Anda di halaman 1dari 66

PENERAPAN POSISI SEMI FOWLER PADA PASIEN CONGESTIVE HEART

FAILURE DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN


POLA NAFAS DI RUANG TULIP RSUD Dr. Hi ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2019

Proposal Karya Tulis Ilmiah

DiajukanOleh :
Abdurrahman Al Rasyid
NIM : 144012016001

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2019
PENERAPAN POSISI SEMI FOWLER PADA PASIEN CONGESTIVE HEART
FAILURE DENGAN MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN
POLA NAFAS DI RUANG TULIP RSUD Dr. Hi ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2019

Proposal KaryaTulisIlmiah

Untuk Mengajukan Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan


Program Studi Diploma III Keperawatan

DiajukanOleh :
Abdurrahman Al Rasyid
NIM : 144012016001

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2019

ii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal karya Tulis Ilmiah

Judul Proposal : PENERAPAN POSISI SEMI FOWLER PADA


PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS DI RUANG
TULIP RSUD Dr. Hi ABDUL MOELOEK
PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2019

Nama Mahasiswa : Abdurrahman Al Rasyid


NIM : 144012016001

MENYETUJUI

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Apri Budianto, M.Kep. Ns. Heru Supriyatno, S.Kep., M.Kes


NBM. 101 7460 NBM. 927 026

iii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulilah Puji syukur kehadiran allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia - Nya penulis telah diberikan kekuatan dan kemampuan untuk
menyelesaikan laporan usulan karya tulis ilmiah ini sesuai waktu yang telah
ditentukan. Laporan usulan karya tulis ilmiah ini berjudul : “Penerapan Posisi
Semi Fowler Pada Pasien Congestive Heart Failure Dengan Masalah
Keperawatan Ketidakefektifan Pola Nafas Di Ruang Tulip RSUD Dr. Hi Abdul
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019

Oleh karna itu dengan kerendahan hatipenulis mengucapkan terimakasih


kepada :
1. Ns. Arena Lestari, M.Kep,Sp.Kep.j selaku Ketua STIKes Muhammadiyah
Pringsewu Lampung
2. Ns.Apri Budianto, M.Kep. selaku Pembimbing I
3. Ns.Heru Supriyatno, S.Kep M. Kes.,selaku Pembimbing II.
4. Ns.Cikwanto, M.Kep selaku pembimbing III
5. Rekan - rekan seperjuangan angkatan ke – 21 yang telah membantu dalam
penulisan laporan ini.

Dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah sudah berusaha sebaik


mungkin dengan kemampuan penulis agar proposal Karya Tulis Ilmiah ini
menjadi sempurna.Kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menjadikan
proposal Karya Tulis Ilmiah ini jauh lebih baik lagi,Semoga bermanfaat bagi
dunia keperawatan.
Wasalammu’alaikum Wr. Wb.

Pringsewu, April 2019

iv
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i


LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
C. Tujuan ..................................................................................................... 6
1. Tujuan Umum .................................................................................... 6
2. Tujuan Khusus ................................................................................... 6
D. Ruang Lingkup ........................................................................................ 7
E. Manfaat ................................................................................................... 7
1. Manfaat Teoritis ................................................................................ 7
2. Manfaat Praktis ................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Penyakit CHF ............................................................................ 9
B. Konsep Sistem Pernafasan ...................................................................... 17
C. Konsep Posisi Semi Fowler .................................................................... 20
D. Konsep asuhan keperawatan ................................................................... 21

BAB IIIMETODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ................................................................................... 30
B. Batasan Istilah ........................................................................................ 30
C. Partisipan................................................................................................ 31
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 32

v
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
E. Pengumpulan Data ................................................................................. 32
F. Analisa Data ........................................................................................... 32
G. Etik penelitian ........................................................................................ 33

DAFTAR PUSTAKA

vi
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
DAFTAR GAMBAR

Bagan 2.1 Pathway ......................................................................................... 13

vii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pernafasan Normal (Wayan Sudarta, 2016) ..................................... 20

Tabel 2.2Rencana Keperawatan ...................................................................... 28

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 31

x viii
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
9

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pra Survey

Lampiran 2 Lembar Konsul

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan

secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,

peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh

pemerintah dan/atau masyarakat.Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab

kematian terbanyak di Indonesia.Keadaan dimana penyakit menular masih merupakan

masalah kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas

PTM makin meningkat merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan,

tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia.

Penyakit tidak menular diantaranya adalah menular yang terdiri dari asma, penyakit

paru obstruksi kronis (ppok), kanker, diabetes mellitus (DM), hipertiroid, hipertensi,

jantung koroner, stroke, gagal ginjal kronis (GGK), batu ginjal, penyakit

sendi/reumatik Congestive Heart Failure(CHF), (Riskesdas, 2013).

Penyakit tidak menular (PTM) yang paling tinggi dan paling banyak menyebabkan

kematian di dunia adalah penyakit kardiovaskuler,salah satunya dalah penyakit

CHF.CHF (Congestive Heart Failure) merupakan salah satu masalah kesehatan dalam

sistem kardiovaskular, yang angka kejadiannya terus meningkat. Menurut American

Heart Association (AHA) tahun 2012 dilaporkan bahwa ada 5,7 juta penduduk

Amerika Serikat yang menderita gagal jantung (Padila, 2012). Kegagalan jantung

kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (dimana cardiac output tidak

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


2

mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir

dari gangguan jantung,pembuluh darah atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam

darah yang mengakibatkan jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada

berbagai organ.

Menurut data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO) tahun

2012 menunjukkan bahwa prevalensi pada tahun 2008 terdapat 17.5 juta atau sekitar

(48%) dari total kematian disebabkan oleh Gagal Jantung Kongestif. Sedangkan di

Amerika Serikat mempunyai insidensi yang besar dan tetap stabil selama dekade

terakhir yaitu sekitar >650.000 kasus baru di diagnosa setiap tahunnya yang

disebabkan oleh Gagal Jantung Kongestif(Dicky Ardianta, 2017).

Prevalensi gagal jantung berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter pada penduduk

semua umur menurut provinsi rata-rata di Indonesia yaitu (1,5%),dengan presentasi

terbesar yaitu provinsi Kalimantan Utara yaitu (2,2%),disusul Gorontalo (2,1%),dan

DIY sebesar (2,0%),sementara presentase terkecil yaitu berada di provinsi NTT yaitu

(0,7%) (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan data yang di peroleh Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H.Abdul

Moeloek Provinsi Lampung pada tahun 2018 Gagal Jantung Kongestif merupakan

salah satu dari 10 penyakit terbanyak dengan jumlah pasien selama periode bulan

januari sampai desember tahun 2018 dengan rincian sebagai berikut laki-laki

sebanyak 672 sedangkan perempuan 674. Sedangkan pada tahun 2019 periode pada

bulan januari sampai februari sebanyak 129 degan rincian 58 laki-laki dan 79

perempuan. Pada tahun 2018 jumlah pasien terbanyak dengan usia 45-65 tahun sekitar

1049. Hal ini mengalami kenaikan di tahun sebelum nya tahun 2017 yang hanya

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


3

berjumlah 1279 orang, (Rekam Medic Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H.Abdul

Moeloek Provinsi Lampung 2018).

Faktor yang dapat menimbulkan penyakit jantung adalah kolesterol darah tinggi,

tekanan darah tinggi, merokok, gula darah tinggi (diabetes mellitus), kegemukan, dan

stres. Akibat lebih lanjut, jika penyakit jantung tidak ditangani dengan baik maka akan

mengakibatkan kerusakan otot jantung hingga 40% dan kematian.

Gagal jantung kongestif(CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami

kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel sel tubuh akan

nutrient dan oksigen secara adekuat. Sebagai akibatnya ginjal sering berespons

dengan menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam

berbagai organ seperti tangan kaki paru dan organ lainnya sehinga tubuh klien

menjadi bengkak (congestive). (Udjianti ,2011).

Masalah keperawatan yang umum terjadi pada pasien CHF adalah ketidakefektifan

pola nafas, (Muttaqin, 2012). Ketidakefektifan pola nafas merupakan inspirasi dan/

ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat. Pada pasien CHF dengan pola nafas

tidak efektif terjadi karena ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang

dari paru sehingga terjadi peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru yang menyebaban

cairan terdorong ke jaringan paru(Nugroho,dkk,2016)

Dyspnea merupakan gejala yang paling sering dirasakan oleh penderita CHF. Hasil

wawancara dengan 8 orang pasien di rumah sakit menyatakan bahwa 80% pasien

menyatakan bahwa dyspnea mengganggu mereka seperti aktivitas sehari-hari menjadi

terganggu. CHF mengakibatkan kegagalan fungsi pulmonal sehingga terjadi

penimbunan cairan di alveoli. Hal ini menyebabkan jantung tidak dapat berfungsi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


4

dengan maksimal dalam memompa darah. Dampak lain yang muncul adalah

perubahan yang terjadi pada otot-otot respiratori. Hal-hal tersebut mengakibatkan

suplai oksigen ke seluruh tubuh terganggu sehingga terjadi dyspnea

(Johnson,2008;Wendy,2010, dalam nirmalasari, 2017).

Penatalaksanaan yang dapat dilakuka meliputi pemberian oksigen 2 sampai 5

liter/menit, pemberian furosemid 1mg/kg IV, turunkan demam dengan asetaminfen,

hondari cairan masuk melalui IV jika tidak syok, berikan morfin, berikan nitrat

sublingual 0,4 mg, tinggikan kepala tempat tidur 450, berikan terap kronik (A. Alto

William,2012). Selain itu, tindakan keperawatan yang penting adalah “positioning”

yang bertujuan untuk meningkatkan ekspansi paru sehingga mengurangi sesak (Dean,

2014). Pemilihan posisi untuk pasien dengan masalah pernapasan sangat penting

untuk memfasilitasi pernapasan yang adekuat. Terdapat berbagai macam posisi tidur

mulai dari supine, lateral, dan fowler. Masing-masing posisi memiliki indikasi yang

berbeda-beda (Dean, 2014). Oleh karena itu, pemilihan posisi yang tepat sangat

menentukan keberhasialan intervensi keperawatan yang dilakukan

Talwar (2008) berpendapat bahwa pemberian posisi bertujuan untuk meningkatkan

ekspansi paru secara maksimal dan mengatasi kerusakan pertukaran gas sehingga

pasien memperoleh kualitas tidur yang baik. Menurut Israel (2008), posisi semi

fowler akan mempengaruhi keadaan curah jantung dan pengembangan rongga paru-

paru pasien, sehingga sesak nafas berkurang dan akan mengoptimalkan kualitas tidur

pasien. Pengembangan rongga dada dan paru-paru akan menyebabkan asupan oksigen

membaik, sehingga proses respirasi akan kembali normal. Supadi, Nurachmah dan

Mamnuah (2008), menyatakan bahwa posisi semi fowler membuat oksigen dalam

paru-paru semakin meningkat sehingga memperingan kesukaran nafas. Posisi ini akan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


5

mengurangi kerusakan membran alveolus akibat tertimbunnya cairan. Hal tersebut

dipengaruhi oleh gaya gravitasi sehingga 02 delivery menjadi optimal. Sesak nafas

akan berkurang dan akhirnya proses perbaikan kondisi klien lebih cepat.

