Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG

Bisnis merupakan salah satu sarana untuk meraih kenikmatan Allah Subhanahuwata’ala
yang bernama materi atau kekayaan. Dengan berbisnis orang dapat memaksimalkan daya
kreatifitas maupun ikhtiarnya dalam menggapai pendapatan setinggi tingginya. Bagi orang yang
telah merintis bisnis, tentu ia telah mempunyai strategi strategi untuk pengembangan bisnisnya.
Namun bagi yang baru memulai bahkan baru berencana untuk berbisnis, seringkali bingung hal
hal apa saja yang harus diperhatikan dalam berbisnis, atau bagaimana harus memulainya.
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassalam merupakan ustawun hasanah, sebaik baiknya contoh
dalam menjalani kehidupan didunia ini. Tidak hanya dalam hal agama (ketaqwaan dan
keimanan), beliau juga sebaik-baiknya contoh dalam bidang politik, sosial, rumah tangga,
bahkan bisnis. Ingatkah? Beliau diberi gelar Al-amin yang memiliki arti dapat dipercaya. Inti
dari sebuah bisnis minimal adalah kepercayaan (amanah) dan kemampuan. Jika dua hal tersebut
telah ada pada diri seseorang, bisa membuka peluang untuk berbisnis. Tak diragukan lagi bisnis
yang telah dikerjakan oleh Rasulullah, sejak dari menggembala kambing, ikut rombongan
pedagang, mengelola bisnis pamannya yang sudah tak mampu untuk terjun langsung, hingga
akhirya menjalankan bisnis istrinya Khadijah Radiyallahu’anha. Di usia yang masih terbilang
muda, beliau menikah dengan Khadijah dengan mahar 20 ekor unta (ada yang berkata 100 unta),
hitung saja jika 1 ekor unta saja dihargai 200 dinar, dimana 1 dinar dihargai dengan Rp450.000.
Disamping mencontoh bisnis Rasulullah, kita juga bisa mempelajari bisnis dari para sahabat
beliau. Jangan pernah takut untuk memulai bisnis bagi pemula dan mengembangkan bisnis bagi
yang telah merintis.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah kewirausawan menurut islam?
2. Apakah Ciri-ciri dan watak wirausahawan?
3. Siapa sahabat nabi yang berbisnis?
4. Bagaimana cara dagang abdurrahman bin auf ra

1
3. TUJUAN

Tujuan Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kewirausahaan


dalam keperawatan dan agar pembaca mengetahui riwayat sahabat nabi yang berbisnis dan car
acara yang digunakan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Kewirausahaan menurut islam

Bekerja dan berusaha termasuk berwirausaha, boleh dikatakan merupakan bagian tak
terpisahkan dari kehidupan manusia. Karena, keberadaannya sebagai khalifah di bumi
dimaksudkan untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik. Dalam
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), wirausaha identik dengan wiraswasta, sehingga
wirausahawan dapat disebutkan sebagai “orang yang pandai dan berbakat mengenal produk
baru, menentukam cara produksi baru, dan menyusun pedoman operasi, memasarkannya,
serta mengatur permodalan operasinya”. Adapun enterprenuer adalah seseorang yang
memiliki kombinasi unsur-unsur kewirausahaan(secara) internal, mengelolah dan berani
menanggung resiko untuk memanfaatkan peluang usaha dan menciptakan sesuatu yang baru
dengan keterampilan yang dimiliki. Berikut ini merupakan ciridanwatakdalamseorang
wirausaha.

Menurut para ahli kewirausahaan didefinisikan sebagai berikut :

1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yangdijadikan


sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat proses danhasil bisnis (Ahmad
Sanusi, 1994).
2. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuahusaha dan
mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997).
3. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru(kreatif) dan
berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilailebih.
4. Kewirausahaan adalah kemempuan untuk menciptakan sesuatu yang barudan berbeda
(Drucker, 1959)
5. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasiandalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untukmemperbaiki kehidupan usaha
(Zimmer, 1996).
6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalanmengombinasikan
sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda.

