PERENCANAAN PABRIK
bijih nikel yang berada pada wilayah daerah Desa Wayamli, Teluk Buli, Kabupaten
Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara serta mengolah bijih nikel menjadi fero nikel
yang memiliki konsentrat yang sesuai dengan standar kebutuhan industri sehingga
mampu bersaing di pasar dalam negeri maupun pasar global. Berikut adalah informasi
Tipe : Lateritik
Blok A : 382.12 Ha
Blok B : 212.09 Ha
Blok C : 481.192 Ha
Smelter Recovery : 85 %
Output : 4 % - 10 %
Ukuran tangki pengolahan (Diameter = 7 meter, tinggi 7.6 meter, volume efektif =
90%)
memajukan usaha pertambangan dalam negeri demi kemajuan ekonomi Indonesia dengan
peningkatan mutu dan nilai tambah dari setiap bahan tambang yang digali oleh
perusahaan tersebut.
Jepang, Korea Selatan, dan Negara – negara di Asia Tenggara, sedangkan pasar
.
3.1.1 Kapasitas Pabrik
Table 3.1
Kebutuhan Bijih Nikel PT Krakatau Steel Tbk
Tahun Kebutuhan Bijih Nikel (ton/tahun)
2009 1.1 juta ton
2011 2.3 juta ton
2012 2.6 juta ton
2013 2.95 juta ton
2014 3.6 juta ton
semakin besar dari tahun ke tahun maka dilakukan kerja sama untuk membangun
perencanaan pabrik pengolahan dan pemurnian dengan produk akhir berupa fero
nikel.
Pada proses pengolahan bijih nikel ini dibutuhkan material lain yang digunakan
dalam penghancuran slag, penghancuran boulder nikel dan penghancuran batu kapur.
Proses crushing batu kapur dilakukan oleh jaw crusher. Untuk menghasilkan butiran-
butiran yang lebih halus maka hasil produkta jaw crusher dimasukkan ke dalam hammer
mill. Setelah diproses di hammer mill, batu kapur masuk ke vibrating screen yang
umumnya dihasilkan empat jenis batuan yang dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu:
Untuk ukuran tungku batu kapur yang tergolong masih kasar akan dihancurkan
kembali. Sedangkan ukuran lainnya akan dibawa ke pabrik untuk dimasukkan ke dalam
proses di pabrik.
Gambar 3.1
Tahapan Pengolahan Bijih Nikel
a. Jaw crusher yang digunakan yaitu tipe PE 900-1200 yang diharapkan dapat
berikut:
Power : 75 KWh
Pada tahapan ini terlebih dahulu dilakukan pre-treatment bijih nikel. Proses awal
yang dilakukan yaitu penyaringan ukuran bijih nikel. Bijih yang masih berukuran besar
dikirim ke pabrik kominusi untuk diproses lebih lanjut. Pengeringan kadar air karena
kadar air dalam nikel ini dapat berpengaruh besar pada proses peleburan bijih nikel.
Kadar air yang dimiliki nikel ini berkisar 30 – 34% yang selanjutnya akan diturunkan
menjadi 22% dengan menggunakan rotary dryer (co-current). Pengeringan bijih nikel ini
menggunakan panas dengan temperatur 700°C yang mengalir searah dengan bijih yang
masuk dalam rotary dryer yang diharapkan terjadi penguapan air dengan temperatur
tertinggi pada bijih yang masih memiliki kadar air 30 – 34%, selain itu juga agar bijih
basah yang ke rotary dryer tidak akan menempel pada inlet dryer dan menutupinya. Pada
tahapan ini alat yang dibutuhkan yaitu Rotary Dryer yang diproduksi oleh FEECO
Gambar 3.2
Proses Rotary Dryer (Co-Current)
Proses rotary dryer ini dilakukan dalam 2 tahap agar kandungan air dalam bijih
berkurang sampai dengan 10% menggunakan alat yang sama. bijih yang keluar dari
rotary dryer 1 akan dibawa menuju rotary dryer 2 dengan menggunakan belt conveyor.
Pada proses dryer yang kedua ini dilakukan dengan suhu sebesar 900°C.
dengan menggunakan vibrating screen dengan tipe 2YK2460 dengan spesifikasi sebagai
berikut:
Selanjutnya bergabung dengan bijih yang lolos screening menuju ore bin pada
mixing plant.
3.2.3 Mixing Plant
Pada tahapan mixing plant terdapat 4 bin untuk menampung bahan-bahan seperti
ore (1), batu kapur (1), slag (1), dan batubara (1). Pabrik pengolahan ini masih
menggunakan batukapur karena pendingin pada furnace yang tidak membuat cairan slag
panas membentuk lapisan pelindung pada dinding untuk melindungi dari serangan korosif
silika sehingga perlu menambahkan batukapur. Pada mixing plant terdapat bin yang
menampung ore khusus untuk digunakan sebagai campuran pada pelletizer. Ore lalu
dicampur dengan batu kapur, batubara, slag dari agregat sepanjang conveyor belt untuk
Conditioned ore masih mengandung ± 10% kadar air. Apabila ore tidak
dikeringkan sampai batas mutunya maka ketika peleburan akan terbentuk gas-gas yang
menekan elektroda dalam furnace. Maka dari itu dilakukan rotary klin. Alat ini
menggunakan bahan bakar batubara, sedangkan digunakan LPG sebagai pemantik awal.
