Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KULTUR JARINGAN

Dosen Pengampu : Mainingsih

Nama : Annisa Salsabila R. (207172951)

Kelas/jurusan : IV D/Pendidikan Biologi

PRODI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
T.A 2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah perkembangan kultur jaringan dimulai ketika adanya teori sel oleh
Schwan dan Scheiden, juga tentang teori totipotensiyang menyatakan bahwa sel-sel
bersifat otonom dan mampu beregenerasi menjadi tanaman lengkap. Haberlandt pada
awal abad ke-20 menyatakan bahwa jaringan tanaman dapat diisolasi dan dikultur
hingga berkembang menjadi tanaman normal dengan melakukan manipulasi terhadap
kondisi lingkungan dan nutrisinya.
Kultur jaringan merupakan suatu teknik untuk mengisolasi sel, protoplasma,
jaringan dan organ kemudian menumbuhkan bagian tersebut pada media buatan yang
mengandung nutrisi dan zat pengatur tumbuh tumbuhan pada kondisi aseptik,
sehingga bagian-bangian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenarasi menjadi
tumbuhan yang sempurna kembali. Tujuan awal dilakukan kultur jaringan adalah
untuk mikropropagasi tanaman kemudian berkembang menjadi berbagai tujuan
diantaranya menghasilkan metabolit sekunder. Keuntungan teknik ini dalam
mikropropagasi antara lain produksi tumbuhan baru dengan cepat dengan genetik
yang seragam, produksi tumbuhan sepanjang tahun, produksi tanaman yang sulit
diperbanyak secara normal, dan menyelamatkan spesies tumbuhan yang terancam
punah.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kultur jaringan ini adalah:
- Mengetahui cara kerja pada kultur jaringan
- Untuk mendapatkan tanaman yang seragam dengan induknya
- Untuk mendapatkan jumlah bibit yang banyak dan seragam dalam waktu yang
singkat
- Untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam melakukan perbanyakan tanaman
secara in-vitro
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kultur jaringan merupakan suatu teknik untuk mengisolasi sel, protoplasma, jaringan
dan organ kemudian menumbuhkan bagian tersebut pada media buatan yang mengandung
nutrisi dan zat pengatur tumbuh-tumbuhan pada kondisi aseptic, sehingga bagian-bagian
tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tumbuhan yang sempurna
kembali. Yang dimaksud secara buatan adalah dilakukan diluar individu yang bersangkutan.
Karena itu teknik ini seringkali disebut kultur in vitro, sebagai lawan dari in vivo. Dikatakan
in vitro (bahasa Latin, berarti ‘di dalam kaca’). Karena jaringan dibiakkan di dalam tabung
inkubasi atau cawan petri dari kaca atau material tembus pandang lainnya. Kultur jaringan
secara teoritis dapat dilakukan untuk semua jaringan, baik tumbuhan maupun hewan
(termasuk manusia) namun masing-masing jaringan memerlukan komposisi media tertentu.

Kultur jaringan atau tissue culture berasal dari dua kata yaitu kultur atau culture dan
jaringan atau tissue. Kultur adalah budidaya, sedangkan jaringan adalah sekelompok sel yang
mempunyai bentuk dan fungsi yang sama (Nugroho dan Sugito, 2005). Sehingga kultur
jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang
mempunyai sifat yang sama seperti induknya. Kultur jaringan tanaman yang juga disebut
weefsel atau cultuss atau gewebe kultur merupakan teknik menumbuhkembangkan bagian
tanaman, baik berupa sel, jaringan atau organ dalam kondisi aseptik secara in vitro. Teknik
ini dicirikan oleh kondisi kultu yang aseptik, penggunaan media kultur buatan dengan
kandungan nutrisi lengkap dan ZPT (zat pengaatur tumbuh), serta kondisi ruang kultur yang
suhu dan pencahayaannya terkontrol (Hendrayono dan Wijayani, 1944)

Tujuan awal dilakukan kultur jaringan adalah untuk mikropropagasi tanaman


kemudian berkembang menjadi berbagai tujuan diantaranya menghasilkan metabolit
sekunder. Keuntungan teknik ini dalam mikropropagasi antara lain produksi tumbuhan baru
dengan cepat dengan genetic yang seragam, produksi tumbuhan sepanjang tahun, produksi
tanaman yang sulit memperbanyak secara normal dan menyelamatkan spesies tumbuhan yang
terancam punah.

