Anda di halaman 1dari 20

PUMPING TEST

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem Penyaliran Tambang Pada
Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung

Disusun Oleh:
Kelompok 4
- Raden David M.P.P.
- Ichlas Teja Kesumah
- Asfim Tatak Wary
- Devi Anastasya Putri
- Rifki Verdian Rinaldi
- Saeful

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1438 H / 2017 M
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Penyaliran atau drainage berhubungan dengan pengontrolan air tanah dan air
permukaan bumi yang biasanya mengganggu aktivitas tambang, baik tambang terbuka,
tambang bawah tanah, maupun batubara. Ketika pengontrolan air tanah menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dengan aktivitas penggalian bijih atau batubara, maka faktor-
faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain sistem pengontrolan (sump, sumur dalam
atau sumur pompa), curah hujan rata-rata, debit air minimum sampai maksimum, kualitas
air dan biaya.
Namun air dalam jumlah tertentu diperlukan untuk aktivitas-aktivitas yang lain,
diantaranya : mengurangi konsentrasi debu di jalan tambang ataucrushing plant, sebagai
media pemisahan dan pencucian dalam pengolahan bahan galian, keperluan sehari-hari di
perkantoran, perumahan dan workshop, dan sebagainya. Melihat cakupan masalah dan
manfaat air tanah cukup luas ditambah kemajuan teknologi investigasi air tanah saat ini
cukup memadai, maka manajemen air harus diperhitungkan di dalam perencanaan
penambangan.

1.1 Maksud dan Tujuan


1.1.1 Maksud
Mempelajari serta memahami tentang uji pemompaan (pumping test), sehingga
bisa mengaplikasikannya dalam merencanakan suatu tambang.
1.1.2 Tujuan
 Mengetahui apa itu uji pemompaan.
 Mengetahui metode yang digunakan dalam uji pemompaan.
 Mengetahui hasil dari pumping test

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pumping test
Pumping test merupakan metode pengukuran debit air yang beride dari
pengamatan kontinuitas sumber air dan ketersedian air dari sumber itu sendiri. Hal yang
menjadi inti dari pumping test ini adalah perbandingan antara penurunan muka air pada
saat pumping terhadap kenaikan muka air pada saat recovery dalam tenggang waktu
yang sama.

