Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan
bencana (pasal 1 UU No.24/2007 tentang Penanggulangan Bencana). Definisi yang lain,
ancaman merupakan gejala, peristiwa dan kejadian, atau kegiatan manusia yang berpotensi
menyebabkan kematian, luka-luka, kecacatan pada manusia, kesusahan harta benda,
kehidupan sosial dan kerusakan lingkungan. Sesuai dengan Undang-Undang RI No. 24
Tahun 2007
Bencana Banjir dan Lonsor yang terjadi selama tahun 2011 harus diwaspadai oleh
Pemerintah Kabupaten Solok. Untuk itu perlu disusun rencana penanggulangan yang
terencana sehingga Kalaupun bencana banjir dan longsor terjadi. Dinas Kesehatan sudah
mempunyai rencana penanggulangnan. Pemerintah Kabupaten Solok, mempunyai
kewajiban untuk menyusun suatu rencana penanggulangan bencana yang bisa dipakai dan
dipahami oleh semua pemangku kepentingan. Penyusunan Perencanaan Kontijensi
Bencana Longsor, merupakan komitmen kita untuk mewujudkan suatu perencanaan yang
baik. Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang menyeluruh dan dapat
menyeimbangkan isu-isu penting. Untuk itu perlu dilakukan inventarisasi sumber daya
yang dimiliki oleh semua pihak.
Satu yang mendasar dan sangat diperlukan dalam strategi penanggulangan bencana
adalah adanya dokumen perencanaan kontijensi yang dapat digunakan sebagai pedoman
pada saat terjadi bencana (saat darurat) bagi para pemangku kepentingan penanggulangan
bencana.di Kabupaten Solok.
NIP.
BAB I
PENDAHULUAN
Kecamatan IX Koto Sei Lasi merupakan kecamatan dengan geografi dataran tinggi dan
rendah, dengan batas wilayah sebagai berikut ;
a. Sebelah Utara berbatasan Kecamatan X Koto Sulit Air
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Payung Sekaki
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Sawahlunto
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Solok
Peta wilayah Kecamatan IX Koto Sei Lasi terlampir
2. Kondisi Demografis
Penduduk Kecamatan IX Koto Sei Lasi berjumlah 12.132 orang. Mata pencaharian
penduduk hampir seluruhnya bermata pencaharian sebagai petani.Distribusi penduduk dapat
dilihat pada lampiran.
3. Ketenagaan dan Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di Puskesmas Sei Lasi terdiri dari :
a. Puskesmas Pembantu Koto Baru sebanyak 1 buah
b. Posyandu sebanyak 3 buah
c. Bidan Desa 1 orang di Puskesmas Pembantu
d. Kader Kesehatan sebanyak 15 orang
B. Skenario
Terjadi hujan lebat selama 24 jam di Kecamatan IX Koto Sei Lasi 1 Desember 20xx jam
20.20 WIB, akibat hujan tersebut telah mengakibatkan banjir dan longsor sehingga
menyebabkan 6 rumah rusak ringan, dan 4 rumah rusak berat. Pada kejadian tersebut terdapat
korban meninggal yang tertimbun longsor sebanyak 1 orang. 3 orang mengalami luka berat
dan 4 orang luka ringan. korban meninggal dan luka berat langsung di bawa ke RSUD Solok,
sedangkan luka ringan dibawa puskesmas Sei Lasi. Kondisi transportasi jalan terputus
sehingga akses transportasi ke pemukiman penduduk lumpuh total. Sementara penduduk
diungsikan terancam kekurangan makanan. Jumlah penduduk risiko terkena dampak bencana
sebanyak 12 Kepala Keluarga dengan rincian yaitu sebanyak 7 bayi, 12 Anak Balita, 6 Ibu
Hamil. dan 6 orang Lansia. Pada hari ke 2 semua pengungsi menetap bersama keluarga
masing – masing, namun begitu kebutuhan kelompok risiko harus di penuhi oleh pemerintah
Kabupaten Solok. Kebutuhan kelompok risiko dapat dilihat pada lampiran.