Safitri dan andriyani (2008) menyatakan saat terjadi sesak nafas penderita biasanya

tidak dapat tidur dengan posisi berbaring,melainkan harus dalam posisi duduk atau

setengah duduk untuk meningkatkan ekspansi paru sehingga osigen lebih mudah

untuk masuk ke paru dan pola napas kembali optimal. Posisi yang paling efektif bagi

penderita sesak nafas yaitu posisi semi fowler. Posisi semi fowler adalah posisi duduk

dimana kepala ditinggikan paling sedikit 450.

Penelitian Julie (2008), yang berjudul The effect of positioning cardiac output

measurement, penelitian ini menyebutkan bahwa posisi kepala di elevasikan dengan

tempat tidur kurang lebih 45 derajat akan mempertahankan curah jantung sehingga

sesak nafas berkurang yang pada akhirnya akan mengoptimalkan kualitas tidur pasien

Dan ini tentunya akan berpengaruh terhadap perubahan tanda vital terutama laju

respirasi pasien.

Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Penerapan posisi

semi fowler pada pasien CHF dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola

nafas”.Hal ini menjadi lanjutan penelitian yang dilakukan sebelumnya.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran penerapan posisi semi fowler pada pasien Congestive Heart

Failure dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


6

Melakukan penerapan posisi semi fowler pada pasien Congestive Heart Failure

dengan ketidakefektifan pola nafas.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan penerapan posisi semi fowler pada pasen Congestive

Heart Failure dengan ketidakefektifan pola nafas

b. Mampu mengevaluasi hasil penerapan posisi semi fowler pada pasien

Congestive Heart Failure dangan ketidakefektifan pola nafas

c. Melakukan intervensi selanjutnyasetelah melakukan evaluasi terhadap

penerapan sebelumnya

D. Ruang Lingkup

Pada karya tulis ilmiah ini akan membahas tentang bagaimana proses penerapan pada

pasien Congestive Heart Failure dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola

nafas. Proses penerapan ini akan dilakukan di Rumah Sakit Dr.H Abdul Moeloek

provinsi Lampung yang akan dilaksanakan pada tahun 2019 dengan memberikan

penerapan kepada dua pasien dengan masalah keperawatan yang sama. Pembuatan

karya tulis ilmiah ini dilakukan dengan memberikan asuhan keperawatan kepada

kedua pasien dengan intervensi yang telah ditentukan dan setelah itu melakukan

rencana tindak lanjut terhadap penerapan yang dilakukan sebelumnya.

E. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Menambah wawasan ilmu keperawatan mengenai penerapan pada pasien

Congestive Heart Failure dengan ketidakefektifan pola nafas.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perawat

Perawat dapat melakukan penerapan yang tepat pada pasien Congestive Heart

Failure

b. Bagi Institusi

Penelitia ini dapat dijadikan pedoman dan gambaran pada mahasiswa untuk

melakukan penerapan pada pasien Congestive Heart Failure

c. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang penerapan

pada pasien Congestive Heart Failure

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan acuan dan inspirasi bagi peneliti selanjutnya

untuk melakukan penelitian

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT CHF

1. Definisi

Congestive heart failure (CHF) secara umum adalah ketidakmampuan jantung

untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

jaringan terhadap oksigen dan nutrisi dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung

yang berakibat jantung gagal untuk memompa darah untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme jaringan yang disertai dengan peninggian tekanan pengisian

ventrikel kiri.(Padila, 2012).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


9

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah

dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen

dan nutrien(Saferi, andra,2013).

Penyakit gagal jantung sering juga disebut dekompensasi kordis, insufisiensi

jantung, atau inkompeten jantung. Kegagalan jantung kongestif adalah keadaan

ketika jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi

kebutuhan tubuh. Kegagalan jantung dibagi atas kegagalan jantung akutyang

timbulnya sangat cepat, sebagai akibat dari serangan infark miokard, ditandai

dengan minkope, syok, henti jantung, dan kematian tiba-tiba dan kegagalan

jantung kronis, berkembang perlahan dan disertai dengan tanda-tanda yang ringan

karena jantung dapat mengadakan kompensasi.(Mary Baradero, 2008)

2. Etiologi 9

a) fibrosis miokardium, Gangguan yang langsung merusak jantung, seperti

infark miokardium, miokaritis, an aneurisma ventrikular.

b) Gangguan yang mengakibatkan kelebihan beban ventrikel.Kelebihan beban

ventrikel dibagi atas:

1. Preload adalah volume darah ventrikel pada akhir diastole. Kontraksi

jantung menjadi kurang efektif apabila volume ventrikel sudah melampaui

batasnya. Meningkatnya preload dapat diakibatkan oleh regurgitasi aorta

atau mitral, terlalu cepat pemberian cairan infus terutama pada pasien

lansia dan anak kecil.

2. Afterload adalah kekuatan yang harus dikeluarkan jantung untuk

memompa darah ke seluruh tubuh (sistem sirkulasi). Meningkatnya

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


10

afterload dapat diakibatkan oleh stenosis aorta, stenosis pulmonal,

hipertensi sistemis, dan hipertensi pulmonal. Penyakit jantung hipertensif

adalah perubahan pada jantung sebagai akibat dari hipertensi yang

berlangsung terus-menerus dan meningkatkan afterload. Jantung

membesar sebagai kompensasi terhadap beban kerja jantung. Apabila

hipertensi tidak teratasi, kegagalan jantung dapat terjadi (Mary Baradero,

2008).

Saat ini dikenal beberapa istilah gagal jantung, yaitu:

1. Gagal jantung kiri:terdapat bendungan paru, hipotensi, dan

vasokontriksi perifer dengan penurunan perfusi jaringan.

2. Gagal jantung kanan:ditandai dengan adanya edema perifer,asites,dan

peningatan tekanan vena jugularis.

3. Gagal jantung kongestif;adalah gabungan kedua gambaran tersebut

(Muttaqin, 2012).

3. Patofisiologi CHF

a. Mekanisme dasar

Kelainan kontraktilitis pada Gagal Jantung Kongestif akan mengganggu

kemampuan pengosongan ventrikel. Kontraktilitas ventrikel kiri yang

menurun mengurangi Cardiac Out Put (COP) dan meningkatkan volume

ventrikel. Dengan meningkatnya EDV (volume akhir diastolik ventrikel)

maka terjadi pula peningkatan tekanan akhir diastolik kiri (LEDV). Dengan

meningkatnya LEDV maka terjadi pula peningkatan tekanan atrium (LAP)

karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung kedalam anyaman

vaskuler paru-paru meningkatkan tekanan kapiler dan pena paru-paru. Jika

tekanan hidrostatik dari anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan osmotik

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


11

vaskuler, maka akan terjadi transudasi cairan melebihi kecepatan drainase

limfatik, maka akan terjadi edema intersitial. Peningkatan tekanan lebih

lanjut dapat mengakibatkan cairan merembas kealveoli dan terjadi lah edema

paru-paru.

b. Respon kompensentorik

1) Meningkatkan aktivitas adrenergik simpatik

Menurunnya cardiac output akan meningkatkan aktivitas adrenergik

simpatik yang dengan merangsang pengeluaran katekolamin dan saraf-

saraf adrenergik jantung dan medula adrenal. Denyut jantung dan

kekuatan kontraktil akan meningkat untuk menambah Cardiac Out Put

(COP), juga terjadi vasokontriksil arteri perifer unruk menstabilkan

tekanan arteri dan retibusi volume darah dengan mengurangi aliran darah

keorgan-organ yang rendah metabolismenya, seperti kulit dan ginjal agar

perfusi kejantung dan keotak dapat dipertahankan. Vasokontriksi akan

meningkatkan aliran balik vena kesisi kanan jantung yang selanjutnya

akan menambah kekuatan kontriksi.

2) Meningkatnya beban awal akibat aktivitas sistem Renin Angiotensin

Aldosteron (RAA), aktvitas RAA menyebabkan retensi Na dan air oleh

ginjal, meningkatan volume ventrikel-ventrikel tegangan

tersebut.peningkatan beban awal ini akan menambah kontrakbilitas

miokardium.

3) Atropi ventrikel

Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hidrotropi

miokardium akan bertambah tebalnya dinding.

4) Efek negatif dari respon kompensantorik

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


12

Pada awal respon kompensantorik menguntungkan namun pada akhirnya

dapat menimbulkan berbagai gejala, meningkatkan laju jantung dan

memperburuk tingkat gagal jantung. Resistensi jantung yang dimaksudkan

untuk meningkatkatkan kekuatan kontraktilitas dini mengakibatkan

bendungan paru-paru dann vena sistemik dan edema, fase kontruksi arteti

dan retribusi aliran darah mengganggu perfusi jaringan pada pada

anyaman vaskuler yang terkena menimbulkan tanda serta gejala, misalnya

berkurangnya jumlah air kemih yang dikeluarkan dan kelemahan tubuh,

vasokontriksi arteri juga menyebabkan beban akhir dengan memperbesar

resistensi terhadap ejeksi ventrikel, beban akhir juga meningkat kalau

dilatasi ruang jantung. Akibat kerja jantung dan kebutuhan miokard akan

oksigen juga meningkat, yang juga ditambah lagi adanya hipertensi

mikard dan perangsangan simpatik lebih lanjut. Jika kebutuhan miokard

akan oksigen tidak terpenuhi maka akan terjadi iskemia miokard akhirnya

dapat timbul beban miokard yang tinggal dan serangan gagal jantung yang

berulang. (Wijaya Saferi A dkk, 2013).

PATOGENESIS CHF

Gambar 2.1

Hipertensi dan penyakit jantung iskemia

katup mitral/defek katup aorta

VENTRIKEL KIRI GAGAL MEMOMPA

Mekanisme kompensasi mengalami kegagalan

Peningkatan volume darah sisa(EDV/Preload)

Penurunan kapasitas isi ventrikel

Hipertrofi atrium kiri dan terjadi bendungan darah

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


13

( tekanan atrium kiri lebih tinggi)

Bendungan dan peningkatan tekanan pada vena pulmonalis

Kongestif paru: oedema pada paru dan PWP meningkat

Bendungan dan peningkatan tekanan pada arteri pulmonalis

Peningkatan beban sistolik pada ventrikel kanan

VENTRIKEL KANAN GAGAL MEMOMPA

CO atrium kanan menurun dan tekanan akhir diastolik meningkat

(bendungan dan peningkatan atrium kanan)

Bendungan vena sistemik dan peningkatan vena cava

Hambatan arus balik vena dan menimbulkan bendungan sistemik

Ventrikel kiri dan kanan GAGAL MEMOMPA

CONGESTIVE HEART FAILURE

(Udjianti W.J, 2011).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


14

4. Tanda dan gejala

a. Gagal jantung kiri

Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada

mekanisme kontrol pernafasan.

