Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH EKONOMI PANGAN DASAR

TRANSISI DEMOGRAFI DAN PENGARUHNYA


TERHADAP GIZI

OLEH :

ZOHRIATUN FITRI

P07131012 049

SEMESTER IV

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
JURUSAN GIZI
2014
BAB I

PEMBAHASAN

1. Pengertian Transisi Demografi


a. Pengertian Demografi

Demografi berasal dari kata Yunani demos – penduduk dan Grafien – tulisan
atau dapat diartikan tulisan tentang kependudukan adalah studi ilmiah tentang
jumlah, persebaran dan komposisi kependudukan serta bagaimana ketiga faktor
tersebut berubah dari waktu ke waktu. Demografi dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
demografi yang bersifat kuantitatif dan yang bersifat kualitatif. Demografi yang
bersifat kuantitatif (kadang-kadang disebut Formal Demography – Demography
Formal) lebih banyak menggunakan hitungan-hitungan statistik dan matematik.
Tetapi Demografi yang bersifat kualitatif lebih banyak menerangkan aspek-aspek
kependudukan secara deskriptif analitik.
Dalam mempelajari demografi tiga komponen terpenting yang perlu selalu kita
perhatikan, cacah kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan migrasi.
Sedangkan dua faktor penunjang lainnya yang penting ialah mobilitas sosial dan
tingkat perkawinan. Ketiga komponen pokok dan dua faktor penunjang kemudian
digunakan sebagai variabel (perubah) yang dapat menerangkan hal ihwal tentang
jumlah dan distribusi penduduk pada tempat tertentu, tentang pertumbuhan masa
lampau dan persebarannya. Tentang hubungan antara perkembangan penduduk
dengan berbagai variabel (perubah) sosial, dan tentang prediksi pertumbuhan
penduduak di masa mendatang dan berbagai kemungkinan akibat-akibatnya.

