Kti Rasyid Fix6
Kti Rasyid Fix6
DiajukanOleh :
Abdurrahman Al Rasyid
NIM : 144012016001
Proposal KaryaTulisIlmiah
DiajukanOleh :
Abdurrahman Al Rasyid
NIM : 144012016001
ii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
LEMBAR PENGESAHAN
MENYETUJUI
Pembimbing I Pembimbing II
iii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulilah Puji syukur kehadiran allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia - Nya penulis telah diberikan kekuatan dan kemampuan untuk
menyelesaikan laporan usulan karya tulis ilmiah ini sesuai waktu yang telah
ditentukan. Laporan usulan karya tulis ilmiah ini berjudul : “Penerapan Posisi
Semi Fowler Pada Pasien Congestive Heart Failure Dengan Masalah
Keperawatan Ketidakefektifan Pola Nafas Di Ruang Tulip RSUD Dr. Hi Abdul
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019
iv
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
C. Tujuan ..................................................................................................... 6
1. Tujuan Umum .................................................................................... 6
2. Tujuan Khusus ................................................................................... 6
D. Ruang Lingkup ........................................................................................ 7
E. Manfaat ................................................................................................... 7
1. Manfaat Teoritis ................................................................................ 7
2. Manfaat Praktis ................................................................................. 7
v
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
E. Pengumpulan Data ................................................................................. 32
F. Analisa Data ........................................................................................... 32
G. Etik penelitian ........................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA
vi
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
DAFTAR GAMBAR
vii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
DAFTAR TABEL
x viii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
9
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan
masalah kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas
Penyakit tidak menular diantaranya adalah menular yang terdiri dari asma, penyakit
paru obstruksi kronis (ppok), kanker, diabetes mellitus (DM), hipertiroid, hipertensi,
jantung koroner, stroke, gagal ginjal kronis (GGK), batu ginjal, penyakit
Penyakit tidak menular (PTM) yang paling tinggi dan paling banyak menyebabkan
CHF.CHF (Congestive Heart Failure) merupakan salah satu masalah kesehatan dalam
Heart Association (AHA) tahun 2012 dilaporkan bahwa ada 5,7 juta penduduk
Amerika Serikat yang menderita gagal jantung (Padila, 2012). Kegagalan jantung
mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir
dari gangguan jantung,pembuluh darah atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam
darah yang mengakibatkan jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada
berbagai organ.
Menurut data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO) tahun
2012 menunjukkan bahwa prevalensi pada tahun 2008 terdapat 17.5 juta atau sekitar
(48%) dari total kematian disebabkan oleh Gagal Jantung Kongestif. Sedangkan di
Amerika Serikat mempunyai insidensi yang besar dan tetap stabil selama dekade
terakhir yaitu sekitar >650.000 kasus baru di diagnosa setiap tahunnya yang
DIY sebesar (2,0%),sementara presentase terkecil yaitu berada di provinsi NTT yaitu
Moeloek Provinsi Lampung pada tahun 2018 Gagal Jantung Kongestif merupakan
salah satu dari 10 penyakit terbanyak dengan jumlah pasien selama periode bulan
januari sampai desember tahun 2018 dengan rincian sebagai berikut laki-laki
sebanyak 672 sedangkan perempuan 674. Sedangkan pada tahun 2019 periode pada
bulan januari sampai februari sebanyak 129 degan rincian 58 laki-laki dan 79
perempuan. Pada tahun 2018 jumlah pasien terbanyak dengan usia 45-65 tahun sekitar
1049. Hal ini mengalami kenaikan di tahun sebelum nya tahun 2017 yang hanya
berjumlah 1279 orang, (Rekam Medic Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H.Abdul
Faktor yang dapat menimbulkan penyakit jantung adalah kolesterol darah tinggi,
tekanan darah tinggi, merokok, gula darah tinggi (diabetes mellitus), kegemukan, dan
stres. Akibat lebih lanjut, jika penyakit jantung tidak ditangani dengan baik maka akan
kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel sel tubuh akan
nutrient dan oksigen secara adekuat. Sebagai akibatnya ginjal sering berespons
dengan menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam
berbagai organ seperti tangan kaki paru dan organ lainnya sehinga tubuh klien
Masalah keperawatan yang umum terjadi pada pasien CHF adalah ketidakefektifan
pola nafas, (Muttaqin, 2012). Ketidakefektifan pola nafas merupakan inspirasi dan/
ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat. Pada pasien CHF dengan pola nafas
tidak efektif terjadi karena ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang
dari paru sehingga terjadi peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru yang menyebaban
Dyspnea merupakan gejala yang paling sering dirasakan oleh penderita CHF. Hasil
wawancara dengan 8 orang pasien di rumah sakit menyatakan bahwa 80% pasien
penimbunan cairan di alveoli. Hal ini menyebabkan jantung tidak dapat berfungsi
dengan maksimal dalam memompa darah. Dampak lain yang muncul adalah
hondari cairan masuk melalui IV jika tidak syok, berikan morfin, berikan nitrat
sublingual 0,4 mg, tinggikan kepala tempat tidur 450, berikan terap kronik (A. Alto
yang bertujuan untuk meningkatkan ekspansi paru sehingga mengurangi sesak (Dean,
2014). Pemilihan posisi untuk pasien dengan masalah pernapasan sangat penting
untuk memfasilitasi pernapasan yang adekuat. Terdapat berbagai macam posisi tidur
mulai dari supine, lateral, dan fowler. Masing-masing posisi memiliki indikasi yang
berbeda-beda (Dean, 2014). Oleh karena itu, pemilihan posisi yang tepat sangat
ekspansi paru secara maksimal dan mengatasi kerusakan pertukaran gas sehingga
pasien memperoleh kualitas tidur yang baik. Menurut Israel (2008), posisi semi
fowler akan mempengaruhi keadaan curah jantung dan pengembangan rongga paru-
paru pasien, sehingga sesak nafas berkurang dan akan mengoptimalkan kualitas tidur
pasien. Pengembangan rongga dada dan paru-paru akan menyebabkan asupan oksigen
membaik, sehingga proses respirasi akan kembali normal. Supadi, Nurachmah dan
Mamnuah (2008), menyatakan bahwa posisi semi fowler membuat oksigen dalam
paru-paru semakin meningkat sehingga memperingan kesukaran nafas. Posisi ini akan
dipengaruhi oleh gaya gravitasi sehingga 02 delivery menjadi optimal. Sesak nafas
akan berkurang dan akhirnya proses perbaikan kondisi klien lebih cepat.
Safitri dan andriyani (2008) menyatakan saat terjadi sesak nafas penderita biasanya
tidak dapat tidur dengan posisi berbaring,melainkan harus dalam posisi duduk atau
setengah duduk untuk meningkatkan ekspansi paru sehingga osigen lebih mudah
untuk masuk ke paru dan pola napas kembali optimal. Posisi yang paling efektif bagi
penderita sesak nafas yaitu posisi semi fowler. Posisi semi fowler adalah posisi duduk
Penelitian Julie (2008), yang berjudul The effect of positioning cardiac output
tempat tidur kurang lebih 45 derajat akan mempertahankan curah jantung sehingga
sesak nafas berkurang yang pada akhirnya akan mengoptimalkan kualitas tidur pasien
Dan ini tentunya akan berpengaruh terhadap perubahan tanda vital terutama laju
respirasi pasien.
Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Penerapan posisi
semi fowler pada pasien CHF dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran penerapan posisi semi fowler pada pasien Congestive Heart
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan penerapan posisi semi fowler pada pasien Congestive Heart Failure
2. Tujuan Khusus
penerapan sebelumnya
D. Ruang Lingkup
Pada karya tulis ilmiah ini akan membahas tentang bagaimana proses penerapan pada
nafas. Proses penerapan ini akan dilakukan di Rumah Sakit Dr.H Abdul Moeloek
provinsi Lampung yang akan dilaksanakan pada tahun 2019 dengan memberikan
penerapan kepada dua pasien dengan masalah keperawatan yang sama. Pembuatan
karya tulis ilmiah ini dilakukan dengan memberikan asuhan keperawatan kepada
kedua pasien dengan intervensi yang telah ditentukan dan setelah itu melakukan
E. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
Perawat dapat melakukan penerapan yang tepat pada pasien Congestive Heart
Failure
b. Bagi Institusi
Penelitia ini dapat dijadikan pedoman dan gambaran pada mahasiswa untuk
c. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat dijadikan acuan dan inspirasi bagi peneliti selanjutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrisi dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung
yang berakibat jantung gagal untuk memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen
ketika jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi
timbulnya sangat cepat, sebagai akibat dari serangan infark miokard, ditandai
dengan minkope, syok, henti jantung, dan kematian tiba-tiba dan kegagalan
jantung kronis, berkembang perlahan dan disertai dengan tanda-tanda yang ringan
2. Etiologi 9
atau mitral, terlalu cepat pemberian cairan infus terutama pada pasien
2008).
