Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem Penyaliran Tambang Pada
Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung
Disusun Oleh:
Kelompok 4
- Raden David M.P.P.
- Ichlas Teja Kesumah
- Asfim Tatak Wary
- Devi Anastasya Putri
- Rifki Verdian Rinaldi
- Saeful
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pumping test
Pumping test merupakan metode pengukuran debit air yang beride dari
pengamatan kontinuitas sumber air dan ketersedian air dari sumber itu sendiri. Hal yang
menjadi inti dari pumping test ini adalah perbandingan antara penurunan muka air pada
saat pumping terhadap kenaikan muka air pada saat recovery dalam tenggang waktu
yang sama.
Sumber: https://rendrawahyudityo.files.wordpress.com
Tes akuifer (atau tes pemompaan) dilakukan untuk mengevaluasi akuifer dengan
"merangsang" akuifer melalui konstan memompa , dan mengamati "respons" akuifer itu
( penarikan ) dalam pengamatan sumur . Pengujian akuifer adalah alat umum yang
hydrogeologists gunakan untuk mengkarakterisasi sistem akuifer, aquitards dan batas-
batas sistem aliran.
Tes akuifer biasanya ditafsirkan dengan menggunakan model analisis aliran
akuifer (yang paling mendasar menjadi solusi Theis) untuk mencocokkan data yang
diamati di dunia nyata, maka dengan asumsi bahwa parameter dari model ideal berlaku
untuk akuifer dunia nyata. Dalam kasus yang lebih kompleks, model numerik dapat
digunakan untuk menganalisis hasil tes akuifer, tetapi menambahkan kompleksitas tidak
menjamin hasil yang lebih baik.
Beberapa kemungkinan dari keadaan pengukuran debit dengan pumping test
antara lain:
a. Jika perbandingan dari dua keadaan ini (laju penurunan muka air pada saat
pumping terhadap laju kenaikan muka air ketika recovery) adalah 1 maka debit
sumber = debit air yang dikeluarkan pompa(output pompa).
b. Jika laju penurunan muka air pada saat pumping lebih besar terhadap laju
kenaikan muka air ketika recovery, berarti debit sumber lebih kecil daripada debit
pompa(output).
c. Jika laju penurunan muka air pada saat pumping lebih kecil terhadap laju
kenaikan muka air ketika recovery, berarti debit sumber lebih besar daripada
debit pompa(output).
d. Untuk mendapatkan nilai debit sesungguhnya dari sumber dapat diketahui dengan
mengalikan luas area sumber dengan tinggi kenaikan muka air air rata-rata pada
saat recovery.
2.2 Prinsip
Prinsip pumping test melibatkan aplikasi tekanan buatan pada akifer dengan
mengekstraksi air tanah dari sumur pompa dan mengukur respon dari tekanan buatan tadi
dengan memperhatikan tingkat penurunan muka air dalam fungsi waktu dan kedalaman.
Pengukuran tadi kemudian di korelasikan dengan persamaan aliran sumur dan
menghitung parameter hidrolik dari akifer.
Pumping test dilakukan untuk mengetahui:
a. Berapa banyak air tanah dapat diekstraksi dari sumur berdasarkan parameter
waktu dan efisiensi sumur (debit pompa).
b. Mengetahui hydraulic properties dari akifer.
c. Efek spasi dari pumping test terhadap sumur (perbedaan ketinggian kolom air).
d. Mengetahui ketinggian ideal dari pompa pada sumur.
e. Memberikan informasi kualitas air dan viabelnya dengan waktu
(pH,EC,TDS,Temperatur).
Data akifer yang dibutuhkan :
a. Lokasi akifer
b. Batas Akifer
c. Hydraulic Properties
Observasi Lapangan :
a. Debit pompa
b. Kedalaman total
c. Diameter sumur
d. Tinggi dinding sumur diatas tanah
e. Ketinggian muka air awal
f. Waktu Pumping test
g. Waktu Recovery
2.3 Cara Pengukuran
Secara sederhana langkah-langah pumping test antara lain:
a. Sediakan pompa air dengan spesifikasi output yang telah diketahui.
b. Sediakan pula komponen pendukung pompa seperti selang ,filter,karet,bahan
bakar,atau air untuk pancingan/starter pompa.
c. Sediakan instrumen pengukuran kenaikan dan penurunan muka air bisa berupa
tongkat yang dipasang meteran atau instrument lainya sesuai kebutuhan/jenis
medan,sebelumya catat tinggi muka air di keadaan awal.
d. Sediakan lembar pencatatan dan stopwatch/alat ukur waktu.
e. Lakukan kegiatan pemompaan,aturlah debit output pompa dan ukur debit output
pompa(bisa dengan menggunakan suatu wadah air yang diukur seberapa cepat air
mengisi volume wadah tersebut) .
f. Lakukan pencatatan penurunan muka air sumber tiap 10 menit dan lakukan
kegiatan pemompaan dalam kurun waktu 2-3 jam,waktu sebenarnya disesuaikan
dengan keadaan sumber itu sendiri.
g. Matikan pompa dan hentikan kegiatan pemompaan.
h. Lakukan pencatatan penurunan muka air sumber tiap 10 menit (masa
recovery),atau hingga muka air mencapai kondisi airnya
i. Bandingkanlah hasil perubahan muka air pada saat pemompaan terhadap keadaan
di waktu recovery.
j. Analisa hasil tersebut.
