Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL GI NJAL KRONIS

(CHRONIC KIDNEY DESEASE)

On HD

Disusun Oleh :

Rahayu

NIM. 16.11.4066.E.A.0065

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM KALIMANTAN TIMUR

AKADEMI KEPERAWATAN YARSI

SAMARINDA

2018/2019

1
GAGAL GINJAL
1. Laporan Pendahuluan
A. Definisi
Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan
makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu
kronik dan akut. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal
yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung beberapa tahun), sebaliknya
gagal ginjal terjadi dalam beberapa hari atau minggu.(Price & Wilson,2006)
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
massa nefron ginjal.
Chronic kidney disease (CKD) adalah suatu kerusakan pada struktur atau
fungsi ginjal yang berlangsung ≥ 3 bulan, dengan atau tanpa disertai
penurunan glomerular filtration rate (GFR). Selain itu, CKD dapat pula
didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana GFR < 60 mL/menit/1,73 m2
selama ≥ 3 bulan dengan atau tanpa disertai kerusakan ginjal

B. Etiologi
Klasifikasi Penyebab Gagal Ginjal Kronik
Klasifikasi penyakit Penyakit
Penyakit infeksi tubulointerstitial Pielonefritis kronik atau refluks
nefropati
Penyakit peradangan Glomerulonephritis
Penyakit vaskuler hipertensif Nefrosklerosis benigna
Nefrosklerosis maligna
Stenosis arteria renalis
Gangguan jaringan ikat Lupus eritematosus sistemik
Gangguan komgenital dan herediter Penyakit ginjal polikistik
Asidosis tubulus ginjal

2
Penyakit metabolic Diabetes mellitus
Goat
Hiperparatiroidisme
Amyloidosis
Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesic
Nefropati timah
Nefropati obstruktif Traktus urinarius bagian atas : batu,
neoplasma, fibrosis retroperitoneal
Traktus urinarius bagian bawah :
hipertrofi prostat, struktur uretra,
anomaly congenital, leher vesika
urinaris dan uretra.

1) Penyebab Lazim Gagal Ginjal Akut


AZOTEMIA PRARENAL (PENURUNAN PERFUSI GINJAL)
1. Deplesi volume cairan ekstrasel (ECF) absolute
a) Perdarahan : operasi besar, trauma*,trauma,pascapartum
b) Diuresis berlebihan
c) Kehilangan cairan dari gastrointestinal yang berat : muntah,diare
d) Kehilangan cairan dari ruang ketiga: luka bakar, peritonitis,
pankreatitis

2. Penurunan volume sirkulasi arteri yang efektif


a) Penurunan curah jantung : infark miokardium,disritmia,gagal
jantung kongestif,tamponade jantung,emboli paru.
b) Vasodilatasi perifer: sepsis. anafilaksis, obat anastesi,
antihipertensi, nitrat
c) Hipoalbuminemia : sindrom nefronik, gagal hati (sirosis)

3
3. Perubahan hemodinamik ginjal primer
a) Penghambat sintesis prostaglandin,aspirin dan obat NSAID lain.
b) Vasodilatasi arteriol eferen : penghambat enzim pengkonversi
angiotensin, misalnya kaptopril
c) Obat vasokonstriksi ; obat alfa-adrenergik (missal, norepinefrin)
angiotensin ll
d) sindrioma hepatorenal

4. Obstruksi vascular ginjal bilateral


a) Stenosis arteri ginjal,emboli,thrombosis
b) thrombosis vena renalis bilateral
AZOTEMIA PASCARENAL (OBSTRUKSI SALURAN KEMIH)
1. Obstruksi uretra : katup uretra,striktur uretra
2. Obstruksi aliran keluar kandung kemih : hipertofi prosta*,karsinoma*
3. Obstruksi ureter bilaterar (unilateral jika sat ginjal berfungsi)
a) intraureter : batu, bekuan darah ekstraureter (kompresi) : fibrosis
retroperitoneal,neoplasma kandung kemih, prostat atau serviks
ligasi bedah yang tidak disengaja atau cedera
4. Kandung kemih neurogenik
GAGAL GINJAL AKUT INTRINSIC
1. Nekrososis Tubular Akut
a) Paskaiskemik syok, sepsis, bedah jantung terbuka, bedah aorta
(semua penyebab azotemia prarenal berat)
b) Nefrotoksis
1) Nefroptoksis eksogen
(a) Antibody : aminoglikosida,amfoterisisn B
(b) Media kontras teriodinasi (terutama pada penderita diabetes)
(c) Logam berat : sisplatinbiklorida merkuri,arsen
(d) siklosporin : takrolimus
(e) Pelarut : karbon tetraklorida,etilene glikol,methanol

