Anda di halaman 1dari 12

Pembahasan

MU’TAZILAH

1. Latar Belakang Munculnya Mu’tazilah

Secara harafiah kata Mu’tazilah berasal dari i’tazala yang berarati berpisah atau memisahkan
diri, yang berarti juga menjauh atau menjauhkan diri. Secara teknis,, istilah Mu’tazilah menunjuk
pada dua golongan.Golongan pertama ( selanjutnya disebut Mu’tazilah I ) muncul sebagai respon
politik murni. Golongan ini tumbuh sebagai kaum netral politik, khususnya dalam arti bersikap
lunak dalam menangani pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan lawanlawannya terutama
Mu’awiyah, Aisyah, dan Abdullah bin Ziubair.

Golongan kedua ( selanjutnya Mu’tazilah II ) muncul karena mereka berbeda pendapat dengan
golongan Khawarij dan Murji’ah tentang pemberian status kafir kepada orang-orang yang
berbuat dosa besar.Pemberian nama Mu’tazilah ada beberapa versi, salah satunya adalah
berpusat pada peristiwa yang terjadi antara Wasil bin Ata serta temannya, Amr bin Ubaid, dan
Hasan Al-Basri Basrah. Ketika Wasil mengikuti pelajaran dari Hasan Al-Basri,datang seseorang
bertanya mengenai pendapat Hasan Al-Basri tentang orang yang berdosa besar.

Ketika Hasan Al-Basri masih berpikir, Wasil mengemukakan pendapatnya dengan mengatakan.
“ Saya berpendapat bahwa orang yang berbuat dosa besar bukanlah mukmin dan bukan pula
kafir, tetapi berada pada posisi diantara keduanya, tidak mukmin dan tidak kafir. ” Kemudian
Wasil menjauhkan diri dari Hasan. Setelah itu, Hasan berkata, “ Wasil menjauhkan diri dari kita
( I’tazala anna ).” Menurut Asy-Syahrastani, kelompok yang memisahkan dari pada peristiwa
inilah yang disebut kaum Mu’tazilah.[1]

1. DOKTRIN-DOKTRIN MU’TAZILAH
1. At-Tauhid
At-Tauhid( pengesaan Allah) merupakan prinsip utama dan intisari ajaran Mu’tazilah. Menurut
Mu’tazilah, Tuhan harus disucikan dari segala sesuatu yang dapat mengurangi arti kemahaesaan-
Nya. Tuhan lah satu-satunya yang Esa, yang unik dan tidak adasatu pun yang menyamai-Nya.
1. Al-Adl
Al-Adl yang berarti Tuhan Maha Adil. Adil ini merupakan sifat yang paling gambling untuk
menunjukkan kesempurnaan. Karena Tuhan Maha Sempurna, Dia sudah pasti adil.
Adilan tentang keadilan ini berkaitan erat dengan beberapa hal, antara lain berikut ini:
1. Perbuatan Manusia
Manusia menurut Mu’tazilah,manusia bena-benar bebas untuk menentukan pilihan
perbuatannya; baik atau buruk. Tuhan hanya menyuruh dan menghendaki yang baik, bukan
yang buruk. Tuhan berlepas diri dari perbuatan yang buruk. Konsep ini memiliki konsekuensi
logis dengan kedilan Tuhan bahwa apa yang akan diterima di akhirat merupakan balasan
perbutannya di dunia.

1. Berbuat baik dan terbaik


Dalam bahasa arab, disebut ash-shalah wa al ashlah. Maksudnya adalah kewajban Tuhan untuk
berbuat baik, bahkan terbaik bagi manusia. Tuhan tidak mungkin jahat dan aniaya karena akan
menimbulkan kesan Tuhan Penjahat dan Penganiaya, sesuatu yang tidak layak bagi Tuhan.
Konsep ini berkaitan dengan kebijaksanaan, kemurahan, dan kepengasihan Tuhan, yaitu sifat-
sifat yang layak baginya.

1. Mengutus Rasul
Mengutus rasul kepada manusia merupakan kewajiban Tuhan karena alsan-alasan berikut :
a) Tuhan wajib berlaku baik kepada manusia dan hal itu tidak dapat erwujud, kecuali dengan
mengutus rasul kepada mereka.
b) Al-Quran secara tegas meyatakan kewjiban Tuhan untuk memberikan belas kasih kepada
manusia.
c) Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Agar tujuan tersebut
berhasil, tidak ada jalan lain, selain mengutus Rasul.

