Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Penyaliran atau drainage berhubungan dengan pengontrolan air tanah dan air
permukaan bumi yang biasanya mengganggu aktifitas tambang, baik tambang terbuka,
tambang bawah tanah, maupun batubara. Ketika pengontrolan air tanah menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dengan aktifitas penggalian bijih atau batubara, maka faktor-faktor yang
perlu dipertimbangkan antara lain sistem pengontrolan (sump, sumur dalam atau sumur
pompa), curah hujan rata-rata, debit air minimum sampai maksimum, kualitas air dan biaya.
Namun air dalam jumlah tertentu diperlukan untuk aktifitas-aktifitas yang lain,
diantaranya : mengurangi konsentrasi debu di jalan tambang ataucrushing plant, sebagai
media pemisahan dan pencucian dalam pengolahan bahan galian, keperluan sehari-hari di
perkantoran, perumahan dan workshop, dan sebagainya. Melihat cakupan masalah dan
manfaat air tanah cukup luas ditambah kemajuan teknologi investigasi air tanah saat ini
cukup memadai, maka manajemen air harus diperhitungkan di dalam perencanaan
penambangan.

1.1 Maksud dan Tujuan


1.1.1 Maksud
Mempelajari serta memahami tentang uji pemompaan (pumping test), sehingga bisa
mengaplikasikannya dalam merencanakan suatu tambang.
1.1.2 Tujuan
 Mengetahui apa itu uji pemompaan.
 Mengetahui metode yang digunakan dalam uji pemompaan.
 Mengetahui jenis – jenis pompa.

88
BAB II
DASAR TEORI

2.1 POMPA
Pompa adalah suatu mesin yang digunakan untuk menaikkan cairan dari permukaan
yang rendah ke permukaan yang lebih tinggi atau memindahkan cairan dari tempat yang
bertekanan rendah ke tempat yang bertekanan lebih tinggi. Pompa akan mentransfer energi
mekanis dari suatu sumber energi luar ke cairan yang mengalir melaluinya, jadi pompa
menaikkan energi cairan yang mengalir melalulinya sehingga cairan tersebut dapat mengalir
dari permukaan rendah ke permukaan yang lebih tinggi maupun dari tempat yang bertekanan
rendah ke tempat yang bertekanan lebih tinggi.

a. Unjuk kerja dari pompa ditentukan oleh hal-hal berikut:

• Tinggi kenaikan hisap (Suction head), tinggi kenaikan tekan (Delivery

head) dan tinggi kenaikan total (Total head)

• Kapasitas

• Daya

• Effisiensi

b. Tinggi Kenaikan Hisap Geometris Instalasi Pompa 1


Tinggi kenaikan hisap geometris atau tinggi kenaikan statis instalasi pompa
adalah perbedaan ketinggian antara permukaan air yang dihisap dengan
ketinggian bagian bisap (inlet) dari pompa.
 Tinggi kenaikan tekan geometris pompa instalasi pompa.
Tinggi kenaikan tekan geometris instalasi pompa adalah perbedaan ketinggian
antara permukaan cairan yang diatas (permukaan cairan yang paling jauh
setelah keluar dari pipa tekan) dengan ketinggian bagian exit dari pompa.
Dalam banyak hal tinggi kenaikan tekan geometris daripada instalasi diukur
berdasarkan perbedaan ketinggian permukaan cairan yang di atas dengan
ketinggian sumbu daripada pompa.

89
 Tinggi kenaikan geometris total instalasi pompa.
Tinggi kenaikan geometris total instalasi pompa adalah perbedaan ketinggian
permukaan air atas (akhir daripada proses discharge atau penekanan) dengan
ketinggian permukaan air yang dihisap oleh pompa dengan tidak
mengindahkan apakah air pada saat keluar pipa mengalami tekanan diatas
atmosfir atau sama dengan tekanan atmosfir.
 Tinggi kenaikan manometris pompa.
Tinggi kenaikan manometris pompa adalah kenaikan energi tekan (pressure
energy) per unit berat cairan yang mengalir melalui pompa tersebut. Jadi
tinggi kenaikan manometris pompa adalah perbedaan tekanan antara
manometer tekan dengan manometer hisap ditambah dengan jarak vertical
antara lubang-lubang tap untuk meletakkan manometermanometer tersebut.
 Tinggi kenaikan manometris instalasi pompa.
Tinggi kenaikan manometris instalasi pompa adalah jumlah dari tinggi
kenaikan geometris total, perbedaan tekanan antara manometer tekan dengan
manometer hisap dalam tinggi kolom cairan, seluruh kerugian head pada pipa
hisap maupun pipa tekaii (tidak termasuk energi yang hilang dalam pipa itu
sendiri) ditambah lagi dengan perbedaan enegi kecepatan (velocity head) di
pipa tekan dengan energi kecepatan di pipa hisap dan dikurangi dengan energi
kecepatan yang dihasilkan oleh pompa itu sendiri.
 Tinggi kenaikan efektif pompa (effective head). Tinggi kenaikan efektif
pompa adalah sama dengan kenaikan energi daii cairan antara inlet dan outlet
pompa per unit berat cairan yang dipompa. Tinggi kenaikan efektif ini disebut
juga tinggi kenaikan total dari pompa (Head total). Kenaikan energi ini sama
dengan penjumlahan kenaikan energi tekan (pressure head), kenaikan head
geometris didalam pompa sendiri dan kenaikan energi kinetis (velocity head).
Kenaikan energi ini diukur dalam feet atau meter kolom cairan yang
dipompa.
 Tinggi kenaikan intemal atau tinggi kenaikan indikatif (Intemal head /
Indicative head). Tinggi kenaikan interaal pompa (intemal head) adalah

