PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
BAB II
ISI
Jadi, budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan karena budaya tidak
hanya menetukan siapa bicara dengan siap, tentang apa dan bagaimana orang
menyandikan pesan. Seluruh pembendaharaan perilaku kita sangat bergantung
pada budaya tempat kita dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan
landasan komunikasi. Bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula
praktik-praktik komunikasi.
Teori Sikap
Dasar Sejarah Teori Sikap
Para peneliti komunikasi baru saja mulai menerapkan teori sikap untuk
mempelajari perilaku komunikasi (misalnya,Buzzanell,1994),teori ini merupakan
kerangka teoritis dengan sejarah yang panjang.Bahkan,walaupun disebutkan
bahwa teori ini merupakan hasil konseptualisasikan dari Nancy Hartsock,ia
hanyalah satu dari banyak peneliti yang telah memberikan kontribusi dalam
mengembangkan teori ini. Sejarah teori ini dimulai tahun 1807 ketika seorang
filsuf Jerman Georg Wilhem Friedrich Hegel yang membahas bagaimana
hubungan tuan-budak membentuk perbedaan sikap para partisipan dalam
hubungan tersebut. Hegel menulis bahwa walaupun para budak dan tuan hidup di
dalam masyarakat biasa,pengetahuan mereka mengenai masyarakat tersebut
sangat berbeda. Perbedaan ini berasal dari posisi mereka yang sangat berbeda di
dalam masyarakat. Hegel beragumen bahwa tidak aka nada visi tunggal berkaitan
dengan kehidupan sosial,tiap kelompok sosial memersepsikan pandangan parsial
mengenai masyarakat.Karl max juga mengklaim bahwa posisi dari seorang
pekerja (kelas vis-d-vis) membentuk akses pekerja tersebut terhadap pengetahuan.
Nancy Hartsock menggunakan ide Hegel dan teori Marxis untuk mulai
mengadaptasikan Tori Sikap untuk digunakan dalam mempelajari hubungan
antara wanita dan pria.Dari karyanya dengan ide-ide ini pada tahun 1983 Hartsock
menerbitkan “The Ferminist Standpoint Develoving the Ground for a Specifilly
Ferminist Historical Materialism.” Hartsock sangat tertarik dengan debat-debat
sehubungan dengan feminism dan Marxxisme yang terjadi pada tahun 1970-an
dan awal 1980-an yang berfokus pada ketiadaan isu-isu wanita di dalam teori
Marxis.Minat Hartsock adalah untuk “membuat wanita hadir” dalam teori Marx
dan dengan demikian menghasilkan teori Marxis feminis (Hartsock,1997).
Hartsock menerapkan konsep Hegel mengenai tuan dan budak dan pemikiran
Marx mengenai kelas dan kapitalisme pada isu-isu mengenai jenis
kelamin(kategori biologis laki-laki dan perempuan)dan gender (kategori perilaku
naskulinitas dan feminitas).ini merupakan bentuk adaptasi dari ST yang
umum,dan karenanya kebanyakan orang terkadang menyebut Teori Sikap sebagai
Teori Sikap Feminis (Feminist Standpoint Theory)sebagaimana disebut oleh
Nancy Hartsock pada tahun 1983.Banyak penulis melihat bahwa terdapat berbagai
macam feminisme yang berbeda (Cirksena&Cuklanz,1992). Kita harus mengakui
keberagaman ini tetapi melihat bahwa karakteristik penentu yang menyatukan
semua jenis feminisme adalah focus pada posisi sosial wanita dan keinginan untuk
mengakhiri dominasi berdasarkan jenis kelamin atau gender.
Teori Sikap menyatakan dan membentuk kritik terhadap teori mainstream dan
pendekatan terhadap penelitian lainnya.Teori sikap feminis berusaha untuk
menyatukan dua hal yang bersitegang pencarian akan pengetahuan yang lebih
baik dan komitmen pada ide bahwa pengetahuan selalu berkaitan dengan isu
kekuasaan dan politik.Prinsip dasar dari teori sikap feminis adalah bahwa
pengetahuan selalu bangkit dalam lokasi sosial dan distruktur oleh hubungan
kekuasaan. Teori sikap adalah hal yang secara umum dikonseptualisasikan ,teori
sikap dapat digunakan untuk menganalisis berbagai macam sikap seperti misalnya
sikap yang dibawa oleh Angela dan Latria kedalam percakapan
mereka,berdasarkan ras,kelas dan status sosial ekonomi.