Gejala:

1) Dispnea

2) Orthopnea

3) Paroximal nokturnal dispnea

4) Batuk

5) Mudah lelah

6) Ronchi

7) Gelisah

8) Cemas

b. Gagal jantung kanan

Menyebabkan peningkatan vena sistemik.

Gejala:

1) Oedem perifer

2) Peningkatan BB

3) Distensi vena jugularis

4) Hepatomegali

5) Asites

6) Pitting edema

7) Anorexia

8) Mual

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


15

c. Secara luas peningatan COP dapat menyebabkan perfusi oksigen kejaringan

rendah, sehingga menimbulkan gejala:

1) Pusing

2) Kelelahan

3) Tidak toleran terhadap aktivitas dan panas

4) Ekstremitas dingin

d. Perfusi pada ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin serta sekresi

aldosteron dan retensi cairan dan natrium yang menyebabkan peningkatan

volume inravaskuler (Safera,Andra, 2013).

5. Pemeriksaan diagnostik

a. Radiogram dada

1) Kongesti vena paru

2) Redistribusi vaskular pada lobus lobus atas paru

3) Kardiomegali

b. Kimia darah

1) Hiponatremia

2) Hiperkalemia pada tahap lanjut dari gagal jantung

3) BUN dan kreatinin meningkat

c. Urine

1) Lebih pekat

2) Berat Jenis meningkat

3) Na meningkat

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


16

d. Fungsi hati

1) Pemanjangan masa protombin

2) Peningkatan bilirubin dan enzime hati (SGOT dan SGPT meningkat)

.(Safera,Andra, 2013).

6. Penatalaksanaan pasien gagal jantung

a. Terapi non farmakologis

1) Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung

2) Oksigenasi

3) Dukungaan diit : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau

menghilangkan edema

b. Terapi farmakologis

1) Glikosida jantung

Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan meperlambat

frekuensi jantung.

Efek yang dihasilkan: peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena

dan volume darah dan meningkatan diurisi dan mengurangi oedema.

2) Terapi diuretic

Diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air memalui ginjal.

Pengurangan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan

hipokalemia.

3) Terapi fasodilator

Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadasi tekanan

terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


17

pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan

pengisian ventrikel kiri diturunkan. (Padila, 2012)

B. KONSEP SISTEM PERNAFASAN

Fungsi sistem pernapasan adalah pertukaran gas. Oksigen dari udara yang dihirup

berdifusi dari alveolus paru ke darah dalam kapiler paru. Karbondioksida yang

dihasilkan selama metabolism sel berdifusi dari darah kedalam alveolus dan kemudian

dikeluarkan. Organ sistem pernafasan memfasilitasi pertukaran gas ini dan

melindungi tubuh dari benda asing seperti partikel dan patogen (Kozier, dkk, 2010).

1. Definisi

Pernapasan adalah sebuah proses pertukaran gas antara individu dengan

lingkungan. Proses pernapasan melibatkan dua komponen :

a. Ventilasi paru atau pernapasan, perpindahan udara antara lingkungan dan

alveolus paru.

b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveolus dan kapiler paru

(Kozier, dkk, 2010).

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang

mengandung (oksigen) serta menghembuskan udara yang banyak mengandung

karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Pengisapan udara ini

disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi (Syaifuddin, 2006).

Penurunan curah jantung menyebabkan peningatan EDP ventrikel kiri (preload)

dan tekanan vena pulmonaris karena darah kembali dalam sirkulasi pulmonal

sehingga menyebabkan jantung berdilatasi, peningatan tekanan kapiler pulmonal

juga memacu terjadinya akumulasi darah dan cairan interstisial paru sehingga

kerja paru menjadi berat . Peningkatan cairan dan darah dalam paru membuat

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


18

kerja paru menjadi berat sehingga menyebabkan sesak nafas. Pada pasien

Congestive Heart Failure darah tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh

secara cukup sehingga suplay oksigen didalam tubuh tida adekuat, kadar oksigen

dalam darah mempengaruhi saturasi SPO2 dalam tubuh. Akibatnya sel-sel dan

organ dalam tubuh mengalami kekurangan asupan oksigen sehingga

menyebabkan sesak nafas (Aaronson,P.I & Ward,J.P.T, dalam Meiriza Lisanul

Jannah)

Hati juga membesar karena menahan banyak cairan. Pasien merasa nyeri pada

abdomen atas kanan. Semain berat stasis darah vena, tekanan pada sistem portal

juga semakin meningkat dan cairan terkumpul dalam rongga abdomen (asites).

Rongga abdomen dapat terisi sampai 10 liter cairan yang menekan diafragma.

Tekanan pada diafragma akan membuat pernapasan pasien menjadi sulit dan

dapat timbul gawat napas (Mary Baradero, 2008).

2. Perubahan Pola Pernapasan

Pola pernapasan menunjukkan frekuensi, volume, irama, dan kemudahan

relative atau upaya pernapasan. Respirasi normal (eupnea) bersifat tenang,

berirama, dan tanpa mengeluarkan usaha. Takipnea (frekuensi cepat) dijumpai

pada saat demam, asidosis metabolik, nyeri, dan hiperkapnia atau hipoksemia.

Bradipnea adalah frekuensi pernapasan yang lambat secara abnormal, yang dapat

dijumpai pada pasien yang menggunakan obat-obatan seperti morfin, yang

mengalami alkalosis metabolik, atau yang mengalami peningkatan tekanan

intracranial (mis., akibat cedera otak). Apnea adalah henti napas (Kozier, dkk,

2010).

Hiperventilasi, Yang sering kali disebut hiperventilasi alveolar , adalah

suatu peningkatan pergerakan udara masuk dan keluar dari paru. Selama

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


19

hiperventilasi, frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat, dan lebih banyak

CO2 yang dibuang dari pada yang dihasilkan. Sebuah tipe hiperventilasi tertentu

yang menyertai asidosis metabolik adalah pernapasan kusmaul, yaitu tubuh

berupaya untuk mengonpensasi (mengeluarkan kelebihan asam tubuh) dengan

menghembuskan karbondioksida melalui napas dalam dan pernapasan cepat.

Hiperventilasi juga dapat juga terjadi sebagai respons terhadap stres, seperti yang

dijelaskan sebelumnya (Kozier, dkk, 2010). Irama pernapasan abnormal

menciptakan pola pernapasan yang tidak teratur. Dua irama pernapasan yang

tidak normal adalah Pernapasan Cheyne-Stokes, irama penguatan dan pelemahan

pernapasan yang sangat jelas dari pernapasan yang sangat dalam ke pernapasan

yang sangat dangkal dan apnea temporer, penyebab umum mencakup gagal

jantung kongestif, peningkatan tekanan intracranial, dan overdosis obat.

Pernapasan Biot (cluster). Pernapasan dangkal yang diselingi dengan apnea,

dapat terlihat pada pasien penderita penyakit sistem saraf pusat (Kozier, dkk,

2010).

Ortopnea adalah ketidakmampuan untuk bernapas kecuali dalam posisi

tegak atau berdiri. Kesulitan atau ketidaknyamanan pernapasan disebut dispnea.

Orang yang mengalami dispnea sering kali tampak cemas dan dapat mengalami

pendek napas ( shortness of breath atau SOB), suatu perasaan tidak mampu

memperoleh cukup udara / susah bernapas (Kozier, dkk, 2010).

Dispnea Nokturnal Paroksimal adalah keluhan yang dikenal baik oleh

klien. Klien terbangun ditengah malam karena sesak napas pendek yang hebat.

Dispnea nokturnal paroksimal diperkirakan disebabkan oleh perpindahan cairan

dari jaringan kedalam kompartemen intravaskular sebagai akibat posisi

terlentang. Selama siang hari,tekanan pada vena tinggi khususnya pada bagian

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


20

dependen tubuh. Hal ini terjadi karena gravitasi, peningkatan volume cairan, dan

peningkatan tonus simpatetik.Dengan peningkatan tekanan hidrostatik ini,

beberapa cairan keluar masuk ke area jaringan. Dengan posisi terlentang, tekanan

pada kapiler-kapiler dependen menurun, dan cairan diserap kembali kedalam

sirkulasi. Peningkatan volume memberikan jumlah tambahan darah yang

diberikan ke jantung untuk memompa setiap menit (peningkatan preload) dan

memberikan beban tambahan pada dasar vaskular pulmonal yang kongesti. DNP

terjadi bukan hanya pada malam hari, tetapi juga pada ada kapan saja selama

perawatan akut dirumah sakit yang memerlukan tirah baring(Muttaqin,2012)

3. Jumlah Pernafasan Normal

Tabel 2.1 Pernafasan Normal (Wayan Sudarta, 2016)

Rate
Usia

30-40 bpm
Neonatal
20-40 bpm
Bayi 1 tahun
25-32 bpm
Usia 2 tahun
20-26 bpm
Usia 8-10 tahun
18-22 bpm
Usia 12-14 tahun
12-20 bpm
Usia 16 tahun
10-24 pm
Dewasa

C. KONSEP POSISI SEMI FOWLER

1. Definisi posisi Semi fowler

Posisi Semi fowler (setengah duduk) adalah posisi tidur pasien dengan

kepala dan dada lebih tinggi dari pada posisi panggul dan kaki. dimana kepala

dan dada dinaikkan dengan sudut 30-450 (Suparmi, 2008).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


21

Posisi semi fowler atau posisi setengah duduk adalah posisi tempat tidur yang

meninggikan batang tubuh dan kepala dinaikkan 15 sampai 45 derajat. Apabila

pasien berada dalam posisi ini, gravitasi menarik diafragma ke bawah,

memungkinkan ekspansi dada dan ventilasi paru yang lebih besar (Kozier, dkk,

2010). Supandi, dkk (2008), menyatakan bahwa posisi Semi fowler membuat

oksigen di dalam paru-paru semakin meningkat sehingga memperingan

kesukaran napas. Posisi ini akan mengurangi kerusakan membran alveolus akibat

tertimbunnya cairan. Hal tersebut dipengaruhi oleh gaya gravitasi sehingga O2

delivery menjadi optimal. Sesak nafas akan berkurang dan akhirnya perbaikan

kondisi pasien lebih cepat.