1. Al-Wa’d wa al-Wa’id
Ajaran ini begitu erat hubungannya dengan ajran kedua diatas. Tuhan yang Maha Adil dan Maha
Bijaksana, tidak akan melanggar janji-Nya. Perbuatan Tuhan terkait dan dibatasi oleh janji-Nya
sendiri.Yaitu memberi pahala surga bagi yang berbuat baik dan ancaman neraka bagi yang
berbuat durhaka.Begitu pula janji yang memberi pengampunan pada orang yang bertobat
nasuha.Ajaran ini bertujuan untuk mendorong manusia berbuat baik dan tidak melakukan
perbuatan dosa.[2]

1. Al-Manzilah bain al-manzilatain


Inilah ajaran yang mula-mula menyebabkan lahirnya madzhab Mu’tazilah. Pokok ajaran ini
adalah bahwa mu’min yang melakukan dosa besar dan belum bertobat maka ia bukan lagi
mu’min atau kafir, tetapi fasik. Ajaran ini bertujuan agar manusia tidak menyepelekan perbuatan
dosa, terutama dosa besar.

1. Al Amr bi Al-Ma’rufwa An-Nahynan Munkar


Ajaran kelima ini menyuruh kebajikan dan melarang kemungkaran.Ajaran ini menekankan
kepada kebenaran dan kebaikan.Ini merupakan konsekuensi logis dari keimanan
seseorang.Pengakuan keimanan harus dibuktikan dengan perbuatan baik, diantaranya menyuruh
oarng berbuat baik dan mencegah dari kejahatan.[3]

1. TOKOH-TOKOH MUTA’ZILAH
.
1. Washil bin atha’
Washil bin atho’di lahirkan di madinah tahun 70-an. Ia pindah kebasrah untuk belajar. Di sana ia
berguru kepada seorang ulama masyur, yaitu hasan al-basri. Washil bin atho’ temasuk rmurid
yang pandai,cerdas, tekun belajar. Ia berani berani mengeluarkan pendapat yang berbeda
sehingga ia bersama pengikutnya di namakan golongan di namakan mu’tazillah. Pemikiran
adalah diantara nya seorang muslim yang berbuat doosa besar dihukumi tidak mukmin dan tidak
pula kafir, tetapi fasik dan keberadan orang tersebut diantaranya mukmin dan kafir.
Washil bin atho’ untuk mengguatkan pendapat bahwa iman itu adalah ungkapan bagi sifat-sifat
oran yang baik, yanyg apabila sifanya-sifat tersebut terkumpul pada diri seseorang maka ia di
sebut mukmin.dengan demikian, kata mukmin tersebut murupakan nama pujian. Orang yang
melakukan dosa besar berarti memiliki sifat-sifat yang tidak baik, maka ia tidak berhak untuik
mendapakan nama pujian itu.
2. Abu huzail al-allaf
Abu huzail al-allaf di ;lahirkantahun 135h/751 m. ia berguru kepad usman at-tawil (murid washil
bin atho’)dan hidup dimana pada zaman dimana ilmu pengetahuan seperti filsafat dan ilmu-ilmu
lain dari yunani \telah berkembang pesat di diunia arab.ia wafat tahun 235 h /849 m.abu huzail
merupakan generasi kedua mu’tazillah yang menintroduksi dan menyusun dasar-dasar paham
mu’tazillah dan disebut ushul khamsah.
1. Al-jubai
Ia mempunyai nama ali muhamad binabdul wahabyang lahir tahun25 h/849 mdi jubai. Al-
jubaiberguru kepada asy-syahham, salah seorang murid abu huzail.ia mempunyai pola pikir yang
tidak jauh berbeda dengan tokoh-tokoh mu’tazillah lainnya, yakni mereka mengutamakan akal
dalam memahami dan memecahkan perssoalan teologi.
1. As-zamakhsyari
Az-zamaksyari lahir pada tahun 467 h dan belajar di beberapa negara, ia pernah bermukim di
tanah suci mekah dalam rangka belajar agama, selain itu juga banyak mengunakan waktunya
untuk menyusuk kitab tafsir al-kasysyaf yang berorientasi paham mu’tazillah,meski demikian
kitab tafsir beliau tidakhanya di guna dari kalangan mu’tazillah saja. Beliau juga banyak juga
menyusun buku tentah balaghah bahasah dan lainnya dan ia wafat tahun 538 H