b. Pengertian Transisi Demografi

Transisi demografi merupakan salah satu proses perubahan dari tingkat


kelahiran dan kematian yang tinggi hingga menjadi tingkat kelahiran dan
kematian yang rendah diikuti dengan kondisi perkembangan penduduk. (Aris
Ananta ; 20). Perubahan penduduk secara implisif menyatakan pertambahan atau
penurunan jumlah penduduk secara parsial maupun keseluruhan sebagai akibat
perubahan komponen utama perubahan penduduk, Yaitu kelahiran, kematian dan
migrasi.
Transisi demografi adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh para
demografer terdahulu untuk melakukan pendekatan atau melakukan analisis
terhadap fenomena pertumbuhan penduduk yang memang sangat menarik sekali
untuk dikaji. Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor alami dan faktor dari luar. Faktor alamiah terjadinya suatu perubahan
jumlah penduduk adalah kelahiran (fertilitas), dan kematian (mortalitas),
sedagkan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi laju pertumbuhan
penduduk adalah faktor yang berasal dari luar seperti perpindahan penduduk
(mobilitas), pertumbuhan ekonomi, gaya hidup, bencana alam dan lain-lain.
Dikatakan sebuah hal yang menarik untuk dipelajari karena pertumbuhan
penduduk memberikan suatu pola tertentu yaitu dari awal tahun masehi sampai
saat ini. Mungkin itu yang menimbulkan suatu kegelisahan pada pikiran
demografer-demografer pada masa lalu untuk meneliti apakah yang menyebabkan
perubahan karakteristik penduduk dari waktu ke waktu. Transisi demografi
meneliti apakah hal-hal yang mempngaruhi fenomena pertumbuhan penduduk
tersebut.
Yang menarik adalah pola yang tidak linear pada pertumbuhan jumlah
penduduk dunia. Hingga pada akhirnya Malthus menyimpulkan bahwa
pertumbuhan jumlah penduduk itu dianalogikan seperti deret ukur, sedangkan
pertambahan bahan pangan berkembang menurut deret hitung. Para ahli
demografi pada awalnya memproyeksikan bahwa pertumbuhan penduduk akan
terjadi terus-menerus sehingga akan ada waktunya ketika manusia jumlahnya
akan mencapai tigkat puncak sehingga sudah tidak ada ruang untuk bergerak lagi.
Higga pada akhirnya disadari bahwa kesalahan dari pandangan tersebut adalah
mereka tidak memperkirakan adanya perkembangan ekonomi modern yang bisa
menanggulangi hal buruk tersebut terjadi.
Pendekatan trasisi demografi terus dikembangkan oleh para demografer-
demografer pada masa itu. Beberapa dari mereka yang akan dibahas teorinya
pada kesempatan penulisan essay ini adalah Notestein (1945-1953), Blacker
(1947), Coale (1976-1989), Teitelbum (1975), dan Caldwell (1976). Masing-
masing dari mereka melakukan dengan pendekatan dan sudut pandang berbeda.
c. Teori Transisi Demografi
Teori transisi demografi melukiskan peralihan tingkat pertumbuhan penduduk
dari tingkat yang tinggi menuju tingkat yang rendah yang dimekanisasikan
melalui tiga tahapan.
Pada tahap pertama, baik tingkat fertilitas maupun tingkat mortalitas sama-
sama tinggi, sehingga pertumbuhan berada pada tingkat yang tinggi dan
berlangsung lama. Tingkat kematian yang tinggi dianggap sebagai ssuatu yang
tidak dapat dihindarkan karena pada saat itu belum ada sanitasi, transportasi dan
pengobatan moderen. Dengan tingkat kematian yang tinggi dianggap sebagai
sesuatu yang tidak memaksa masyarakat untuk menganut nilai-nilai sosial budaya
yang mendukung adanya tingkat kelahiran yang tinggi sebagai imbangan supaya
dapat mempertahankan keturunan.
Pada tahap kedua, tingkat kematian sudah mulai menurun sebagai akibat dari
proses pembangunan ekonomi dan mulai meningkatnya taraf hidup. Tetapi pada
tahap ini tingkat kelahiran masih tinggi (meskipun sudah ada kecenderungan
untuk turun, tetapi tingkat penurunannya masih lebih rendah dibanding dengan
penurunan tingkat kematian). Hal ini disebabkan nilai budaya pada waktu itu yang
mendukung tingkat kelahiran yang tinggi sudah terlanjur membudaya dan
melembaga sebagai suatu kepercayaan, sikap dan nilai tersebut lamban dan
tergolong sulit untuk berubah. Pada tahap kedua inipun masih diwarnai oleh
tingkat pertumbuhan penduduk yang masih tinggi sebagai interaksi antara tingkat
kelahiran yang tinggi dengan tingkat kematian yang cukup rendah.
Pada tahap ketiga, individu-individu secara sadar sudah mulai mengendalikan
tingkat kelahiran. Pengendalian secara sadar inilah yang menjadi ciri pokok dari
tahap transisi akhir transisi demografi tersebut. Selama tahap ini berlangsung
tingkat kelahiran terus turun secara perlahan-lahan menuju tingkat keseimbangan
dan tingkat kematian yang sudah rendah. Pada tahap pasca transisi dicirikan oleh
tingkat kelahiran dan tingkat kematian yang sama-sama rendah, hampir semua
mesyarakat mengetahui cara-cara pemakaian alat kontrasepsi. Tingkat kelahiran
dan kematian mendekati keseimbangan, pertumbuhan penduduk amat brendah
dalam jangka waktu yang panjang. Menurut Ida Bagus Mantra (26;1993) “ Bahwa
suatu tingkat ekonomi tertentu harus dicapai terlebih dahulu sebelum terjadinya
penurunan tingkat elahiran dan disusul dengan tingkat kematian “.
Ada lima tahap dari Transisi Demografi :
1) Masyarakat Tradisional, dimana tingkat fertilitas dan tingkat mortalitas
sama-sama tinggi, sehingga pertumbuhan penduduk rendah.
2) Permulaan Transisi Demografi, dimana tingkat fertilitas tetap bahkan
cenderung naik dan tingkat mortalitas sudah mulai menurun. Hal ini
mengakibatkan tingkat pertumbuhan penduduk meningkat.
3) Akhir Transisi Demografi, dimana tingkat fertilitas dan mortalitas
menurun sehingga tingkat pertumbuhan penduduk menurun.
4) Masyarakat Modern, dimana tingkat fertilitas dan mortalitas sama-
sama rendah sehingga tingkat pertumbuhan penduduk rendah.
5) Masyarakat Super Modern dimasa mendatang, dimana tingkat
kelahiran sudah benar-benar dapat dikontrol, dan tingkat kematian
rendah dan stabil.
(Teori dan Metodologi Studi Kependudukan Pusat antar Universitas Gajah Mada
Yogyakarta ; Desember 1992 ).