2. Tujuan

Tujuan pemberian posisi semi fowler adalah : Membantu mengatasi masalah

kesulitan pernapasan dan pasien yang mengalami kesulitan dalam bernafas

(Suparmi, 2008)

D. Konsep asuhan keperawatan

1. Pengkajian

Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang

terorganisasi, dan meliputi tiga aktivitas dasar yaitu: Pertama, mengumpulkan data

secara sistematis; Kedua, memilah dan mengatur data yang dikumpulkan; dan

Ketiga, mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka kembali

(Tarwoto Wartonah, 2010).

Data dasar pengkajian fisik :

1) Aktivitas / istirahat

Gejala :

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


22

1. Keletihan, kelelahan terus sepanjang hari

2. Insomnia

3. Nyeri dada dengan aktivitas

4. Dispnea pada saat istirahat atau pada pengerahan tenaga

Tanda :

Gelisah, perubahan status mental: letargi, TTV berubah pada aktivitas

2) Sirkulasi

Gejala :

1. Riwayat hipeertensi, MCI, episode gagal jantung kanan sebelumnya.

2. Penyakit katup jantung, bedah jantung, endokarditis, SLE, anemia, syok

septik, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen, sabuk terlalu kuat (pada

gagal jantung kanan).

Tanda :

1) TD mungkin menurun (gagal pemompaan), normal GJK ringan/kronis

atau tinggi (kelebihan volume cairan / peningkatan TD)

2) Tekanan nadi menunjukkan peningkatan volume sekuncup

3) Frekuensi jantung takikardia (gagal jantung kiri)

4) Irama jantung : sistemik, misalnya: fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel

prematur / takikardia blok jantung

5) Nadi apikal disritmia, misal : PMI mungkin menyebar dan berubah

posisi secara inferior kiri

6) Bunyi jantung S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan

S2 mungkin lemah

7) Murmur sistolik dan diastolikdapat menandakan adanya katup atau

inufisiensi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


23

8) Nadi: nadi perifer berkurang, perubahan dalam kekuatan denyutan

dapat terjadi, nadi sentral mungkin kuat, misal: nadi jugularis coatis

abdominal terlihat

9) Warna kulit : kebiruan, pucat, keabu-abuan, sianotik

10) Punggung kuku : pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat

11) Hepar : pembesaran / dapat teraba, reflek hepato jugularis

12) Bunyi napas : krekels, ronkhi

13) Edema : mungkin dependen, umum atau pitting, khususnya pada

ekstremitas

3) Integritas Ego

Gejala :

1. Ansietas, khawatir, takut.

2. Stress yang b.d penyakit / finansial.

Tanda :

Berbagai manifestasi perilaku, misal : ansietas, marah, ketakutan.

4) Eliminasi

Gejala :

Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih malam hari

(nokturia), diare / konstipasi.

5) Makanan / cairan

Gejala :

1. Kehilangan nafsu makan

2. Mual / muntah

3. Penambahan BB signifikan

4. Pembengkakan pada ekstremitas bawah

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


24

5. Pakaian / sepatu terasa sesak

6. Diet tinggi garam / makanan yang telah diproses, lemak gula dan

kafein

7. Penggunaan diuretik.

Tanda :

1. Penambahan BB cepat

2. Distensi abdomen (asites), edema (umum, dependen, atau

pitting).

6) Hygiene

Gejala :

Keletihan, kelemahan, kelelahan, selama aktivitas perawatan diri.

Tanda :

Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.

7) Neurosensori

Gejala :

Kelemahan, peningkatan episode pingsan.

Tanda :

Letargi, kuat fikir, disorientasi, perubahan perilaku, mudah tersinggung.

8) Nyeri / kenyamanan

Gejala :

1. Nyeri dada, angina akut atau kronis

2. Nyeri abdomen kanan atas.

Tanda :

1. Tidak tenang, gelisah

2. Fokus menyempit (menarik diri)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


25

3. Perilaku melindungi diri.

9) Pernapasan

Gejala :

1. Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa

bantal

2. Batuk dengan / tanpa sputum

3. Riwayat penyakit paru kronis

4. Pengguanaan bantuan pernapasan, misal oksigen atau medikasi.

Tanda :

1. Pernapasan takipnea, napas dangkal, pernapasan laboral,

penggunaan otot aksesori

2. Pernapasan nasal faring

3. Batuk kering / nyaring / non produktif atau mungkin batukterus

menerus dengan/ tanpa sputum

4. Sputum : mungkin bercampur darah, merah muda / berbuih, edema

pulmonal

5. Bunyi napas : mungkin tidak terdengar dengan krakels banner dan

mengi

6. Fungsi mental : mungkin menurun, letargik, kegelisahan, warna

kulit pucat / sianosis.

10) Pemeriksaan penunjang

a. Radiogram dada

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


26

1. Kongesti vena paru

2. Redistribusi vaskular pada lobus-lobus atas paru

3. Kardiomegali.

b. Kimia darah

1. Hiponatremia

2. Hiperkalemia pada tahap lanjut dari gagal jantung

3. BUN dan kreatinin meningkat.

c. Urine

1. Lebih pekat

2. Berat Jenis meningkat

3. Na meningkat.

d. Fungsi hati

1) Pemanjangan masa protombin

2) Peningkatan bilirubin dan enzim hati (SGOT dan SGPT

meningkat),(Saferi,Andra, 2013).

3. Masalah keperawatan

Masalah keperawatan yang muncul beragam tergantung respon pasien.

Masalah keperawatan yang umum muncul pada pasien gagal jantung

kongestif adalah masalah pernafasan. Masalah keperawatan yang muncul

pada pasien gagal jantung kongestif menurut Muttaqin (2012) adalah

sebagai berikut;

1) Aktual/ risiko tinggi menurunnya curah jantung berhubungan

dengan penurunan kontraktilitas ventrike kiri, perubahan

frekuensi, irama, dan konduksi elektrikal.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


27

2) Aktual/ risiko tinggi nyeri dada berhubungan dengan kurangnya

supai darah e miokardium, perubahan metabolisme, dan

peningkatan produksi asam laktat

3) Aktual/ risiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan

dengan embesaran cairan, kongesti paru sekunder, perubahan

membran kapiler alveoli, dan retensi cairan interstisial

4) Aktual/ risiko tinggi pola napass tidak efektif berhubungan

dengan pengembangan paru tidak normal, kelebihan cairan di

paru.

4. Rencana keperawatan

Pada tahap perencanaan ada 4 hal yang harus di perhatikan yaitu :

menentukan prioritas masalah, menentukan tujuan, menentukan krteria

hasil dan merumuskan intervensi. (Tarwoto & Wartonah, 2011).

Tabel 2.2 Rencana Keperawatan

Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


28

Definisi: Inspirasi dan/ NOC 1. Auskultasi bunyi


ekspirasi yang tidak  Respiratory status : napas, catat krekels,
memberikan ventilas Ventilation mengi
adekuat  Respiratory status : Airway 2. Anjurkan pasien
Tanda dan gejala mayor: patency untuk batuk
1. Dispnea  Vital sign Status efektif, napas
 Penggunaan otot bantu dalam
pernapasam Kriteria Hasil : 3. Dorong perubahan
 Fase ekspirasi  Mendemonstrasikan batuk posisi sering
memanjang efektif dan suara nafas 4. Pertahankan duduk
 Pola napas yang bersih, tidak ada di kursi/tirah
abnormal(mis.takipnea,br sianosis dan dyspneu baring dengan
akipnea,hiperventilasi,ku (mampu mengeluarkan kepala tempat tidur
ssmaul,cheyne-stokes) sputum, mampu bernafas tinggi 20-30
2. Ortopnea dengan mudah, tidak ada derajat, posisi semi
 Pemasangan pursed-lip pursed lips) fowler,sokong
 Pernapasan cuping  Menunjukkan jalan nafas tangan dengan
hidung yang paten (pasien tidak bantal
 Diameter thoraxs merasa tercekik, irama 5. Pantau/gambarkan
anterior-posterior nafas frekuensi pernafasan seri GDA, nadi
meningkat dalam rentang normal, oksimetri
tidak ada suara nafas 6. Berikan oksigen
 Ventilasi semenit
abnormal) tambahan sesuai
menurun
 Tanda Tanda vital dalam indikasi
 Kapasitas vitak menurun
rentang normal (tekanan 7. Berikan obat
 Tekanan ekspirasi darah, nadi, pernafasan) sesuai indikasi:
menurun
- Diuretik contoh
 Tekanan inspirasi furosemid(lasix)
menurun - Bronkodilator
 Eksursi dada berubah contoh aminofilin

5. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah di rencanakan dalam

keperawatan. Tindakan keperawatan mencangkup tindakaan mandiri dan

tindakan kolaborasi. (Tarwoto & Wartonah, 2011). Dalam hal ini peneliti

akan melakukan implementasi Posisikan pasien untuk memaksimalkan

ventilasi yaitu posisi semi fowler.

6. Evaluasi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


29

Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya.

Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh tujuan perawatan dapat dicapai

dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.

Langkah-langkah evaluasi adalah sebagai berikut.

1) Daftar tujuan-tujuan pasien

2) Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu

3) Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien

4) Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan dapat tercapai atau tidak

(Tarwoto & Wartonah, 2011).

BAB III

METODE PENELITIAN

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


30

A. Desain penelitian

Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti untuk

melakukan suatu penelitian yang memberikan area terhadap jalannya penelitian

(Dharma, 2013).

Studi kasus adalah rancangan penelitian mencakup pengkajian satu unit penelitian

secara intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi

(Nursalam, 2013).

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu studi kasus untuk

mengeksplorasi Penerapan posisi semi fowler untuk pasien Congestive Heart

Failure yang mengalami ketidakefektifan pola nafas Di ruang Tulip Rumah Sakit

Umum Daerah dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019.

B. Batasan istilah

Batasan istilah atau definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik

yang diamati dari yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2013).

Penerapan posisi posisi semi fowler pada pasien Congestive Heart Failure yang

mengalami ketidakefektifan pola nafas di ruang Tulip RumahSakitUmum Daerah dr.

Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019.

Tabel 3.1 30
batasan istilah

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


31

Variabel Batasan istilah Cara ukur


Congestive Heart Gagal jantung Melakukan Pemeriksaan
failure (CHF) / merupakan syndrome fisik melihat status pasien
Gagal Jantung klinis (sekumpulan tanda dan hasil pemeriksaan
Kongestif dan gejala), ditandai oleh diagnostik serta
sesak napas dan fatik laboratorium dalam list
(saat istirahat atau saat Rekam Medik klien.
aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan
struktur atau fungsi
jantung.
Ketidakefektifan Inspirasi dan/ ekspirasi Pola nafas abnormal(misal
pola nafas yang tidak memberikan dispnea,takipnea,bradipneu)
ventilasi adekuat

Posisi semi fowler Posisi setengah tidur atau Mengukur pola nafas ,RR
450 dengan diganjal
bantal

C. Partisipan

Subyek penelitian yang digunakan pada studi kasus ini adalah 2 klien (2 orang)

dengan diagnosis medis yang sama yaitu Congestive heart failure (CHF) dengan

masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas di Rumah Sakit Umum Daerah

dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2019 dengan kriteria subjek

1. Kriteria Inklusi:

a. Bersedia menjadi responden

b. Klien CHF dengan pola nafas tidak efektif

c. Klien CHF dengan edema paru ditandai dengan sesak nafas berat

d. Usia klien 25 -65 tahun

2. Kriteria Eksklusi:

a. Pasien CHF dengan cedera tulang belakang

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


32

b. Pasien dibawah 25 tahun

D. Lokasi dan waktu

Karya tulis ini dilakukan di Rumah Sakit Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung sejak bulan mei atau klien yang diratat minimal 3 hari. Jika sebelum

3 hari klien sudah pulang, maka perlu penggantian klien lainnya yang sejenis.

E. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Wawancara

Hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama riwayat

penyakit sekarang, dahulu, keluarga.Sumber data didapatkan dari klien,

keluarga, atau rekam medik dari rumah sakit.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik

Hasil pengukuran dengan pendekatan IPPA :Inspeksi, Palpasi, Perkusi,

Auskultasi pada system tubuh klien.

Observasi akan dilakukan 2 klien dengan kriteria yang sama

3. Hasil dokumentasi

Hasil pemeriksaan diagnostic dan pemeriksaan laboratorium.

F. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya

membandingkan dengan teori yang ada kemudian dituangkan dengan opini

pembahasan.Analisis data dalam penelitian ini adalah :

1. Pengumpulan data

Data di kumpul melalui wawancara, observasi, dokumentasi.Hasil penelitian

ditulis dalam bentuk catatan lapangan dan dibuat transkrip

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


33

2. Mereduksi data

Data dari hasil wawancara dibuat dalam bentuk transkip dan dikelompokkan

menjadi data subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil

pemeriksaan diagnostic kemudian dibandingkan.

3. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan menggunakan tabel dan teksnaratif.

Kerahasiaan klien dijaga dengan membuat nama inisial dalam identitas klien.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian akan dibahas dan dibandingkan pada

hasil penelitian terdahulu secara teori dengan perilaku kesehatan. Penarikan

kesimpulan dengan metode induksi.

G. EtikPenelitian

Etika dalam penelitian penelitian ini adalah:

1. Informed consend

Sebelum di lakukan pengambilan data, calon respon denakan diberikan

penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian, apabila calon

responden bersedia untuk di teliti maka responden harus menandatangani

lembar persetujuan tersebut.

2. Bebas dari eksploitasi

Partisipan subjek dalam penelitian, harus di hindarkan dari keadaan yang

tidak menguntungkan.

3. Right to full disclousure

Seorang peneliti harus menjelaskan secara rinci serta bertanggung jawab

jika ada sesuatu yang terjadi pada subjek.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


34

4. Right to justice

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus

di rahasiakan.

5. Right in fair treatment

Hak untuk mendapat pengobatan yang adil dari kedua pasien yang

diberikan intervensi

6. Anonimty

Selama kegiatan penelitian nama subjek tidak akan di cantumkan,

peneliti akan menggunakan nomer atau kode responden pada lembar

pengumpulan data. Penelitiakan menjaga kerahasiaan data subjek selama

pengumpulan data dan melakukan asuhan keperawatan, dan memberi

penjelasan kepada responden akan di jamin kerahasiaannya, danhanya di

gunakan untuk kepentingan penelitian.(Nursalam, 2013).

H. JalannyaPenelitian

Langkah –langkah pengumpulan data dalam penelitian

1. Langkah persiapan

a. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi

pendidikan STIKes Muhamadiyah Pringsewu Program Study DIII

Keperawatan.

b. Melakukan uji validitas kuisioner di Ruang Tulip RSUD Abdul

Moeloek Bandar Lampung.

c. Menyerahkan permohonan izin yang diperoleh ketempat penelitian di

RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung.

2. Langkah pelaksanaan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


35

a. Menyerahkan surat izin dan tanggal penelitian.

b. Memilih responden sesuai dengan kriteria inklusi lalu menjeleskan

c. Memberikan lembar persetujuan menjadi responden.

d. Memberikan kuisioner kepada masing-masing responden.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi pembahasan hasil penelitian tentang penerapan posisi semi fowler

pada pasien CHF dengan tujuan frekuensi napas pasien dalam rentang normal di ruang

Tulip Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Abdul Moeloek provinsi Lampung. Berdasarkan

data yang diperoleh dari 2 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian

selama 3 hari yaitu pada tanggal 13 juni 2019 – 15 juni 2019 untuk pasien 1 dan 2.

A. Hasil

1. Gambaran Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Tulip/Jantung RSUD dr. Hi. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung yang beralamat di Jalan Dr. Rivai no. 6, Penengahan

Bandar Lampung, Telepon: 0721-703312. Dengan luas tanah 81.486 m2 dan luas

bangunan 39043 m2. Rumah sakit umum daerah dr. Hi Abdul Moeloek

merupakan rumah sakit di Provinsi Lampung yang menjadi rujukan seluruh

kabupaten yang berada di Lampung dan merupakan satu-satunya rumah sakit

bertipe B. Rumah sakit Abdul Moeloek memiliki tugas pokok melaksanakan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang pelayanan rumah sakit,

tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan oleh pemerintah

kepada gubernur serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh

gubernur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Perda

Provinsi Lampung No. 12 Tahun 2009 pasal 29 ayat 1).

Rumah sakit Abdul Moeloek memiliki kapasitas tempat tidur 600 unit, yang

terdiri atas 52 tempat tidur kelas utama, 72 tempat tidur kelas satu, 130 tempat

tidur kelas dua, 28 tempat tidur kelas khusus, dan 318 tempat tidur kelas tiga.
36
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
37

Sedangkan di Ruang Tulip memiliki 2 kelas yaitu kelas II dan kelas III,setiap

kelas terdiri dari kelas A dan Kelas B. Kelas II A berisi 4 bed, kelas II B berisi 3

bed dan kelas III A yang berisi 4 bed, kelas III B yang berisi 3 bed jadi jumlah

yang berada diruang berjumlah 14 bed. Ruang Tulip terdapat 1 ruang perawat, 1

ruang kepala ruangan, 1 ruang dokter, 1 ruang konsul, 1 ruang tindakan, 1 ruang

dapur, dan 1 ruang gudang.

2. Gambaran Subyek Studi Kasus

A. Pengkajian

1) Identitas Pasien

Tabel 4. 1
Identitas Pasien

Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2


Ruang : Tulip Tulip
No medical record : 00.56.16.22 00.57.39.45
Tgl pengkajian: 13 juni 2019 13 Juni 2019
Pukul: 10.00 s/d 11.00 WIB 11.00 s/d 12.00 WIB

Data Dasar
A. Identitas pasien
1. Nama (inisial) Tn. M Tn. R
2. Usia 33 tahun 25 tahun
3. Statusperkawinan Menikah Belum Menikah
4. Pekerjaan Buruh Supir
5. Agama Islam Islam
6. Pendidikan SD SMA
7. Suku Jawa Sunda
8. Bahasa yang Jawa Indonesia
dugunakan
9. Alamat rumah Panjang Selatan Natar
Kot. Bandar Lampung Kab. Lampung Selatan
10. Sumber biaya BPJS BPJS
11. Tanggal masuk rs 11 Juni 2019 9 Juni 2019
12. Diagnosa medis CHF CHF

B. Penanggung jawab
1. Nama Ny. M Tn. S
2. Umur 45 Tahun 40 Tahun
3. Hubungan dengan Kakak perempuan Ayah
klien
4. Pendidikan SMP SD
5. Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Wiraswasta

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


38

6. Alamat Panjang Selatan Natar


Kot. Bandar Lampung Kab. Lampung Selatan

Berdasarkan hasil pengkajian identitas pasien terdapat perbedaan yaitu usia

pasien.

2) Riwayat Kesehatan

Tabel 4. 2
Riwayat Kesehatan

Riwayat Kesehatan Pasien 1 Pasien 2

1. Riwayat masuk rs Pasien datang ke rumah Pasien datang ke rumah


(UGD) sakit umum dr Hi Abdul sakit umum dr Hi Abdul
Moeloek Provinsi Moeloek Provinsi
Lampung melalui IGD Lampung melalui IGD
dengan diantar oleh dengan diantar oleh
keluarganya pada tanggal keluarganya pada tanggal 9
11 juni jam 22:38 WIB juni jam: 23.08 WIB
dengan keluhan sesak dengan keluhan sesak nafas
nafas, nyeri ulu hati, badan sekitar 5 hari, lemas, dan
lemas dengan edema di kaki dengan
GCS: E4 M5 V6 GCS: E4 M5 V6
TD: 110/90 mmHg Pupil 2mm/2 mm
N: 90 x/menit TD: 110/80 mmHg
T: 37,7º C N: 100X /m
Rr: 28 x/menit T: 37,6º C
Dengan dilakukan tindakan Rr: 32 x/m
kolaboratif dengan Dengan dilakukan tindakan
pemberian oksigen 3 LPM kolaboratif dengan
dan pemberian obat ISDN pemberian oksigen 3 LPM
5Mg. dan pemberian obat ISDN
5Mg.

2. Riwayat kesehatan saat Keluhan utama : Keluhan utama :


pengkajian (riwayat Sesak Sesak
penyakit sekarang) P: P:
Pasien mengatakan sesak Pasien mengatakan sesak
saat beraktivitas saat klien beraktivitas
Aktivitas yang dapat Aktivitas yang dapat
memperberat adalah memperberat adalah
berjalan ke kamar mandi berjalan ke kamar mandi
Aktivitas yang dapat Aktivitas yang dapat
memperingan adalah saat memperingan adalah saat
Pasien istirahat yaitu Pasien istirahat yaitu
dengan posisi setengah dengan posisi setengah
duduk duduk
Q: Q:
Sesak seperti tertekan Sesak seperti terikat
benda berat beban berat
R: R:
Sesak dirasakan hingga Sesak dirasakan di dada
seluruh bagian dada kiri hingga seluruh bagian

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


39

S: dada
S:

T: T:
Sesak dirasakan hingga 5- Sesak hilang timbul,
10 menit sesak dirasakan dirasakan hingga 5-7
sebanyak 6-9 x/hari menitan sesak dirasakan
sebanyak 3-4x/hari
3. Keluhan penyerta Pasien mengatakan batuk Pasien mengatakan nafsu
berdahak makan kurang.edema kaki
4. Riwayat kesehatan
lalu
a. Riwayat alergi Pasien mengatakan tidak Pasien mengatakan tidak
memiliki alergi makanan memiliki alergi makanan
maupun obat obatan. maupun obat obatan.