v ASY-‘ARIYAH

I. LATAR BELAKANG ASY-‘ARIYAH


Nama Al-Asy’ariyah diambil dari nama Abu Al-Hasan Ali bin Ismail Al-Asy’ari yang dilahirkan
dikota Bashrah (Irak) pada tahun 260 H/875 M. ayahnya wafat ketika ia masih kecil dan ibunya
menikah lagi dengan tokoh Mu’tazilah waktu itu, yang bernama Abu Ali Al-Jubai. Berkat
didikan ayah tirinya Al-asy’ari kemudian menjadi tokoh mu’tazilah.Dalam beberapa waktu
lamanya ia merenungkan dan mempertimbangkan antara ajaran-ajaran Mu’tazillah dengan
paham ahli-ahli fiqih dan hadist.Al-asy’ari menganut paham mu’tazilah hanya sampai ia berusia
40 tahun. Setelah itu , secara tiba-tiba ia mengumumkan di hadapan jama’ah masjid Bashrah
bahwa dirinya telah meninggalkan faham mu’tazilah.
II. DOKTRIN-DOKTRIN TEOLOGI ASY-‘ARIYAH
1. Tuhan dan sifat-Sifat-Nya
Al-asy’ari berpendapat bahwa Allah memang memiliki sifat-sifat (Wujud, qidam, baqa,
wahdania, sama’, basyar, dll) dan ini tidak boleh diartikan secara harfiah ,melainkan secara
simbolis.selanjutnya Al-asy’ari berpendapat bahwa sifat-sifat Allah itu unik sehingga tidak dapat
dibandingkan dengan sifat-sifat manusia yang tampaknya mirip .
1. Kebebasan dalam berkehendak
Al-Asy’ari membedakan antara khaliq dan kasb , menurutnya Allah adalah pencipta (khaliq)
perbuatan manusia. Sedangkan manusia sendiri yang mengupayakan . hanya Allah lah yang
mampu menciptakan segala sesuatu ( termasuk keinginan manusia).
1. Akal dan wahyu dan kriteria baik dan buruk
Walaupul Al-asy’ari dan orang-orang mu’tazilah mengakui pentingnya akal dan wahyu , mereka
berbeda dalam menghadapi persoalan .Al-asy’ari mengutamakan wahyu sementara mu’tazilah
mengutamkan akal.dalam menetukan baik buruk pun terjadi perbedaan pendapat. Al-asy’ari
berpendapat bahwa baik buruk harus berdasarkan wahyu sedangkan mu’taazilah berdasarkan
pada akal.

1. Melihat Allah

Al-Asy’ari tidak sependapat dengan kelompok ortodoks ekstrim, terutama zahiriyah ,yang
menyatakan bahwa Allah dapat dilihat di akhirat dan mempercayai bahwa Allah bersemayam di
Arsy. Selain itu juga tidak sependapat dengan mu’tazilah yang mengingkari ru’yatullah (melihat
allah ) di akhirat. Al-asy;ari yakin bahwa Allah dapat dilihat di akhirat, tetapi tidak dapat
digambarkan. Kemungkinan ru’yat dapat terjadi manakala Allah sendiri yang menyebabkan
dapat dilihat atau bilamana Ia menciptakan kemampuan penglihatan manusia untuk melihat-Nya.
1. Keadilan
Pada dasarnya Al-asy’ari dan mu’tazilah setuju bahwa Allah itu adil. Mereka hanya berbeda
dalam memandang makna keadilan. Al-asy’ari tidak sependapat dengan Mu’tazilah yang
mengharuskan Allah berbuat adil sehingga Dia harus menyiksa orang yang salah dan memberi
pahala kepada orang yang berbuat baik. Menurutnya , allah tidak memiliki keharusan apapun
karena Ia adalah penguasa Mutlak.
1. Kedudukan orang yang berdosa
Al-asy’ari menolak ajaran posisi menengah yang di anut Mu’tazilah. Mengingat kenyataan
bahwa iman merupakan lawan kufr, predikat bagi seseorang haruslah salah satu diantaranya. Jika
tidak mukmin, ia kafir. Oleh krena itu, Al asy’ari berpendapat bahwa mukmin yang berbuat dosa
besar adalah mukmin yang fasik, sebab iman tidak mungkin hilang karena dosa selain kufr.

III. TOKOH-TOKOH ASY-‘ARIYAH


1. Al-Baqillani

Namanya Abu Bakar Muhammad bin Tayib, diduga kelahiran kota Basrah, tempat kelahiran
gurunya, yaitu Al-Asy’ari. ia terkenal cerdas otaknya, simpatik dan banyak jasanya dalam
pembelaan agama. Al-Baqillani mengambil teori atom yang telah dibicarakan oleh aliran
mu’tazillah sebagai dasar penetapan kekuasaan Tuhan yang tak terbatas. Jauhar adalah suatu hal
yang mungkin, artinya bisa wujud dan bisa tidak, seperti halnya aradh. dan menurutnya tiap-tiap
aradh mempunyai lawan aradh pula. Disinilah terjadi mukjizat itu karena mukjizat tidak lain
hanyalah penyimpangan dari kebiasaan.