(Muttaqin, 2012).
3. Patofisiologi CHF
a. Mekanisme dasar
maka terjadi pula peningkatan tekanan akhir diastolik kiri (LEDV). Dengan
lanjut dapat mengakibatkan cairan merembas kealveoli dan terjadi lah edema
paru-paru.
b. Respon kompensentorik
tekanan arteri dan retibusi volume darah dengan mengurangi aliran darah
miokardium.
3) Atropi ventrikel
bendungan paru-paru dann vena sistemik dan edema, fase kontruksi arteti
dilatasi ruang jantung. Akibat kerja jantung dan kebutuhan miokard akan
akan oksigen tidak terpenuhi maka akan terjadi iskemia miokard akhirnya
dapat timbul beban miokard yang tinggal dan serangan gagal jantung yang
PATOGENESIS CHF
Gambar 2.1
Gejala:
1) Dispnea
2) Orthopnea
4) Batuk
5) Mudah lelah
6) Ronchi
7) Gelisah
8) Cemas
Gejala:
1) Oedem perifer
2) Peningkatan BB
4) Hepatomegali
5) Asites
6) Pitting edema
7) Anorexia
8) Mual
1) Pusing
2) Kelelahan
4) Ekstremitas dingin
5. Pemeriksaan diagnostik
a. Radiogram dada
3) Kardiomegali
b. Kimia darah
1) Hiponatremia
c. Urine
1) Lebih pekat
3) Na meningkat
d. Fungsi hati
.(Safera,Andra, 2013).
2) Oksigenasi
menghilangkan edema
b. Terapi farmakologis
1) Glikosida jantung
frekuensi jantung.
2) Terapi diuretic
hipokalemia.
3) Terapi fasodilator
Fungsi sistem pernapasan adalah pertukaran gas. Oksigen dari udara yang dihirup
berdifusi dari alveolus paru ke darah dalam kapiler paru. Karbondioksida yang
dihasilkan selama metabolism sel berdifusi dari darah kedalam alveolus dan kemudian
melindungi tubuh dari benda asing seperti partikel dan patogen (Kozier, dkk, 2010).
1. Definisi
alveolus paru.
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Pengisapan udara ini
dan tekanan vena pulmonaris karena darah kembali dalam sirkulasi pulmonal
juga memacu terjadinya akumulasi darah dan cairan interstisial paru sehingga
kerja paru menjadi berat . Peningkatan cairan dan darah dalam paru membuat
kerja paru menjadi berat sehingga menyebabkan sesak nafas. Pada pasien
Congestive Heart Failure darah tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh
secara cukup sehingga suplay oksigen didalam tubuh tida adekuat, kadar oksigen
dalam darah mempengaruhi saturasi SPO2 dalam tubuh. Akibatnya sel-sel dan
Jannah)
Hati juga membesar karena menahan banyak cairan. Pasien merasa nyeri pada
abdomen atas kanan. Semain berat stasis darah vena, tekanan pada sistem portal
juga semakin meningkat dan cairan terkumpul dalam rongga abdomen (asites).
Rongga abdomen dapat terisi sampai 10 liter cairan yang menekan diafragma.
Tekanan pada diafragma akan membuat pernapasan pasien menjadi sulit dan
pada saat demam, asidosis metabolik, nyeri, dan hiperkapnia atau hipoksemia.
Bradipnea adalah frekuensi pernapasan yang lambat secara abnormal, yang dapat
intracranial (mis., akibat cedera otak). Apnea adalah henti napas (Kozier, dkk,
2010).
suatu peningkatan pergerakan udara masuk dan keluar dari paru. Selama
CO2 yang dibuang dari pada yang dihasilkan. Sebuah tipe hiperventilasi tertentu
Hiperventilasi juga dapat juga terjadi sebagai respons terhadap stres, seperti yang
menciptakan pola pernapasan yang tidak teratur. Dua irama pernapasan yang
pernapasan yang sangat jelas dari pernapasan yang sangat dalam ke pernapasan
yang sangat dangkal dan apnea temporer, penyebab umum mencakup gagal
dapat terlihat pada pasien penderita penyakit sistem saraf pusat (Kozier, dkk,
2010).