Teknik kultur jaringan tumbuhan berkembang berdasarkan pada teori totipotensi sel.
Sifat totipotensi merupakan kebutuhan utama pada regenerasi tanaman in vitro. Kemampuan
sel dan protoplas yang dikultur untuk berproliferasi dan membentuk jaringan dan bahkan
berkembang menjadi individu tanaman utuh yang disebut totipotensi.
Berikut berbagai faktor yang perlu diperhatikan dalam perbanyakan melalui kultur
jaringan.

1. Seleksi Bahan Tanam


Seleksi tanam yang cocok merupakan faktor yang menetukan keberhasilan kultur
jaringan. Tiga aspek utama yang harus diperhatikan dalam seleksi bahan potongan
jaringan genotip, umur dan kondisi fisiologi bahan tersebut. Tanaman dikotil lebih
mudah berproliferasi pada kultur jaringan dari pada tanaman monokotil. Bahan
tanaman yang digunakan sebagai potongan jaringan sebaiknya bagian tumbuhan
yang masih muda dan secara genetic mempunyai daya meristematik yang tinggi,
lebih mudah induksi tunasnya dibandingkan tanaman yang sudah tua atau
berkayu.

2. Media Kultur
Media mempunyai dua fungsi utama yaitu sumber nutrisi dan mengarahkan
pertumbuhan melalui penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT). Komponen dalam
tambahan nitrogen lainnya, gula dan pemadat (agar-agar). Jenis-jenis yang
termasuk unsur hara makro adalah Nitrogen (N), Fosfat (P), Kalium ( K), Sulfur
(S), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Unsur-unsur mikro yang diperlukan bagi
pertumbuhan tanaman adalah Chlor (Cl), Mangan (Mn), Besi (Fe), Tembaga (Cu),
Sen (Zn), Boron
(Bo), Molibdenum (Mo).

3. Zat Pengatur Tumbuhan ( ZPT)

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultum jaringan salah satu nya yaitu
pemilihan konsentrasi ZTP

a) Auksin
Auksin sintetik yang sering digunakan adalah IBA, NAA dan 2,4-
Diklorofenoksiasetat (2,4 D). Peran fisiologis auksi adalah untuk mendorong
pemanjangan sel, pembelahan sel, differensiasi jaringan xylem dan floem serta
pembentukan akar
b) Sitokonin
sitokinin adalah senyawa yang dapat meningkatkan pembelahan sel pada
jaringan tanaman serta mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sitokonin
yang biasa digunakan adalah kinetin ( 6-furfurylaminopurine), zeatin, 2-ip, BAP dan
thidiazuron.

4. Eksplant (potongan jaringan)

1. Sumber potongan jaringan


Potongan jaringan merupakan bagian kecil atau organ yang dikeluarkan atau
dipisahkan dari tanaman induk yang kemudian dikultur. Keberhasilan perkulturan potongan
jaringan tergantung pada faktor yang dimiliki oleh eksplan itu sendiri seperti ukuran,umur
pisiologi, sumber eksplan serta genosik.

2. respon potongan jaringan

Respon dari potongan jaringan biasanya sendiri dari tunas kalus dan akar respon pada
kultur jaringan dapat melalui organon genesis dan emriogenesis yang dihasilkan dari kultur
jaringan tersebut emrio somatik.emrio smatik biasanya dilihan dari tumbuhan dengan bulat
yang muncul dari potongan atau dari kalus. Organogenesis merupakan proses perbentukan
organ seperti daun, tunas dan akar dari potongan. Dalam perbentukan organ tersebut dapat
terjadi secara langsung dan tidak langsung pembentukan organ secara langsung potongan
jaringan daun dan akar yang akan membentuk tunas adpentif, pembentukan tunas secara tidak
langsung adalah potongan akan tumbuh menjadi kalus terlebih dulu sebelum jadi organ.