90
jumlah head efektif dengan selurah kerugian hidrolis didalam pompa yang
disebabkan gesekan cairan di dalarn pompa.
c. Kapasitas pompa (Discharge)
Kapasitas pompa ( Qr ) adalah banyaknya cairan yang mengalir per satuan waktu
melalui pipa tekan (Rate of Flow in the Delivery Pipe) pada saat pompa bekerja.
 Kapasitas teoritis pompa. Kapasitas teoritis pompa adalah kapasitas (Rate of Flow)
ideal dari suatu pompa tanpa adanya kebocoran interaal maupun ekstemal (Qth).
 Kapasitas optimum pompa. Kapasitas optimum pompa adalah kapasitas pompa yang
didapat bila pompa bekerja pada efisiensi over all maksimum (Qopt).
 Kapasitas interaal atau kapasitas indikatif (Intemal Discharge).
Kapasitas internal pompa adalah banyaknya cairan yang mengalir melalui pompa,
jadi ini sama dengan kapasitas pompa ditambah dengan kebocoran yang terjadi dalam pompa
itu sendiri, misalnya kebocoran yang terjadi pada clearance silinder dengan plunyer untuk
pompa reciprocating maupun kebocoran melalui gap antara impeller dengan shroud untuk
pompa impeller.
d. Daya Poros
Daya poros adalah daya yang masuk pada poros pompa bila pompa tersebut
dikopel langsung dengan sebuah motor listrik. Daya output motor adalah hasil
perkalian antara daya jala-jala yang masuk motor dengan efisinsi motor itu sendiri.
e. Efisiensi Total (Over All Efficiency)
Efisiensi total pompa adalah perbandingan antara daya kuda air dengan daya
yang masuk ke poros pompa.
Efisiensi mekanis. Efisiensi mekanis adalah perbandingan antara daya indikatif
dengan daya yang masuk ke poros pompa. Untuk menggerakkan pompa dibutuhkan
suatu sumber gerak. Sumber gerak yang umumnya dipakai merupakan motor
Induksi, dimana besar daya motor yang dipergunakan disesuaikan dengan kebutuhan
pompa.

2.2 JENIS-JENIS POMPA KHUSUS


2.2.1 Klasifikasi Pompa :
Pompa diklasifikasikan menjadi pompa positif displacement dan pompa non
Displacement

91
 POMPA CENTRIFUGAL
Bila kita pandang aliran zat cair melalui suatu penampang saluran, maka pada
penampang saluaran tersebut zat cair mempunyai tekanan statis p (dalam Kgf7m2),
kecepatan rata-rata v (dalam m/s) dan ketinggian Z (dalam meter) diukur dari bidang
referensi. Head zat cair tersebut dapat dinyatakan sebagai:

Gambar 1: Pompa Sentrifugal


Sularso dan Haruo Tahara. Pompa aan Kompresor . P. 1

a. Cara kerja pompa centrifugal adalah sebagai berikut:


Pompa Centrifiigal memihki sebuah impeler (baling-baling) untuk
mengangkat zat cair dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi. Daya
dari luar diberikan kepada poros pompa untuk memutar impeler di dalam zat cair, zat
cair yarig ada di dalam impeler oleh karena dorongan sudu-sudu akan ikut berputar.
Karena timbul gaya centrifugal maka zat cair mengalir dari tengah impeler keluar
melalui saluran di antara sudu-sudu.
Disini head tekanan zat caiir menjadi lebih tinggi. Deniikian pula head kecepatannya
bertambah besar karena zat cair mengalami percepatan. Zat cair yang keluar dari
impeler ditempung oleh saluran berbentuk volut (spiral) di keliling impeler dan
disalurkan ke luar pompa melalui nozel. Di dalam nozel ini sebagian head kecepatan

92
atiran diubah menjadi head tekanan. Jadi impeler pompa berfungsi untuk
memberikan kerja kepada zat cair sehingga energi yang dikanduingnya menjadi
bertambah besar. Dari uraian di atas jelas bahwa pompa centtifugal mengubah energj
mekanik dalam bentuk kerja poros menjadi energi fluida. Energi inilah yang
mengakibatkan pertambahan head tekanan, head kecepatan, dan head potensial pada
zat cair yang mengalir secara kontinyu.