Orang yang mengalami dispnea sering kali tampak cemas dan dapat mengalami
pendek napas ( shortness of breath atau SOB), suatu perasaan tidak mampu
klien. Klien terbangun ditengah malam karena sesak napas pendek yang hebat.
terlentang. Selama siang hari,tekanan pada vena tinggi khususnya pada bagian
dependen tubuh. Hal ini terjadi karena gravitasi, peningkatan volume cairan, dan
beberapa cairan keluar masuk ke area jaringan. Dengan posisi terlentang, tekanan
memberikan beban tambahan pada dasar vaskular pulmonal yang kongesti. DNP
terjadi bukan hanya pada malam hari, tetapi juga pada ada kapan saja selama
Rate
Usia
30-40 bpm
Neonatal
20-40 bpm
Bayi 1 tahun
25-32 bpm
Usia 2 tahun
20-26 bpm
Usia 8-10 tahun
18-22 bpm
Usia 12-14 tahun
12-20 bpm
Usia 16 tahun
10-24 pm
Dewasa
Posisi Semi fowler (setengah duduk) adalah posisi tidur pasien dengan
kepala dan dada lebih tinggi dari pada posisi panggul dan kaki. dimana kepala
Posisi semi fowler atau posisi setengah duduk adalah posisi tempat tidur yang
memungkinkan ekspansi dada dan ventilasi paru yang lebih besar (Kozier, dkk,
2010). Supandi, dkk (2008), menyatakan bahwa posisi Semi fowler membuat
kesukaran napas. Posisi ini akan mengurangi kerusakan membran alveolus akibat
delivery menjadi optimal. Sesak nafas akan berkurang dan akhirnya perbaikan
2. Tujuan
(Suparmi, 2008)
1. Pengkajian
terorganisasi, dan meliputi tiga aktivitas dasar yaitu: Pertama, mengumpulkan data
secara sistematis; Kedua, memilah dan mengatur data yang dikumpulkan; dan
1) Aktivitas / istirahat
Gejala :
2. Insomnia
Tanda :
2) Sirkulasi
Gejala :
septik, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen, sabuk terlalu kuat (pada
Tanda :
S2 mungkin lemah
inufisiensi
dapat terjadi, nadi sentral mungkin kuat, misal: nadi jugularis coatis
abdominal terlihat
10) Punggung kuku : pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat
ekstremitas
3) Integritas Ego
Gejala :
Tanda :
4) Eliminasi
Gejala :
5) Makanan / cairan
Gejala :
2. Mual / muntah
3. Penambahan BB signifikan
6. Diet tinggi garam / makanan yang telah diproses, lemak gula dan
kafein
7. Penggunaan diuretik.
Tanda :
1. Penambahan BB cepat
pitting).
6) Hygiene
Gejala :
Tanda :
7) Neurosensori
Gejala :
Tanda :
8) Nyeri / kenyamanan
Gejala :
Tanda :
9) Pernapasan
Gejala :
bantal
Tanda :
pulmonal
mengi
a. Radiogram dada
3. Kardiomegali.
b. Kimia darah
1. Hiponatremia
c. Urine
1. Lebih pekat
3. Na meningkat.
d. Fungsi hati
meningkat),(Saferi,Andra, 2013).
3. Masalah keperawatan
sebagai berikut;
paru.
4. Rencana keperawatan
5. Implementasi
tindakan kolaborasi. (Tarwoto & Wartonah, 2011). Dalam hal ini peneliti
6. Evaluasi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti untuk
(Dharma, 2013).
Studi kasus adalah rancangan penelitian mencakup pengkajian satu unit penelitian
secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi
(Nursalam, 2013).
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu studi kasus untuk
Failure yang mengalami ketidakefektifan pola nafas Di ruang Tulip Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019.
B. Batasan istilah
Penerapan posisi posisi semi fowler pada pasien Congestive Heart Failure yang
Tabel 3.1 30
batasan istilah
Posisi semi fowler Posisi setengah tidur atau Mengukur pola nafas ,RR
450 dengan diganjal
bantal
C. Partisipan
Subyek penelitian yang digunakan pada studi kasus ini adalah 2 klien (2 orang)
dengan diagnosis medis yang sama yaitu Congestive heart failure (CHF) dengan
dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019 dengan kriteria subjek
1. Kriteria Inklusi:
c. Klien CHF dengan edema paru ditandai dengan sesak nafas berat
2. Kriteria Eksklusi:
Karya tulis ini dilakukan di Rumah Sakit Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung sejak bulan mei atau klien yang diratat minimal 3 hari. Jika sebelum
3 hari klien sudah pulang, maka perlu penggantian klien lainnya yang sejenis.