Sumber: https://rendrawahyudityo.files.wordpress.com

Tes akuifer (atau tes pemompaan) dilakukan untuk mengevaluasi akuifer dengan
"merangsang" akuifer melalui konstan memompa , dan mengamati "respons" akuifer itu
( penarikan ) dalam pengamatan sumur . Pengujian akuifer adalah alat umum yang
hydrogeologists gunakan untuk mengkarakterisasi sistem akuifer, aquitards dan batas-
batas sistem aliran.
Tes akuifer biasanya ditafsirkan dengan menggunakan model analisis aliran
akuifer (yang paling mendasar menjadi solusi Theis) untuk mencocokkan data yang
diamati di dunia nyata, maka dengan asumsi bahwa parameter dari model ideal berlaku
untuk akuifer dunia nyata. Dalam kasus yang lebih kompleks, model numerik dapat
digunakan untuk menganalisis hasil tes akuifer, tetapi menambahkan kompleksitas tidak
menjamin hasil yang lebih baik.
Beberapa kemungkinan dari keadaan pengukuran debit dengan pumping test
antara lain:
a. Jika perbandingan dari dua keadaan ini (laju penurunan muka air pada saat
pumping terhadap laju kenaikan muka air ketika recovery) adalah 1 maka debit
sumber = debit air yang dikeluarkan pompa(output pompa).
b. Jika laju penurunan muka air pada saat pumping lebih besar terhadap laju
kenaikan muka air ketika recovery, berarti debit sumber lebih kecil daripada debit
pompa(output).
c. Jika laju penurunan muka air pada saat pumping lebih kecil terhadap laju
kenaikan muka air ketika recovery, berarti debit sumber lebih besar daripada
debit pompa(output).
d. Untuk mendapatkan nilai debit sesungguhnya dari sumber dapat diketahui dengan
mengalikan luas area sumber dengan tinggi kenaikan muka air air rata-rata pada
saat recovery.
2.2 Prinsip
Prinsip pumping test melibatkan aplikasi tekanan buatan pada akifer dengan
mengekstraksi air tanah dari sumur pompa dan mengukur respon dari tekanan buatan tadi
dengan memperhatikan tingkat penurunan muka air dalam fungsi waktu dan kedalaman.
Pengukuran tadi kemudian di korelasikan dengan persamaan aliran sumur dan
menghitung parameter hidrolik dari akifer.
Pumping test dilakukan untuk mengetahui:
a. Berapa banyak air tanah dapat diekstraksi dari sumur berdasarkan parameter
waktu dan efisiensi sumur (debit pompa).
b. Mengetahui hydraulic properties dari akifer.
c. Efek spasi dari pumping test terhadap sumur (perbedaan ketinggian kolom air).
d. Mengetahui ketinggian ideal dari pompa pada sumur.
e. Memberikan informasi kualitas air dan viabelnya dengan waktu
(pH,EC,TDS,Temperatur).
Data akifer yang dibutuhkan :
a. Lokasi akifer
b. Batas Akifer
c. Hydraulic Properties
Observasi Lapangan :
a. Debit pompa
b. Kedalaman total
c. Diameter sumur
d. Tinggi dinding sumur diatas tanah
e. Ketinggian muka air awal
f. Waktu Pumping test
g. Waktu Recovery
2.3 Cara Pengukuran
Secara sederhana langkah-langah pumping test antara lain:
a. Sediakan pompa air dengan spesifikasi output yang telah diketahui.
b. Sediakan pula komponen pendukung pompa seperti selang ,filter,karet,bahan
bakar,atau air untuk pancingan/starter pompa.
c. Sediakan instrumen pengukuran kenaikan dan penurunan muka air bisa berupa
tongkat yang dipasang meteran atau instrument lainya sesuai kebutuhan/jenis
medan,sebelumya catat tinggi muka air di keadaan awal.
d. Sediakan lembar pencatatan dan stopwatch/alat ukur waktu.
e. Lakukan kegiatan pemompaan,aturlah debit output pompa dan ukur debit output
pompa(bisa dengan menggunakan suatu wadah air yang diukur seberapa cepat air
mengisi volume wadah tersebut) .
f. Lakukan pencatatan penurunan muka air sumber tiap 10 menit dan lakukan
kegiatan pemompaan dalam kurun waktu 2-3 jam,waktu sebenarnya disesuaikan
dengan keadaan sumber itu sendiri.
g. Matikan pompa dan hentikan kegiatan pemompaan.
h. Lakukan pencatatan penurunan muka air sumber tiap 10 menit (masa
recovery),atau hingga muka air mencapai kondisi airnya
i. Bandingkanlah hasil perubahan muka air pada saat pemompaan terhadap keadaan
di waktu recovery.
j. Analisa hasil tersebut.
2.4 Metode Analisis
Persamaan Theis diciptakan oleh Charles Vernon Theis (bekerja untuk US
Geological Survey ) tahun 1935, dari perpindahan panas literatur (dengan bantuan
matematika CI Lubin), untuk aliran dua-dimensi radial untuk sumber titik dalam tak
terbatas , homogen akuifer . Ini hanyalah