3
Berdasarkan definisi yang telah diungkapkan oleh beberapa tokoh mengenai
kewirausahaan, dapat ditarik kesimpulan bahwa kewirausahaan merupakan suatu usaha
untuk menciptakan dan mengembangkan usaha baru dengan mengelola sumber daya yang
ada, dengan menggunakan cara-cara yang kreatif dan inovatif untuk menciptakan suatu hasil
yang memiliki nilai manfaat untuk membangun ataumemperbaiki perekonomian
masyarakat.Berwirausaha berarti melakukan aktifitas kerja keras, dalam konsep islam kerja
keras haruslah dilandasi dengan iman. Bekerja dengan berlandaskan iman mengandung
makna bahwa bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup dengan senantiasa mengingat dan
mengharap ridha Allah SWT dalam dinilai sebagai ibadah.Banyak sekali tuntutan dalam Al-
Qur‟an dan Hadits yang mendorong seorang muslim untuk bekerja.Rasulullah SAW sangat
menghargai orang yang giat bekerja dan mempunyai etoskerja yang tinggi. Rasulullah
SAW yang mulia dikabarkan mencium tangan sahbatSaad bin Muadz tatkala melihat tangan
Saad sangat kasar akibat bekerja keras, seraya berkata, “Kaffani yuhubbuhumallau ta’ala”
inilah dua tangan yang dicintai Allahta‟ala‟.

Bila orang yang giat bekerja dipuji, sebaliknya Islam juga sangat mencela orang malas.
Suatu ketika sahabat Umar bin Khattab datang ke masjid diluar waktu shalat lima waktu.
Dilihatnya ada dua orang yang terus menerus berdo‟a di masjid Umar menghampiri mereka
seraya bertanya “sedang apa kalian, sedangkan orang-orang di sana kini tengah sibuk
bekerja?”, mereka menjawab, “Yaa Amirul Mu‟miniin,sesungguhnya kami adalah orang-
orang yang bertawakkal kepada Allah.”
Mendengar perkataan itu marahlah Umar “kalian adalah orang-orang yang malas bekerja
sedangkan langit tidak akan menurunkan hujan emas dan perak.

2. Ciri-ciri dan watak wirausaha


Ciri – ciri:
1. Percaya diri.
2. Berorientasi pada tugas dan hasil.
3. Pengambilan resiko.
4. Kepemimpinan.
5. Keorisinilan.
6. Berorientasi ke masa depan.

4
Watak:
1. Keyakinan, ketidaktergantungan, individualistis, danoptimisme.
2. Kebutuhanuntukberprestasi, berorientasilaba, ketekunandanketabahan, tekadkerjakeras,
mempunyaidorongankuat, energetikdaninisiatif.
3. Kemampuanuntukmengambilresiko yang wajardansukatantangan.
4. Perilakusebagaipemimpin, bergauldengan orang lain, menanggapi saran-saran dankritik.
5. Inovatifdankreatifsertafleksibel.
6. Pandangakedepan,perspektif.

3. Sahabat nabi yang berbisnis


a. Abdurrahman bin Auf Abdurrahman adalah pengusaha dari Mekah yang terkenal sangat
dermawan. Dalam sebuah kisah, dia tercatat pernah menyumbangkan semua hartanya
untuk kepentingan umat Islam. Dia pernah menyumbangkan emas sebanyak 5,9
kilogram, sebidang tanah, dan 700 ekor unta. Dia bahkan tidak meninggalkan apapun
untuk keluarganya. Namun, berdagang memang telah menjadi keahliannya. Ketika
memasuki suatu kawasan baru, dia sering menanyakan di mana letak pasar. Dia tahu
pasar adalah tempat yang menjadi salah satu keahliannya.
b. Urwah Al Bariqi
Urwah Al Bariqi adalah salah satu pengusaha yang pandai berkomunikasi, membangun
relasi dan negosiasi. Suatu kali dia mendapatkan kesempatan dari Nabi Muhammad
SAW untuk membeli kambing kurban seharga satu dinar. Kemudian, dia kembali
dengan membawa dua kambing. Dalam suatu riwayat, Urwah juga dikisahkan bisa
menjual semua barang yang ada di tangannya. Bahkan, ketika tidak ada barang pun, dia
bisa menjual segenggam debu
c. Ustman bin Affan
Ustman adalah salah seorang dari Khulafaur Rasyidin yang menggantikan Umar bin
Khattab. Selain dikenal sebagai pribadi yang shalih, jujur dan lembut, dia juga
dermawan. Dalam sejarah Islam, dia sering membagi-bagikan hartanya untuk
kesejahteraan umat Islam.