dan kalsinasi. Kandungan air sebagian besar akan hilang pada zona pengeringan,
sedangkan uap air yang masih tertinggal bersama sebagian besar kristal air akan terambil
pada zona pemanasan awal. Calcined ore keluar dari rotary klin kemudian ditampung
dalam container dan dikirim ke bin pada electric furnace. Di dalam rotary kiln initerjadi
proses pre-reduksi dimana NiO ada yang tereduksi menjadi Ni dan Fe2O3 ada yang
Calcined ore yang keluar dari rotary kiln dan ditampung dalam surge hopper
untuk kemudian ditampung dalam container dan dikirim ke bin pada electric furnace.
3.2.5 Pelletizer
Tahapan ini bertujuan untuk mengolah debu-debu dari gas buang rotary klin
untuk dibentuk pellet. Pellet dibentuk menggunakan campuran debu yang terbentuk di
klin dan conditioned ore. Pellet terbentuk ketika campuran debu dan ore ditambahkan air
sebagai pengikat. Pellet dikirim ke mixing plant bercampur dengan conditioned ore yang
3.2.6 Peleburan
Pada tahapan ini dilakukan peleburan yang hasilnya berupa fasa lelehan matte
yang merupakan konsentrat dan slag yang merupakan taililng. Furnace bertujuan untuk
melebur kalsin hingga terbentuk fase cair lelehan matte dan slag. Metal akan berada di
bawah dari permukaan leburan sedangkan slag berada di atas permukaan leburan. Hal ini
dikarenakan metal cair memiliki berat jenis 6,7 – 7 sedangkan slag 2,8 – 3.
Pemakaian listrik pada proses peleburan ini sebesar 100000 – 110000 kWH, slag
langsung dikeluarkan melewati slag runner ke slag yaard sambil disemprot dengan air
dengan kebutuhan air sekitar 80 – 100 liter / jam. Slag harus memiliki kisaran temperatur
sebesar 1500 - 1600°C, apabila terlalu rendah dibawah 1300°C maka slag dapat
membeku di runner sebelum mencapai slag yard. Sedangkan temperatur metal berkisat
1400 - 1500°C.
Pada proses ini terdapat 2 unit peleburan. Dalam peleburan kedua unit ini terbagi
atas tiga perlengkapan yaitu hot charge (surge hopper, container, transfer car dan crane),
dapur listrik (top bin, tungku listrik, transformator, tapping, unit pendingin) dan
perlengkapan elektrik dan instrumentasi. Jumlah bin yang berada di unit 1 yaitu 10 bin,
Tabel 3.2
Spesifikasi Furnace
Kapasitas Tinggi
Unit Beban Furnace Diameter (m)
Transformator (m)
1 20 MVA 17 KW 15 5,6
2 45 MVA 25 KW 15 5,6
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kapasitas beban pada unit 1 dan unit 3
lebih kecil dibandingkan kapasitas transformator. Hal ini dilakukan untuk memberikan
ruang kapasitas yang akan datag jika beban furnace akan bertambah. Pada unit 2 terdapat
pendinginan dengan menggunakan air cooling fan dan water cooling fan.
Tabel
Rincian Harga Alat dan Perlengkapan Pengolahan dan Peleburan
Proses Pengolahan
No. Nama Komoditas Jumlah Harga
1. Vibrating Screen 1 buah 182.000.000
2. Rotary Dryer 2 buah 1.354.600.000
3. Rotary Ciln 1 buah 9.360.000.000
4. Pelletizer 1 buah 754.000.000
5. Bin 4 buah 946.400.000
6. Batubara 2520 ton 2.109.744.000
Peleburan
7. Surge Hopper 2 Buah
312.000.000
8. Bin 9 2.538.900.000
3.2.7 Pemurnian
Pemurnian ini bertujuan untuk menaikkan kadar Ni dalam matte dari sekitar 27%
menjadi di atas 75%. Pada proses pemurnian ini dilakukan penurunan kadar sulfur dalam
tersebut diputar dan perputarannya dalam crude FeNi akan mengakibatkan gaya
sentrifugal yang bekerja dan menyebabkan terjadinya aksi pengadukan sehingga bahan-
bahan desulfurisasi dan crude FeNi akan tercampur secara merata dan slag desulfurisasi
yang lebih ringan naik ke atas. Pengadukan dilakukan selama 40 menit. Biaya pemurnian
mencapai Rp. 27.000.000 per/ton selama sebulan, sehingga total biaya pemurnian selama
sebulan mencapai:
Tahapan ini bertujuan untuk mengubah matte dari logam cair menjadi butiran-
butiran yang siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas. Matte dituang ke dalam
tandis sambil terus disemprot dengan air bertekanan tinggi menggunakan jet water.
