple, sirkumskrip, eritem, diskret.
Terdapat plak, multiple, sirkumskrip, hiperpigmentasi, diskret,
permukaan di tutupi skuama halus, krusta tebal, hiperpigmentasi, sulit
dilepas dari jaringan sekitar.
3. Regio manus,
Terdapat papul milier, multiple, sirkumskrip, eritem, diskret.
Terdapat skuama, multiple, sirkumskrip, disret.
4. Regio extremitas inferior
Tampak bulla, multiple, sirkumskrip, diskret.
Tampak ekskoriasi, diameter 0,2 cm, multiple, sirkumskrip,
hiperpigmentasi, diskret, permukaan di tutupi skuama halus
Tampak krusta, multiple, sirkumskrip, hiperpigmentasi, diskret,
permukaan ditutupi skuama kasar.
Tampak ulkus, soliter, sirkumskrip, eritema.
Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan, bahwa terdapat adanya kunikulus
(terowongan) pada tempat-tempat yang dicurigai berwarna putih atau keabu-
abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata 1 centi meter, pada ujung
terowongan ditemukan papula (tonjolan padat) atau vesikel (kantung cairan). Jika
ada infeksi sekunder, timbul polimorf (pustule, ekskoriasi, dan lain-lain).
Diagnosis skabies ditegakkan berdasarkan terpenuhinya 2 dari 4 tanda
kardinal kriteria diagnosis pada skabies, antara lain pruritus nokturna,
community infection, menemukan terowongan (kanalikuli), dan menemukan
tungau Sarcoptes scabiei.Pasien ini sudah dapat didiagnosis dengan skabies
karena memenuhi dua kriteria, yaitu pruritus nokturna dan community
infection. Diagnosis diperkuat dengan pemeriksaan fisik yaitu ditemukannya
lesi pada tempat predileksi yaitu lengan bawah lengan atas dan tangan, trunkus
anteroposterior dan ekstremitas.
Diagnosis pasti pasien ini ditegakkan dengan menemukan terowongan
(kanalikulus) serta menemukan tungau dewasa, telur, larva, dan skibala
sarcoptes scabiei, namun karena keterbatasan alat yang ada di puskesmas,
pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan. Berdasarkan dua tanda cardinal yang
telah ditemukan, pasien ini diterapi dengan pengobatan skabies. Pengobatan
yang diberikan pada kasus ini adalah Permethrin 5 % krim, Gentamisin,
Mebhydroline 50 mg
Hal terpenting dalam penatalaksanaan skabies adalah pemberantasan
tuntas. Untuk itu diupayakan ayah dan saudara pasien yang menderita penyakit
yang sama juga diobati. Sebaiknya seluruh anggota keluarga juga diobati.
Upaya preventif lain yang dapat dilakukan yaitu menjaga kebersihan individu
dan lingkungan.
BAB V
KESIMPULAN