E. Pengumpulan Data
1. Wawancara
3. Hasil dokumentasi
F. Analisis Data
1. Pengumpulan data
2. Mereduksi data
Data dari hasil wawancara dibuat dalam bentuk transkip dan dikelompokkan
3. Penyajian data
Kerahasiaan klien dijaga dengan membuat nama inisial dalam identitas klien.
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian akan dibahas dan dibandingkan pada
G. EtikPenelitian
1. Informed consend
tidak menguntungkan.
4. Right to justice
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
di rahasiakan.
Hak untuk mendapat pengobatan yang adil dari kedua pasien yang
diberikan intervensi
6. Anonimty
H. JalannyaPenelitian
1. Langkah persiapan
Keperawatan.
2. Langkah pelaksanaan
BAB IV
Pada bab ini berisi pembahasan hasil penelitian tentang penerapan posisi semi fowler
pada pasien CHF dengan tujuan frekuensi napas pasien dalam rentang normal di ruang
Tulip Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Abdul Moeloek provinsi Lampung. Berdasarkan
data yang diperoleh dari 2 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian
selama 3 hari yaitu pada tanggal 13 juni 2019 – 15 juni 2019 untuk pasien 1 dan 2.
A. Hasil
1. Gambaran Lokasi
Moeloek Provinsi Lampung yang beralamat di Jalan Dr. Rivai no. 6, Penengahan
Bandar Lampung, Telepon: 0721-703312. Dengan luas tanah 81.486 m2 dan luas
bangunan 39043 m2. Rumah sakit umum daerah dr. Hi Abdul Moeloek
kepada gubernur serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
Rumah sakit Abdul Moeloek memiliki kapasitas tempat tidur 600 unit, yang
terdiri atas 52 tempat tidur kelas utama, 72 tempat tidur kelas satu, 130 tempat
tidur kelas dua, 28 tempat tidur kelas khusus, dan 318 tempat tidur kelas tiga.
36
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
37
Sedangkan di Ruang Tulip memiliki 2 kelas yaitu kelas II dan kelas III,setiap
kelas terdiri dari kelas A dan Kelas B. Kelas II A berisi 4 bed, kelas II B berisi 3
bed dan kelas III A yang berisi 4 bed, kelas III B yang berisi 3 bed jadi jumlah
yang berada diruang berjumlah 14 bed. Ruang Tulip terdapat 1 ruang perawat, 1
ruang kepala ruangan, 1 ruang dokter, 1 ruang konsul, 1 ruang tindakan, 1 ruang
A. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Tabel 4. 1
Identitas Pasien
Data Dasar
A. Identitas pasien
1. Nama (inisial) Tn. M Tn. R
2. Usia 33 tahun 25 tahun
3. Statusperkawinan Menikah Belum Menikah
4. Pekerjaan Buruh Supir
5. Agama Islam Islam
6. Pendidikan SD SMA
7. Suku Jawa Sunda
8. Bahasa yang Jawa Indonesia
dugunakan
9. Alamat rumah Panjang Selatan Natar
Kot. Bandar Lampung Kab. Lampung Selatan
10. Sumber biaya BPJS BPJS
11. Tanggal masuk rs 11 Juni 2019 9 Juni 2019
12. Diagnosa medis CHF CHF
B. Penanggung jawab
1. Nama Ny. M Tn. S
2. Umur 45 Tahun 40 Tahun
3. Hubungan dengan Kakak perempuan Ayah
klien
4. Pendidikan SMP SD
5. Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Wiraswasta
pasien.
2) Riwayat Kesehatan
Tabel 4. 2
Riwayat Kesehatan
S: dada
S:
T: T:
Sesak dirasakan hingga 5- Sesak hilang timbul,
10 menit sesak dirasakan dirasakan hingga 5-7
sebanyak 6-9 x/hari menitan sesak dirasakan
sebanyak 3-4x/hari
3. Keluhan penyerta Pasien mengatakan batuk Pasien mengatakan nafsu
berdahak makan kurang.edema kaki
4. Riwayat kesehatan
lalu
a. Riwayat alergi Pasien mengatakan tidak Pasien mengatakan tidak
memiliki alergi makanan memiliki alergi makanan
maupun obat obatan. maupun obat obatan.