di mana s merupakan penarikan (perubahan di kepala hidrolik di titik sejak awal


pengujian), u adalah parameter waktu berdimensi, Q adalah debit (pemompaan) laju baik
(volume dibagi waktu, atau m³ / s) , T dan S adalah keterusan dan storativity akifer di
sekitar sumur (m² / s dan unitless), r adalah jarak dari pemompaan sumur ke titik di mana
penarikan itu diamati (m atau ft), t adalah waktu sejak mulai memompa (menit atau
detik), dan W (u) adalah "fungsi Yah" (disebut integral eksponensial , E 1, non-
hidrogeologi sastra).
Pada umumnya persamaan ini digunakan untuk mencari T rata-rata dan nilai S
dekat memompa dengan baik , dari (hidrologi) penarikan data yang dikumpulkan selama
tes akuifer. Ini adalah bentuk sederhana dari pemodelan invers, karena hasil (s) diukur
dalam sumur, r, t, dan Q diamati, dan nilai-nilai T dan S yang terbaik mereproduksi data
yang diukur dimasukkan ke dalam persamaan sampai terbaik sesuai antara data yang
diamati dan solusi analitik ditemukan. Selama tidak ada penyederhanaan tambahan yang
memerlukan solusi Theis (selain yang dibutuhkan oleh persamaan aliran air tanah) yang
dilanggar, solusinya harus sangat baik.
Asumsi-asumsi yang dibutuhkan oleh solusi Theis adalah:
a. Homogen, isotropik, terbatas akuifer ,
b. Baik sepenuhnya menembus (terbuka untuk seluruh ketebalan (b) akuifer),
c. Juga memiliki jari-jari nol (itu diperkirakan sebagai garis vertikal) - karena tidak
ada air dapat disimpan di dalam sumur, dan memompa baik adalah 100% efisien,
juga memiliki tingkat memompa konstan Q.
d. Akuifer tak terbatas luasnya radial
e. Horisontal (tidak miring), datar, kedap batas (non-bocor) atas dan bawah akuifer
f. Aliran air tanah adalah horisontal tidak lain sumur atau perubahan jangka panjang
dalam tingkat air regional (semua perubahan di permukaan potensiometri adalah
hasil dari pemompaan baik sendirian)

Keterangan :
S = h0-h = drawdown (M).
Q= debit pemompaan (M3/hari).
T = Transmissivity (M2/hari).
W(u) = well function

e u r2S
u u du; u  4Tt
W (u) =

Keterangan :
S = storativity (M3/M/M2).
R = jarak dari titik observasi ke pusat sumur yang dipompa (meter).
T = waktu pemompaan (hari).
Meskipun asumsi ini jarang semua bertemu, tergantung pada sejauh mana mereka
dilanggar (misalnya, jika batas-batas akuifer baik di luar bagian dari akuifer yang akan
diuji dengan uji pemompaan) solusi mungkin masih berguna.
2.5 Keuntungan dan Kerugian Pumping test
a. Bersifat mengekstraksi air keluar dari akuifer daripada slug test (tidak dilakukan
dalam praktek ini sehubungan keterbatasan sarana sumur bor).
b. Sangat baik untuk mengidentifikasi karakter akuifer yang berdekatan.
c. Mengukur karakter dalam skala besar keheterogenan dan anisotropi.
d. Lebih realistik tentang respon akuifer terhadap pemompaan.
e. Memerlukan waktu yang panjang, pompa, dan sumur pengamatan.
f. Sedikit kurang baik untuk lapisan akuitard.
BAB IV
PERHITUNGAN

Koefisien transmissivitas dan cadangan air merupakan parameter-


parameter yang digunakan untuk mengetahui tentang karakteristik akuifer
pada daerah penelitian. Koefisien transmissivitas (T) suatu akuifer menurut
Driscoll (1986) merupakan debit air yang mengalir melalui potongan vertikal
akuifer berukuran lebar 1 m dan memanjang mengikuti tebal b formasi jenuh
air secara penuh di bawah gradien hidrolika 1 (100%). Gambar di bawah
mengilustrasikan konsep konduktivitas hidrolik dan transmissivitas.

Gambar 3.1
Ilustrasi koefisien konduktivitas hidrolik dan koefisien transmissivitas. Konduktivitas hidrolik
dikalikan dengan ketebalan akuifer menghasilkan koefisien transmissivitas (Driscoll, 1986).