4
2) Nefrotoksin endogen
(a) Pigmen intratubular : hemoglobin,myoglobin
(b) Protein intratubular : myeloma multiple
(c) Kristal intratubular : asam urat
2. Penyakit vascular atau glomerulus ginjal primer
a) Glomerulonefritis prognesif cepat atau pascastreptokokus akut
b) Hipertensi maligna
c) Serangan akut pada gagal ginjal kronis yang terkait – pembatasan
garam atau air
3. Nefritis tubulointertisial akut
a. alergi : beta-laktam (penisilin,sefalosporin,sulfonamide)
b. Infeksi (missal, pielonefritis akut)
Penyebab tersering terjadinya CKD adalah diabetes dan tekanan darah
tinggi, yaitu sekitar dua pertiga dari seluruh kasus (National Kidney
Foundation, 2015). Keadaan lain yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal
diantaranya adalah penyakit peradangan seperti glomerulonefritis, penyakit
ginjal polikistik, malformasi saat perkembangan janin dalam rahim ibu,
lupus, obstruksi akibat batu ginjal, tumor atau pembesaran kelenjar prostat,
dan infeksi saluran kemih yang berulang
C. Manifestasi Klinis
1. Gagal ginjal kronik
a. Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus,
infeksi traktus urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi,
hiperurikemia, lupus aritomatosus sistemik (LES)
b. Sindrom uremia, yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual
muntah, nokturia, kelebihan volume cairan (volume overload),
neuropati perifer, pruritus, uremic frost, pericarditis, kejang-kejang
sampai koma.
c. Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi
renal, payah jantung, asidosis metabolic, gangguan keseimbangan
elektrolit (sodium, kalium, khlorida)

5
2. Gagal ginjal akut
Perjalanan krinis gagal ginjal akut biasanya dibagi menjadi 3 stadium :
oliguria, dieresis, dan pemulihan. Pembagian ini dipakai pada penjelasan
dibawah ini, tetapi harus diingat bahwa gagal ginjal akut azotemia dapat
saja terjadi saat keluaran urine lebih dari 400ml/24 jam.
a) Stadium oliguria
Oliguria timbul dalam waktu 24-48 jam sesuai trauma dan disertai
azotemia
b) Stadium diuresis
 Stadium GGA dimulai bila keluaran urine lebih dari 400ml/hari
 Berlangsung 2-3 minggu
 Pengeluaran urin harian jarang melebihi 4 liter, asalkan pasien tidak
mengalami hidrasi yang berlebih.
 Tingginya kadar urea darah
 Kemingkinan menderita kekurangan kalium, natrium, dan air
 Selama stadium dini dieresis kadar BUN mungkin meningkat terus
c) Stadium penyembuhan Stadium penyembuhan GGA berlangsung sampai
satu tahun, dan selama itu anemia dan kemampuan pemekatan ginjal
sedikit demi sedikit membaik.

D. Stadium CKD
Stadium deskripsi GFR
(mL/menit/1,73 m)
1 Fungsi ginjal normal, tetapi temuan ≥90
urin, abnormalitas struktur atau ciri
genetik menunjukkan adanya penyakit
ginjal
2 Penurunan ringan fungsi ginjal, 60-89
dan temuan lain (seperti pada
stadium 1) menunjukkan adanya
penyakit ginjal

6
3a Penurunan sedang fungsi ginjal 45-59

Penurunan sedang fungsi ginjal 30-44


3b

4 Penurunan fungsi ginjal berat 15-29

5 Gagal ginjal <15

Sumber: (The Renal Association,


2013

E. Komplikasi
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare
(2001) serta Suwitra (2006) antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme,
dan masukan diit berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan
peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion
anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