a. Tunas
Perbanyakantanaman melalui kultur jaringan dapat melalui perbanyakan tunas-tunas
dari tunas aksilar pada teknik ini hal terpenting adalah meransang pertumbuhan tunas.
Tunas yang dihasilkan selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber untuk
menghasilkan tunas-tunas baru, tunas-tunas tersebut kemudian dapat
diperkembangkan lebih lanjut sehingga bentuk perakaran dan akhirnya menjadi
plantek (pinak tanaman).
b. Kalus
Kalus adalah suatu kumpulan sel amorphos yang terjadi dari sel -sel jaringan yang
berpropoliperasi secara terus menerus dan tidak terorganisasi secara massa sel yang
bentuknya tidak teratur.kalus merupakan suatu jaringan bersifat meristematis akibat
timbulnya luka dan merupakan salah satu wjud dari dedifrensiasi.dalam kultur
jaringan,kalus terbentuk karena luka/irisan potongan jaringan sebagai respon terhadap
hormon baik eksogen maupun endogen dengan adanya rangsangan ini maka sel
berubah dari bentuk inaktif karekteristik morpologi kalus berbeda –beda ,terdapat
kalus dengan tekstur lembut dan meremah,keras dan kompak serta-serta dan kalus
yang bernodull.karakteristik kalus tergantung pada komposisi media kultur,khususnya
zat pengatur tumbuh, jenis potongan jaringan dan jenis tumbuhan.kemampuan
pembentukan kalus dari jaringan dipengaruhi oleh umur pisiologi tanaman,bagian
tanaman yang digunakan sebagai potongan jaringan dan jenis tanaman (pada
umumnya dikotil berdaun lebar), kalus dapat terdiri dari kumpulan sel –sel yang
homoggen atau heteherogen apabila potongan jaringan hanya terdiri dari satu tipe sel
seperti jaringan parengkim phloem wortel. Maka pembelahan akan menghasilkan
kalus yang homogen apabila potongan jaringan berasal dari jaringan batang,akar dan
daun makan kalus yang dihasilkan kalus yang heterogen dengan berbagai macam
sel.regenerasi kalus menjadi pinak tanaman dapat melalui organogenesis atau
embriogenesis.
c. Akar
Pembentukan akar dalam akakultur jaringan biasanya di induksi setelah terbentuknya
tunas sistem perakaran pada pinak tanam biasanya cenderung mudah rusak dan
bentuk berfungsi dengan sempurna pada keadaan in vivo,misalnya akar terbentuk
sedikit atau menyebabkan pertumbuhan tanaman dalam kondisi in vivo menjadi
tertekan,pada evaporasi yang tinggi.
d. seterilisasi bahan tanaman,alat dan media serta menjaga kondisi aseptik yang telah
dicapai merupakan bagian yang sangat penting dalam teknik in vitro. Bakteri dan
jamur adalah dua kontaminan yang paling banyak dalam kultur spora jamur samgat
ringan ada disekeliling lingkungan.apabila spora jamur kontak dengan media kultur
dan kondisinya optimal untuk terkencebahan jamur mka akan terjadi kontaminasi.

MANFAAT KULTUR JARINGAN

Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru dalam
jumlah banyakdalam waktu yang relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan
morfologi sama persis dengan tanaman induknya. Dari teknik kultur jaringan ini diharapkan
pula memperoleh tanaman baru yang bersifat unggul.

Dengan cara kultur jaringan dapat dihasilkan pada perkebunan kelapa sawit dan tebu.
Dengan cara kultur jaringan dapat dihasilkan klon suatu komoditas tanaman dalam waktu
yang relatif cepat. Kloning atau propagasi secara terperinci akan dibahas pada bab tersendiri.

Manfaat yang dapat diperoleh usaha dari kloning ini cukup banyak, misalnya: di luar
pulau jawa akan didirikan suatu perkebunan yang membutuhkan bibit tanaman dalam jumlah
ribuan, maka sudah dapat dibayangkan betapa mahal biayanya hanya untuk transportasinya
saja. Hal ini dapat diatasi dengan usaha kloning melalui budidaya jaringan.