 Pompa Peripheral
Merupakan tipe yang lebih jauh, yang harus juga disertakan, pompa
peripheral atau regeneratif yang menggunakan bentuk impeler khusus seperti roda
turbin dengan pisau bekerja pada saluran anular disekeliling batas luar dari roda.
Tindakan pemompaan dilakukan oleh serangkaian rangsangan yang diberikan
terhadap cairan oleh pisau yang berputar.
Pompa peripheral yang sebenarnya, memiliki saluran bersisi ganda dimana cairan
bersirkulasi, diletakkan sebagian pada bagian silindris dari casing dan sebagian lagi
pada sisi piringan.
Ruang pengisapan dipisahkan dari ruang pengantar dengan penghalang pada casing.
Pompa peripheral dapat memiliki kecepatan shaft setinggi 6.000 rev/min.
Tingkat Efisiensi dari pompa tipe ini relatif rendah45-50%. Keuntungan utama
pompa peripheral adalah kemampuannya untuk memperoleh head yang tinggi,
sampai 180 dan 200 meter per tingkat (stage), dan ukuran serta beratnya untuk
kondisi pengoperasian yang rapi dan padat (compact). Mereka kompetitif, dan kadang
kadang menggantikan, pompa sentrifugal multi-stage untuk tugas kepala yang berat dengan
pengantaran sampai 1.100 liters/min.

93
Gambar 2a. Pompa Peripheral Gambar2b. Beberapa tipe impeller

94
 Pompa Reciprocating Pompa reciprocating

Pompa dimana energi mekanik dari penggerak pompa diubah menjadi energi
aliran dari cairan yang dipompa dengan menggunakan elemen yang bergerak bolak-
balik di dalam silinder. Elemen yang bergerak bolak-balik itu dapat berupa piston
atau plunyer. Ketika volume silinder membesar akibat gerakan piston atau plunyer
maka tekanan dalam silinder akan turun dan relatif lebih kecil daripada tekanan pada
sisi isap, sehingga fluida pada sisi isap akan masuk ke dalam pompa. Sebaliknya
ketika volume silinder mengecil akibat gerakan piston atau plunyer maka tekanan
dalam silinder akan naik sehingga fluida akan tertekan keluar. Pompa reciprocating
mempunyai tekanan yang tinggi sehingga mampu melayani sistem dengan head yang
tinggi. Namun kapasitas pompa ini biasanya rendah. Tekanan yang dihasilkan tidak
tergantung pada kapasitas tetapi tergantung pada daya penggerak dan kekuatan
bahan. Pompa ini juga dapat bekerja pada pengisapan kering. Kekurangan pompa
reciprocating adalah alirannya tidak kontinu (berpulsa) dan tidak steady yang
disebabkan adanya gaya enersia akibat gerakan bolak-balik oleh piston atau plunyer.

 Pompa Rotari

Pompa rotari adalah pompa perpindahan positif dimana energi mekanis


ditansmisikan dari mesin penggerak ke cairan dengan menggunakan elemen yang
berputar (rotor) di dalam rumah pompa (casing). Pada waktu rotor berputar di dalam
rumah pompa, akan terbentuk kantong-kantong yang mula-mula volumenya besar
(pada sisi isap) kemudian volumenya berkurang (pada sisi tekan) sehingga fluida
akan tertekan keluar.

Beberapa pompa rotari yang banyak ditemukan antara lain : a. Pompa roda gigi luar,
rotornya berupa sepasang roda gigi yang berputar di dalam rumah pompa. Roda gigi
itu dapat berupa gigi heliks-tunggal, heliks-ganda atau gigi lurus. b. Pompa roda gigi
dalam, mempunyai rotor yang berupa roda gigi dalam yang berpasangan dengan roda
gigi luar yang bebas (idler). c. Pompa kam dan piston, disebut juga pompa plunyer
rotari, terdiri dari lengan eksentrik dan lengan bercelah pada bagian atasnya. d.

95
Pompa cuping (pompa lobe), mempunyai dua rotor atau lebih dengan dua, tiga,
empat cuping atau lebih pada masing-masing rotor. e. Pompa sekrup, mempunyai
satu, dua, tiga sekrup yang berputar dalam rumah pompa yang diam.

Pompa roda gigi luar

Pompa roda gigi dalam

Pompa rotari kam & piston

96
Pompa rotari dua cuping (lobe)

Pompa rotari tiga cuping

Gambar 1.7 Pompa sekrup tunggal

97
Pompa sekrup ganda

Pompa tiga sekrup

 Pompa vane,
Rotornya berupa elemen berputar yang dipasang eksentrik dengan rumah
pompa. Pada keliling rotor terdapat alur-alur yang diisi bilah-bilah sudu yang dapat
bergerak bebas. Ketika rotor diputar sudu-sudu bergerak dalam arah radial akibat
gaya sentrifugal, sehingga salah satu ujung sudu selalu kontak dengan permukaan
dalam rumah pompa membentuk sekat-sekat ruangan di dalam pompa.

