Anda di halaman 1dari 2

MENDIDIK FITRAH KEIMANAN

Ustadz Adriano Rusf

Seorang temanku datang kepadaku. Dia segera saja menangis setelah kami berpelukan : anaknya
yang ke dua tak menunjukkan komitmennya pada agama. Sekadar memintanya untuk membaca
beberapa ayat Al-Qur’an setelah Maghrib pun ia enggan. “Dulu ia anak yang taat. Telah hafal juz 30
saat berusia 5 tahun... Telah hafal Hadits Arba’in An-Nawawiyah saat berusia 6 tahun... Dan telah
disiplin shalat fardhu di usia 7 tahun”, isaknya.

Aku tertegun... aku teringat saat-saat itu, saat aku penuh iri dengan anak temanku itu. Betapa tidak :
anak sulungku seumuran dengan anak keduanya. Anakku baru aku kisahkan tentang mencintai Allah,
saat anak temanku telah menghafal Kitabullah... Anakku baru sekadar aku ajak mencintai Rasulullah,
saat anak temanku telah kuasai An-Nawawiyah... Anakku baru aku ceritakan indahnya Islam, saat
anak temanku telah tegakkan syari’at Islam...

Ya... aku dahulukan iman dan aqidah sebelum syariah, ibadah atau khuluqiyah. Aku tak ingin anak-
anakku bersyari’ah tanpa niat... beribadah tanpa niat... atau berakhlaq tanpa niat... Ya, karena tak sah
amal anak-anakku tanpa niat. Sedangkan niat lahir dari kesadaran, dan kesadaran lahir dari
keimanan. Sebagai Muslim aku sungguh sadar : amal harus lahir dari kesadaran, bukan pembiasaan
atau conditioning. Dalam psikologi aku tahu, conditioning itu sejatinya untuk hewan.

Tapi, kenapa saat ini pendidikan iman dan aqidah menjadi anak tiri ? Yang sering aku baca dibrosur-
brosur pendidikan saat ini adalah tawaran pendidikan tahfizhul-Qur’an sebagai anak emasnya, lalu
ibadah dan akhlaq sebagai anak kandungnya. Mungkin karena keberhasilan pendidikan tahfizhul-
Qur’an, ibadah dan akhlaq lebih mudah diukurnya : Bahwa anakku telah hafal 1 juz... bahwa anakku
telah benar shalatnya... bahwa anakku telah cium tanganku ketika pulang... Sedangkan iman ???

Banyak yang bilang pendidikan iman dan aqidah itu bukan diabaikan, namun ditunda. Konon karena
iman dan aqidah itu abstrak, sedang anak-anak masih berpikir kongkret... Konon karena iman dan
aqidah itu kompleks, sedangkan pikiran para bocah itu masih simpel... Ah, aku tak mengerti. Justru
yang aku tahu anak-anak itu berpikirnya sangat abstrak, penuh fantasi dan imajinasi... Justru yang
aku tahu aqidah Islamiyah simpel, tak seperti aqidah agama lain yang rumit dan njelimet....

Banyak pula yang beranggapan, bahwa mengajarkan shalat, puasa, mengaji, menutup aurat, adab
dan sebagainya itu adalah cara menanamkan iman kepada anak. Mungkin kita lupa bahwa segala
ekspresi syari'ah itu dalam agama disebut sebagai taklif, alias beban. Sungguh tak ada anak yang
menyukai beban, sehingga Islam pun menganggap dispensasi atasnya sebagai rukhshah : keringanan.
Hanya iman dan aqidah yang kokohlah yang membuat manusia mampu tunaikan beban dengan
ikhlash

Mungkin kita banyak lupa bahwa iman itu ftrah, bahwa Allah telah mensyahadatkan kita dan anak-
anak kita saat kita masih di alam ruh... Lalu ayahnya telah mensyahadatkannya pula saat ia lahir ke
dunia, lewat kumandang adzan di telinga kanannya... Andai iman dan aqidah telah kita asuhkan saat
buah hati belum berusia 7 tahun, tentulah anak-anak kita akan sangat familiar dengannya. Apalagi
jika itu dilakukan oleh ayahnya, karena sang ayahlah Sang pendidik Aqidah itu.

Maka, ayahbunda, didik dan hidupkanlah ftrah keimanan ananda sejak ia masih dalam kandungan.
Karena satu-satunya yang sudah dapat dididikkan pada ananda sejak dari kandungan hanyalah iman.
Hembuskanlah ke dalam dadanya tentang cinta : mahabbatullah, bukan tentang taat. Karena cinta
itulah yang kelak akan melahirkan harap, takut dan taat. Karena cinta itulah yang akan melantunkan
kalimat iman yang sempurna : Aku ridha kepada Allah, Islam dan Rasulullah Muhammad SAW.

Dan hanya satu yang akan menumbuhkan ftrah iman penuh cinta itu, yaitu GEMBIRAKAN MEREKA
DENGAN AGAMANYA. Sampaikanlah padanya bahwa Tuhannya adalah Maha Pengasih dan Maha
Penyayang... Permudahlah, jangan dipersulit... Gembirakanlah, jangan bikin mereka lari... Penuhilah
ananda dengan syukur, bukan kufur... Berbaik sangka dan optimislah, bukan buruk sangka dan
pesimis akan rahmatNya... Katakanlah : inilah agama yang memerdekakan kalian dari thaghut dan
hawa nafsu.

Anda mungkin juga menyukai