Kultur jaringan juga memberikan masukan atau informasi pengetahuan yang sangat
bermanfaat dibidang fisiologi tanaman. Melalui perbanyakan vegetatif dengan kultur jaringan
ternyata juga berpengaruh terhadap devisa negara. Teknik kultur jaringan sampai saat ini
memang belum biasa dilaksanakan oleh para petani, baru beberapa kalangan pengusaha
swasta saja yang sudah mencoba melaksanakannya, karena pelaksanaan teknik kultur
jaringan memang memerlukan keterampialn khusus dan harus dilatarbelakangi dengan ilmu
pengetahuan dasar tentang fisiologi tumbuhan, anatomi tumbuhan, biologi, kimia dan
pertanian.
BAB III

BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Sabtu, 30 Maret 2019
Waktu : 08.00-
Tempat : Laboratorium Universitas Pendidikan Indonesia

B. Alat dan Bahan


Bahan dan Alat yang di perlukan :

Bahan Konsentrasi (mg/L)

Makroelemen
 NH4NO3 1650
 KNO3 1900
 CaC12.2H2O 440
 MgSO4,7H2O 370
 KH2PO4 170
Mikroelemen
 KI 0,83
 H3BO3 6,2
 MnSO4.4 H2O 22,3
 ZnSO4.7 H2O 8,6
 Na2MnO4.2 H2O 0,25
 CuSO4.5 H2O 0,025
 CoCI2.6 H2O 0,025
 Na2EDTA. 37,3
 FeSO4.2 H2O 27,8
Suplemen Organik
 Inositol 100
 Asam Nikotinat 0,5
 Pyridoxin-HCl 0,5
 Thiamin-HCl 0,1
 Glisin 2,0
 Sukrosa 30.000
 Agar 8000
 ZPT
C. Cara Kerja
1. Pembuatan Larutan Stok
a. Larutan stok dibuat dengan cara menimbang semua komponen makroelemen,
mikroelemen, dan suplemen organic dalam 100 ml akuades. Kelima unsur
makroelemen disimpan dalam botol terpisah, mikroelemen kecuali Na2EDTA
dan FeSO4.2 H2O dibuat satu botol, sisanya dibuat dalam satu botol. Semua
suplemen organic dibuat dalam satu botol. Setiap botol ditutup, diberi label
konsentrasi dan tanggal penyimpanan dan disimpan di lemari es.
b. Menyiapkan ZPT dengan membuat larutan sesuai konsentrasi masing-masing
sebanyak 50 ml, disimpan dalam botol terpisah.

2. Pembuatan Medium
a. Kedalam gelas Erlenmeyer (250 ml) pipet larutan stok makroelemen,
mikroelemen, dan suplemen sesuai kebutuhan sukrosa, ZPT (sesuai
kombinasi) dan aquades kemudian ukur pH sampai 5,6-5,8 dengan menambah
NaOH atau HCl. Agar-agar dimasukan kemudian dipanaskan sambil diaduk
sampai mendidih dan larut.
b. Medium yang telah siap, dimasukan kedalam botol kultur sebanyak 10-15 ml,
kemudian ditutup aluminium foil.

3. Sterilisasi Medium dan Alat


Medium langsung disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121ᐤC selama 15 menit
setelah sterilsasi, medium didiamkan di dalam ruang kultur selama 2-3 hari
sebelum digunakan.

4. Sterilisasi Alat penanaman dan aquades


Alat untuk menanam (Erlenmeyer 250 ml 2 buah, 5 erlenmeyer 250 ml yang berisi
aquades 150 ml, 5 buah cawan petri yang berisi ala kertas saring, gelas kimia 250
ml, pinset dan scalpel) diseterilkan dalam autoklaf pada suhu 121ᐤC selama 15
menit. Semua alat dimasukan kedalam kantung plastic tahan panas terlebih dulu
sebelum dimasukan kedalam autoklaf. Cawan petri dibungkus kertas dan
dimasukan kedalam kantung plastic tahan panas.

5. Sterilisasi eksplant menggunakan air mengalir


Eksplant di sterilisasi dengan air mengalir agar kotoran-kotoran yang terlihat oleh
mata dapat dibersihkan. Eksplant di teruh dibawah air mengalir sekitar 10 menit
untuk membersihkannya.
6. Sterilisasi Laminar air Flow (LAF) dan alat
Laminar disterilkan dengan menggunakan alcohol. Sebelum potongan jaringan
ditanam pada medium kultur, semua bahan yang akan digunakan pada proses
penanaman disiapkan terlebih dahulu diantaranya medium potongan jaringan,
alcohol, scalpel, steril blade, cawan petri, plastic tahan panas, spritus, pinset,
karet, kertas saring dan aluminium foil. Bahan yang telah disiapkan kemudian
dimasukan kedalam laminar air flow dan disinari dengan ultraviolet selama
kurang lebih 30 menit.
7. Sterilisasi eksplant dalam LAF dan penanaman
Potongan jaringan yang telah dipotong disetrilkan menggunakan Bayclin 10%
ditambah tween 2-3 tetes selama 10 menit, dicuci dengan aquades steril selama 5
menit, bagian ujung jaringan yang akan ditanam dipotong dan dikeringkan dalam
kertas saring. Potong jaringan ditanam dalam medium.