Pompa vane

2.3 Pumping Test

Prinsip pumping test melibatkan aplikasi tekanan buatan pada akifer dengan
mengekstraksi air tanah dari sumur pompa dan mengukur respon dari tekanan buatan
tadi dengan memperhatikan tingkat penurunan muka air dalam fungsi waktu dan
kedalaman. Pengukuran tadi kemudian di korelasikan dengan persamaan aliran
sumur dan menghitung parameter hidrolik dari akifer.

98
Pumping test dilakukan untuk mengetahui:

- Berapa banyak air tanah dapat diekstraksi dari sumur berdasarkan


parameter waktu dan efisiensi sumur (debit pompa).
- Mengetahui hydraulic properties dari akifer.

- Efek spasi dari pumping test terhadap sumur (perbedaan ketinggian


kolom air).

- Mengetahui ketinggian ideal dari pompa pada sumur.

- Memberikan informasi kualitas air dan viabelnya dengan waktu


(pH,EC,TDS,Temperatur).

Data akifer yang dibutuhkan :

- Lokasi akifer
- Batas Akifer

- Hydraulic Properties

Observasi Lapangan :

- Debit pompa
- Kedalaman total

- Diameter sumur

- Tinggi dinding sumur diatas tanah

- Ketinggian muka air awal

- Waktu Pumping Test

- Waktu Recovery

99
2.4 Transmisivitas

Transmisivitas (T) adalah volume air yang mengalir melalui daerah penampang
sebuah akuifer yang adalah x 1 ft ketebalan akuifer (b), dalam gradien hidrolik dari 1
ft / 1 ft dalam jumlah waktu tertentu (biasanya sehari). Jika kita berpikir tentang
definisi kita tentang konduktivitas hidrolik, kita dapat menyimpulkan bahwa
transmisivitas (T) sebenarnya sama dengan konduktivitas hidrolik (K) kali ketebalan
akuifer (b). Atau dinotasikan sebagai T = Kb. Kami juga dapat menyimpulkan
transmisivitas yang dinyatakan sebagai ft2/day karena jika T = Kb, maka T = (ft /
hari.) (Ft / 1). Sulit untuk memahami perbedaan antara "T" dan "K" ketika pertama
kali diperkenalkan dengan Ketentuan Ini - ilustrasi di bawah ini mudah-mudahan
harus membawa semuanya bersama-sama.

2.5 Penyimpanan Koefisien

Pemahaman tentang "T" atau transmisivitas. "S" digunakan untuk mewakili koefisien
penyimpanan dari sebuah akifer yang adalah volume air yang dikeluarkan dari
akuifer per 1 luas permukaan kaki per 1 perubahan kaki di kepala. Perhatikan bahwa
kita tidak berbicara tentang air yang mengalir melalui suatu akifer, bukan kita
mengacu kemampuan akifer untuk menyimpan air. Secara matematis, koefisien
penyimpanan berdimensi sebagai persamaan di bawah ini :

Ukuran koefisien penyimpanan tergantung apakah akuifer yang terkekang atau


terbatas. Berkenaan dengan sebuah kasus aquifer tertekan, air berasal dari
penyimpanan adalah relatif terhadap: (1) ekspansi air sebagai akuifer adalah
depressurized (dipompa) dan, (2) kompresi dari akuifer. Dalam pengaturan kasus
aquifer tertekan, beban di atas akuifer sebuah didukung oleh kerangka batuan padat
dan tekanan hidrolik yang diberikan oleh air (riwayat tekanan hidrolik sebagai
mekanisme dukungan). Karena variabel-variabel, koefisien penyimpanan akuifer
paling terbatas berkisar 10-5 untuk 10-3 (0,00001-,001). Sebaliknya, dalam suasana

100
akuifer bebas, sumber utama air adalah dari drainase gravitasi dan perluasan air dan
pemadatan dari kerangka batu diabaikan. Dengan demikian, koefisien penyimpanan
untuk perkiraan nilai hasil tertentu dan berkisar dari 0,1 sampai 0,3.