Koefisien transmissivitas menunjukkan seberapa besar jumlah air


yang akan mengalir melalui formasi, sedangkan koefisien cadangan air
menunjukkan seberapa besar jumlah air yang dapat diambil melalui
pemompaan. Uji pemompaan yang dilaksanakan pada daerah penelitian
dilakukan pada sumur WB 02 dan WB 09. Kedua sumur dipompa masing-
masing selama 60 jam dan 48 jam secara menerus dan individual. Setelah uji
pemompaan, maka pompa dimatikan dan dilakukan pengukuran kambuhnya
muka airtanah. Berikut penjelasan masing-masing pengukuran pada kedua
sumur tersebut.
 Sumur WB 02
Sumur WB 02 dilakukan uji pemompaan pada 14 Juli 2012 dengan
kedalaman pemasangan pompa di 119 m dibawah muka tanah dan debit
pemompaan tetap 5.00 l/s (18 m3/jam atau 432 m3/hari). Pengukuran debit
pemompaan menggunakan alat flow meter. Pengukuran dilakukan pada
sumur WB 02, yaitu berjarak 20 meter dari sumur monitor MB 02. Muka
airtanah mula-mula (static water level) adalah 18.60 m dibawah muka tanah.
Pengukuran data uji pemompaan dibedakan menjadi Uji Pemompaan
Menerus Debit Tetap selama 60 jam (Long Period Constant Rate Pumping
test) dan Uji Kambuh selama 16 jam (Recovery Test). Penjelasan masing-
masing hasil uji sebagai berikut.
 Uji Pemompaan Menerus Debit Tetap
Berdasarkan hasil pengukuran muka airtanah pada uji menerus debit
tetap selama 60 jam diperoleh pumping water level 49.55 m atau penurunan
muka airtanah (drawdown) sebesar 30.95 m. Selama pemompaan
berlangsung diambil sampel airtanahnya setiap interval 8 jam sesuai pumping
test data sheet. Data pengukuran penurunan muka airtanah pada pumping test
data sheet kemudian diplot ke dalam kertas semilog. Kertas semilog adalah
kertas yang didesain dimana skala pertama berupa skala aritmatik sedangkan
skala yang lain berupa skala logaritma. Oleh karena itu, hubungan garis lurus
(straight-line) dapat ditunjukkan antara kedua variabel yang memiliki
hubungan perubahan waktu.
Gambar 3.2
Grafik Uji Pemompaan Menerus Debit Tetap selama 60 Jam pada Sumur WB 02.

Gambar 3.3
Grafik Uji Pemompaan Menerus Debit Tetap selama 60 Jam pada Sumur MB 02.
Dari grafik tersebut diperoleh nilai Δs 4,69 m dan t o 1 menit (6.944x10-4
hari) serta prediksi penurunan muka airtanah apabila pemompaan menerus dan
akuifer dianggap konstan hingga 4.000 menit yaitu sebesar 31 m atau pumping
water level 49,85 m. Grafik drawdown-waktu menyediakan prediksi drawdown
yang akan diperoleh apabila pemompaan debit tetap dilakukan secara menerus
pada waktu tertentu. Perpanjangan garis lurus dalam grafik di atas hingga
memotong nilai drawdown 31 m merupakan indikasi drawdown yang akan
diperoleh di sumur WB 02 setelah 4.000 menit pemompaan debit tetap 18 m3/jam
secara menerus.
Begitupula drawdown selanjutnya setelah 40.000 menit pemompaan dapat
diprediksi dengan cara nilai Δs ditambah dengan drawdown pada menit ke-4.000.
Perlu dicatat bahwa 40.000 menit adalah 10 dikalikan 4.000 atau satu siklus
logaritma di atas 4000 menit. Dengan demikian, setelah 28 hari pemompaan debit
tetap 18 m3/jam secara menerus, drawdown pada sumur WB 02 akan menjadi
31,00 + 4,69 = 35,69 m
Dari nilai Δs dan to dapat dihitung nilai koefisien transmissivitas (T) dan
koefisien daya simpan airtanah (S) dengan menggunakan rumus:

2.3 Q 0.183Q 0.183 x 432 m3 /day


T= 4 π Δs = Δs = 4.69 m
= 16,856

m2/day

2.25 T t o 2.25 x 16.856 x 0.00069


S= 2 = 20 x 20
= 6,58 x 10-5
r

105.408 Q 105.408 x 5
K= Sw b
= 30.95 x 60
= 0.283 m/day

Nilai konduktivitas hidrolik (K) dihitung menggunakan pendekatan


berdasarkan referensi dari berbagai macam batuan (Biro Reklamasi USA, 1977
dalam Todd, 1980) dan tergolong ke dalam kategori menengah, yaitu berupa
batupasir bersih.

2.3 Q 0.183Q 0.183 x 432 m3 /day


T= 4 π Δs = Δs = 6.73 m
= 11,746

m2/day

2.25 T t o 2.25 x 11.746 x 0.013


S= 2 = 20 x 20
= 8,59 x 10-4
r

Berdasarkan hasil perhitungan pada WB 02 dan MB 02 di atas diperoleh


nilai koefisien daya simpan airtanah (S) 0,005 > 6,58x10-5 > 5x10-5 dan nilai
koefisien daya simpan airtanah (S) 0,005 > 8,59x10-4 > 5x10-5 maka termasuk
jenis akuifer tertekan (Driscoll, 1986). Nilai konduktivitas hidrolik (K) didekati
dengan menggunakan referensi dari berbagai macam batuan (Biro Reklamasi
USA, 1977 dalam Todd, 1980) dan tergolong ke dalam kategori menengah, yaitu
berupa batupasir bersih.
 Uji Kambuh
Uji kambuh dimulai tepat ketika uji pemompaan menerus debit tetap
berhenti atau ketika pompa dimatikan. Pengukurannya dilakukan selama 16 jam.
Uji kambuh dimulai pada posisi pumping water level 49,55 m dan berakhir pada
level muka airtanah 25,20 m. Muka airtanah kambuh atau kenaikan muka airtanah
(residual drawdown) sebesar 24,35 m. Data pengukuran kambuhnya muka
airtanah kemudian dianalisis dalam bentuk grafik seperti di bawah. Sumbu
horizontal merupakan rasio t/t’ sedangkan sumbu vertikal merupakan residual
drawdown s’. Untuk memperoleh nilai t’o dilakukan melalui penarikan garis
penerusan ke arah atas hingga memotong drawdown ke-0. Nilai tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam persamaan Theis untuk menentukan harga
koefisien daya simpan airtanah (S).

Gambar 3.4
Grafik Uji Kambuh selama 16 Jam pada Sumur WB 02.

Gambar 3.5
Grafik Uji Kambuh selama 16 Jam pada Sumur MB 02.
Dari grafik tersebut diperoleh nilai Δs’ 5,38 m dan t’ o 1 menit (6.944x10-4
hari). Dari nilai Δs’ dan t’o tersebut dapat dihitung nilai koefisien transmissivitas
(T) menggunakan persamaan 2.1. dan koefisien daya simpan airtanah (S)
menggunakan persamaan 2.2.

2.3 Q 0.183Q 0.183 x 432 m3 /day


T= 4 π Δs = Δs = 5.38 m
= 14,694

m2/day

2.25 T t o 2.25 x 14.694 x 0.00069


S= 2 = 20 x 20
= 5,70x10-5
r

Untuk nilai koefisien transmissivitas (T) dan koefisien daya simpan airtanah (S)
pada sumur MB 02 menggunakan persamaan 2.1. dan 2.2. sebagai berikut.