2. Al-Juwaini
Namanya Abdul Ma’ali bin Abdillah, dilahirkan di Naisabur (Iran), kemudian setelah besar pergi
kekota Mu’askar dan akhirnya tinggal di kota Bagdad. kegiatan ilmiahnya meliputi ushul fiqh
dan teologi islam.Empat hal yang berlaku pada kedua alam tersebut, alam yang tidak dapat
disaksikan dengan alam yang dapat disaksikan, yaitu:
 Illat : Seperti ada sifat “ilmu” (tahu) menjadi illat (sebab) seseorang dikatakan “mengetahui”
(alim).
 Syarat : Sifat “hidup” menjadi syarat seseorang dikatakan mengetahui
 Hakikat : Hakikat orang yang mengetahui ialah orang yang mempunyai sifat “ilmu”
 Akal pikiran : Seperti penciptaan menunjukkan adanya zat yang menciptakan.
4. Al-Ghazaly
Namanya Abu Hamid Muhammad bin Ahmad Al-Ghazali, gelar Hujjatul Islam, lahir tahun 450
H, di Tus kota kecil di Churassan (Iran). Al-Ghazali adalah ahli pikir islam yang memiliki
puluhan karya seperti Teologi islam, Hukum islam, dll.Sikap Al-Ghazali yang dikemukakan
dalam bukunya yang berjudul Faishalut Tafriqah bainal islam waz zandaqah dan Al-Iqtishad.
menurut Al-Ghazali perbedaan dalam soal – soal kecil baik yang bertalian dengan soal – soal
aqidah atau amalan, bahkan pengingkaran terhadap soal khilaffat yang sudah disepakati oleh
kaum muslimin tidak boleh dijadikan alasan untuk mengkafirkan orang.

PERBANDINGAN ANTARA MU’TAZILAH DAN AL-ASY’ARI


1. Perbandingan tentang dosa besar
Mu’tazilah tidak menentukan status atau predikat yang pasti mengenai pelaku dosa besar, apakah
ia tetap mukmin atau kafir, kecuali dengan sebutan al-manzilah bain al-manzilatain (fasik).
Al-asy’ari berpendapat kalau orang yang melakukan dosa besar masih tetap beriman dengan
keimanan yang mereka miliki, sekalipun berbuat dosa besar. Akan tetapi, jika dosa besar itu
dilakukannya dengan anggapan bahwa hal ini di bolehkan (halal) dan tidak meyakini
keharamannya, ia di pandang telah kafir.
1. Perbandingan tentang iman dan kufur
Seluruh pemikir Mu’tazilah sepakat bahwa amal perbuatan merupakan unsure terpenting dalam
konsep iman , bahkan hamper mengidentifikasikannya dengan iman. Aspek penting lainnya
tentan iman yaitu apa yang mereka identifikasikan dengan sebagai ma’rifah (pengetahuan dan
akal).
Al-asy’ari berkata,”..iman (secara esensial) adalah tashdiq bi al-jaman (membenarkan dalam
hati), mengatakan dengan lisan, dan melakukan berbagai kewajiban. …. Keimanan seseorang
tidak akan hilang kecuali jika ia mengingkari salah satu dari hal-hal tersebut.”
1. Perbandingan tentang perbuatan tuhan dan perbuatan manusia
 Perbuatan tuhan
Berdasarkan Al-Qur’an surat Al-Anbiya[21]:23 dan surat Ar-Rum[30]:8, mu’tazilah berpendapat
bahwa Tuhan hanya berbuat yang baik dan MahaSuci dari perbuatan buruk. Faham ini
memunculkan faham kewajiban Allah yaitu, kewajiban tidak memberikan beban di luar
kemampuan manusia, kewajiban mengirimkan rasul, dan kewajiban menepati janji dan ancaman.
Paham mu’tazilah tidak dapat di terima ole Al-Asy’ari, karena bertentangan dengan faham
kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan. Dengan demikian Al-Asy’ari tidak menerima faham
Tuhan mempunyai kewajiban. Tuhan dapat berbuat sekehendak hatiNya terhadap makhluk.
 Perbuatan manusia
Aliran mu’tazilah memandang manusia mempunya daya yang besar dan bebas. Manusia
sendirilah yang berbuat baik dan buruk.
Aliran al-asy’ari berpendapat bahwa perbuatan manusia di ciptakan Allah, sedangkan daya
manusia tidak mempunyai efek untuk mewujudkannya.[4]
1. Perbandingan tentang sifat Allah
Menurut mu’tazilah Allah tidak memiliki sifat sedangkan menurut al-asy’ari Allah mempunyai
sifat.

DAFTAR PUSTAKA

Rozak,Abdul dan Anwar Rosihon.2006: Ilmu Kalam. Bandung. Pustaka Setia.

http://waskitozx.wordpress.com/makalah/makalah-pendidikan-islam/makalah-
akidah/aliran-mutazilah-sejarah-tokoh-dan-ajaranya/ senin110313

Abas, Nukman.Al-asy’ar(874-935 M) Misteri Perbuatan manusia dan Takdir


Tuhan.Jakarta.Erlangga.
[1] Abdul Rozak. Ilmu Kalam. Pustaka setia. Cet.II 2006. Bandung, hlm.77
[2] http://waskitozx.wordpress.com/makalah/makalah-pendidikan-islam/makalah-akidah/aliran-
mutazilah-sejarah-tokoh-dan-ajaranya/ senin110313
[3] Abdul rozak, op.cit.,hlm.80
[4] Abdul Rozak. Op.cit.,hal.167
Pembahasan

v MU’TAZILAH

1. Latar Belakang Munculnya Mu’tazilah

Secara harafiah kata Mu’tazilah berasal dari i’tazala yang berarati berpisah atau memisahkan
diri, yang berarti juga menjauh atau menjauhkan diri. Secara teknis,, istilah Mu’tazilah menunjuk
pada dua golongan.Golongan pertama ( selanjutnya disebut Mu’tazilah I ) muncul sebagai respon
politik murni. Golongan ini tumbuh sebagai kaum netral politik, khususnya dalam arti bersikap
lunak dalam menangani pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan lawanlawannya terutama
Mu’awiyah, Aisyah, dan Abdullah bin Ziubair.