3) Genogram Pasien
Pasien 1
Keterangan:
: Meninggal : Pasien
: Tinggal serumah
keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit CHF, pasien mengatakan
ayahnya telah meninggal, pasien tinggal bersama istri dan kedua anaknya
Pasien 2
Keterangan:
: Meninggal : Pasien
: Tinggal serumah
meninggal karena penyakit CHF, pasien tinggal bersama ayah dan adiknya
Tabel 4. 3
Perubahan pola kesehatan
b. Pola eliminasi
a. Bak Sebelum sakit: Sebelum sakit:
Klien mengatakan bak nya Klien mengatakan bak nya
6-7 x/hari (1500cc/hari) 5-6 x/hari (1500cc/hari)
berwarna kuning, berbau berwarna kuning, berbau
khas dan tidak ada masalah khas dan tidak ada
saat bak masalah saat bak
d. Pola personal
hygiene sebelum
dan saat sakit
5) Pemeriksaan fisik
Tabel 4. 4
Pemeriksaan Fisik
TD 110/70mmHg 120/70mmHg
N 85x/menit 90x/menit
RR 30x/menit 28x/menit
S 36,3º C 35,6º C
2. Pemeriksaan fisik
persistem
a. Sistem
penglihatan
Posisi mata Simetris, kanan dan kiri Simetris, kanan dan kiri
e. Sistemkardiovas
kuler
1) Sirkulasi Nadi teraba 85x/menit, Nadi teraba 80x/menit,
nadi irama teratur, denyut irama teratur, denyut
teraba lemah, terdapat teraba kuat, tidak terdapat
distensi vena jugularis, distensi vena jugularis,
temperature kulit kulit temperature kulit kulit
teraba hangat, CRT < 3 teraba hangat, CRT < 3
detik, terdapat edema detik, Terdapat edema
pitting di daerah pitting di daerah
ekstremitas bawah kanan ekstremitas bawah dengan
dan kiri dengan kedalaman kedalaman 2 mm dengan
2 mm dengan waktu waktu kembali 3 detik.
kembali 2 detik.
i. Sistem endokrin Nafas klien tidak berbau Nafas klien tidak berbau
keton, tidak terdapat keton, tidak terdapat
gangrene, tidak terdapat gangrene,tidak ada tremor
pembesaran tiroid. tidak terdapat pembesaran
tiroid.
posisi setengah duduk itu membuat nyaman tetapi tidak mengetahui manfaatnya
dan cara yang benar dalam melakukannya. Oleh karena itu peneliti akan
menjelaskan apa manfaat dari posisi semi fowler dan cara yang benar dalam
melakukan nya agar pasien dapat dengan cepat mengalami perubahan pola nafas
yang normal.
c. Intervensi
Peneliti melakukan intervensi dengan cara menjelaskan manfaat dari posisi semi
fowler tersebut dan cara melakukan posisi semi fowler sesuai dengan prosedur
d. Implementasi
Tabel 4.4
Implementasi
Pasien 1
Jam/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
13 juni 2019 Memberikan posisi untuk Frekuensi pernafasan
10.00 WIB memaksimalkan ventilasi 30 X/menit
(posisi semi fowler)
15.00 WIB Frekuensi pernafasan
- 27 x/menit
14 juni 2019
08.00 WIB Memberikan posisi untuk Frekuensi pernafasan
memaksimalkan ventlasi 28 x/menit
(posisi semi fowler)
12.00 WIB Frekuensi pernafasan
- 25 x/menit
16.00 WIB Frekuensi pernafasan
25 x/menit
15 juni 2019 Memberikan posisi untuk Frekuensi pernafasan
08.00 WIB memaksimalkan ventlasi 24 x/menit
(posisi semi fowler)
Pasien 2
13 juni 2019
10.30 WIB Memberikan posisi untuk Frekuensi pernafasan
memaksimalkan ventlasi 28 x/menit
(posisi semi fowler)
14.30 WIB
- Frekuensi pernafasan
25x/menit
14 juni 2018
08.00 WIB Memberikan posisi untuk Frekuensi pernafasan
memaksimalkan ventlasi 24 x/menit
(posisi semi fowler)
Selan pemberan posisi semi fowler, peneliti juga memberikan implementasi sesuai
e. Hasil penerapan intervensi posisi semi fowler dengan evaluasi per 4 jam
selama 3hari
Tabel Penerapan
f. Evaluasi
sudarta, sebelum dilakukan penerapan posisi semi fowler pada pasien Tn. M 33
B. Pembahasan
fowler
dewasa dan lebih dari 24 x/menit dikatakan abnormal (Wayan Sudarta, 2016).