2.3 Q 0.183Q 0.183 x 432 m3 /day


T= 4 π Δs = Δs = = 10,814
7.31m
m2/day

2.25 T t o 2.25 x 10.814 x 0.003


S= 2 = 20 x 20
= 1,82 x 10-4
r

Berdasarkan hasil perhitungan pada WB 02 dan MB 02 di atas diperoleh


nilai koefisien daya simpan airtanah (S) 0,005 > 5,70x10-5 > 5x10-5 dan nilai
koefisien daya simpan airtanah (S) 0,005 > 1,82x10-4 > 5x10-5 maka termasuk
jenis akuifer tertekan (Driscoll, 1986). Nilai konduktivitas hidrolik (K) didekati
dengan menggunakan referensi dari berbagai macam batuan (Biro Reklamasi
USA, 1977 dalam Todd, 1980) dan tergolong ke dalam kategori menengah, yaitu
berupa batupasir bersih.
 Sumur WB 09
Sumur WB 09 dilakukan uji pemompaan pada 13 Januari 2012 dengan
kedalaman pemasangan pompa di 75.75 meter dibawah top casing dan debit
pemompaan tetap 488 m3/hari. Pengukuran debit pemompaan menggunakan alat
flow meter. Pengukuran dilakukan pada sumur WB 09, yaitu berjarak 8 meter dari
sumur monitor MB 09. Muka airtanah mula-mula adalah 7.71 m dibawah muka
tanah.
 Hasil Analisis Uji Pemompaan

Tabel 5.19. Hasil Anasilis Uji Pemompaan Menerus Debit Tetap dan Uji Kambuh.

Koefisien Daya Simpan Airtanah Transmissivitas (m2/hari)


Elevasi K
Sumur (mdpl) (m/hari)
Uji Menerus Theis Recovery Uji Menerus Uji Kambuh

WB 02 37 0.283 6,5 x 10-5 5,7 x 10-5 16,856 14,694

MB 02 36 - 8,59 x 10-4 1,827 x 10-4 11,746 10,814

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai transmisivitas pada


daerah penelitian antara 10.814 m2/hari sampai 25,515 m2/hari, nilai koefisien
daya simpan airtanah antara 6,58x10-5 sampai 5,81x10-4 dan nilai Konduktivitas
Hidrolik (K) antara 0.283 m/hari sampai 0.829 m/hari. Dengan demikian, nilai
transmisivitas berbanding terbalik dengan strorativitas. Semakin besar suatu nilai
transmisivitasnya, maka nilai storativitasnya semakin kecil, begitu juga
sebaliknya.
Apabila kita intepretasikan dari nilai storativitasnya, maka dapat dikatakan
bahwa akuifer pada daerah penelitian termasuk dalam akuifer tertekan, sebab nilai
storativitasnya berkisar antara 5.10-5 – 0.005. Sedangkan nilai transmisivitas erat
kaitannya dengan banyaknya air yang dapat mengalir pada suatu akuifer.
BAB V
KESIMPULAN

1. Pumping test merupakan metode pengukuran debit air berdasarkan data


pengamatan kontinuitas sumber air dan ketersediaan air dari sumber itu sendiri.
2. Terdapat beberapa metode perhitungan untuk pumping test diantaranya dengan
metode Thies yang kemudian akan diketahui koefisien kemenerusan air dan daya
simpan air dari suatu lapisan batuan.
3. Pumping test ini akan menghasilkan beberapa data utama seperti koefisien
transmissivitas dan daya serap air pada batuan sehingga berdasarkan data
tersebut dapat diketahui jenis lapisan akuifer yang ada dibawah permukaan
tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Wahyudito, Rendra. 2011. Pengukuran Debit Sumber Air Menggunakan


Metode Pumping test. rendrawahyudityo.wordpress.com. Diakses
pada 28 April 2017 pukul 13.24 WIB.

Amanah, Riyanto. 2011. Pumping test. toba-geoscience.blogspot.co.id. Diakses


pada 28 April 2017 pukul 14.25 WIB.

Anda mungkin juga menyukai