Golongan kedua ( selanjutnya Mu’tazilah II ) muncul karena mereka berbeda pendapat dengan
golongan Khawarij dan Murji’ah tentang pemberian status kafir kepada orang-orang yang
berbuat dosa besar.Pemberian nama Mu’tazilah ada beberapa versi, salah satunya adalah
berpusat pada peristiwa yang terjadi antara Wasil bin Ata serta temannya, Amr bin Ubaid, dan
Hasan Al-Basri Basrah. Ketika Wasil mengikuti pelajaran dari Hasan Al-Basri,datang seseorang
bertanya mengenai pendapat Hasan Al-Basri tentang orang yang berdosa besar.

Ketika Hasan Al-Basri masih berpikir, Wasil mengemukakan pendapatnya dengan mengatakan.
“ Saya berpendapat bahwa orang yang berbuat dosa besar bukanlah mukmin dan bukan pula
kafir, tetapi berada pada posisi diantara keduanya, tidak mukmin dan tidak kafir. ” Kemudian
Wasil menjauhkan diri dari Hasan. Setelah itu, Hasan berkata, “ Wasil menjauhkan diri dari kita
( I’tazala anna ).” Menurut Asy-Syahrastani, kelompok yang memisahkan dari pada peristiwa
inilah yang disebut kaum Mu’tazilah.[1]

1. DOKTRIN-DOKTRIN MU’TAZILAH
1. At-Tauhid
At-Tauhid( pengesaan Allah) merupakan prinsip utama dan intisari ajaran Mu’tazilah. Menurut
Mu’tazilah, Tuhan harus disucikan dari segala sesuatu yang dapat mengurangi arti kemahaesaan-
Nya. Tuhan lah satu-satunya yang Esa, yang unik dan tidak adasatu pun yang menyamai-Nya.
1. Al-Adl
Al-Adl yang berarti Tuhan Maha Adil. Adil ini merupakan sifat yang paling gambling untuk
menunjukkan kesempurnaan. Karena Tuhan Maha Sempurna, Dia sudah pasti adil.
Adilan tentang keadilan ini berkaitan erat dengan beberapa hal, antara lain berikut ini:
1. Perbuatan Manusia
Manusia menurut Mu’tazilah,manusia bena-benar bebas untuk menentukan pilihan
perbuatannya; baik atau buruk. Tuhan hanya menyuruh dan menghendaki yang baik, bukan
yang buruk. Tuhan berlepas diri dari perbuatan yang buruk. Konsep ini memiliki konsekuensi
logis dengan kedilan Tuhan bahwa apa yang akan diterima di akhirat merupakan balasan
perbutannya di dunia.

1. Berbuat baik dan terbaik


Dalam bahasa arab, disebut ash-shalah wa al ashlah. Maksudnya adalah kewajban Tuhan untuk
berbuat baik, bahkan terbaik bagi manusia. Tuhan tidak mungkin jahat dan aniaya karena akan
menimbulkan kesan Tuhan Penjahat dan Penganiaya, sesuatu yang tidak layak bagi Tuhan.
Konsep ini berkaitan dengan kebijaksanaan, kemurahan, dan kepengasihan Tuhan, yaitu sifat-
sifat yang layak baginya.

1. Mengutus Rasul
Mengutus rasul kepada manusia merupakan kewajiban Tuhan karena alsan-alasan berikut :
a) Tuhan wajib berlaku baik kepada manusia dan hal itu tidak dapat erwujud, kecuali dengan
mengutus rasul kepada mereka.
b) Al-Quran secara tegas meyatakan kewjiban Tuhan untuk memberikan belas kasih kepada
manusia.
c) Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Agar tujuan tersebut
berhasil, tidak ada jalan lain, selain mengutus Rasul.