Pernapasan abnormal pada pasien CHF disebabkan karena ventrikel kiri tidak
mampu memompa darah yang datang dari paru sehingga terjadi peningkatan
24 x/menit), mengeluh sesak nafas dan nyeri dada, suara nafas vesikuler pada
lapang paru sebelah kanan, dan negatif pada lapang paru sebelah kiri, ketika di
perkusi terdapat suara sonor pada dada sebelah kanan dan redup pada dada
sebelah kiri, pada dada tidak terdapat luka atau tanda-tanda peradangan.
posisi semi fowler didapati hasil pengkajian pasien mengeluh sesak nafas di
normal 10-24 x/menit), suara nafas vesikuler pada bagian paru sebelah kanan
dan ronchi pada bagian paru sebelah kiri, ketika di perkusi terdapat suara sonor
pada dada sebelah kanan dan redup pada dada sebelah kiri.
Frekuensi pernafasan yang cepat pada pasien CHF disebabkan karena terjadi
pada pasien 1 suara nafas vesikuler pada lapang paru sebelah kanan, dan
negatif pada lapang paru sebelah kiri, dan pada pasien 2 didapati suara nafas
vesikuler pada bagian paru sebelah kanan dan ronchi pada bagian paru sebelah
kiri.
Saat pengkajian hari pertama dan belum dilakukan implementasi posisi semi
x/menit atau pernafasan abnormal (10-24 x/menit normal) atau pola nafas
tidak efektif. Pola nafas tidak efektif adalah merupakan inspirasi dan/ ekspirasi
yang tidak memberi ventilasi adekuat. Sedangkan pola nafas atau Pernapasan
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Pengisapan udara
fowler
nafas normal, pasien tidak mengeluh sesak nafas, pasien mengatakan nyeri
dada sudah tidak dirasakan kembali, pergerakan dinding dada simetris, suara
pernafasan vesikuler terdengar diseluruh lapang paru kanan dan kiri, perkusi
posisi semi fowler yaitu 20 x/menit atau pernafasan normal (10-24 x/menit),
pasien tidak mengeluh sesak, tidak mengaluh nyeri dada, suara nafas vesikuler,
pada saat dilakukan perkusi didapati suara sonor pada seluruh lapang paru,
x/menit. Setelah berikan intervesi posisi semi fowler selama 3 hari terjadi
fowler pada pasien 1 pasien mengeluh sesak nafas, pasien 2 mengeluh sesak
nafas. Sesak nafas pada pasien CHF disebabkan karena terjadi peningkatan
sempurna.
Setelah diberikan intervensi posis semi folwer pada pasien 1 dan pasien
selama 3 hari terjadi perubahan pola nafas pada pasien 1 dan 2. Pasien 1
dan mengeluh nyeri dada. Pada pasien 2 terjadi perubahan pola nafas setelah
pernafasan 20 x/menit.
Posisi semi fowler merupakan posisi tempat tidur yang meninggikan batang
tubuh dan kepala dinaikkan 15 sampai 45 derajat. Apabila pasien berada dalam
dada dan ventilasi paru yang lebih besar (Kozier, dkk, 2010).
Lokasi penelitian yang jauh dari tempat tinggal tidak memungkinkan bagi
DAFTAR PUSTAKA
Israel, S.A., Duhamel, E.R.,Stepnowsky,C., Engler, R., Zion M.C., & Marler,M.
(2008). The Relationship Between Congestive Hart Failure, Sleep Apnea, and
Mortalty in Order Men
Novita, N. (2017). Deep Breathing Exercise dan Active Range of Motion Efektif
Menurunkan Dyspnea Pada Pasien Congestive Heart Failure. Nurseline
Journal Vol 2 No. 2 Nopember 2017
Safitri, R & Andriyani, . (2011), Keefektifan Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap
Penurunan Sesak Napas pada Pasien Asma di Ruang awat Inap Kelas III
RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Gaster Vol.8. Prodi S1Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta
Talwar, A., Liman, B., Greenberg, H., Feinsilver, S., and Vijayan, H. (2008). Sleep
in the Intensive Care Unit. India : University of Delhi.