Tabel 3.3
Spesifikasi Sistem Pencetakan
Tipe Water Granulating Process
pengoprasian alat pengolahan dan pemurnian. Tenaga kerja yang dipekerjakan sebagai
penambangan dan pengolahan. Tenaga kerja ahli yang berkompeten dibidangnya juga di
pekerjakan untuk menjaga kegiatan operasional berjalan lancar. Setiap harinya terdapat 3
shift yang dengan waktu kerja masing-masing shift selama 7 jam kerja dengan 1 jam
istirahat. Kegiatan kerja dimulai pada pukul 08.00 WIT – 02.00 WIT. Berikut jumlah
Tabel 3.4
Persentase Tenaga Kerja PT Senantiasa Bersama
No. Jabatan Jumlah Gaji
Sarana utilitas sebagai sarana pendukung utama merupakan hal yang harus
Sarana tersebut yaitu ketersediaan air (baik air tanah maupun air permukaan), listrik, dan
tempat penyimpanan sementara limah sebelum dialirkan ke sungai. Hal tersebut harus
diperhatikan dengan baik dan disesuaikan dengan topografi lokasi pabrik. Ketersediaan
air tanah dibutuhkan bukan hanya sebagai kebutuhan pengolahan dan pemurnian, tetapi
juga sebagai pemenuhan kebutuhan tenaga kerja sebagai masyarakat pabrik. Sementara
akhir limbah (waste) pabrik. Penyediaan listrik dilakukan dengan menggunakan generator
dilakukan dengan menyediakan telepon umum dan satelit untuk menunjang kebutuhan
komunikasi.
akan disuplai secara eksternal dan internal. Untuk penyediaan listrik secara eksternal dari
PLN, sedangkan secara internal dengan cara menggunakan generator listrik yg digerakan
oleh turbin uap. Penyediaan listrik oleh PLN digunakan untuk kebutuhan gedung
administrasi dan asrama pekerja. Sementara generator digunakan pada proses pengolahan
Deere (JDO-200) dengan harga US$ 25499. Generator ini menggunakan bahan bakar
berupa solar dengan penggunaan 6-9 gallon (22,512 L-33,768 L) per jam. Penggunaan
bahan solar yang disesuaikan dengan jam kerja (18 jam/hari) dan harga saat ini (Rp.
Penyediaan Air Didalam perencanaan pabrik ini, air diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan kebutuhan selama proses produksi. Air tersebut dipergunakan sebagai air
proses, air sanitasi dan air proses pengolahan. Kebutuhan akan air pengolahan ini
diperoleh dari Sungai yang dekat dengan lokasi pabrik diambil dengan menggunakan
pompa ATMAN QL series dengan harga Rp. 2.500.000 dengan daya maksimum 9000
Pembuatan sumur bor sebanyak 2 buah dengan kedalaman 5,5 meter dengan biaya Rp.
Kondisi Topografi
penentuan kebutuhan lahan dari konstruksi utama pabrik pengolahan serta konstruksi
penunjang lainnya, dengan. Dimana konstruksi utama yaitu office dan pabrik pengolahan
semetara konstruksi pendukung yaitu fasilitas beribadah, toilet, kantin dll. Untuk dapat
Gambar 3.2
Peta Layout Pabrik Pengolahan Nikel
Gedung yang akan dibangun merupakan 3 gedung utama yang digunakan pada
pengolahan yang berisi alat-alat pengolahan, sementara gedung dua merupakan gedung
yang digunakan untuk kegiatan administrasi dan kantor, serta gedung ketiga merupakan
sarana fasilitas tambahan bagi para pekerja yaitu asrama kantin, musholla, dan kamar
mandi. Pembangunan gedung dilakukan dalam jangka waktu 1 tahun 2 bulqn dengan
rincian 6 bulan untuk pabrik, 8 bulan untuk kantor administrasi dan fasilitas penunjang,
Harga material bangunan dan alat-alat yang dipakai untuk melengkapi gedung
sudah termasuk biaya transportasi. Secara umum, total biaya yang dibutuhkan untuk
Tabel 3.2
Komposisi Biaya Standar dan Non-Standar
KOMPONEN BIAYA STANDAR
No. Komponen Harga (Rp.)
1. Pondasi 88.0023.499,60
2. Struktur 78.082.248,6
5. Plafond 341.616.449,72
6. Atap 88.023.499,72
7. Utilitas 11.616.449,72
Total
1.500.199.746,72
KOMPONEN BIAYA NON STANDAR
1.
Tata Udara (AC) 17.050.000
2.
Tata Suara 13.234.000
3. Telepon (Kabel telepon, Tiang Penghubung
16.407.049,88
Antar gedung)
4.
Genset( 244.011.1749.80
5.
Sist. Deteksi & Pencegah Kebakaran 15.011.1749.80
Furniture (Meja Kerja 5 buah, kursi 30 buah,
6.
kabinet 3 buah, kasur tingkat 12 10.011.1749,80
buah)
7.
Penangkal Petir (2 buah) 8.802.349,69
8. Peningkatan Mutu (Pemasangan Kabel
12.814.099.76
Listrik, Telepon, Pipa Air)
Total 155.605.149
Total Biaya = Biaya Standar + Biaya Non-Standar
= Rp. 1.655.804.896