1. Al-Wa’d wa al-Wa’id
Ajaran ini begitu erat hubungannya dengan ajran kedua diatas. Tuhan yang Maha Adil dan Maha
Bijaksana, tidak akan melanggar janji-Nya. Perbuatan Tuhan terkait dan dibatasi oleh janji-Nya
sendiri.Yaitu memberi pahala surga bagi yang berbuat baik dan ancaman neraka bagi yang
berbuat durhaka.Begitu pula janji yang memberi pengampunan pada orang yang bertobat
nasuha.Ajaran ini bertujuan untuk mendorong manusia berbuat baik dan tidak melakukan
perbuatan dosa.[2]

1. Al-Manzilah bain al-manzilatain


Inilah ajaran yang mula-mula menyebabkan lahirnya madzhab Mu’tazilah. Pokok ajaran ini
adalah bahwa mu’min yang melakukan dosa besar dan belum bertobat maka ia bukan lagi
mu’min atau kafir, tetapi fasik. Ajaran ini bertujuan agar manusia tidak menyepelekan perbuatan
dosa, terutama dosa besar.

1. Al Amr bi Al-Ma’rufwa An-Nahynan Munkar


Ajaran kelima ini menyuruh kebajikan dan melarang kemungkaran.Ajaran ini menekankan
kepada kebenaran dan kebaikan.Ini merupakan konsekuensi logis dari keimanan
seseorang.Pengakuan keimanan harus dibuktikan dengan perbuatan baik, diantaranya menyuruh
oarng berbuat baik dan mencegah dari kejahatan.[3]

1. TOKOH-TOKOH MUTA’ZILAH
.
1. Washil bin atha’
Washil bin atho’di lahirkan di madinah tahun 70-an. Ia pindah kebasrah untuk belajar. Di sana ia
berguru kepada seorang ulama masyur, yaitu hasan al-basri. Washil bin atho’ temasuk rmurid
yang pandai,cerdas, tekun belajar. Ia berani berani mengeluarkan pendapat yang berbeda
sehingga ia bersama pengikutnya di namakan golongan di namakan mu’tazillah. Pemikiran
adalah diantara nya seorang muslim yang berbuat doosa besar dihukumi tidak mukmin dan tidak
pula kafir, tetapi fasik dan keberadan orang tersebut diantaranya mukmin dan kafir.
Washil bin atho’ untuk mengguatkan pendapat bahwa iman itu adalah ungkapan bagi sifat-sifat
oran yang baik, yanyg apabila sifanya-sifat tersebut terkumpul pada diri seseorang maka ia di
sebut mukmin.dengan demikian, kata mukmin tersebut murupakan nama pujian. Orang yang
melakukan dosa besar berarti memiliki sifat-sifat yang tidak baik, maka ia tidak berhak untuik
mendapakan nama pujian itu.
2. Abu huzail al-allaf
Abu huzail al-allaf di ;lahirkantahun 135h/751 m. ia berguru kepad usman at-tawil (murid washil
bin atho’)dan hidup dimana pada zaman dimana ilmu pengetahuan seperti filsafat dan ilmu-ilmu
lain dari yunani \telah berkembang pesat di diunia arab.ia wafat tahun 235 h /849 m.abu huzail
merupakan generasi kedua mu’tazillah yang menintroduksi dan menyusun dasar-dasar paham
mu’tazillah dan disebut ushul khamsah.
1. Al-jubai
Ia mempunyai nama ali muhamad binabdul wahabyang lahir tahun25 h/849 mdi jubai. Al-
jubaiberguru kepada asy-syahham, salah seorang murid abu huzail.ia mempunyai pola pikir yang
tidak jauh berbeda dengan tokoh-tokoh mu’tazillah lainnya, yakni mereka mengutamakan akal
dalam memahami dan memecahkan perssoalan teologi.
1. As-zamakhsyari
Az-zamaksyari lahir pada tahun 467 h dan belajar di beberapa negara, ia pernah bermukim di
tanah suci mekah dalam rangka belajar agama, selain itu juga banyak mengunakan waktunya
untuk menyusuk kitab tafsir al-kasysyaf yang berorientasi paham mu’tazillah,meski demikian
kitab tafsir beliau tidakhanya di guna dari kalangan mu’tazillah saja. Beliau juga banyak juga
menyusun buku tentah balaghah bahasah dan lainnya dan ia wafat tahun 538 H

