Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Realitas masyarakat modern di seluruh belahan dunia saat ini yaitu tidak
bisa menghindari dari ancaman penyalahgunaan narkoba, (narkotika, alkohol,
dan obat-obatan berbahaya). Belakangan ini, narkoba semakin ramai
dibicarakan dan mendapat perhatian serius dari banyak kalangan karena telah
dikonsumsi hampir seluruh golongan masyarakat tanpa memandang status
sosial, pekerjaan serta usia. Selain narkoba, istilah lain dengan makna sama
yang diperkenalkan secara khususoleh Departemen Kesehatan adalah NAPZA
(narkotika, psikotropika, dan zat adiktif). Walaupun istilah narkoba lebih
populer di masyarakat, namun sebenarnya istilah NAPZA lebih tepat
digunakan karena termasuk obat-obat psikotropika yang sangat sering
disalahgunakan (abuse) dan menyebabkan ketergantungan (addicton). ( Ady,
2013)
Narkotika sebenarnya sangat diperlukan untuk pengobatan dan pelayanan
kesehatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan
standar pengobatan, terutama jika disertai dengan peredarannya secara gelap
akan menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi perorangan ataupun
masyarakat khususnya generasi muda. United Nations Office on Drugs and
Crime (UNODC) memperkirakan sekitar 149 sampai 272 juta orang atau 3,3%
sampai 6,1% dari penduduk usia 16-64 tahun di dunia pernah menggunakan
narkoba sekali selama hidupnya. Jumlah ini semakin meningkat seiring
berjalannya waktu. Prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia juga
sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Kasus penyalahgunaan
narkoba dari tahun ketahun cenderung mengalami peningkatan. Diperkirakan
jumlah penyalahguna narkoba sebanyak 3,7 juta sampai 4,7 juta orang atau
sekitar 2,2% dari total seluruh penduduk Indonesia yang berisiko terpapar
narkoba di tahun 2008. Jumlah dan angka prevalensi tersebut mengalami
kenaikan dibandingkan tahun 2007. Data yang diperoleh dari Badan Narkotika
Nasional (BNN) Provinsi Sulawesi Selatan, pada tahun 2011 terdapat 125.730
kasus penyalahgunaan dari jumlah pengguna narkoba nasional 4.071.015 atau
sekitar 3,09% dan menempati peringkat ke 20 tingkat penyalahgunaan
narkoba di Indonesia selama tahun 2010. ( Ady, 2013)
Pemeriksaan laboratorium memiliki 2 tujuan yaitu pemeriksaan untuk
projustisia dan non justisia. Pemeriksaan pro justisia yaitu pemeriksaan yang
dilakukan untuk melengkapi data yang diajukan di pengadilan. Tujuan lain
dari pemeriksaan laboratorium dan psikotropika dan zat adiktif lainnya yaitu
yang bersifat non justicia pemeriksaan tersebut dilakukan tujuan seleksi
karyawan, penerimaan siswa baru, dan seleksi anggota militer. Pemeriksaan
narkotika dan psikotropika dan zat adiktif lainnya yang biasa dilakukan
dilaboratorium adalah amfetamin, Benzodiazepine, kokain, opiat, ganja,
MDMA, Metamefetamin, PCP dan barbiturate. Bahan pemeriksaan yang
digunakan untuk pemeriksaan narkotika adalah urin, darah, rambut, keringat
dan cairan viterus.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Narkoba, piskotropika dan zat adiktif
2. Untuk mengetahui jenis-jenis Narkoba, piskotropika dan zat adiktif
3. Untik mengetahui metode pemeriksaan Narkoba, piskotropika dan zat
adiktif
C. MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk memberikan pengetahuan yang lebih luas pada pembaca mengenai
Narkoba, piskotropika dan zat adiktif.
2. Untuk mengetahui berbagai macam jenis Narkoba, piskotropika dan zat
adiktif.
3. Untuk mengetahui berbagai macam metode untuk pemeriksaan Narkoba,
piskotropika dan zat adiktif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. NARKOBA, PISKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF


NAPZA adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman maupun zat kimia
yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, narkoba terdiri
atas berbagai golongan atau tingkatan. Narkotika sendiri secara etimologis
berasal dari bahasa Yunani yaitu narke atau narkam yang berarti terbius
sehingga tidak merasakan apa-apa. Dari sisi kedokteran, narkotika dapat
menghilangkan rasa sakit dan nyeri yang berasal dari daerah viresal atau alat-
alat rongga dada dan perut. Narkotika dapat menimbulkan efek rasa
mengantuk, penurunan kesadaran, menimbulkan efek stupor atau bengong,
serta dapat menimbulkan adiksi atau kecanduan. (Sri, 2011)
B. PENGGOLONGAN NAPZA
NAPZA mempunyai banyak jenis, setiap jenis akan memberikan efek
yang berbeda tergantung jenis dari narkoba tersebut, karena setiap jenis
memiliki komposisi yang berbeda.2 Cara menggunakan narkoba, dapat
diminum dalam bentuk pil, dihisap seperti rokok, bentuk serbuk atau kristal
dibakar diatas kertas almunium atau bong lalu dihirup, transdermal, dan
disuntikkan langsung ke pembuluh darah. (Orpha, 2007)
1. Narkotika
Zat atau obat yang yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2009, narkotika dibagi menurut potensi yang menyebabkan
ketergantungannya adalah sebagai berikut. (Sri, 2011)
a. Narkotika Golongan I
Berpontensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan. Tidak
digunakan untuk terapi (pengobatan). Contoh: heroin, kokain, dan
ganja. Putauw adalah heroin tidak murni berupa bubuk.
b. Narkotika Golongan II
Berpontensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan.
Digunakan pada terapi sebagai pilihan terakhir. Contoh: morfin,
petidin, dan metadon.
c. Narkotika Golongan III
Berpontensi ringan menyebabkan ketergantungan dan banyak
digunakan dalam terapi. Contoh: kodein.
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis
bukannarkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat dan menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku, yang dibagi menurut potensi yang dapat
menyebabkan ketergantungan: (Vivek, 2010)
a. Psikotropika Golongan I
Amat kuat menyebabkan ketergantungan dan tidak digunakan
dalam terapi. Contoh: MDMA (ekstasi), LSD, dan STP.
ketergantungan dan banyak digunakan dalam terapi. Contoh:
pentobarbital dan flunitrazepam.
b. Psikotropika Golongan III
Golongan ini berpotensi sedang, dapat menyebabkan
ketergantungan dan banyak digunakan dalam terapi. Contoh:
pentobarbital dan flunitrazepam.
c. Psikotropika Golongan IV
Golongan ini berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan
dansangat luas digunakan dalam terapi. Contoh: diazepam, klobazam,
fenobarbital, barbital, klorazepam, klordiazepoxide, dan nitrazepam
(nipam, pil KB/koplo, DUM, MG, lexo, rohyp, dan lain-lain).
3. Zat psiko-aktif
Zat psiko-aktif adalah zat/bahan lain bukan narkotika dan psikotropika
yang berpengaruh pada kerja otak. Tidak tercantum dalam peraturan
perundang-undangan tentang Narkotika dan Psikotropika. Zat psiko-aktif
yang sering disalahgunakan adalah (Orpha, 2007)
a. Alkohol, yang terdapat pada berbagai jenis minuman keras
b. Inhalansia/solven, yaitu gas atau zat yang mudah menguap yang
terdapat pada berbagai keperluan pabrik, kantor, dan rumah tangga
c. Nikotin, yang terdapat pada tembakau
d. Kafein, pada kopi, minuman penambah energi dan obat sakit kepala
tertentu.
C. PEMERIKSAAN UNTUK NAPZA (NARKITIKA, PSIKOTROPIKA,
ZAT ADIKTIF)
1. Urine
Urin merupakan spesimen yang paling sering digunakan untuk
pemeriksaan narkoba rutin karena ketersediaannya dalam jumlah besar
dan memiliki kadar obat dalam jumlah besar sehingga lebih mudah
mendeteksi obat dibandingkan pada spesimen lain.
a. Tes Immunoassay (Strip Test)
1) Alat dan Bahan
Pipet dan Strip Test
2) Cara Kerja