2. Pengaruh Transisi Demografi Terhadap Gizi

Pengaruh transisi demografi terhadap pangan maupun gizi adalah sebagai berikut :
Pada tahap pertama, baik tingkat fertilitas maupun tingkat mortalitas sama-sama
tinggi, sehingga pertumbuhan berada pada tingkat yang tinggi dan berlangsung lama.
Tingkat kematian yang tinggi dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindarkan
karena pada saat itu belum ada sanitasi, transportasi dan pengobatan moderen. Pada tahap
ini, mortalitas dan fertilitas seimbang sehingga pertumbuhan penuduk yang tinggi
diimbangi dengan angka kematian yang tinggi pula. Pada keadaan seperti ini, kebutuhan
pangan akan terpenuhi, karena pada tahap ini jumlah pangan yang tersedia masih cukup
untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Namun status gizi belum tentu baik, karena pada
saat itu belum ada yang namanya sanitasi, transportasi dan pengobatan modern,
semuanya masih dalam keadaan tradisional. Pangan tercukupi namun belum tentu
memenuhi kebutuhan gizi penduduk karena kurangnya pengetahuan.
Pada tahap kedua, tingkat kematian sudah mulai menurun sebagai akibat dari proses
pembangunan ekonomi dan mulai meningkatnya taraf hidup. Tetapi pada tahap ini tingkat
kelahiran masih tinggi (meskipun sudah ada kecenderungan untuk turun, tetapi tingkat
penurunannya masih lebih rendah dibanding dengan penurunan tingkat kematian). Hal ini
disebabkan nilai budaya pada waktu itu yang mendukung tingkat kelahiran yang tinggi
sudah terlanjur membudaya dan melembaga sebagai suatu kepercayaan, sikap dan nilai
tersebut lamban dan tergolong sulit untuk berubah. Pada tahap kedua inipun masih
diwarnai oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang masih tinggi sebagai interaksi antara
tingkat kelahiran yang tinggi dengan tingkat kematian yang cukup rendah. Pada tahap ini,
ketersediaan pangan sudah mulai berkurang. Dengan bertambahnya jumlah penduduk
yang disertai tingkat keatian yang cukup rendah berarti pada saat tersebut semakin
banyak penduduk yang hidup dan memerlukan makanan untuk mempertahankan
hidupnya, sementara lahan sudah habis untuk sebagai tempat tinggal. Maka akan terjadi
kelaparan sehingga berdampak pada status gizi penduduk yang kurang baik karena tidak
terpenuhinya kebutuhan gizi mereka.
Pada tahap ketiga, individu-individu secara sadar sudah mulai mengendalikan tingkat
kelahiran. Pengendalian secara sadar inilah yang menjadi ciri pokok dari tahap transisi
akhir transisi demografi tersebut. Selama tahap ini berlangsung tingkat kelahiran terus
turun secara perlahan-lahan menuju tingkat keseimbangan dan tingkat kematian yang
sudah rendah. Pada tahap pasca transisi dicirikan oleh tingkat kelahiran dan tingkat
kematian yang sama-sama rendah, hampir semua mesyarakat mengetahui cara-cara
pemakaian alat kontrasepsi. Tingkat kelahiran dan kematian mendekati keseimbangan,
pertumbuhan penduduk amat rendah dalam jangka waktu yang panjang. Pada tahap ini,
ketersediaan pangan maupun gizi penduduk akan terpenuhi, karena pertumbuhan maupun
angka kematian sudah rendah. Selain itu, pengetahuan penduduk sudah mulai
meningkat. Dan otomatis keadaan penduduk tersebut akan makmur.
BAB II