2.6 Metoda Theis


Metoda ini dapat digunakan dengan asumsi – asumsi sebagai berikut :
a. Akuifer homogen, isotrofik, ketebalan merata, dan luas akuifer tak
terbatas.
b. Sebelum pemompaan, muka airtanah / piezometric surface adalah
horizontal.
c. Pemompaan dengan debit konstan.
d. Sumur sepenuhnya menembus akuifer, dan aliran dari akuifer ke sumur
adalah horizontal di semua tempat.
e. Diameter sumur adalah kecil sehingga storage dalam sumur dapat
diabaikan.
f. Sesaat dengan pengambilan air, terjadi penurunan head (drawdown).
g. Aliran yang masuk ke dalam sumur adalah unsteady state.
Berdasarkan persaman non equilibrium,Theis menjabarkan rumus praktis berikut
ini :

Keterangan :
s = h0-h = drawdown (M).
Q = debit pemompaan (M3/hari).
T = Transmissivity (M2/hari).
W(u) = well function


e u r2S
W(u) =  du; u 
u
u 4Tt

Keterangan :
S = storativity (M3/M/M2).
r = jarak dari titik observasi ke

101
pusat sumur yang dipompa (meter).
t = waktu pemompaan (hari).

Langkah-langkah perhitungannya adalah :


 Pada kertas logaritma plot harga-harga W(u) terhadap u (type curve).
 Pada ukuran kertas yang sama dibuat juga kurva h0-h terhadap r2/t.
 Kedua kurva yang diperoleh saling ditumpangtindihkan (superimposed)
satu sama lain dengan kedua sumbu-sumbunya tetap sejajar satu dengan
yang lainnya sehingga diperoleh suatu segmen yang berimpit antara
kedua kurva tersebut.
 Dari segmen ini dipilih titik yang paling match untuk menentukan
besarnya : h0-h, r2/t, W(u), dan u.
 Harga-harga S dan T dihitung sesuai dengan rumus Theis tersebut.

2.7 Metode COOPER-JACOB


Jacob mendapatkan kesimpulan bahwa u adalah kecil bila r kecil dan t besar,
maka sesudah dua suku pertama dari deretan suku-suku non equilibrium equation
dapat diabaikan, sehingga :
Q r2S
h0  h  (0,5772  ln )
4T 4Tt

Persamaan di atas ditulis kembali dalam logaritma desimal, sehingga


menjadi :
2.30Q 2.25Tt
h0  h  log
4T r2S
Dari persamaan ini didapat kesimpulan bahwa : bila h0-h diplot terhadap
logarima t, maka didapatkan kurva linier. Dengan memproyeksikan untuk h0-h atau
s = 0, dimana t = t0, maka :
2.30Q 2.25Tt0
0 log
4T r2S

2.25Tt0 2.25Tt0
sehingga diperoleh : 2
 1 atau S 
rS r2

102
Harga T didapat dengan mencatat nilai bilamana t/t0 =10, dimana log t/t0 = 1;
sehingga dengan mengganti h0-h atau s dengan s,dimana s adalah perbedaan
drawdown per log cycle t, maka :
2.30Q
T
4πs
Keterangan :
T = transmisiviti
Q = debit pemompaan
ΔS = drawdown dalam satu siklus log

Setelah didapatkan harga T, kemudian hitung harga K dengan persamaan


sebagai berikut:
T
K
B
Keterangan :
K = permeabilitas
T = Transmisivitas
B = Tebal akifer

Dari uraian di atas, telah diketahui bahwa harga-harga permeability (k),


transmissivity (T), dan storativity (S) dapat dihitung dengan menggunakan data
pumping tests. Parameter lain yang dapat diketahui melalui pumping tests adalah
specific capacity, Sc. Specific capacity didefinisikan sebagai perbandingan antara
debit discharge (Q) dengan drawdown (s) pada suatu sumur yang dipompa. Harga
specific capcity ini menunjukkan produktivitas sumur.
Untuk menghitung harga specific capacity, digunakan persamaan berikut :
Q
Sc 
Sw
Keterangan :
Sc = specific capacity (M3/hari/Mdd).
Q = debit pemompaan (M3/hari).
Sw = drawdown (M).

103
BAB III
PERHITUNGAN

 Uji Pemompaan
Koefisien transmissivitas dan cadangan air merupakan parameter-parameter
yang digunakan untuk mengetahui tentang karakteristik akuifer pada daerah
penelitian. Koefisien transmissivitas (T) suatu akuifer menurut Driscoll (1986)
merupakan debit air yang mengalir melalui potongan vertikal akuifer berukuran
lebar 1 m dan memanjang mengikuti tebal b formasi jenuh air secara penuh di bawah
gradien hidrolika 1 (100%). Gambar di bawah mengilustrasikan konsep
konduktivitas hidrolik dan transmissivitas.

Gambar 3.1
Ilustrasi koefisien konduktivitas hidrolik dan koefisien transmissivitas. Konduktivitas hidrolik
dikalikan dengan ketebalan akuifer menghasilkan koefisien transmissivitas (Driscoll, 1986).