a) Celupkan strip test ke dalam urin sampai batas yang
ditentukan.
b) Tunggu beberapa saat sesuai dengan petunjuk manual.
b. Analisa GCMS
1) Alat dan Bahan
Alat-alat gelas yang biasa digunakan untuk keperluan
preparasi, KLT, Instrumentasi GCMS. Dan bahan yang digunakan
adalah bahan kimia dengan derajat kemurnian pro analisis.
Sementara untuk keperluan kromatografi digunakan bahan kimia
berderajat kromatografi, antara lain Kloroform, metanol, asam
sulfat, fast blue test salt b, formalin.
2) Cara Kerja
a) Pengumpulan Sampel
Sampel urine pengguna narkotika diambil sebanyak 50 ml
dimasukkan ke dalam wadah kaca dengan tutup baik,
kemudian disimpan dalam termos es (temperature ±150C).
b) Preparasi Sampel
a. Sampel urine diekstraksi dengan kloroform.
b. Disentrifugasi selama 10 menit.
c. Fase pelarut dibagian bawah dipindahkan ke dalam cawan
penguap kemudian dibiarkan selama 60 menit sampai
pelarut menguap dan dibilas dengan methanol untuk
dianalisa.
d. Sampel diuji Pendahuluan.
e. Analisis dilanjutkan dengan KLT dan Instrument GCMS
5890 Agilent.
f. Uji Pendahuluan dan Lanjutan dilakukan terhadap sampel
Urine pengguna dan pembanding (bukan pengguna).
c) Uji Pendahuluan
Urine hasil preparasi diuji pendahuluan untuk mendeteksi
ada atau tidaknya Ganja ataupun Sabu - sabu dalam urine. Uji
pendahuluan ini menggunakan Marquist Test dan Fast blue
test Salt B.
d) Analisa GCMS
a. Digunakan Gas kromatografi (GC) Agilent digabung
dengan Spektroskopi Massa (MS) model 5890.
b. Kolom yang digunakan adalah HP 5 MS dengan 0,25 mm
ID dan 0,25 μl ketebalan film.
c. Gas pembawa Helium dengan laju konstan 1,5 ml/menit.
d. Model splitles dengan waktu 60 detik.
e. Temperatur injector = 2500C dan temperature interface
2650C.
f. Temperatur oven 1500C selama 2 menit dan meningkat
menjadi 2800C dengan laju (rate) 100C/menit .
2. Darah
Selain dilakukan pemeriksaan urin dapat dilakukan tes darah.
1) Alat dan bahan
Vortex mixer, shaker, sentrifus, tapered tube, corong pisah batang
pengaduk, penangas air, sonikator. Adapun bahan yang digunakan
yaitu pelarut organik (CHCl3), natrium sulfat anhidrat, natrium
hidroksida, asam sulfat pekat, buffer fosfat, ammonia dan natrium
bikarbonat (NaHCO3)
2) Cara kerja
a) Ke dalam 4 mL spesimen tambahkan 2 mL buffer fosfat (pH 7,4)
dan 40 mL kloroform (CHCl3) kocok, kemudian tambahkan 2g
Na2SO4 anhidrat kocok kembali untuk menghasilkan masa yang
padat.
b) Tuangkan CHCl3 melalui saringan.
c) Ekstraksi kembali masa padat tersebut dalam 20 mL CHCl3
campur kedua hasil ekstraksi fraksi CHCl3.
d) Simpan masa padat yang ada.
e) Apabila terdapat salisilat, fraksi CHCl3 (fraksi A) ekstraksi
dengan NaHCO3 untuk menghilangkan salisilat yang dapat
menghambat penentuan selanjutnya.
f) Pada fraksi CHCl3 tambahkan 8 mL NaOH 0,45 M (setara dengan
kali volume spesimen yang diambil).
g) Kocok selama 2 menit kemudian sentrifus. Larutan NaOH
kemungkinan mengandung barbiturat dan senyawa asam lemah
lainnya (fraksi B).
h) Cuci fraksi CHCl3 dengan sedikit air, buang air cucian, keringkan
fraksi CHCl3 dengan Na2SO4 anhidrat, uapkan sampai kering.
Residu kemungkingan mengandung obat-obat netral dan beberapa
obat yang bersifat basa (fraksi C) seperti klordiazepoksid,
diazepam dan nitrazepam.
i) Apabila spesimen masih ada, basakan dengan larutan ammonia,
lalu ekstraksi 2 kali, masing-masing dengan 10 mL CHCl3
kemudian keringkan dengan Na2SO4 anhidrat. Uapkan larutan
sampai kering. Residu kemungkingan mengandung obat golongan
basa (fraksi D).
j) Jika tidak tersedia sisa spesimen awal maka fraksi C yang telah
diperiksa larutkan dengan CHCl3 dan ekstraksi dengan H2SO4
0,5 M. Tambahkan ekstrak ke masa padat H2SO4 pada butir 3 di
atas. Basakan dengan larutan ammonia, ekstraksi 2 kali dengan 10
mL CHCl3. Keringkan dengan Na2SO4 anhidrat, kemudian