7
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan
adanya massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel
jaringan untuk diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit
dan asam basa.
b. Foto Polos Abdomen
Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal
ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem
pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi
sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
e. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler,
parenkhim) serta sisa fungsi ginjal
f. Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
g. Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
h. Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
j. EKG

8
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)
k. Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau
perlu untuk mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1) Laju endap darah
2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada
(anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus /
nanah, bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor,
warna kecoklatan menunjukkan adanya darah, miglobin, dan
porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan
tubular, amrasio urine / ureum sering 1:1.
3) Ureum dan Kreatinin
Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL
diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
4) Hiponatremia
5) Hiperkalemia
6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
8) Gula darah tinggi
9) Hipertrigliserida
10) Asidosis metabolic

9
2. Konsep Hemodialisa
a. Pengertian
Hemodialisis adalah bentuk dialysis yang menggunakan mesin (alat
dialysis ginjal) untuk membuang kelebihan cairan, bahan kimia dan produk
sisa dari darah. (Litin, 2009). Hemodialysis adalah terapi pengganti ginjal
pada pasien gagal ginjal akut, gagal ginjal kronis, dan gagal ginjal terminal
melalui mesin. Hemodialysis termasuk jenis membran dialysis selain
cangkok ginjal. Kelebihan dengan hemodialysis adalah pasien hanya datang
ke rumah sakit minimal 2 kali perminggu sedangkan cangkok ginjal hanya
dapat digantikan dengan ginjal asli yang diberikan oleh donor ginjal. (Rizal,
2011).
Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tingkat tinggi sebagai terapi
pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu
dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea,
kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membrane semi permeable
sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi
proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi. Dari beberapa pengertian diatas,
dapat disimpulkan bahwa hemodialisa adalah suatu terapi pengganti ginjal
yang menggunakan mesin ginjal buatan untuk mengeluarkan cairan dan
produk limbah dalam tubuh.
b. Tujuan Hemodialisa
Sebagai terapi pengganti, kegiatan hemodialisa mempunyai tujuan : (1)
Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam
urat. (2) Membuang kelebihan air. (3) Mempertahankan atau
mengembalikan system buffer tubuh. (4) Mempertahankan atau
mengembalikan kadar elektrolit tubuh. (5) Memperbaiki status kesehatan
penderita.
c. Proses Hemodialisa
Mekanisme proses pada mesin hemodialisa, darah dipompa dari tubuh
masuk ke dalam mesin dialysis lalu dibersihkan pada dialyzer (ginjal

10
buatan), lalu darah pasien yang sudah bersih dipompakan kembali ke tubuh
pasien.
Mesin dialysis yang paling baru telah dilengkapi oleh sistem
komputerisasi dan secara terus menerus memonitor array safty-critical
parameter, mencangkup laju alir darah dan dialysate, tekanan darah, tingkat
detak jantung, daya konduksi, pH dan lain-lain. Bila ada yang tidak normal,
alarm akan berbunyi. Dalam hemodialysis memerlukan akses vascular
(pembuluh darah) hemodialysis (AVH) yang cukup baik agar dapat
diperoleh aliran darah yang cukup besar, yaitu diperlukan kecepatan darah
sebesar 200 – 300 ml/menit secara kontinu selama hemodialysis 4 – 5 jam.
AVH dapat berupa kateter yang dipasang di pembuluh darah vena di
leher atau paha yang bersifat temporer. Untuk yang permanen dibuat
hubungan antara arteri dan vena, biasanya di lengan bawah disebut
arteriovenous fistula, lebih populer bila disebut (brescia) cimino fistula.
Kemudian darah dari tubuh pasien masuk ke dalam sirkulasi darah mesin
hemodialysis yang terdiri dari selang inlet/arterial (ke mesin) dan selang
outlet/venous (dari mesin ke tubuh), kedua ujungnya disambung ke jarum
dan kanula yang ditusuk ke pembuluh darah pasien. Darah setelah melalui
selang inlet masuk ke dialisar. Jumlah darah yang menempati sirkulasi
darah di mesin berkisar 200 ml. Dalam dialiser darah dibersihkan, sampah-
sampah secara kontinu menembus membran dan menyeberang ke
kompartemen dialisat, di pihak lain cairan dialisat mengalir dalam mesin
hemodialysis dengan kecepatan 500 ml/menit masuk ke dalam dialiser pada
kompartemen dialisat. Cairan dialisat merupakan cairan yang pekat dengan
bahan utama elektrolit dan glukosa, cairan ini dipompa masuk ke mesin
sambil dicampur dengan air bersih yang telah mengalami proses
pembersihan yang rumit (water treatment). Selama proses hemodialysis,
darah pasien diberi heparin agar tidak membeku bila berada di luar tubuh
yaitu dalam sirkulasi darah mesin.
Prinsip hemodialysis sama seperti metode dialysis. Melibatkan difusi
zat terlarut ke sembarang suatu selaput semi permeable. Prinsip pemisahan