Koefisien transmissivitas menunjukkan seberapa besar jumlah air yang akan


mengalir melalui formasi, sedangkan koefisien cadangan air menunjukkan seberapa

104
besar jumlah air yang dapat diambil melalui pemompaan. Uji pemompaan yang
dilaksanakan pada daerah penelitian dilakukan pada sumur WB 02 dan WB 09.
Kedua sumur dipompa masing-masing selama 60 jam dan 48 jam secara menerus
dan individual. Setelah uji pemompaan, maka pompa dimatikan dan dilakukan
pengukuran kambuhnya muka airtanah. Berikut penjelasan masing-masing
pengukuran pada kedua sumur tersebut.
 Sumur WB 02
Sumur WB 02 dilakukan uji pemompaan pada 14 Juli 2012 dengan
kedalaman pemasangan pompa di 119 m dibawah muka tanah dan debit pemompaan
tetap 5.00 l/s (18 m3/jam atau 432 m3/hari). Pengukuran debit pemompaan
menggunakan alat flow meter. Pengukuran dilakukan pada sumur WB 02, yaitu
berjarak 20 meter dari sumur monitor MB 02. Muka airtanah mula-mula (static
water level) adalah 18.60 m dibawah muka tanah. Pengukuran data uji pemompaan
dibedakan menjadi Uji Pemompaan Menerus Debit Tetap selama 60 jam (Long
Period Constant Rate Pumping Test) dan Uji Kambuh selama 16 jam (Recovery
Test). Penjelasan masing-masing hasil uji sebagai berikut.
 Uji Pemompaan Menerus Debit Tetap
Berdasarkan hasil pengukuran muka airtanah pada uji menerus debit tetap
selama 60 jam diperoleh pumping water level 49.55 m atau penurunan muka airtanah
(drawdown) sebesar 30.95 m. Selama pemompaan berlangsung diambil sampel
airtanahnya setiap interval 8 jam sesuai pumping test data sheet. Data pengukuran
penurunan muka airtanah pada pumping test data sheet kemudian diplot ke dalam
kertas semilog. Kertas semilog adalah kertas yang didesain dimana skala pertama
berupa skala aritmatik sedangkan skala yang lain berupa skala logaritma. Oleh
karena itu, hubungan garis lurus (straight-line) dapat ditunjukkan antara kedua
variabel yang memiliki hubungan perubahan waktu.

105
Gambar 3.2
Grafik Uji Pemompaan Menerus Debit Tetap selama 60 Jam pada Sumur WB 02.

88
Gambar 3.3
Grafik Uji Pemompaan Menerus Debit Tetap selama 60 Jam pada Sumur MB 02.

89
Dari grafik tersebut diperoleh nilai Δs 4,69 m dan t o 1 menit (6.944x10-4 hari)
serta prediksi penurunan muka airtanah apabila pemompaan menerus dan akuifer
dianggap konstan hingga 4000 menit yaitu sebesar 31 m atau pumping water level
49,85 m. Grafik drawdown-waktu menyediakan prediksi drawdown yang akan
diperoleh apabila pemompaan debit tetap dilakukan secara menerus pada waktu
tertentu. Perpanjangan garis lurus dalam grafik di atas hingga memotong nilai
drawdown 31 m merupakan indikasi drawdown yang akan diperoleh di sumur WB 02
setelah 4000 menit pemompaan debit tetap 18 m3/jam secara menerus.
Begitupula drawdown selanjutnya setelah 40000 menit pemompaan dapat
diprediksi dengan cara nilai Δs ditambah dengan drawdown pada menit ke-4000.
Perlu dicatat bahwa 40000 menit adalah 10 dikalikan 4000 atau satu siklus logaritma
di atas 4000 menit. Dengan demikian, setelah 28 hari pemompaan debit tetap 18
m3/jam secara menerus, drawdown pada sumur WB 02 akan menjadi 31,00 + 4,69 =
35,69 m
Dari nilai Δs dan to dapat dihitung nilai koefisien transmissivitas (T) menggunakan
persamaan 2.1. dan koefisien daya simpan airtanah (S) menggunakan persamaan 2.2.

T= = = = 16,856 m2/day

S= = = 6,58 x 10-5

K= = = 0.283 m/day

90
Untuk nilai koefisien transmissivitas (T) dan koefisien daya simpan airtanah
(S) pada sumur MB 02 menggunakan persamaan 2.1. dan 2.2. sebagai berikut. Nilai
konduktivitas hidrolik (K) didekati dengan menggunakan referensi dari berbagai
macam batuan (Biro Reklamasi USA, 1977 dalam Todd, 1980) dan tergolong ke
dalam kategori menengah, yaitu berupa batupasir bersih.