2.4 Metode Analisis
Persamaan Theis diciptakan oleh Charles Vernon Theis (bekerja untuk US
Geological Survey ) tahun 1935, dari perpindahan panas literatur (dengan bantuan
matematika CI Lubin), untuk aliran dua-dimensi radial untuk sumber titik dalam tak
terbatas , homogen akuifer . Ini hanyalah
Keterangan :
S = h0-h = drawdown (M).
Q= debit pemompaan (M3/hari).
T = Transmissivity (M2/hari).
W(u) = well function
e u r2S
u u du; u 4Tt
W (u) =
Keterangan :
S = storativity (M3/M/M2).
R = jarak dari titik observasi ke pusat sumur yang dipompa (meter).
T = waktu pemompaan (hari).
Meskipun asumsi ini jarang semua bertemu, tergantung pada sejauh mana mereka
dilanggar (misalnya, jika batas-batas akuifer baik di luar bagian dari akuifer yang akan
diuji dengan uji pemompaan) solusi mungkin masih berguna.
2.5 Keuntungan dan Kerugian Pumping test
a. Bersifat mengekstraksi air keluar dari akuifer daripada slug test (tidak dilakukan
dalam praktek ini sehubungan keterbatasan sarana sumur bor).
b. Sangat baik untuk mengidentifikasi karakter akuifer yang berdekatan.
c. Mengukur karakter dalam skala besar keheterogenan dan anisotropi.
d. Lebih realistik tentang respon akuifer terhadap pemompaan.
e. Memerlukan waktu yang panjang, pompa, dan sumur pengamatan.
f. Sedikit kurang baik untuk lapisan akuitard.
BAB IV
PERHITUNGAN
Gambar 3.1
Ilustrasi koefisien konduktivitas hidrolik dan koefisien transmissivitas. Konduktivitas hidrolik
dikalikan dengan ketebalan akuifer menghasilkan koefisien transmissivitas (Driscoll, 1986).
Gambar 3.3
Grafik Uji Pemompaan Menerus Debit Tetap selama 60 Jam pada Sumur MB 02.
Dari grafik tersebut diperoleh nilai Δs 4,69 m dan t o 1 menit (6.944x10-4
hari) serta prediksi penurunan muka airtanah apabila pemompaan menerus dan
akuifer dianggap konstan hingga 4.000 menit yaitu sebesar 31 m atau pumping
water level 49,85 m. Grafik drawdown-waktu menyediakan prediksi drawdown
yang akan diperoleh apabila pemompaan debit tetap dilakukan secara menerus
pada waktu tertentu. Perpanjangan garis lurus dalam grafik di atas hingga
memotong nilai drawdown 31 m merupakan indikasi drawdown yang akan
diperoleh di sumur WB 02 setelah 4.000 menit pemompaan debit tetap 18 m3/jam
secara menerus.
Begitupula drawdown selanjutnya setelah 40.000 menit pemompaan dapat
diprediksi dengan cara nilai Δs ditambah dengan drawdown pada menit ke-4.000.
Perlu dicatat bahwa 40.000 menit adalah 10 dikalikan 4.000 atau satu siklus
logaritma di atas 4000 menit. Dengan demikian, setelah 28 hari pemompaan debit
tetap 18 m3/jam secara menerus, drawdown pada sumur WB 02 akan menjadi
31,00 + 4,69 = 35,69 m
Dari nilai Δs dan to dapat dihitung nilai koefisien transmissivitas (T) dan
koefisien daya simpan airtanah (S) dengan menggunakan rumus:
m2/day
105.408 Q 105.408 x 5
K= Sw b
= 30.95 x 60
= 0.283 m/day
m2/day
Gambar 3.4
Grafik Uji Kambuh selama 16 Jam pada Sumur WB 02.
Gambar 3.5
Grafik Uji Kambuh selama 16 Jam pada Sumur MB 02.
Dari grafik tersebut diperoleh nilai Δs’ 5,38 m dan t’ o 1 menit (6.944x10-4
hari). Dari nilai Δs’ dan t’o tersebut dapat dihitung nilai koefisien transmissivitas
(T) menggunakan persamaan 2.1. dan koefisien daya simpan airtanah (S)
menggunakan persamaan 2.2.
m2/day
Untuk nilai koefisien transmissivitas (T) dan koefisien daya simpan airtanah (S)
pada sumur MB 02 menggunakan persamaan 2.1. dan 2.2. sebagai berikut.
Tabel 5.19. Hasil Anasilis Uji Pemompaan Menerus Debit Tetap dan Uji Kambuh.