1. Mengambil larutan makrolemen dan memasukan kedalam bakerglass


2. Menimbang gula sebanyak 15 gram dan melarutkan kedalam aquades
3. Mencampurkan larutan gula, serbuk agar-agar 3,5 gram kedalam bekerglass berisi
campuran larutan stock dengan penambahan aquades sebanyak 500 ml
4. Mengukur kandungan PH campuran larutan tersebut menggunakan digital PH tester
5. Memasukan larutan tersebut kedalam panci dan direbus hingga mendidh
6. Larutan yang sudah mendidih dimasukan kedalam botol stock sebanyak 18-20 ml,
mengukur menggunakan bakerglass mini
7. Memasukan botol stock yang terisi larutan kedalam autoclav selama 20 menit dengan
suhu 121C
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Adapun hasil yang didapatkan pada tanaman selama praktikum adalah sebagai
berikut:
1. Seleksi Bahan Tanam
Pada praktikum kultur jaringan yang telah dilakukan pada tanggal 30 Maret 2019
menggunakan bahan tanam Osmanthus fragrans.

2. Media Kultur
3. Sterilisasi Explan Menggunakan Air Mengalir

4. Sterilisasi Laminar Air Flow (LAF) dan Alat


5. Penanaman

B. PEMBAHASAN

Media kultur jaringan merupakan media tanam untuk eksplan yang akan
dikulturkan. Keberhasilan suatu tanaman yang dikulturkan salah satunya pada
pembuatan media tanaman ini. Apabila tekstur media MS ini terlaru encer maka akan
mudah masuk kedalam namun tidak sempat memakan nutrisi didalamnya, sedangkan
apabila terlalu padat maka akar juga sukar untuk meninjau media. Maka dari itu
pembuatan media kultur MS harus sesuai standar komposisi bahan yang digunakan.

Dari praktikum kultur jaringan pada tanaman yang telah dilakukan didapatkan
tanamannya dapat tumbuh dengan baik hal ini dikarenakan penanaman dilakukan
dengan hati-hati seperti media yang sudah steril dan pada saat penanaman media
jumlah orang yang terdapat dalam ruangan sedikit sehingga tidak ada gangguan pada
saat penanaman tersebut.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pengamatan yang sudah saya lakukan, Praktikum Kultur jaringan ini
memerlukan ketekunan dan keterampilan yang tinggi, semua alat dan bahan
diperhatikan dengan seksama agar dapat menghasilk hasil yang maksimal. Semua alat
serta bahan harus steril dan jauh dari segala macam mikroba dan bakteri, oleh karena
itu dilakukan proses pensterilan hingga beberapa kali untuk memastikan bahwa alat
dan bahan tersebut sudah steril.
Ketelitian dalam proses pengerjaan juga sebuah hal yang sangat penting dalam
kultur jaringan, kecekatan sangat diperlukan. Media kultur pun harus memiliki
komponen zat-zat yang mengandung banyak nutrisi untuk tumbuhan, seperti ZPT,
vitamin, mineral, karbohidrat dan yang lainnya.
Dengan berbagai jenis langkah-langkah yang cukup rumit, kultur jaringan
dapat menghasilkan individu tumbuhan baru yang dapat bermanfaat untuk
kedepannya.
B. Saran

Pada saat melakukan praktikum kultur jaringan diharapkan kepada praktikan


agar lebih berhati-hati dalam bekerja supaya tidak terjadi kontaminasi pada media
yang akan ditanam, dan ketika bekerja di laminar air flow jangan terlalu banyak
tindakan yang lain diluar kegiatan penanaman tanah tersebut dapat memacu
terkonaminanya bahan kultur jaringan.
DAFTAR PUSTAKA

Hendaryono, D.P.S. dan A.Wijayani. 1994. Teknik kultur jaringan. Kanisius. Yogyakarta.
pp.139.

Nugroho, A. dan H. Sugito. 2005. Teknik kultur jaringan. Penebar Swadaya. Jakarta. pp.71.

Anda mungkin juga menyukai