T= = = = 11,746 m2/day

S= = = 8,59 x 10-4

Berdasarkan hasil perhitungan pada WB 02 dan MB 02 di atas diperoleh nilai


koefisien daya simpan airtanah (S) 0,005 > 6,58x10-5 > 5x10-5 dan nilai koefisien
daya simpan airtanah (S) 0,005 > 8,59x10-4 > 5x10-5 maka termasuk jenis akuifer
tertekan (Driscoll, 1986). Nilai konduktivitas hidrolik (K) didekati dengan
menggunakan referensi dari berbagai macam batuan (Biro Reklamasi USA, 1977
dalam Todd, 1980) dan tergolong ke dalam kategori menengah, yaitu berupa
batupasir bersih.
 Uji Kambuh
Uji kambuh dimulai tepat ketika uji pemompaan menerus debit tetap berhenti
atau ketika pompa dimatikan. Pengukurannya dilakukan selama 16 jam. Uji kambuh
dimulai pada posisi pumping water level 49,55 m dan berakhir pada level muka
airtanah 25,20 m. Muka airtanah kambuh atau kenaikan muka airtanah (residual
drawdown) sebesar 24,35 m. Data pengukuran kambuhnya muka airtanah kemudian
dianalisis dalam bentuk grafik seperti di bawah. Sumbu horizontal merupakan rasio
t/t’ sedangkan sumbu vertikal merupakan residual drawdown s’. Untuk memperoleh

91
nilai t’o dilakukan melalui penarikan garis penerusan ke arah atas hingga memotong
drawdown ke-0. Nilai tersebut kemudian dimasukkan ke dalam persamaan Theis
untuk menentukan harga koefisien daya simpan airtanah (S).

Gambar 3.4
Grafik Uji Kambuh selama 16 Jam pada Sumur WB 02.

92
Gambar 3.5
Grafik Uji Kambuh selama 16 Jam pada Sumur MB 02.

93
Dari grafik tersebut diperoleh nilai Δs’ 5,38 m dan t’ o 1 menit (6.944x10-4
hari). Dari nilai Δs’ dan t’o tersebut dapat dihitung nilai koefisien transmissivitas (T)
menggunakan persamaan 2.1. dan koefisien daya simpan airtanah (S) menggunakan
persamaan 2.2.

T= = = = 14,694 m2/day

S= = = 5,70x10-5

Untuk nilai koefisien transmissivitas (T) dan koefisien daya simpan airtanah (S) pada
sumur MB 02 menggunakan persamaan 2.1. dan 2.2. sebagai berikut.

T= = = = 10,814 m2/day

S= = = 1,82 x 10-4

Berdasarkan hasil perhitungan pada WB 02 dan MB 02 di atas diperoleh nilai


koefisien daya simpan airtanah (S) 0,005 > 5,70x10-5 > 5x10-5 dan nilai koefisien
daya simpan airtanah (S) 0,005 > 1,82x10-4 > 5x10-5 maka termasuk jenis akuifer
tertekan (Driscoll, 1986). Nilai konduktivitas hidrolik (K) didekati dengan
menggunakan referensi dari berbagai macam batuan (Biro Reklamasi USA, 1977

94
dalam Todd, 1980) dan tergolong ke dalam kategori menengah, yaitu berupa
batupasir bersih.

 Sumur WB 09
Sumur WB 09 dilakukan uji pemompaan pada 13 Januari 2012 dengan
kedalaman pemasangan pompa di 75.75 meter dibawah top casing dan debit
pemompaan tetap 488 m3/hari. Pengukuran debit pemompaan menggunakan alat flow
meter. Pengukuran dilakukan pada sumur WB 09, yaitu berjarak 8 meter dari sumur
monitor MB 09. Muka airtanah mula-mula adalah 7.71 m dibawah muka tanah.
 Uji Pemompaan Menerus Debit Tetap
Berdasarkan hasil pengukuran muka airtanah pada uji menerus debit tetap diperoleh
pumping water level 24,80 m atau penurunan muka airtanah sebesar 17,09 m. Selama
pemompaan berlangsung diambil conto airtanah setiap interval 8 jam sesuai pumping
test data sheet. Data pengukuran penurunan muka airtanah pada pumping test data
sheet kemudian diplot ke dalam kertas semilog sama halnya seperti pada Sumur WB
02. Dari grafik diperoleh nilai Δsrata-rata 4,36 m dan to 1 menit (6.944x10-4 hari) serta
prediksi penurunan muka airtanah apabila pemompaan menerus dan akuifer dianggap
konstan hingga 3000 menit, yaitu sebesar 17,60 m atau pumping water level 24,95 m.
Prediksi apabila pemompaan dilakukan menerus dengan debit tetap selama 30000
menit (21 hari), maka drawdown adalah 17,60 + 4,36 = 21,96 m.

95
Gambar 3.6
Grafik Uji Pemompaan Menerus Debit Tetap selama 48 Jam pada Sumur WB 09.

96
Gambar 3.7

Grafik Uji Pemompaan Menerus Debit Tetap selama 48 Jam pada Sumur MB 09.

97
Dari nilai Δs dan to dapat dihitung nilai koefisien transmissivitas (T) menggunakan
persamaan 2.1. dan koefisien daya simpan airtanah (S) menggunakan persamaan 2.2.