5
d. Zubair Bin Awwam
Merupakan sahabat Rasul yang masih ada nasab dengan Rasul. Beliau seorang pemuda
yang jujur, kuat, berani, murah tangan. Meski beliau dari keluarga kalangan berada,
namun usahanya dibangun tidak dengan modal. Beliau seorang yang mengelola
perdagangan. Keberhasilan Zubair dalam perniagaan didukung oleh sifat yang sangat
lekat pada dirinya yaitu jujur dan amanah. Melalui dua sifat itu beliau dapat banyak
kepercayaan untuk mengelola modal dalam perniagaan

4. Cara berdagang abdurrahman bin auf ra


Abdurrahman bin Auf Radhiallahu‘anhu termasuk kelompok delapan orang yang
mula-mula masuk Islam. Ia juga tergolong sepuluh sahabat yang diberi kabar gembira
oleh Rasulullah masuk surga dan termasuk enam orang sahabat yang bermusyawarah
dalam pemilihan khalifah setelah Umar bin Al-Khathab. Ia adalah seorang mufti yang
dipercayai Rasulullah berfatwa di Madinah selama beliau masih hidup. Namanya di masa
jahiliyah adalah Abdu Amr, ketika masuk Islam Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
Sallammemanggilnya Abdurrahman. Beliau salah seorang yang berangkat hijrah ke
negeri Madinah dari Mekah tanpa berbekal apapun, beliau melangkah menuju Allah dan
Rasul-Nya. Sesampainya para sahabat di Madinah, masing-masing mendapatkan seorang
Saudara dari penduduk Madinah yang dijalinkan persahabatan mereka oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abdurrahman bin Auf mendapatkan Saudara Sa’ad Bin
Rabi Al Anshari radhiallahu ‘anhuma. Sa’ad berkata kepada Abdurrahman,”Wahai
Saudaraku, aku adalah orang yang memiliki banyak harta di Madinah. Aku memiliki dua
kebun dan dua istri. Silahkan engkau pilih kebun mana yang engkau sukai, aku akan
memberikannya untukmu. Dan aku akan ceraikan salah satu istriku untuk engkau
nikahi.”Berkata Abdurrahman,”terima kasih saudaraku, semoga Allah memberkahi
keluarga dan hartamu, cukup bagiku engkau menunjukan letak pasar kepadaku.”
Kemudian Sa’ad menunjukan pasar, lalu Abdurrahman memulai perdagangan di sana.
Beliau membeli barang lalu menjualnya kembali. Kemudian hasil keuntungannya
ditabung.