v ASY-‘ARIYAH

I. LATAR BELAKANG ASY-‘ARIYAH


Nama Al-Asy’ariyah diambil dari nama Abu Al-Hasan Ali bin Ismail Al-Asy’ari yang dilahirkan
dikota Bashrah (Irak) pada tahun 260 H/875 M. ayahnya wafat ketika ia masih kecil dan ibunya
menikah lagi dengan tokoh Mu’tazilah waktu itu, yang bernama Abu Ali Al-Jubai. Berkat
didikan ayah tirinya Al-asy’ari kemudian menjadi tokoh mu’tazilah.Dalam beberapa waktu
lamanya ia merenungkan dan mempertimbangkan antara ajaran-ajaran Mu’tazillah dengan
paham ahli-ahli fiqih dan hadist.Al-asy’ari menganut paham mu’tazilah hanya sampai ia berusia
40 tahun. Setelah itu , secara tiba-tiba ia mengumumkan di hadapan jama’ah masjid Bashrah
bahwa dirinya telah meninggalkan faham mu’tazilah.
II. DOKTRIN-DOKTRIN TEOLOGI ASY-‘ARIYAH
1. Tuhan dan sifat-Sifat-Nya
Al-asy’ari berpendapat bahwa Allah memang memiliki sifat-sifat (Wujud, qidam, baqa,
wahdania, sama’, basyar, dll) dan ini tidak boleh diartikan secara harfiah ,melainkan secara
simbolis.selanjutnya Al-asy’ari berpendapat bahwa sifat-sifat Allah itu unik sehingga tidak dapat
dibandingkan dengan sifat-sifat manusia yang tampaknya mirip .
1. Kebebasan dalam berkehendak
Al-Asy’ari membedakan antara khaliq dan kasb , menurutnya Allah adalah pencipta (khaliq)
perbuatan manusia. Sedangkan manusia sendiri yang mengupayakan . hanya Allah lah yang
mampu menciptakan segala sesuatu ( termasuk keinginan manusia).
1. Akal dan wahyu dan kriteria baik dan buruk
Walaupul Al-asy’ari dan orang-orang mu’tazilah mengakui pentingnya akal dan wahyu , mereka
berbeda dalam menghadapi persoalan .Al-asy’ari mengutamakan wahyu sementara mu’tazilah
mengutamkan akal.dalam menetukan baik buruk pun terjadi perbedaan pendapat. Al-asy’ari
berpendapat bahwa baik buruk harus berdasarkan wahyu sedangkan mu’taazilah berdasarkan
pada akal.

1. Melihat Allah

Al-Asy’ari tidak sependapat dengan kelompok ortodoks ekstrim, terutama zahiriyah ,yang
menyatakan bahwa Allah dapat dilihat di akhirat dan mempercayai bahwa Allah bersemayam di
Arsy. Selain itu juga tidak sependapat dengan mu’tazilah yang mengingkari ru’yatullah (melihat
allah ) di akhirat. Al-asy;ari yakin bahwa Allah dapat dilihat di akhirat, tetapi tidak dapat
digambarkan. Kemungkinan ru’yat dapat terjadi manakala Allah sendiri yang menyebabkan
dapat dilihat atau bilamana Ia menciptakan kemampuan penglihatan manusia untuk melihat-Nya.
1. Keadilan
Pada dasarnya Al-asy’ari dan mu’tazilah setuju bahwa Allah itu adil. Mereka hanya berbeda
dalam memandang makna keadilan. Al-asy’ari tidak sependapat dengan Mu’tazilah yang
mengharuskan Allah berbuat adil sehingga Dia harus menyiksa orang yang salah dan memberi
pahala kepada orang yang berbuat baik. Menurutnya , allah tidak memiliki keharusan apapun
karena Ia adalah penguasa Mutlak.
1. Kedudukan orang yang berdosa
Al-asy’ari menolak ajaran posisi menengah yang di anut Mu’tazilah. Mengingat kenyataan
bahwa iman merupakan lawan kufr, predikat bagi seseorang haruslah salah satu diantaranya. Jika
tidak mukmin, ia kafir. Oleh krena itu, Al asy’ari berpendapat bahwa mukmin yang berbuat dosa
besar adalah mukmin yang fasik, sebab iman tidak mungkin hilang karena dosa selain kufr.

III. TOKOH-TOKOH ASY-‘ARIYAH


1. Al-Baqillani

Namanya Abu Bakar Muhammad bin Tayib, diduga kelahiran kota Basrah, tempat kelahiran
gurunya, yaitu Al-Asy’ari. ia terkenal cerdas otaknya, simpatik dan banyak jasanya dalam
pembelaan agama. Al-Baqillani mengambil teori atom yang telah dibicarakan oleh aliran
mu’tazillah sebagai dasar penetapan kekuasaan Tuhan yang tak terbatas. Jauhar adalah suatu hal
yang mungkin, artinya bisa wujud dan bisa tidak, seperti halnya aradh. dan menurutnya tiap-tiap
aradh mempunyai lawan aradh pula. Disinilah terjadi mukjizat itu karena mukjizat tidak lain
hanyalah penyimpangan dari kebiasaan.
2. Al-Juwaini
Namanya Abdul Ma’ali bin Abdillah, dilahirkan di Naisabur (Iran), kemudian setelah besar pergi
kekota Mu’askar dan akhirnya tinggal di kota Bagdad. kegiatan ilmiahnya meliputi ushul fiqh
dan teologi islam.Empat hal yang berlaku pada kedua alam tersebut, alam yang tidak dapat
disaksikan dengan alam yang dapat disaksikan, yaitu:
 Illat : Seperti ada sifat “ilmu” (tahu) menjadi illat (sebab) seseorang dikatakan “mengetahui”
(alim).
 Syarat : Sifat “hidup” menjadi syarat seseorang dikatakan mengetahui
 Hakikat : Hakikat orang yang mengetahui ialah orang yang mempunyai sifat “ilmu”
 Akal pikiran : Seperti penciptaan menunjukkan adanya zat yang menciptakan.
4. Al-Ghazaly
Namanya Abu Hamid Muhammad bin Ahmad Al-Ghazali, gelar Hujjatul Islam, lahir tahun 450
H, di Tus kota kecil di Churassan (Iran). Al-Ghazali adalah ahli pikir islam yang memiliki
puluhan karya seperti Teologi islam, Hukum islam, dll.Sikap Al-Ghazali yang dikemukakan
dalam bukunya yang berjudul Faishalut Tafriqah bainal islam waz zandaqah dan Al-Iqtishad.
menurut Al-Ghazali perbedaan dalam soal – soal kecil baik yang bertalian dengan soal – soal
aqidah atau amalan, bahkan pengingkaran terhadap soal khilaffat yang sudah disepakati oleh
kaum muslimin tidak boleh dijadikan alasan untuk mengkafirkan orang.