uapkan sampai kering. Residu kemungkinan mengandung obat
golongan basa (fraksi D).
3. Rambut
Cara ini dinilai lebih mantap dibandingkan tes urin untuk
memastikan seseorang pecandu narkoba atau tidak. Ada beberapa
kelebihan dari analisis rambut bila dibandingkan dengan tes urin. Salah
satunya adalah narkoba dan metabolism narkoba akan berada dalam
rambut secara abadi dan mengikuti pertumbuhan rambut yang
berlangsung sekitar 1 inchi per 60 hari. Sedangkan, kandungan narkoba
dalam urin segera berkurang dan menghilang dalam waktu singkat.
1) Preparasi dan ekstraksi rambut pengguna Methamphetamine
a) Masing-masing rambut dikumpulkan. Sampel dibersihkan dari
kotoran selanjutnya disimpan mengunakan aluminium foil.
Rambut yang dikumpulkan adalah rambut pengguna sebanyak 10
orang setelah 14 hari menggunakan Sabusabu.
b) Sebanyak 40 mg ditimbang, dipotong menjadi potongan kecil (1-2
mm), dan dicuci berturut – turut dengan metanol kemudian
dikeringkan di udara terbuka.
c) Ke dalam sampel ditambahkan 2.5 ml campuran Metanol – etil
asetat (9:1), dicampur dengan sonikasi selama 5 menit (pH 9)
dengan pemanasan 500C, kemudian ditambahkan klofororm dan
metanol ( 1:1), disonikasi selama 5 menit pada 500C dalam bak
sonikasi. Derivatisasi dilakukan menggunakan MSTFA (dengan
1% TMIS) selama 5 menit. Larutan dicukupkan kembali dengan
metanol sampai 10 ml.
d) Kemudian didinginkan pada temperatur ruang, diidentifikasi
dengan marquist test dan Porta Drug Test Kit.
e) Sebanyak 1μl sampel diambil dan diinjeksikan ke GCMS.
Kemudian dilakukan interpretasi data.
2) Analisa GCMS
a) Digunakan Gas kromatografi (GC) Agilent digabung dengan
Spektroskopi Massa (MS) model 7890.
b) Kolom yang digunakan adalah HP 5 MS dengan 0,25 mm ID dan
0,25 μl ketebalan film.
c) Gas pembawa Helium dengan laju konstan 1,5 ml/menit.
d) Model splitles.
e) Temperatur injector = 2500C dan temperature interface 2650C.
f) Temperatur oven 1500C selama 2 menit dan meningkat menjadi
2800C dengan laju (rate) 100C/menit.
4. Saliva
Saliva adalah cairan tubuh yang dikeluarkan oleh tiga kelenjar
saliva (parotis, submandibula, dan sublingual). Saliva dilengkapi dengan
beberapa konstituen yang berasal dari serum darah, dari sel mukosa dan
antibodi tubuh utuh atau yang dihancurkan dan dari mikroorganisme utuh
atau dihancurkan yang menghasilkan campuran berbagai molekul
kompleks. Kalsium dalam saliva berperan penting pada proses
remineralisasi email gigi dan dentin serta menjaga saturasi saliva terhadap
mineral gigi. Ion kalsium berperan penting pada fisiologi intraseluler
maupun ekstraseluler. Ion kalsium intraseluler merupakan regulator
penting terhadap fungsi sel, antara lain pada proses kontraksi otot, sekresi
hormon, metabolisme glikogen dan pembelahan sel. Salah satu
mekanisme patofisiologi yang berkontribusi yaitu peningkatan absorbs
kalsium dari traktus gastrointestinal. Narkoba mengurangi produksi air
liur sehingga menyebabkan kekeringan pada mulut atau xerostomia.
1) Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah Masker dan Sarung Tangan, Gelas
Ukur 24, Wadah untuk berkumur, Label Nama, Alat Tulis, Box
Pendingin. Dan bahan yang digunakan adalah air untuk berkumur da
saliva.
2) Cara Kerja
a) Sebelum penelitian dilaksanakan, survei awal dilakukan untuk
mengetahui jumlah dan kondisi penyalahguna narkoba.
b) Peneliti menentukan sampel sebanyak 10 orang untuk jenis sabu-
sabu, 10 orang untuk jenis ganja dan 10 orang untuk jenis ekstasi
dengan metode purposive sampling.
c) Setelah sampel penelitian ditentukan, penelitian dinyatakan
dimulai.
d) Sampel penelitian diberi penjelasan terlebih dahulu tentang
tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian yang akan dilakukan,
menanyakan riwayat penggunaan narkoba dengan mengisi kartu
