2018
DI SUSUN OLEH :
NIM. 17.111024120046
2018
Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien Myelitis Transversa
2018
ABSTRAK
2018
ABSTRACT
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pada kasus ini yang memerlukan perawatan intensif pada kasus neuro
dengan myelitis, pasien dengan myelitis ini dirawat dengan intensif karena
yang akan menyebabkan masalah aktual atau resiko pola napas tidak
terjadi pada pasien ini, hal ini akan menyebabkan pasien mengalami tirah
terjadinya kontraktur, atropi pada otot dan luka tekan yang disebabkan
dan luka tekan (Dekubitus) pada pasien yang mengalami tirah baring lama
pada kulit dan atau jaringan yang ada dibawahnya pada daerah tonjolan
Jadi kekuatan tekanan, gaya geser, dan kekuatan gesekan merupakan kunci
muncul decubitus dengan rata-rata lama hari rawat pada hari kelima
dengan penyakit kronis, pasien yang sangat lemah, dan pasien yang
lumpuh dalam waktu lama, bahkan saat ini merupakan suatu penderita
sekunder yang banyak dialami oleh pasien- pasien yang dirawat dirumah
sakit (Morison,2003).
Terkait dengan peran perawat dalam upaya pencegahan luka tekan,
utama dalam pencegahan luka tekan yakni (pertama) perawatan kulit yang
Sjahranie Samarinda.
1. Rumusan masalah
2. Tujuan penelitian
a. Tujuan umum
Sjahranie Samarinda.
b. Tujuan khusus
3. Manfaat penulisan
a. Manfaat aplikatif
perawat.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Myelitis Transversa
1. Defenisi
perkembangan baik akut atau subakut dari tanda dan gejala disfungsi
neurologis pada saraf motorik, sensorik dan otonom dan traktus saraf di
(c) Rabies
(d) virus B2
medulla spinal.
2. Epidemiologi
Insiden Akut Transversal Myelitis (ATM) dari seluruh usia anak hingga
dewasa dilaporkan sebanyak 1-8 juta orang Amerika Serikat, sekitar 1400
34000 orang dewasa dan anak-anak menderita gejala sisa ATM berupa cacat
Akut Transversal Myelitis dapat diderita oleh orang dewasa dan anak-
anak baik pada semua jenis kelamin maupun ras ATM memiliki puncak
menunjukan tidak ada faktor predileksi seperti : ras, familial atau jenis
meningkat menjadi 24,6 juta kasus per tahun jika didapatkan penyebab
kasus poliomyelitis yang dirawat di rumah sakit tahun 1988 sampai tahun
1982 terlihat menurun, berturut-turut sebagai berikut pada tahun 1988 (51
%), 1989 (2,2 %), 1990 (0%), 1991 (4,7%), 1992 (0%), dan tahun 2005
muncul kasus polio pertama selama satu darsa warsa artinya reputasi
sebagai negeri bebas polio yang disandang selama 10 tahun pun hilang
ketika seorang anak berusia 20 bulan di jawa barat terjangkit penyakit ini.
(DepKes RI).
akut (ATM) 3 bulan terakhir didapatkan hanya 1 pasien pada tahun 2018.
3. Etiologi
oleh proses non infeksi atau melalui jalur imflamasi. ATM sering terjadi
setelah infeksi atau setelah vaksinasi. ATM dapat juga terjadi sebagai
4. Patofisiologi
2. hespes simplex.
Paska kasus infeksi mekanisme system kekebalan tubuh yang aktif akibat
meluas dengan gejala awal nyeri punggung bawah, tiba-tiba parese yang
beberapa jam sampai beberapa hari. Subakut terjadi dalam satu atau dua
minggu, gejala umum yang muncul melibatkan gejala motorik, sensorik dan
kelemahan otot atau paralisis kedua tangan atau kaki, nyeri, kehilangan rasa
pada kaki dan jari-jari kaki, disfungsi kandung kemih dan buang air besar.
a. Nyeri adalah gejala utama pada kira-kira sepertiga hingga setengah dari
c. Gejala otonom pada ATM berupa gangguan fungsi kandung kemih seperti
retensi urine dan buang air besar hingga gangguan parese usus dan disfungsi
Pengobatan.
Belum ada terapi yang luas diterima dengan EBM (Evidence Based
tinggi. Pada kasus myelitis diberikan juga antiviral, antibiotic (antara lain
untuk gangguan miksi dan pencegahan karena tirah baring, vitamin dan
fisioterapi, analgesik diberikan untuk hari awal dan dihentikan saat nyeri
sudah reda
a. Defenisi
Raenah,2008).
b. Klasifikasi ROM
1) ROM aktif
ROM aktif adalah latihan yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa
bantuan perawat dari setiap gerakan yang dilakukan. Indikasi ROM aktif
adalah semua pasien yang dirawat dan mampu melakuka ROM sendiri
2) ROM pasif
mengalami kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada
tulng dan sendi dimana pasien tidak dapat melakukan sendiri, sehingga
1) ROM aktif
2) ROM pasif
ROM pasif yaitu gerakan otot pasien yang dilakukan oleh orang
gaya dari luar seperti terpis, alat mekanis atau ekstermitas yang
c. Tujuan ROM
d. Manfaat ROM
pegerakan.