PERBANDINGAN ANTARA MU’TAZILAH DAN AL-ASY’ARI


1. Perbandingan tentang dosa besar
Mu’tazilah tidak menentukan status atau predikat yang pasti mengenai pelaku dosa besar, apakah
ia tetap mukmin atau kafir, kecuali dengan sebutan al-manzilah bain al-manzilatain (fasik).
Al-asy’ari berpendapat kalau orang yang melakukan dosa besar masih tetap beriman dengan
keimanan yang mereka miliki, sekalipun berbuat dosa besar. Akan tetapi, jika dosa besar itu
dilakukannya dengan anggapan bahwa hal ini di bolehkan (halal) dan tidak meyakini
keharamannya, ia di pandang telah kafir.
1. Perbandingan tentang iman dan kufur
Seluruh pemikir Mu’tazilah sepakat bahwa amal perbuatan merupakan unsure terpenting dalam
konsep iman , bahkan hamper mengidentifikasikannya dengan iman. Aspek penting lainnya
tentan iman yaitu apa yang mereka identifikasikan dengan sebagai ma’rifah (pengetahuan dan
akal).
Al-asy’ari berkata,”..iman (secara esensial) adalah tashdiq bi al-jaman (membenarkan dalam
hati), mengatakan dengan lisan, dan melakukan berbagai kewajiban. …. Keimanan seseorang
tidak akan hilang kecuali jika ia mengingkari salah satu dari hal-hal tersebut.”
1. Perbandingan tentang perbuatan tuhan dan perbuatan manusia
 Perbuatan tuhan
Berdasarkan Al-Qur’an surat Al-Anbiya[21]:23 dan surat Ar-Rum[30]:8, mu’tazilah berpendapat
bahwa Tuhan hanya berbuat yang baik dan MahaSuci dari perbuatan buruk. Faham ini
memunculkan faham kewajiban Allah yaitu, kewajiban tidak memberikan beban di luar
kemampuan manusia, kewajiban mengirimkan rasul, dan kewajiban menepati janji dan ancaman.
Paham mu’tazilah tidak dapat di terima ole Al-Asy’ari, karena bertentangan dengan faham
kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan. Dengan demikian Al-Asy’ari tidak menerima faham
Tuhan mempunyai kewajiban. Tuhan dapat berbuat sekehendak hatiNya terhadap makhluk.
 Perbuatan manusia
Aliran mu’tazilah memandang manusia mempunya daya yang besar dan bebas. Manusia
sendirilah yang berbuat baik dan buruk.
Aliran al-asy’ari berpendapat bahwa perbuatan manusia di ciptakan Allah, sedangkan daya
manusia tidak mempunyai efek untuk mewujudkannya.[4]
1. Perbandingan tentang sifat Allah
Menurut mu’tazilah Allah tidak memiliki sifat sedangkan menurut al-asy’ari Allah mempunyai
sifat.

DAFTAR PUSTAKA

Rozak,Abdul dan Anwar Rosihon.2006: Ilmu Kalam. Bandung. Pustaka Setia.

http://waskitozx.wordpress.com/makalah/makalah-pendidikan-islam/makalah-
akidah/aliran-mutazilah-sejarah-tokoh-dan-ajaranya/ senin110313

Abas, Nukman.Al-asy’ar(874-935 M) Misteri Perbuatan manusia dan Takdir


Tuhan.Jakarta.Erlangga.

[1] Abdul Rozak. Ilmu Kalam. Pustaka setia. Cet.II 2006. Bandung, hlm.77
[2] http://waskitozx.wordpress.com/makalah/makalah-pendidikan-islam/makalah-akidah/aliran-
mutazilah-sejarah-tokoh-dan-ajaranya/ senin110313
[3] Abdul rozak, op.cit.,hlm.80
[4] Abdul Rozak. Op.cit.,hal.167

Anda mungkin juga menyukai