6
Sedikit demi sedikit keuntungannya semakin bertambah, sampai beliau
berkata,”Dunia telah terbuka bagiku, sampai aku merasa seandainya aku mengangkat
sebuah batu, niscaya aku akan mendapatkan di bawah batu itu emas dan perak.” Begitu
besar berkah yang diberikan Allah kepadanya sampai ia dijuluki ‘Sahabat Bertangan
Emas’.
Pada saat Perang Badar meletus, Abdurrahman bin Auf turut berjihad fi sabilillah.
Dalam perang itu ia berhasil menewaskan musuh-musuh Allah, di antaranya Umar bin
Utsman bin Ka’ab At-Taimy. Begitu juga dalam Perang Uhud, dia tetap bertahan di
samping Rasulullah ketika tentara Muslimin banyak yang meninggalkan medan perang.
Abdurrahman bin Auf adalah sahabat yang dikenal paling kaya dan dermawan. Ia
tak segan-segan mengeluarkan hartanya untuk jihad di jalan Allah. Pada waktu Perang
Tabuk, Rasulullah memerintahkan kaum Muslimin untuk mengorbankan harta benda
mereka.
Suatu ketika, Rasulullah ingin mempersiapkan pasukan sariyyah, beliau berdiri di
tengah sahabatnya lalu berkata,”bersedekahlah wahai kalian, karena aku ingin mengirim
pasukan perang.”
Mendengar itu, Abdurrahman bin ‘Auf segera pulang ke rumah dan kembali lagi ke
tempat Rasulullah, kemudian berkata,”Wahai Rasulullah, aku mempunyai uang sebanyak
empat ribu dinar. Dua ribu aku pinjamkan untuk Tuhanku, dan dua ribu lagi aku
tinggalkan untuk keluargaku.”
Maka, Rasulullah Shalallahu alahi wa sallam menjawab,”Semoga Allah memberkahimu
di dalam harta yang engkau infakkan dan semoga Allah memberkahimu di dalam harta
yang engkau pegang.” Ketika beliau bersiap-siap menuju Tabuk untuk memerangi kaum
Romawi, di perang itulah masa-masa sulit dialami Rasulullah dan para Sahabat. Beliau
membutuhkan banyak kuda perang, perbekalan, dan tentara Islam. Di saat hewan
tunggangan masih terbatas, datanglah beberapa sahabat yang meminta izin untuk
berperang. Namun Rasulullah tolak karena kekurangan hewan tunggangan. Sehingga
mereka menangis tidak ikut perang bersama Rasulullah. Dengan kondisi yang paceklik,
sehingga pasukan ini juga disebut “pasukan masa sulit”. Kemudian melihat kondisi ini,
Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin ‘Auf yang paling terdepan menutupi kekurangan
perlengkapan perang.

7
Allah mengabulkan do’a Rasulullah, setelah beberapa lama Abdurrahman bin
‘Auf menjadi saudagar kaya. Beliau mempunyai kafilah dagang dan banyak pegawai
dalam bisnisnya. Beliau mahir dalam menejemen usaha yang dikembangkannya. Beliau
mengirim kafilah dagang ke madinah sebanyak 700 unta beserta pegawainya dengan
membawa gandum, tepung, minyak, pakaian, bejana-bejana, minyak wangi dan semua
yang diperlukan oleh penduduk madinah. Semua barang-barang itu diperuntukan untuk
fakir miskin di madinah.
Menjelang wafatnya, sebelumnya beliau memerdekakan budak-budaknya. Beliau
membagikan harta kepada sahabat yag pernah ikut perang badar masing-masing 400
dinar emas. Meskipun sudah dibagikan harta-hartanya kepada warga madinah, beliau
masih mempunyai seribu ekor unta, seratus ekor kuda, dan tiga ribu ekor kambing. Beliau
mempunyai empat istri dan masing-masing istri mewariskan 80.000 dinar. Tidak hanya
itu, masih ada sisa emas dan perak yang jumlahnya banyak, kemudian di potong-potong
untuk dibagikan ke keluarganya yang lain.
Cara bewirausaha antara lain Abdurrahma bin ‘Auf radhiallahu’anhu :
1. Berani Memulai Usaha
Dari kisah Abdurrahma bin ‘Auf radhiallahu’anhu, kita bisa ambil pelajaran
bahwa beliau memulai usaha dari tangan kosong hingga mempunyai harta yang
melimpah. Menjadi pengusaha sukses tidak terlepas dari kemauan dan keuletan,
menejemen keuangan yang baik dan pengaturan karyawan yang tertata rapih.
Diawali dengan kemauan dan semangat yang besar, itu adalah modal pertama yang
dibawa Abdurrahman untuk menyusun sebuah usaha. Beliau hijrah dari mekkah
dengan tidak membawa perbekalan, namun beliau mengambil peluang dan
mengatur strategi bagaimana agar perdagangan di pasar menjadi sukses.
Terkadang terlintas di benak kita,”bagaimana jika gagal?” Gagal dalam usaha
bukan berarti kita berhenti untuk selalu mecoba. Menghitung-hitung untung rugi,
peluang, dan strategi dalam memulai usaha itu perlu.
Lebih baik mencoba walaupun kemungkinan akan gagal daripada tidak mencoba
samasekali. Rumusnya:
Mencoba usaha = 50% gagal – 50% berhasil
Takut / tidak mau mencoba = 100% gagal