PENUTUP

1. Kesimpulan
Transisi demografi merupakan salah satu proses perubahan dari tingkat kelahiran dan
kematian yang tinggi hingga menjadi tingkat kelahiran dan kematian yang rendah diikuti
dengan kondisi perkembangan penduduk.

Tahapan transisi demografi mempunyai dampak terhadap pangan dan gizi


diantaranya :
Pada tahap pertama, baik tingkat fertilitas maupun tingkat mortalitas sama-sama
tinggi, sehingga pertumbuhan berada pada tingkat yang tinggi dan berlangsung lama.
Pada tahap ini, mortalitas dan fertilitas seimbang sehingga pertumbuhan penuduk yang
tinggi diimbangi dengan angka kematian yang tinggi pula. Pada keadaan seperti ini,
kebutuhan pangan akan terpenuhi, karena pada tahap ini jumlah pangan yang tersedia
masih cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Namun status gizi belum tentu baik,
karena pada saat itu belum ada yang namanya sanitasi, transportasi dan pengobatan
modern, semuanya masih dalam keadaan tradisional. Pangan tercukupi namun belum
tentu memenuhi kebutuhan gizi penduduk karena kurangnya pengetahuan.
Pada tahap kedua, tingkat kematian sudah mulai menurun sebagai akibat dari proses
pembangunan ekonomi dan mulai meningkatnya taraf hidup. Tetapi pada tahap ini tingkat
kelahiran masih tinggi (meskipun sudah ada kecenderungan untuk turun, tetapi tingkat
penurunannya masih lebih rendah dibanding dengan penurunan tingkat kematian). Pada
tahap ini, ketersediaan pangan sudah mulai berkurang. Dengan bertambahnya jumlah
penduduk yang disertai tingkat kematian yang cukup rendah berarti pada saat tersebut
semakin banyak penduduk yang hidup dan memerlukan makanan untuk mempertahankan
hidupnya, sementara lahan sudah habis untuk sebagai tempat tinggal. Maka akan terjadi
kelaparan sehingga berdampak pada status gizi penduduk yang kurang baik karena tidak
terpenuhinya kebutuhan gizi mereka.
Pada tahap ketiga, individu-individu secara sadar sudah mulai mengendalikan tingkat
kelahiran. Pengendalian secara sadar inilah yang menjadi ciri pokok dari tahap transisi
akhir transisi demografi tersebut. Selama tahap ini berlangsung tingkat kelahiran terus
turun secara perlahan-lahan menuju tingkat keseimbangan dan tingkat kematian yang
sudah rendah. Tingkat kelahiran dan kematian mendekati keseimbangan, pertumbuhan
penduduk amat rendah dalam jangka waktu yang panjang. Pada tahap ini, ketersediaan
pangan maupun gizi penduduk akan terpenuhi, karena pertumbuhan maupun angka
kematian sudah rendah. Selain itu, pengetahuan penduduk sudah mulai meningkat. Dan
otomatis keadaan penduduk tersebut akan makmur.

DAFTAR PUSTAKA

Robert. 1989. Evaluasi Gizi Dan Bahan Pangan. Bandung:Institut Teknologi Bandung.

Soeparno. 1992. Ilmu Dan Teknologi Pangan.Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Winarno. 1982. Pengantar Ilmu Ekonomi Pangan & Gizi.Yogyakarta: Pustaka Media.

Anda mungkin juga menyukai