1) ROM Aktif
2. ROM Pasif
penyembuhan.
pemulihan.
peradangan.
thrombus.
dan sendi
rileks.
sendi siku
diakhir gerakan
siku
(5) Berikan intruksi agar pasien rileks
dalam (fleksi).
(1) Posisi pasien terlentang posisi tangan fisioterapi pada tumit serta
(2) tangan fisioterapi diletakan pada tumit dan pada telapak kaki.
(3) Berikan gerakan kearah atas (ekstensi) dan kearah bawah fleksi
(2) tangan fisioterapi diletakan pada tumit dan pada telapak kaki
(3) berikan gerakan kearah atas (ekstensi)dan ketelapak kaki
C. Konsep Kontraktur
1. Defenisi
sendi yang terjadi saat jaringan dibawah kulit berkurang kelenturannya dan
tidak dapat meregang. Kondisi ini juga dapat mengenai tendon dan
ligament dan dapat terjadi diseluruh bagian tubuh, pemicu yang paling
2. Penyebab kontraktur
Penyebab kontraktur akan terjadi saat otot atau sendi terlalu tegang
dalam waktu yang lama, sehingga otot dan sendi menjadi lebih pendek dan
meliputi :
Penyakit pada otak dan saraf : pemendekan otot dan sendi dapat terjadi
karenan beberapa kondisi atau penyakit pada otak dan system saraf seperti
Otot, sendi, dan jaringan halus yang kaku dan pendek hanya menyebabkan
beberapa gejala umum tersebut sangat spesifik dan mudah dikenali yaitu :
kelainan pada otot atau sendi. Tujuan dari terapi fisik adalah memperkuat
jangkauan gerak pasien. Namun terapi fisik akan lebih efektif apabila
yang mengalami lumpuh otak atau pasien yang menginap dirumah sakit
D. Konsep Dekubitus
1. Pengertian.
akibat dari tekanan dari luar yang berhubungan dengan penonjolan tulang
dan tidak sembuh dengan urutan dan waktu yang biasa, gangguan ini terjadi
sebagai akibat dari tekanan atau kombinasi dengan gaya geser atau gesekan.
penekanan pada daerah tonjolan tulang dalam jangka waktu yang lama.
Dekubitus merupakan injury terlokalisasi pada kulit dan / atau jaringan yang
ada dibawahnya pada daerah tonjolan tulang, sebagai akibat dari pressure
atau combinasi pressure dan shear. Jadi kekuatan tekanan, gaya geser dan
tekan/dekubitus.
a. penampilan klinik
obstruksi aliran darah kapiler karena adanya tekanan dari luar akan
waktu yang singkat, maka darah akan mengalir kembali dan kulit terlihat
iskemik. Jika daerah yang memerah ini akan ditekan dengan jari maka akan
menjadi pucat/putih dan terasa nyeri pada pasien dengan sensasi baik. Hal
ini merupakan gejala awal adanya tekanan dan masih bisa dikembalikan ke
jaringan.
darah kedalam jaringan. Warna kult dapat menjadi merah terang, merah
gelap atau ungu. Jika terjadi kerusakan jaringan yang lebih dalam, maka
b. respon otot
kerusakan otot dapat terjadi pada dekubitus dan menjadi lebih parah
c. respon seluler
terjadi di dermis antara lain berupa dilatasi kapiler dan vena dan serta
cukup lama, namun gambaran kerusakan lebih berat justru tampak pada
tubuh.
2. faktor ekstrinsik : kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan
suatu sikap tertentu, duduk yang buruk, posisi yang tidak tepat,
mengenainya yaitu :
a. stadium satu
diabndingkan dengan kulit lain yang normal, maka akan tampak salah satu
Perubahan sensasi ( gatal atau nyeri). Pada orang yang berkulit putih, jika
b. stadium dua
c. stadium tiga
dari jaringan subkutan atau lebih dalam tapi tidak sampai pada fassia.
d. stadium empat
lubang yang dalam serta saluran sunur juga termasuk dalam stadium IV
paling sering terbentuk pada daerah kulit diatas tulang yang menonjol.
vertrebrae.
Mobilitas
Aktivitas Tekanan
Persepsi sensori
Perkembangan
Pressure Ulcer
Extrinsic Factor :
Kelembaban
Friction
Shear
Toleransi
Jaringan
Intrinsic factor :
Nutrisi
Usia
Tekanan arteriolar
6. Pencegahan dekubitus.
dekubitus (Kozier,2010).
BAB III
BAB IV
ANALISA SITUASI
SILAHKAN KUNJUNGI
PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KALIMANTAN TIMUR
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Sjahranie Samarinda.
2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Myelitis Tranversa.
American Heart Association. (2006). Exercise for strokr survivor – home exercise
.com/od/livingwith stroke.htm.
Guyton, C. A.,& Hall, J, E (2007), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta EGC
Harsono. (1996). Buku ajar neurologi klinis. Yogyakarta : Penerbit Gajah Mada
Press
Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif terhadap Rentang Sendi pasien pasca
2017
University Kwangju
Potter & Perry (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses dan
Puspawati, E.Y. (2010). Perbedaan fektifitas ROM 2x sehari dan ROM 1x sehari