8
2. Jujur dan Sabar
Abdurrahman bin ‘Auf ketika berdagang mengutamakan kejujuran, itulah
yang menimbulkan kepercayaan pelanggan. Jika kita berjualan barang maka
katakan yang sejujurnya tentag kualitas barang tersebut, karena jika kita bilang
barang bagus namun ternyata kualitas barang jelek, maka timbul kekecewaan pada
konsumen.
Kemudian ketika berwira usaha juga harus sabar, jika dagangan bangkrut
maka evaluasi apa yang membuat bangkrut. Jika usaha kurang pelanggan, maka
evaluasi mengapa pelanggan berkurang. Jangan berhenti ditengah jalan ketika
barang tidak laku. Jika tidak bisa dipertahankan maka ganti barang dagangan
dengan sesuatu yang dibutuhkan di masyarakat.
Sabar ketika rugi dan sabar pula ketika mendapat keuntungan. Ketika
mendapatkan keuntungan, maka pikirkan apa langkah selanjutnya apa yang akan
dilakukan dengan hasil tersebut. Abdurrahman bin ‘Auf ketika mendapatkan
keuntungan, beliau menabungnya dan sebagiannya diputar kembali untuk modal.
Begitu seterusnya sehingga lama kelamaan keuntungannya membesar.
3. Susun Strategi Untuk Menarik Costumer
Observasi mengenai keadaan konsumen. Jika kita hidup di lingkungan petani
beras, maka jangan menjual beras kepada mereka, karena mereka pun pasti punya
beras, tetapi cari dagangan yang lain.
Menjual barang-barang yang dibutuhkan di masyarakat menjadi tolak ukur,
apa yang yang kita perjual-belikan. Sehingga kita bisa menghitung-hitung untung
ruginya.
Jika kita memiliki persaingan karena ada pengusaha yang menjual barang
yang sama, maka berusaha lah tampil beda dengan pedagang lain. Design tempat
usaha semenarik mungkin, bersih dan nyaman. Promosikan barang ke para
konsumen dengan membuat iklan, brosur, spanduk, dll.
4. Pertahankan Kualitas Barang
Satu hal yang terkadang dilupakan oleh para pedagang adalah tidak
mempertahankan kualitas barang karena ingin meraih keuntungan yang lebih
banyak. Ini sebuah kekeliruan yang harus dihindari.

9
Terkadang banyak konsumen yang melihat kualitas barang walaupun
harganya sedikit lebih mahal dari pedagang yang lain. Awalnya mungkin
keuntungan sangat tipis, namun jika kualitas baik maka pelanggan akan tetap
datang walaupun harganya dinaikan.
5. Menejemen Keuangan
Faktor penting lain dalam usaha adalah menejemen keuangan yang baik,
perhatikan modal yang dikeluarkan dan pemasukan keuangan. Membuat neraca
debet dan kredit dari usaha yang sedang dikembangkan.
Pengusaha seperti Abdurrahman bin ‘Auf yang memiliki harta melimpah
tidak terlepas dari menejemen keuangan yang baik dan tersusun rapi. Beliau juga
pasti membuat akunting yang baik dan pembukuan dalam setiap usaha yang
dilakukannya.
Beliau juga mempunyai pegawai yang membantu dan mengembangkan
usahanya. Keuntungan yang besar yang beliau raih tidaklah dilakukan sendiri,
tetapi ada struktur perusahan yang mengurusi keuangan
6. Memperhatikan Kesejahteraan Karyawan
Pentingnya kesejahteraan karyawa adalah untuk mempertahankan karyawan
agar tidak pindah ke perusahaan lain, meningkatkan motivasi dan semangat kerja,
dan meningkatkan sikap loyalitas karyawan terhadap perusahaan. untuk
mempertahankan karyawan ini hendaknya diberikan kesejahteraan/kompensasi
lengkap/fringe benefits.
Kesejahteraan yang diberikan sangat berarti dan bermanfaat untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan mental karyawan beserta keluarganya. Usaha yang dilakukan
untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan mental karyawan agar
semangat kerja meningkat adalah melalui program kesejahteraan karyawan yang
disusun berdassaarkan peraturan legal, berasaskan keadilan dan kelayakan serta
berpedoman kepada kemampuan perusahaan.
Jangan sampai karyawan terlantar karena tidak diperhatikan, dan memberikan
gaji yang tepat agar mereka bisa sejahtera.
Seperti sabda Rasulullah Shalallahu alahi wa sallam. Ibnu Majah telah
meriwayatkan dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma dan Thabrani meriwayatkan