11
menggunakan membran ini terjadi pada dialyzer. Darah yang mengandung
sisa-sisa metabolisme dengan konsentrasi yang tinggi dilewatkan pada
membran semi permeabel yang terdapat dalam dialyzer, dimana dalam
dialyzer tersebut dialirkan dialysate dengan arah yang berlawanan (counter
current).
Driving force yang digunakan adalah perbedaan konsentrasi zat yang
terlarut berupa racun seperti partikel-parttikel kecil, seperti urea, kalium,
asam urea, fosfat dan kelebihan khlorida pada darah dan dialysate. Semakin
besar konsentrasi racun tersebut di dalam darah dan dialisat maka proses
difusi semakin cepat. Berlawanan dengan peritoneal dialysis, dimana
pengangkutan adalah antar kompartemen cairan yang statis, hemodialysis
bersandar pada pengangkutan konvektif dan menggunakan konter mengalir,
dimana bila dialysate mengalir ke dalam berlawanan arah dengan mengalir
axtracorporeal sirkuit. Metode ini dapat meningkatkan efektivitas dialysis.
Dialysate yang digunakan adalah larutan ion mineral yang sudah
disterilkan, urea dan sisa metabolisme lainnya, seperti kalium dan fosfat,
berdifusi ke dalam dialysate. Selain itu untuk memisahkan yang terlarut
dalam darah digunakan prinsip ultrafiltrasi. Driving force yang digunakan
pada ultrafiltrasi ini adalah perbedaan tekanan hidrostatik antara darah dan
dialyzer. Tekanan darah yang lebih tinggi dari dialyzer memaksa air
melewati membran. Jika tekanan dari dialyzer diturunkan maka kecepatan
ultrafiltrasi air dan darah akan meningkat.
Jika kedua proses ini digabungkan, maka akan didapatkan darah yang
bersih setelah dilewatkan melalui dialyzer. Prinsip inilah yang digunakan
pada mesin hemodialysis modern, sehingga keefektifannya dalam
menggantikan peran ginjal sangat tinggi. (Rizal, 2011).
d. Alasan Dilakukan Hemodialisa
Hemodialisa dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan : (1) Kelainan
fungsi otak (ensefalopati uremik). (2) Perikarditis (peradangan kantong
jantung). (3) Asidosis (peningkatan keasaman darah) yang tidak

12
memberikan respon terhadap pengobatanGagal jantung. (4) Hiperkalemia
(kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah)
e. Frekuensi Hemodialisa
Frekuensi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa,
tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3
kali/Minggu. Program dialisa dikatakan berhasil jika : (1) Penderita
kembali menjalani hidup normal. (2) Penderita kembali menjalani diet yang
normal. (3) Jumlah sel darah merah sulit di toleransi. (4) Tekanan darah
normal. (5) Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif. (6) Dialisa bisa
digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal ginjal kronis
atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita menjalani
pencangkokan ginjal. Pada gagal ginjal akut, dialisa dilakukan hanya
selama beberapa hari atau beberapa Minggu, sampai fungsi ginjal kembali
normal.
f. Komplikasi Hemodialisa
Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005)
selama tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang
terjadi, antara lain : (1) Kram otot : Kram otot pada umumnya terjadi pada
separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai mendekati waktu
berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi
(penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi. (2) Hipotensi :
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,
rendahnya dialysate natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati
otonomik, dan kelebihan tambahan cairan. (3) Aritmia : Hipoksia, hipotensi,
penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan kalsium,
magnesium, kalium dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap
aritmia pada pasien hemodialisa. (4) Sindrom ketidakseimbangan dialisa :
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat
diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang
cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu gradient osmotic
diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradient osmotic ini

