Anda di halaman 1dari 3

4. Jelaskan prinsip & cara kerja pengujian vit. C dg metode titrasi iodometri!

Metode titrasi iodometri umumnya digunakan untuk pengujian total klor pada jumlah di atas 1
ppm. Titrasi biasanya dilakukan pada suhu sampel di bawah 20°C dan kisaran pH 3 sampai 4.
Prinsip penentuan menggunakan metode titrasi iodometri didasarkan pada oksidasi kalium
iodida oleh klorin bebas yang ada di dalam air. Iodium bebas diperkirakan dengan titrasi
terhadap larutan standar natrium tiosulfat, dan menggunakan indikator berupa amilum atau
pati. Titik akhir titrasi ditunjukkan oleh hilangnya warna biru (Chawla et al., 2015). Prosedur
pengujian kadar vitamin C menggunakan titrasi iodometri terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1) Persiapan Sampel
Sampel yang akan diuji dicuci bersih terlebih dahulu, kemudian diambil sebanyak 1,5 gram.
Untuk sampel padat atau cairan kental dihaluskan terlebih dahulu dengan menambahkan 50
mL air suling. Apabila sudah halus, campuran disaring dengan menggunakan filter.
2) Membuat Larutan Na2S2O3 0,1 N
Pembuatan larutan Na2S2O3 0,1 N dilakukan dengan menimbang sebanyak 2,48 g kristal
Na2S2O3.5H2O. Selanjutnya dilakukan pelarutan dengan 50 mL air dingin. Kemudian larutan
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan beberapa Hg(CN)2 atau CCl4, lalu
tambahkan air suling sampai tanda tera.
3) Standarisasi larutan Na2S2O3 dengan KIO3
Standarisasi dilakukan dengan menimbang sebanyak 0,36 g kristal KIO3 dan dilarutkan dalam
labu ukur hingga tepat 100 mL. Selanjutnya, dilakukan pengambilan menggunakan pipet
sebanyak 12,5 mL ke dalam erlenmeyer, dan ditambahkan 0,5 g KI serta 1,5 mL asam sulfat 3
M. Larutan kemudian diencerkan dengan larutan Na2S2O3 0,1 ke dalam buret, kemudian
tambahkan indikator amilum dan dititrasi sampai warna biru hilang.
4) Penentuan kadar vitamin C
Pengambilan sampel sebanyak 1,5 gram dan dilarutkan ke dalam 100 mL air suling.
Selanjutnya, larutan diambil menggunakan pipet sebanyak 10 mL lalu dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer serta ditambahkan 1 gram KI, 5 mL asam asetat 2 N, dan 10 mL air suling.
Kemudian ditambahkan indikator amilum dan dititrasi menggunakan larutan Na2S2O3 0,1 N
sampai warna biru hilang. Setelah itu dilakukan perhitungan kadar vitamin C menggunakan
rumus berikut.
100 𝑉 𝑥 𝑁 𝑁𝑎2𝑆𝑂3 𝑥 𝐵𝐸 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶
% 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 = 𝑥 𝑥 100%
10 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(Sarah et al., 2017).
5. Bahas tabel & bandingkan dengan teori!
Tabel 1.1 Kadar Vitamin C Buah Jambu dan Tomat di Berbagai Perlakuan
Shift Kelompok Sampel Berat sampel ml Iod Kadar Vitamin
(gr) C (mg/100 gr)
1 1, 2 Jambu biji segar 5 3,3 232,32
3, 4 Jambu biji refri 15’ 5 0,9 63,36
5, 6 Jambu biji freezer 15’ 5 1,75 123,2
7, 8 Jambu biji blanching 15’ 5 3,5 246,4
9, 10 Tomat segar 5,0178 1,3 91,1953
11, 12 Tomat refri 15’ 5 1,5 105,6
13, 14 Tomat freezer 15’ 5,001 1,05 73,93
15, 16 Tomat blanching 15’ 5,2 1,35 91,3846
Sumber: Laporan Sementara
Berdasarkan Tabel 1.1, didapatkan hasil penentuan kadar vitamin C pada buah jambu dan
tomat di berbagai perlakuan antara lain perlakuan segar, perlakuan suhu refrigerator selama 15
menit, perlakuan suhu freezer selama 15 menit dan perlakuan blanching selama 15 menit. Pada
sampel buah jambu didapatkan kadar vitamin C dari yang tertinggi hingga yang terendah
berturut-urut adalah perlakuan blanching 15 menit sebesar 246,4 mg/100 gr, perlakuan segar
sebesar 232,32 mg/100 gr, perlakuan suhu freezer 15 menit sebesar 123,2 mg/100 gr, dan
perlakuan suhu refrigerator 15 menit sebesar 63,36 mg/100 gr. Sedangkan pada sampel tomat
didapatkan kadar vitamin C dari yang tertinggi hingga yang terendah berturut-urut adalah
perlakuan suhu refrigerator 15 menit sebesar 105,6 mg/100 gr, perlakuan blanching 15 menit
sebesar 91,3846 mg/100 gr, perlakuan segar sebesar 91,1953 mg/100 gr, dan perlakuan suhu
freezer 15 menit sebesar 73,93 mg/100 gr. Menurut Patrick et al. (2016), kadar vitamin C pada
buah jambu biji sebesar 69,60 mg/100 mg dan pada tomat sebesar 27,93 mg/100 gr. Menurut
Dioha et al. (2011), pada bahan dengan perlakuan suhu rendah memiliki kadar vitamin C yang
lebih besar dibandingkan dengan perlakuan suhu normal atau segar, sedangkan pada bahan
dengan perlakuan suhu tinggi memiliki kadar vitamin C yang lebih kecil dibandingkan dengan
perlakuan suhu normal atau segar. Sehingga apabila diurutkan, maka kadar vitamin C yang
tertinggi terdapat pada sampel dengan suhu rendah, kemudian suhu normal dan yang terkecil
adalah pada sampel dengan suhu tinggi. Selain itu, penyimpanan bahan juga berpengaruh pada
kadar vitamin C bahan, dimana semakin lama penyimpanan, maka kadar vitamin C dalam
bahan akan semakin berkurang.

DAPUS

Chawla, Shashi., Renu Parashar., dan R. K. Parashar. 2015. Is Estimation of Residual Free
Chlorine in Water by Drop Number Titration Method Reliable? Investigation of
Statistical, Pragmatic, Psychological and Philosophical Reasons. Int. J. Chem. Pharm.
Rev. 2 (1): 11-18.

Dioha, I. J., O. Olugbemi., T. U. Onuegbu., dan Z. Shahru. 2011. Determination of Ascorbic


Acid Content of Some Tropical Fruits by Iodometric Titrations. Int. J. Bio. Chem. Sci.
5 (5): 2180-2184.

Patrick, Anebi O., Ugbe A. Fabian., Igwe C. Peace., dan Odumu O. Fred. 2016. Determination
of Variation of Vitamin ‘C’ Content of Some Fruits and Vegetables Consumed in
Ugbokolo After Prolonged Storage. IOSR Journal of Environmental Science,
Toxicology, and Food Technology 10 (7): 17-19.

Sarah, A. M. Hertina., R. S. Murthy., A. P. Sugiarto., S. Sariyati., dan E. Priyambodo. 2017.


Content Analysis of Vitamin C in Fresh and Processed Moringa Trees By
Spectrophotometry and Iodometrics Titration Methods. Indonesian Journal of
Chemistry and Environment 1 (1): 29-34.

Anda mungkin juga menyukai