status serta menanyakan kesediaan untuk berpartisipasi dalam
penelitian dengan menandatangani informed consent.
e) Pengambilan saliva (metode tanpa stimulasi) dilakukan pada
pukul 09.00 – 12.00 WITA. Sebelumnya subjek diinstruksikan
untuk tidak makan atau minum dan tidak menyikat gigi minimal 1
jam sebelum penelitian. Metode pengambilan saliva yang
digunakan adalah metode spitting.
f) Responden dalam keadaan istirahat dengan kepala menunduk,
tidak menggerakkan lidah dan menjaga bibirnya tetap tertutup ,
serta melakukan penelanan selama 5 menit.
g) Setelah 5 menit, subjek diminta meludahkan saliva yang telah
terkumpul dengan posisi kepala menunduk dan ditampung dengan
wadah plastik dan dimasukkan dalam box pendingin .
h) Setelah saliva terkumpul, saliva dikirim ke laboratorium untuk
diperiksa kadar kalsiumnya.
i) Penelitian dinyatakan berakhir bila saliva penyalahguna narkoba
yang ditentukan telah terkumpul dengan kartu statusnya masing-
masing dan pemeriksaan kadar kalsium dari laboratorium telah
selesai.
j) Kartu status dan kadar kalsium saliva kemudian akan
dikumpulkan dan dilakukan pengolahan data sehingga diperoleh
hasil penelitian.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan isi makalah diatas maka dapat disimpulkan bahwa narkoba
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman maupun zat kimiayang dapat
menyebabkan penurunan kesadaran atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, narkoba terdiri atas berbagai
golongan atau tingkatan. Narkoba dibagi menjadi tiga yaitu, narkotika,
psikotropika, dan zat psiko-aktif. Dan adapun pemriksaan yang dilakukan yaitu
pemeriksaan pada urine, pada rambut, dan pada saliva.
2. Saran
Disarankan pada pembaca untuk tidak menyalahgunakan penggunaan
narkotika,psikotropika, dan zat adiktif. Selain itu kepada seorang petugas
kesehatan terutama ahli teknoligi laboratorium medis untuk memperhatikan
pengambilan sampel yang tepat sesuai metode atau pemeriksaan yang akan
digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Ady, Multazam. 2013. Analisis kadar kalsium dalm saliva pada Penyalahgunaan
Narkoba.Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Muhammad Taufik, Harlen, Jamahir Gultom dan Saur Lumbang. 2017.
Pemeriksaan Narkotika menggunakan Sampel Urine. STIKNA : Medan
Orphan j.dkk. 2007. Dampak Sosial dan Ekonomi Penyalahgunaan narkoba.
PJAB. 3(1) Hal 1-20.
Sri, K. 2011. Menyikap Tabir dan Dampak Penyalhgunaan Narkoba. JPKS 10(4)
hal 409-425.
Vivex. Dkk. 2010. The Realitihisop Between methamphetamine use andincreased
dental disease. JADA. 141(3). Hal 207-218.
Zul alfian dan Harlem Marampung. 2017. Analisis Cepat Methamphetamin pada
Rambut Pengguna Sabu sabu Menggunakan Gas Kromatografi
Spekstroskopi Massa. Jurnal STIKNA: Medan.
MAKALAH
TOKSIKOLOGI KLINIK
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK NARKOBA,
PISKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF

OLEH :

KELOMPOK I

FRAMUDITA 173145453003

NINING MENTARI 173145453008

RINI 173145453010

MARYATI YUYUN 173145453013

ADE IRMA 173145453025

ABD. AZIZ ASRI 173145453034

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN FAKULTAS FARMASI,


TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Toksikologi Klinik
yang telah membimbing dan memberikan tugas ini kepada kami. Dalam makalah
ini kami membahas tentang “Pemeriksaan Laboratorium untuk Narkoba,
Piskotropika dan Zat adiktif ”.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan.
Oleh Karena itu, kritik dan saran yang membangung sangat kami harapkan untuk
perbaikan dan peningkatan dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi tenaga Teknik Laboratorium Medik dan juga
bagi siapa saja yang membacanya. Amin.

Makassar, 16 Juni 2019

Penulis

Anda mungkin juga menyukai