b. Riwayat Pasien mengatakan Pasien mengatakan


kecelakaan tidakmemiliki riwayat tidakmemiliki riwayat
kecelakaan kecelakaan

c. Riwayat Pasien dirawat sejak 2 hari Pasien belum pernah


perawatan di rs di Rumah Sakit Dr. Dadi dirawat durumah sakit
Tjokrodipo dengan sebelumnya
diagnosa CHF

d. Riwayat Pasien tidak memiliki Pasien tidak memiliki


penyakit berat riwayat penyakit berat riwayat penyakit berat
sebelumnya sebelumnya

e. Riwayat Pasien tidak memiliki Pasien tidak memiliki


pengobatan riwayat pengobatan yang riwayat pengobatan yang
dilakukan dirumah dilakukan dirumah

f. Riwayat operasi Pasien mengatakan tidak Pasien mengatakan tidak


memiliki riwayat operasi memiliki riwayat operasi
sebelumnya sebelumnya

Berdasarkan hasil pengkajian riwayat kesehatan pasien terdapat perbedaan yaitu

riwayat masuk rs, riwayat kesehatan saat pengkajian.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


40

3) Genogram Pasien

Pasien 1

Keterangan:

: Laki laki : Garis pernikahan

: Perempuan : Garis keturunan

: Meninggal : Pasien

: Tinggal serumah

Pasien merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara, pasien mengatakan di

keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit CHF, pasien mengatakan

ayahnya telah meninggal, pasien tinggal bersama istri dan kedua anaknya

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


41

Pasien 2

Keterangan:

: Laki laki : Garis pernikahan

: Perempuan : Garis keturunan

: Meninggal : Pasien

: Tinggal serumah

Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, pasien mengatakan ibunya

meninggal karena penyakit CHF, pasien tinggal bersama ayah dan adiknya

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


42

4) Perubahan pola kesehatan (Pendekatan Gordon/ Pendekatan Sistem)

Tabel 4. 3
Perubahan pola kesehatan

Perubahan pola kesehatan Pasien 1 Pasien 2


a. Pola kebiasaan
sehari- hari
sebelum dan saat
sakit

a. Pola nutrisi Sebelum sakit: Sebelum sakit:


Klien mengatakan makan Klien mengatakan makan
3x/hari, nafsu makan baik, 3x/hari, nafsu makan baik,
jenis makanan, nasi sayur jenis makanan, nasi sayur
lauk pauk seperti ikan, lauk pauk seperti ikan,
klien tidak menyukai tempe dan tahu, klien
makanan keras dan pedas, tidak memiliki alergi
klien tidak memiliki alergi makanan atau BB: 60 Kg
makanan ataupun
pantangan makan, BB: 48 Saat sakit:
Kg Klien mengatakan nafsu
makan kurang,sering
Saat sakit: merasakan mual klien saat
Klien mengatakan nafsu di RS mengonsumsi
makan kurang, klien saat makan nasi bubur dan
di RS mengonsumsi buah. Nasi bubur habis
makan nasi bubur dan hanya ½ porsi
buah. Nasi bubur habis BB: 63 kg
hanya ½ porsi karena mual Klien tidak terpasang
dan batuk. selang makan.
BB: 50 kg
Klien tidak terpasang
selang makan.

b. Pola cairan Sebelum sakit: Sebelum sakit:


Klien mengatakan minum Klien mengatakan minum
air putih melalui oral air putih melalui oral
sebanyak 6-8 gelas/hari sebanyak 6-8 gelas/hari

Saat sakit: Saat sakit:


Klien mengatakan minum Klien mengatakan minum
air putih melalui oral air putih melalui oral
sebanyak 3-4 gelas/hari, sebanyak 1-2 gelas/hari,
klien terpasang infus RL klien terpasang infus RL
500 cc dengan 10 tetes/ 500 cc dengan 10 tetes/
menit mikro menit mikro

b. Pola eliminasi
a. Bak Sebelum sakit: Sebelum sakit:
Klien mengatakan bak nya Klien mengatakan bak nya
6-7 x/hari (1500cc/hari) 5-6 x/hari (1500cc/hari)
berwarna kuning, berbau berwarna kuning, berbau
khas dan tidak ada masalah khas dan tidak ada
saat bak masalah saat bak

Saat sakit: Saat sakit:


Klien mengatakan bak nya Klien mengatakan bak nya

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


43

2x/hari berwarna kuning 1x/hari berwarna kuning


dan berbau khas,tidak dan berbau khas,
menggunakan kateter urin menggunakan kateter urin

Sebelum sakit: Sebelum sakit:


b. Bab Klien mengatakan bab Klien mengatakan bab
1x/hari di setiap pagi, 1x/hari di setiap pagi,
berwarna kuning, berbau berwarna kuning, berbau
khas konsistensi padat khas konsistensi padat
lunak klien mengatakan lunak klien mengatakan
tidak ada keluhan saat bab tidak ada keluhan saat bab
dan tidak mengonsumsi dan tidak mengonsumsi
obat pencahar. obat pencahar.

Saat sakit: Saat sakit:


Klien mengatakan saat Klien mengatakan selama
dirawat di rs klien bab di dirawat di rs klien belum
setiap pagi hari 1x/hari, bab.
berwarna kuning, berbau
khas, konsistensi padat
lunak tidak ada keluhan
saat bab.

c. Pola kebutuhan Sesak Sesak


rasa aman P: P:
nyaman Klien mengatakansesak Klien mengatakan sesak
saat beraktivitas saat klien banyak
keluhan bergerak
Aktivitas yang dapat
Aktivitas yang dapat
memperberat adalah memperingan adalah saat
berjalan ke kamar mandi klien istirahat
Aktivitas yang dapat Q:
memperingan adalah saat Sesak seperti terikat
klien istirahat yaitu dengan beban berat
posisi setengah duduk R:
Sesak dirasakan di dada
Q:
kiri hingga seluruh
Sesak seperti tertekan bagian dada
benda berat S:
R:
Sesak dirasakan hingga T:
seluruh bagian dada Sesak hilang timbul,
S: dirasakan hingga 5-7
menitan sesak dirasakan
T: sebanyak 3-4x/hari
Sesak dirasakan hingga 5-
10 menit sesak dirasakan
sebanyak 6-9 x/hari

d. Pola personal
hygiene sebelum
dan saat sakit

a. Mandi Sebelum sakit: Sebelum sakit:


Klien mengatakan sebelum Klien mengatakan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


44

sakit mandinya 2 x/hari di sebelum sakit mandinya 2


pagi dan sore hari x/hari dipagi dan sore hari

Saat sakit: Saat sakit:


Klien mengatakan saat Klien mengatakan saat
sakit mandinya hanya di sakit mandinya hanya di
lap-lap saja oleh kakaknya lap-lap saja oleh ayahnya.

b. Oral Sebelum sakit: Sebelum sakit:


hygiene Klien mengatakan sebelum Klien mengatakan
sakit menggosok gigi sebelum sakit menggosok
menggunakan pasta gigi gigi menggunkan pasta
setiap mandi gigi setiap mandi

Saat sakit: Saat sakit:


Klien mengatakan selama Klien mengatakan selama
di rawat di rs tidak pernah di rawat di rs tidak pernah
menggosok gigi menggosok gigi

c. Cuci rambut Sebelum sakit: Sebelum sakit:


Klien mengatakan sebelum Klien mengatakan
sakit mencuci rambutnya sebelum sakit mencuci
setiap mandi saat pagi dan rambutnya setiap mandi
sore hari saat pagi dan sore hari

Saat sakit: Saat sakit:


Klien mengatakan saat Klien mengatakan saat
sakit dirumah sakit belum sakit dirumah sakit belum
pernah mencuci rambut. pernah mencuci rambut.
e. Pola istirahat dan Sebelum sakit: Sebelum sakit:
tidur Klien mengatakan sebelum Klien mengatakan
sakit lama tidur nya 5-6 sebelum sakit lama
jam / hari, klien tidurnya hanya 5-6 jam /
mengatakan tidak tidur hari, klien mengatakan
siang tidak tidur siang, Tidak
Tidak ada kebiasaan untuk ada kebiasaan untuk
penghantar tidur penghantar tidur dan tidak
menggunkan obat tidur

Saat sakit: Saat sakit:


Klien mengatakan saat Klien mengatakan saat
sakit tidak ada gangguan sakit lama tidurnya hanya
tidur lama tidur klien 5-6 7-8 jam / hari, tidur siang
jam/ hari, lama tidur siang 2 jam, namun klien tidak
klien 30 menit penggunaan obat tidur
f. Pola aktivitas Sebelum sakit: Sebelum sakit:
dan latihan Klien mengatakan waktu Klien mengatakan waktu
luang saat dirumah iyalah luang saat dirumah adalah
mencabuti rumput, duduk Menonton televisi,Klien
didepan rumah, saat terasa menyukai olahraga sepak
badanya lebih sehatan. bola, klien mengalami
Klien tidak menyukai kesulitan dalam aktivitas
olahraga klien mengalami fisik karena merasa sesak
kesulitan dalam aktivitas nyeri dada, sesak napas,
fisik karena merasa sesak, dan mudah lelah setelah
batuk-batuk dan mudah aktivitas.
lelah setelah aktivitas

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


45

Saat sakit: Saat sakit:


Klien mengatakan saat Klien mengatakan saat
sakit semua aktivitas klien sakit semua aktivitas klien
hanya di tempat tidur dan hanya di tempat tidur dan
berjalan ke kamar mandi berjalan ke kamar mandi
dengan bantuan keluarga, dengan bantuan keluarga,
klien enggan melakukan klien enggan melakukan
aktivitas yang berat aktivitas yang berat
karena menyebabkan sesak karena menyebabkan
dan nyeri dada. sesak dan nyeri dada.

g. Pola kebiasaan Sebelum sakit: Sebelum sakit:


yang dapat Klien mengatakan sering Klien mengatakan sering
mempengaruhi mengonsumsi rokok mengonsumsi rokok
kesehatan sebanyak 1bungkus /hari sebanyak 2bungkus /hari
merokok setiap jam merokok setiap jam
Merokok istrahat, klien mengatakan istrahat, klien mengatakan
Minum- tidak pernah mengonsumsi tidak pernah mengonsumsi
minuman minum-minuman keras minum-minuman keras
maupun ketergantungan maupun ketergantungan
Ketergantungan
obat. obat.
obat
Saat sakit: Saat sakit:
Klien mengatakan saat Klien mengatakan saat
sakit tidak pernah sakit tidak pernah
mengonsumsi rokok mengonsumsi rokok klien
maupun minum-minuman mengatakan terakhir
keras. berhenti merokok sejak
sakit dada, klien juga tidak
mengonsumsi minum-
minuman keras

Berdasarkan hasil pengkajian perubahan pola kesehatan pasien terdapat perbedaan

yaitu pola kebiasaan sehari-hari.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


46

5) Pemeriksaan fisik

Tabel 4. 4
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik Pasien 1 Pasien 2