Tentang Muka
FaceWork
Beberapa dari Teori Negosiasi Muka mencakup komponen penting dari teori
ini, yaitu muka, konflik, dan budaya. Dengan demikian, Pokok-pokok berikut ini
menuntun pemikiran dari teori Ting-Toomey:
Teori Negosiasi Muka berasumsi bahwa orang dari berbagai budaya memiliki
perhatian terhadap presentasi muka mereka. Teori ini merupakan teori yang
mencampurkan konflik ke dalam kerangkanya, dan menjelaskan mengapa anggota
dari dua budaya yang berbeda, misalnya mengelola konflik secara berbeda. Ting-
Toomey menyatakan bahwa nilai-nilai budaya yang berbeda terdapat di dalam
menghadapi konflik, dan episode-episode yang dipenuhi dengan konflik ini,
sebagai gantinya juga dipengaruhi oleh kepedulian akan muka dan kebutuhan
akan muka dari komunikasi.
Di setiap populasi manusia ada sebuah budaya, dan disitu terdapat speech
codes yang khas. Philipsen secara berangsur-angsur menemukan bahwa diskusi
tentang tempat terkait dengan persoalan apakah seseorang berasal dari lingkungan
sekitar. Perhatian ini tidak hany sekedar sebuah persoalan dari lokasi fisik.
Apakah benar atau tidak seseorang ternyata terbentuk dari yang ada di
sekelilingnya.
1. Psikologi
Menurut Philipsen, setiap kode berbicara “thematizes” merupakan
sifat dari individu dalam cara memberikan fakta-fakta. Kode
teamsterville menegaskan orang sebagai seikat dari peran sosial. Setiap
kode dari cara berkomunikasi secara khas adalah keaslian individu.
2. Sosiologi
Philipsen menulis bahwa sebuah kode berbicara meneyediakan sistem
dari jawaban tentang apa yang berhubungan diantara diri dan yang
lainnya dapat dengan jelas dicari, dan sumber simbolik dapat dengan
benar memperkerjakan dalam mencari hubungan itu. Pola individu
berbicara mencakup jawaban tentang hubungan antara diri sendiri dan
orang lain.
3. Retorika
Philipsen menggunakan istilah retorika dalam dua pengertian dalam
penemuan kebenaran dan daya tarik yang persuasif. Kedua konsep
datang secara bersamaan melalui Teamsterville muda dan laki-laki
dewasa berbicara tentang wanita.
Proposisi: istilah, aturan dan kode dari speech codes tidak dapat dipisahkan
dijalin ke pembicaraan sendiri
Teori ini menguraikan secara singkat dan jelas mengenai inti dari kode-
kode berbicara. Banyak ahli etnografi yang mengkritik teori dari Philipsen dalam
meneruskan teori antar budaya yang dicetuskannya. Philipsen dalam menguraikan
kode bicara Nacirema mengalami kegagalan. Philipsen gagal untuk membuka
kedok pola dan philipsen juga tidak angkat bicara dalam masyarakat
Teamsterville.
Penerapan
Contoh Kasus
Seorang anak sedang duduk di depan rumah, dan meilhat seorang Ibu yang
sudah tua berjalan di depan rumahnya. Anak itu mengatakan kepada Ibu itu
dengan nada yang keras dan menggunakan bahasa ngoko bahwa uang Ibu itu jatuh
di depan rumahnya. Ibu itu lalu mengambil uangnya dan mendekati anak tersebut.
Setelah mengucapkan terima kasih, Ibu itu menegur si anak bahwa jika berbicara
dengan orang yang lebih tua harus dengan nada yang sopan serta menggunakan
bahasa krama. Karena orang itu berbicara dengan orang yang belum ia kenal dan
umurnya lebih tua dari dirinya.
TEORI KOMUNIKASI
OLEH:
Ella Nurhasanah
JAKARTA
2017