T= = = = 20,483 m2/day

S= = = 4,96 x 10-4

K= = = 0.829 m/day

Untuk nilai koefisien transmissivitas (T) dan koefisien daya simpan airtanah (S) pada
sumur MB 09 menggunakan persamaan 2.1. dan 2.2. sebagai berikut.

T= = = = 16,537 m2/day

S= = = 5,81 x 10-4

Berdasarkan hasil perhitungan pada WB 09 dan MB 09 di atas diperoleh nilai


koefisien daya simpan airtanah (S) 0,005 > 4,96x10-4 > 5x10-5 dan nilai koefisien
daya simpan airtanah (S) 0,005 > 5,81x10-4 > 5x10-5 maka termasuk jenis akuifer
tertekan (Driscoll, 1986). Nilai konduktivitas hidrolik (K) didekati dengan

98
menggunakan referensi dari berbagai macam batuan (Biro Reklamasi USA, 1977
dalam Todd, 1980) dan tergolong ke dalam kategori menengah, yaitu berupa
batupasir bersih.

 Uji Kambuh
Uji kambuh dimulai tepat ketika uji pemompaan menerus debit tetap berhenti
atau ketika pompa dimatikan. Pengukurannya dilakukan selama 6 jam. Uji kambuh
dimulai pada posisi pumping water level 24,80 m dan berakhir pada level muka
airtanah 11,32 m. Muka airtanah kambuh atau kenaikan muka airtanah (residual
drawdown) sebesar 13,48 m. Data pengukuran kambuhnya muka airtanah kemudian
dianalisis dalam bentuk grafik seperti di bawah.

99
Gambar 5.27.
Grafik Uji Kambuh selama 6 Jam pada Sumur WB 09.

Gambar 5.28.

Grafik Uji Kambuh selama 6 Jam pada Sumur MB 09.

Dari grafik tersebut diperoleh nilai Δs’ 3,5 m dan t’ o 5 menit (0,006 hari). Dari
nilai Δs’ dan t’o tersebut dapat dihitung nilai koefisien transmissivitas (T)
menggunakan persamaan 2.1. dan koefisien daya simpan airtanah (S) menggunakan
persamaan 2.2.

100
T= = = = 25,515 m2/day

S= = = 5,38x10-4

Untuk nilai koefisien transmissivitas (T) dan koefisien daya simpan airtanah (S) pada
sumur MB 02 menggunakan persamaan 2.1. dan 2.2. sebagai berikut.

T= = = = 25,015 m2/day

S= = = 5,27x 10-4

Berdasarkan hasil perhitungan pada WB 09 dan MB 09 di atas diperoleh nilai


daya simpan airtanah (S) 5,38x10-4 dan nilai koefisien daya simpan airtanah (S)
5,27x10-4 maka termasuk jenis akuifer tertekan (Driscoll, 1986). Nilai konduktivitas
hidrolik (K) didekati dengan menggunakan referensi dari berbagai macam batuan
(Biro Reklamasi USA, 1977 dalam Todd, 1980) dan tergolong ke dalam kategori
menengah, yaitu berupa batupasir bersih.

 Hasil Analisis Uji Pemompaan

101
Tabel 5.19. Hasil Anasilis Uji Pemompaan Menerus Debit Tetap dan Uji Kambuh.

Koefisien Daya Simpan Airtanah Transmissivitas (m2/hari)


Elevasi K
Sumur
(mdpl) (m/hari) Uji Menerus Theis Recovery Uji Menerus Uji Kambuh

WB 02 37 0.283 6,5 x 10-5 5,7 x 10-5 16,856 14,694

MB 02 36 - 8,59 x 10-4 1,827 x 10-4 11,746 10,814

WB 09 50 0.829 4,96 x 10-4 5,38 x 10-4 20,483 25,515

MB 09 50 - 5,81 x 10-4 5,27 x 10-4 16,537 25,015

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai transmisivitas pada


daerah penelitian antara 10.814 m2/hari sampai 25,515 m2/hari, nilai koefisien daya
simpan airtanah antara 6,58x10-5 sampai 5,81x10-4 dan nilai Konduktivitas Hidrolik
(K) antara 0.283 m/hari sampai 0.829 m/hari. Dengan demikian, nilai transmisivitas
berbanding terbalik dengan strorativitas. Semakin besar suatu nilai transmisivitasnya,
maka nilai storativitasnya semakin kecil, begitu juga sebaliknya.
Apabila kita intepretasikan dari nilai storativitasnya, maka dapat dikatakan
bahwa akuifer pada daerah penelitian termasuk dalam akuifer tertekan, sebab nilai
storativitasnya berkisar antara 5.10-5 – 0.005. Sedangkan nilai transmisivitas erat
kaitannya dengan banyaknya air yang dapat mengalir pada suatu akuifer.

102

Anda mungkin juga menyukai