1. Pemeriksaan umum

Kesadaran Compos mentis Compos mentis

TD 110/70mmHg 120/70mmHg

N 85x/menit 90x/menit

RR 30x/menit 28x/menit

S 36,3º C 35,6º C

BB/TB 50kg/160 cm 60kg/179 cm

2. Pemeriksaan fisik
persistem
a. Sistem
penglihatan

Posisi mata Simetris, kanan dan kiri Simetris, kanan dan kiri

Kelopak mata Tidak ada tanda-tanda Tidak ada tanda-tanda


peradangan atau tanda- peradangan atau tanda-
pembengkakan pada pembengkakan pada
palpebral palpebral

Pergerakan bola mata Mampu menggerakan Mampu menggerakan


keatas, samping kiri- keatas, samping kiri-
kanan, atas kanan, atas
secaraspontan(nigtagmus) secaraspontan(nigtagmus)

Konjungtiva Anemis Ananemis


Kornea Anikterik Anikterik
Pupil 3mm kiri/ 3mm kanan 3mm kiri/ 3mm kanan
Lapang pandang Sejauh 90 derajat mata Sejauh 90 derajat
kanan dan kiri kanan dan kiri
Ketajaman Sejauh 20 meter Sejauh 20 meter
penglihatan

Tanda-tanda Tidak ada tanda- tanda Tidak ada tanda- tanda


peradangan peradangan peradangan

Pemakaian alat bantu Tidak menggunakan alat Tidak menggunakan alat


penglihatan bantu penglihatan bantu penglihatan

b. Sistem Bentuk telinga klien Bentuk telinga klien


pendengaran simetris tidak terdapat simetris tidak terdapat
serumen, kondisi telinga serumen, kondisi telinga
bersih tidak ada lesi, bersih tidak ada lesi,
fungsi pendengaran klien, fungsi pendengaran klien,
baik klien tidak baik klien tidak

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


47

menggunakan alat bantu menggunakan alat bantu


dengar dengar

c. Sistem wicara Klien tidak mengalami Klien tidak mengalami


kesulitan ataupun kesulitan ataupun
gangguan bicara gangguan bicara

d. Sistem Jalan nafas klien paten, Jalan nafas klien paten,


pernafasan klien terlihat sedikit sesak dengan rr 28 x/menit,
dengan rr 30 x/menit, irama pernafasanya
sesak klien bartambah jika teratur. Suara nafas klien
setelah klien beraktivitas, ronkie Palpasi dinding
irama pernafasanya teratur, dada tidak ditemukan
dan dalam. suara nafas nyeri dibagian dada dan
ronky (terdapat ditemukan suara sonor di
secret/cairan) klien batuk seluruh lapang dada klien
dan terkadang terpasang alat bantu
mengeluarkan sputum pernafasan oksigen
sedikit, berwarna hijau, 3L/menit
kental. Palpasi dinding
dada tidak ditemukan nyeri
dibagian dada dan
ditemukan suara sonor di
seluruh lapang dada klien
terpasang alat bantu
pernafasan oksigen
3L/menit

e. Sistemkardiovas
kuler
1) Sirkulasi Nadi teraba 85x/menit, Nadi teraba 80x/menit,
nadi irama teratur, denyut irama teratur, denyut
teraba lemah, terdapat teraba kuat, tidak terdapat
distensi vena jugularis, distensi vena jugularis,
temperature kulit kulit temperature kulit kulit
teraba hangat, CRT < 3 teraba hangat, CRT < 3
detik, terdapat edema detik, Terdapat edema
pitting di daerah pitting di daerah
ekstremitas bawah kanan ekstremitas bawah dengan
dan kiri dengan kedalaman kedalaman 2 mm dengan
2 mm dengan waktu waktu kembali 3 detik.
kembali 2 detik.

2) Sirkulasi Kecepatan bunyi jantung Kecepatan bunyi jantung


jantung 85x/ menit irama teratur, 80x/ menit irama teratur,
bunyi jantung terdengar bunyi jantung terdengar
lemah, klien terllihat kuat, klien terllihat lemah,
lemah, gemetaran, dengan dengan CTR 48 %
CTR 52%

f. Sistem neurologi GCS: E4 V5 M6 GCS: E4 V5 M6


(compos mentis) tidak (compos mentis) tidak
terdapat tanda-tanda terdapat tanda-tanda
peningkata tekanan peningkata tekanan
intracranial, tidak intracranial, tidak
mengalami gangguan mengalami gangguan
syaraf neurologis, reflek syaraf neurologis, reflek
fisisologis ada, tidak fisisologis ada, tidak
terdapat tanda-tanda terdapat tanda-tanda

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


48

infeksi meningen infeksi meningen

g. Sistem Keadaan mulut klien Keadaan mulut klien


pencernaan sedikit bersih, tidak ada sedikit bersih, tidak ada
lesi, stomatitis dan terdapat lesi, stomatitis. Klien tidak
karang gigi. Klien tidak memiliki kesulitan dalam
memiliki kesulitan dalam menelan, klien mengeluh
menelan, klien mengeluh mual, bising usus
mual saat saat lambung 10x/menit, lingkar perut
nya sakit, bising usus 50cm ada keluhan nyeri
12x/menit, lingkar perut saat di palpasi abdomen,
38cm ada keluhan nyerri terdapat distensi abdomen,
saat di palpasi abdomen, klien tidak terpasang
tidak terdapat distensi kolostomi
abdomen,

h. Sistem Tidak terdapat tanda-tanda Tidak terdapat tanda-tanda


imunologi pembesaran kelenjar getah pembesaran kelenjar getah
bening bening

i. Sistem endokrin Nafas klien tidak berbau Nafas klien tidak berbau
keton, tidak terdapat keton, tidak terdapat
gangrene, tidak terdapat gangrene,tidak ada tremor
pembesaran tiroid. tidak terdapat pembesaran
tiroid.

j. Sistem Klien tidak mengalami Klien tidak mengalami


urogenital distensi kandung kemih, distensi kandung kemih,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada nyeri tekan, dan
tidak terpasang kateter terpasang kateter

k. Sistem Keadaan rambut klien Keadaan rambut klien


integument baik, berwarna hitam , baik, berwarna hitam ,
kebersihannya cukup kebersihannya cukup
terjaga, keadaan kuku terjaga, keadaan kuku
sedikit kotor, kulit klien bersih, kulit klien
berwarna kecoklatan, tidak berwarna kecoklatan,
terdapat luka dan tanda – tidak terdapat luka dan
tanda perdarahan tanda – tanda perdarahan

l. Sistem Klien tidak mengalami Klien tidak mengalami


muskuloskeletal gangguan berjalan atau gangguan berjalan atau
pergerakan, tidak ada berjalan , tidak ada
keluhan sakit atau nyeri keluhan sakit atau nyeri
pada sendi saat berjalan, pada sendi saat berjalan,
tidak ada kelainan pada tidak ada kelainan otot
tulang otot.

Berdasarkan hasil pengkajian pemeriksaan fisik pasien terdapat perbedaan yaitu

pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik sistem pencernaan dan sistem urogenital.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


49

b. Pemaparan fokus studi sesuai judul kasus

Hasil pengkajian awal pola pernafasan

Sebelum mendapatkan terapi posisi semi fowler, pasien mengetahui bahwa

posisi setengah duduk itu membuat nyaman tetapi tidak mengetahui manfaatnya

dan cara yang benar dalam melakukannya. Oleh karena itu peneliti akan

menjelaskan apa manfaat dari posisi semi fowler dan cara yang benar dalam

melakukan nya agar pasien dapat dengan cepat mengalami perubahan pola nafas

yang normal.

c. Intervensi

Peneliti melakukan intervensi dengan cara menjelaskan manfaat dari posisi semi

fowler tersebut dan cara melakukan posisi semi fowler sesuai dengan prosedur

d. Implementasi
Tabel 4.4
Implementasi
Pasien 1
Jam/Tanggal
Implementasi Evaluasi Paraf
13 juni 2019 Memberikan posisi untuk Frekuensi pernafasan
10.00 WIB memaksimalkan ventilasi 30 X/menit
(posisi semi fowler)
15.00 WIB Frekuensi pernafasan
- 27 x/menit
14 juni 2019
08.00 WIB Memberikan posisi untuk Frekuensi pernafasan
memaksimalkan ventlasi 28 x/menit
(posisi semi fowler)
12.00 WIB Frekuensi pernafasan
- 25 x/menit
16.00 WIB Frekuensi pernafasan
25 x/menit
15 juni 2019 Memberikan posisi untuk Frekuensi pernafasan
08.00 WIB memaksimalkan ventlasi 24 x/menit
(posisi semi fowler)

12.00 WIB - Frekuensi pernafasan


23 x/menit

16.00 WIB - Frekuensi pernafasan


23 x/menit

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


50

Pasien 2
13 juni 2019
10.30 WIB Memberikan posisi untuk Frekuensi pernafasan
memaksimalkan ventlasi 28 x/menit
(posisi semi fowler)
14.30 WIB
- Frekuensi pernafasan
25x/menit
14 juni 2018
08.00 WIB Memberikan posisi untuk Frekuensi pernafasan
memaksimalkan ventlasi 24 x/menit
(posisi semi fowler)

12.00 Wib - Frekuensi pernafasan


24 x/menit

16.00 WIB - Frekuensi pernafasan


20 x/menit
15 juni 2019 Memberikan posisi untuk Frekuensi pernafasan
08.00 WIB memaksimalkan ventlasi 22 x/menit
(posisi semi fowler)

12.00 WIB - Frekuensi pernafasan


20 x/menit
Frekuensi pernafasan
16.00 WIB - 20 x/menit

Selan pemberan posisi semi fowler, peneliti juga memberikan implementasi sesuai

kebutuhan pasien berupa pemberian oksigen 3L/menit.

e. Hasil penerapan intervensi posisi semi fowler dengan evaluasi per 4 jam

selama 3hari

Tabel Penerapan

No Nama Pasien Hasil Penerapan


Sebelum Sesudah
1 Tn. M 30 X/menit 23 X/menit
2 Tn. R 28 X/menit 20 X/menit

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


51

f. Evaluasi

Dari hasil evaluasi menggunakan perhitungan pernafasan normal menurut wayan

sudarta, sebelum dilakukan penerapan posisi semi fowler pada pasien Tn. M 33

tahun, hari/tanggal kamis 13 juni 2019 dengan frekuensi pernapasan 30X/menit

(pernapasan abnormal). Dan pasien Tn. R 25 tahun, hari/tanggal 13 juni 2019

dengan frekuensi pernapasan 28X/menit.

Hasil setelah dilakukan intervensi penerapan posisisemi fowler selama 3 hari

mengalam perubahan frekuensi pernapasan, yaitu pasien Tn. M frekuensi

pernapasannya 23X/menit dari yang sebelumnya 30X/menit, dan pasien Tn. R

frekuensi pernapasannya 20X/menit yang sebelumnya 28X/menit.