BAB III
TUJUAN
A. Tujuan Umum
Secara umum tujuan rencana kontijensi yaitu untuk mengurangi faktor risiko/jatuhnya korban
dan meningkatkan pelayanan kesehatan secara utuh.
B. Tujuan Khusus
Mengikuti kejadian longsor yang pernah terjadi di di wilayah IX Koto Sei Lasi selama ini,
bencana longsor terjadi dengan skala kecil dan sedikit korban harta dan jiwa. Namun
walaupun skala kecil tetapi sering terjadi dan biasanya berlangsung selama 1-2 hari dan
belum ada pelayanan tanggap darurat emergensi
Apabila terjadi bencana longsor di nagari dan Jorong di Kecamatan IX Koto Koto
Sei Lasi, diperkirakan akan mengalami dampak terhadap kehidupan seperti meninggal,
luka berat, luka ringan, dan trauma akibat bencana. Di samping korban bencana longsor
di IX Koto Sei Lasi juga akan mengakibatkan rusak dan lumpuhnya prasarana dan sarana
pelayanan umum transportasi. Tata laksana bencana longsor di Kecamatan IX Koto Sei
Lasi, terdiri dari :
A. Ketenagaan
Kebutuhan tenaga yang dibutuhkan untuk penanggulangan krisis longsor di
Kecamatan IX Koto Sei Lasi sebagai berikut :
a. PL 1 org
b. Surveilans 1 org
c. Gizi 1 org
d. Pelayanan Kesehatan ;
- dr 1 org dari Puskesmas Sei Lasi
- Bidan 3 org sesuai nagari / jorong di lokasi longsor
- Perawat semua perawat yang ada di puskesmas dan
pustu
- Tenaga puskes lainnya Sopir 1 org
e. Sekretariat 1 org
Inventarisasi sarana dan prasarana lain di Kecamatan IX Koto Sei Lasi sebagai berikut :
1. Analisis Kesenjangan :
- Masalah gizi masyarakat kelompok risiko (Bayi, anak balita, ibu hamil,
menyusui dan lansia)
- Masalah pengamatan dan penanggulangan air bersih pasca longsor
Total Biaya Tujuh juta enam ratus lima puluh lima ribu rupiah Rp. 7.655.000,-
BAB VIII
A. Evaluasi
Sesuai alur skenario Rancangan Rencana Kontinjensi bidang kesehatan dengan kejadian
longsor di IX Koto Sei Lasi, tidak memerlukan tanggap darurat, maka akan dilakukan :
1. Penyebarluasan informasi
B. Rencana Evaluasi
Pada tahun 2012, disediakan dana untuk kegiatan simulasi penanggulangan longsor di
puskesmas risiko longsor dan dikuti oleh semua tenaga kesehatan yang terlibat dalam
bencana, diantaranya tenaga kesehatan lingkungan, gizi, logistik, yankes dan infokomkes.
C. Pembiayaan
Jika terjadi bencana longsor di IX Koto Sei Lasi perkiraan biaya yang di butuhkan untuk
penanggulangan bidang kesehatan yang di perlukan sebesar Rp. 7.655.000,- (Tujuh juta enam
ratus lima puluh lima ribu rupiah)
BAB VIII
PENUTUP
a. Perencanaan Kontinjensi merupakan sesuatu hal yang baru bagi Dinas Kesehatan,
Disamping itu dalam menyusun rencana ini harus mempertimbangkan faktor realistis dan
faktor psikologis masyarakat
b. Mengingat perencanan kontinjensi sangat urgen, seharusnya dimasukan dalam dokumen
Rencana Strategis Dinas Kesehatan
c. Sebagai Langkah awal dalam pelaksanaan perencanaan kontinjensi ini, Dinas Kesehatan
pada tahun 2012 harus mengimplementasikan dalam program pelatihan, penyuluhan dan
simulasi kepada lintas program terkait serta masyarakat.
NIP.