10
dari Jabi radhiallahu ‘anhu serta Abu Ya’la juga meriwayatkan dari Abu Hurairah
radhiallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َّ ‫طوا األ َ ِجي َْر أَجْ َرهُ قَ ْب َل أَ ْن يَ ِج‬
ُ ‫ف َع َرقُه‬ ُ ‫أ َ ْع‬
“Berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering.”
7. Menggenggam Dunia dengan Tangan Bukan Dengan Hati
Abdurrahman bin ‘Auf meskipun kaya, namun beliau tetap sederhana dan
tidak silau dengan harta yang beliau kumpulkan. Semua harta yang beliau miliki
tidak membuat dirinya tertipu dan tidak pula mengubah kepribadiannya. Banyak
orang yang tidak bisa membedakan antara beliau dengan para budaknya ketika
berjalan bersama-sama.
Karena beliau menggenggam dunia dengan tangannya bukan dengan hatinya.
Sehingga ketika hartanya diinfaqan maka beliau rela dan tidak merasa rugi sedikit
pun.
8. Menggenggam Dunia dengan Tangan Bukan Dengan Hati
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kaum muslimin membutuhkan orang-orang
Islam yang menginfakkan harta dan jiwanya untuk Jihad. Tidak hanya mereka yang
berperang dengan dengan senjata, namun juga berperang dengan infak harta-harta
mereka. Semoga kaum muslimin bisa menjadi seorang intrepreuner yang baik, dan
menginfakkan hartanya untuk berjihad fie sabilillah.

11
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
kewirausahaan merupakan suatu usaha untuk menciptakan dan mengembangkan usaha
baru dengan mengelola sumber daya yang ada, dengan menggunakan cara-cara yang kreatif
dan inovatif untuk menciptakan suatu hasil yang memiliki nilai manfaat untuk membangun
ataumemperbaiki perekonomian masyarakat.
Abdurrahman bin Auf Radhiallahu‘anhu termasuk kelompok delapan orang yang
mula-mula masuk Islam. Ia juga tergolong sepuluh sahabat yang diberi kabar gembira oleh
Rasulullah masuk surga dan termasuk enam orang sahabat yang bermusyawarah dalam
pemilihan khalifah setelah Umar bin Al-Khathab. Ia adalah seorang mufti yang dipercayai
Rasulullah berfatwa di Madinah selama beliau masih hidup. Namanya di masa jahiliyah
adalah Abdu Amr, ketika masuk Islam Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam
memanggilnya Abdurrahman. Beliau salah seorang yang berangkat hijrah ke negeri
Madinah dari Mekah tanpa berbekal apapun, beliau melangkah menuju Allah dan Rasul-
Nya. Cara bewirausaha antara lain Abdurrahma bin ‘Auf radhiallahu’anhu :
 Berani memulai usaha
 Jujur dan sabar
 Susun strategi untuk menarik costumer
 Pertahankan kualitas barang.
 Menejemen keuangan
 Memperhatikan kesejahteraan karyawan
 Menggenggam dunia dengan tangan bukan dengan hati
 Menggenggam dunia dengan tangan bukan dengan hati

12
DAFTAR PUSTAKA

Amin Suma, Muhammad.Tafsir Ayat Ekonomi. (Jakarta: Amzah, 2013).

Ismail Yusanto, Muhammad, dan M. Karebet Widjajakusuma,Menggagas BisnisIslami


(Jakarta: Gema Insani Press, 2002)

https://taklimwamutaalim.wordpress.com/2017/06/15/cara-dagang-abdurrahman-bin-auf-ra/

https://biz.kompas.com/read/2017/06/16/190000528/mempelajari.keberhasilan.para.pedagang.sa
habat.nabi.muhammad

13

Anda mungkin juga menyukai