B. Pembahasan

1. Hasil pengukuran frekuensi pernapasan sebelum dilakukan posisi semi

fowler

Frekuensi pernafasan dapat dihitung menggunakan frequensi pernafasan

normal, frekuensi pernafasan 10-24 x/menit dikatakan normal untuk orang

dewasa dan lebih dari 24 x/menit dikatakan abnormal (Wayan Sudarta, 2016).

Pernapasan abnormal pada pasien CHF disebabkan karena ventrikel kiri tidak

mampu memompa darah yang datang dari paru sehingga terjadi peningkatan

tekanan dalam sirkulasi paru yang menyebaban cairan terdorong ke jaringan

paru (Muttaqin, 2012). Sehingga ketika cairan terdorong ke paru menyebabkan

ekspansi paru terganggu dan menghambat kerja paru

Berdasarakan hasil penelitian didapatkan pasien yang menderita CHF dengan

masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas, pada kedua responden

terdapat perbedaan pada saat dilakukan pengkajian, pada pasien 1 frekuensi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


52

pernafasan yaitu 30 x/menit atau pernafasan abnormal (pernafasan normal 10-

24 x/menit), mengeluh sesak nafas dan nyeri dada, suara nafas vesikuler pada

lapang paru sebelah kanan, dan negatif pada lapang paru sebelah kiri, ketika di

perkusi terdapat suara sonor pada dada sebelah kanan dan redup pada dada

sebelah kiri, pada dada tidak terdapat luka atau tanda-tanda peradangan.

Sedangkan pada pasien 2 pada hari pertama sebelum dilakukan penerapan

posisi semi fowler didapati hasil pengkajian pasien mengeluh sesak nafas di

dapati frequensi pernafasan pasien 28 X/menit atau abnormal (pernafasan

normal 10-24 x/menit), suara nafas vesikuler pada bagian paru sebelah kanan

dan ronchi pada bagian paru sebelah kiri, ketika di perkusi terdapat suara sonor

pada dada sebelah kanan dan redup pada dada sebelah kiri.

Perbedaan antara pasien 1 dan pasien 2 yaitu pada pasien 1 frekuensi

pernafasan 30 x/menit sedangkan pasien 2 frekuensi pernafasan 28 x/menit.

Frekuensi pernafasan yang cepat pada pasien CHF disebabkan karena terjadi

peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru yang menyebaban cairan terdorong

ke jaringan paru (Muttaqin, 2012). Pada saat dilakukan auskultasi didapati

pada pasien 1 suara nafas vesikuler pada lapang paru sebelah kanan, dan

negatif pada lapang paru sebelah kiri, dan pada pasien 2 didapati suara nafas

vesikuler pada bagian paru sebelah kanan dan ronchi pada bagian paru sebelah

kiri.

Saat pengkajian hari pertama dan belum dilakukan implementasi posisi semi

fowler frekuensi pernafasan pada pasien 1 adalah 30 x/menit atau pernafasan

abnormal (10-24 x/menit normal) dan pada pasien 2 frequensi pernafasan 28

x/menit atau pernafasan abnormal (10-24 x/menit normal) atau pola nafas

tidak efektif. Pola nafas tidak efektif adalah merupakan inspirasi dan/ ekspirasi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


53

yang tidak memberi ventilasi adekuat. Sedangkan pola nafas atau Pernapasan

(respirasi) merupakan peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung

(oksigen) serta menghembuskan udara yang banyak mengandung

karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Pengisapan udara

ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi (Syaifuddin, 2006).

2. Hasil pengukuran frekuensi pernapasan setelah dilakukan posisi semi

fowler

Setelah dilakukan implementasi pemberian posisi semi fowler pada pasien

CHF di ruang tulip selama 3 hari pasien dilakukan pengkajian kembali

menggunakan hitungan pernafasan normal (10-24 x/menit untuk dewasa) dan

didapatkan hasil pengukuran. Pasien 1 frekuensi pernafasan 23 x/menit atau

nafas normal, pasien tidak mengeluh sesak nafas, pasien mengatakan nyeri

dada sudah tidak dirasakan kembali, pergerakan dinding dada simetris, suara

pernafasan vesikuler terdengar diseluruh lapang paru kanan dan kiri, perkusi

sonor pada dada kanan dan kiri.

Pada pasien 2 didapati frekuensi pernafasan setelah diberikan implementasi

posisi semi fowler yaitu 20 x/menit atau pernafasan normal (10-24 x/menit),

pasien tidak mengeluh sesak, tidak mengaluh nyeri dada, suara nafas vesikuler,

pada saat dilakukan perkusi didapati suara sonor pada seluruh lapang paru,

pergerakan dinding dada simetris, dan tidak ada tanda-tanda dispneu

3. Perbedaan frekuensi pernapasan sebelum dan sesudah diberikan

implementasi posisi semi fowler

Jumlah frekuensi pernafasan pasien setelah diberikan implementasi posisi

semi fowler selama 3 hari mengalami penurunan frekuensi pernafasan, dimana

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


54

pada hari pertama frekuensi pernafasan pasien 1 adalah 30 x/menit (10-24

x/menit normal untuk orang dewasa) sedangkan pada pasien 2 adalah 28

x/menit. Setelah berikan intervesi posisi semi fowler selama 3 hari terjadi

penurunan frekuensi pernafasan, pasien 1 frekuensi pernafasan 23 x/menit (10-

24 x/menit normal orang dewasa) sedangkan pada pasien 2 frekuensi

pernafasan setelah dilakukan pemberian posisi semi fowler 20 x/menit (10-24

x/menit normal orang dewasa). Sebelum diberikan intervensi posisi semi

fowler pada pasien 1 pasien mengeluh sesak nafas, pasien 2 mengeluh sesak

nafas. Sesak nafas pada pasien CHF disebabkan karena terjadi peningkatan

tekanan dalam sirkulasi paru yang menyebaban cairan terdorong ke jaringan

paru (Muttaqin, 2012). Sehingga paru tidak dapat mengembang dengan

sempurna.

Setelah diberikan intervensi posis semi folwer pada pasien 1 dan pasien

selama 3 hari terjadi perubahan pola nafas pada pasien 1 dan 2. Pasien 1

setelah diberikan intervensi posisi semi fowler frequensi pernafasan 23 x/menit

dan mengeluh nyeri dada. Pada pasien 2 terjadi perubahan pola nafas setelah

diberikan intervensi posisi semi fowler selama 3 hari dengan frekuensi

pernafasan 20 x/menit.

Posisi semi fowler merupakan posisi tempat tidur yang meninggikan batang

tubuh dan kepala dinaikkan 15 sampai 45 derajat. Apabila pasien berada dalam

posisi ini, gravitasi menarik diafragma ke bawah, memungkinkan ekspansi

dada dan ventilasi paru yang lebih besar (Kozier, dkk, 2010).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


55

C. Keterbatasan dalam penulisan KTI

1. Keterbatasan lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang jauh dari tempat tinggal tidak memungkinkan bagi

peneliti untuk mengunjungi atau mengevaluasi pasien selama 24 jam serta

hambatan ketika hendak berangkat ke rumah sakit seperti terjebak hujan,

ban motor bocor dll.

2. Keterbatasan waktu dan lokasi yang jauh tidak memungkinkan peneliti

untuk melakukan waktu yang lama dalam sehari

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


56

DAFTAR PUSTAKA

Alto, William A. 2012. Buku Saku Hitam Kedokteran Internasional. Penerjemah


Risqi A. Jakarta: Puri Media.
Ardianta, D., (2017).UPAYA PENATALAKSANAAN INTOLERANSI AKTIVITAS PADA
CONGESTIVE HEART FAILURE

Baradero. M. (2008). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular


EGC : Jakarta
Dean, E. (2014). Effect of Body Position on Pulmonary Function. Journal of
American Physical Therapy: Diakses pada 25 maret 2019 pada:
http://ptjournal.apta.org/

Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Kepeawatan Panduan Melaksanakan dan


Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: EGC.

Israel, S.A., Duhamel, E.R.,Stepnowsky,C., Engler, R., Zion M.C., & Marler,M.
(2008). The Relationship Between Congestive Hart Failure, Sleep Apnea, and
Mortalty in Order Men

Julie C.H. (2008). The Effect of Positioning on Cardiac Output Measurement,

Kozier. Erb, Berman. Snyder. (2010). Buku Ajar Fondamental Keperawatan :


Konsep,Proses & Praktik, Volume : 1, Edisi : 7, EGC : Jakarta.

Muttaqin, A. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Sistem


Kardiovaskular dan Hematologi, Jakarta: Salemba Medika

Muttaqin, A. (2010). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Masalah


Pernafasan Jakarta: Salemba Medika

Meiriza, L. (2017). Intervensi Keperawatan Dalam Upaya Meningkatkan


Keefektifan Pola Nafas Pada Pasie CHF. Universita Muhammadiyah
Yogyakarta

Novita, N. (2017). Deep Breathing Exercise dan Active Range of Motion Efektif
Menurunkan Dyspnea Pada Pasien Congestive Heart Failure. Nurseline
Journal Vol 2 No. 2 Nopember 2017

Nugroho,T,Bunga,T,P.(2016). Teori Asuhan Keperawatan Gawat


Darurat,Yogyakarta:Nuha Medika Kemenkes.(2014).Situasi Kelainan
Jantung.Jakarta

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan


Praktis edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jogjakarta: Nu Med

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


57

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:


Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Riskesdas. (2013). Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Kementrian Kesehatan RI, DepKes RI.

Riskesdas. (2018). Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Kementrian Kesehatan RI, DepKes RI.

Saferi, Andra (2013). Keperawatan medikal bedah (keperawatan dewasa,


Yogyakarta, Nuha Medika

Safitri, R & Andriyani, . (2011), Keefektifan Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap
Penurunan Sesak Napas pada Pasien Asma di Ruang awat Inap Kelas III
RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Gaster Vol.8. Prodi S1Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

Supandi, E. Nurachmah, dan Mamnuah. (2008). Hubungan Analisa Positif Tidur


Semi Fowler dengan Kualitas Tidur pada Klien Gagal Jantung di RSUD
Banyumas Jawa Tengah Jurnal Kebidanan dan Keperawtan Volume IV no 2

Suparmi, Y, dkk. (2008). Panduan Praktik Keperawatan Kebutuhan Dasar


Manusia. Yogyakarta: PT.Citra Aji Parama

Syaifuddin, H., (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3.


Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Talwar, A., Liman, B., Greenberg, H., Feinsilver, S., and Vijayan, H. (2008). Sleep
in the Intensive Care Unit. India : University of Delhi.

Tarwoto dan Wartonah. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Jakarta. Salemba Medika

Udjianti, W. J. (2011). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

Wayan, S. (2016). Pemeriksaan fisik keperawatan. Jakarta,

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Anda mungkin juga menyukai