13
menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan edema
serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang
menjalani hemodialisa pertama dengan azotemia berat. (5) Hipoksemia :
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu
dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
(6) Perdarahan : Uremia menyebabkan gangguan fungsi trombosit. Fungsi
trombosit dapat dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan
heparin selama hemodialisa juga merupakan faktor resiko terjadinya
perdarahan. (7) Gangguan pencernaan : Gangguan pencernaan yang sering
terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena hipoglikemi.
Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala. Infeksi atau
peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler. (8) Pembekuan darah :
Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang
tidak sesuai ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
3. Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik
1) Pengkajian
1) Data Demografi
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga
yang mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh
berbagai hal seperti proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan
sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan
juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD.
Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung
banyak senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2) Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM,
glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi
saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu
kemungkinan terjadinya CKD.
3) Pola nutrisi dan metabolik.

14
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam
kurun waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan
nutrisi dan air naik atau turun.
4) Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input.
Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi
peningkatan suhu dan tekanan darah atau tidak singkronnya antara
tekanan darah dan suhu.

15
2) Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran
pasien dari compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi
meningkat dan reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi,
atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran
telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum,
bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat
otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara
tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung,
terdapat suara tambahan pada jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut
buncit.

h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi,
terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan
tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.

16
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat
/ uremia, dan terjadi perikarditis.

3) Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan b. d penurunan haluaran urine, diet berlebihan
dan retensi cairan serta natrium
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia,
mual dan muntah, pembatasan diet, dan pemburahan membrane mukosa
mulut.
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
4. Intoleran aktivitas b,d keletihan, anemia, retensi, produk sampah
5. Gangguan pertukaran gas
6. Nyeri
7. Kerusakan integritas kulit

3. Asuhan Keperawatan Pasien Hemodialisis


1) Pengkajian
Keluhan: Klien dengan hemodialisis biasanya mengeluhkan: Lemas,
pusing, gatal, baal-baal, bengkak-bengkak, sesak, kram, BAK tidak lancar,
mual, muntah, tidak nafsu makan, susah tidur, berdebar, mencret, susah
BAB, penglihatan tidak jelas, sakit kepala, nyeri dada, nyeri punggung,
susah berkonsentrasi, kulit kering, pandangan gelap, nyeri otot, nyeri pada
penusukkan jarum, rembes pada akses darah, keringat dingin, batuk
berdahak/tidak.
2) Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pengembangan Keluhan Utama dengan perangkat PQRST dan
pengaruhnya terhadap aktivitas sehari-hari
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Menanyakan adanya riwayat infeksi saluran kemih, infeksi organ lain,
riwayat kencing batu/obstruksi, riwayat konsumsi obat-obatan, jamu,

17
riwayat trauma ginjal, riwayat penyakit endokrin, riwayat penyakit
kardiovaskuler, riwayat darah tinggi, riwayat kehamilan, riwayat dehidrasi,
riwayat trauma.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Menanyakan riwayat polikistik, diabetes, hipertensi, riwayat penyakit
ginjal yang lain. Cantumkan genogram min. tiga generasi.
5) Pemeriksaan Fisik
Aktivitas istirahat/tidur
 Lelah,, lemah atau malaise
 Insomnia
 Tonus otot menurun
 ROM berkurang
Sirkulasi
 Palpitasi, angina, nyeri dada
 Hipertensi, distensi vena jugularis
 Disritmia
 Pallor
 Hipotensi/hipertensi, nadi lemah/halus
 Edema periorbital-pretibial
 Anemia
 Hiperlipidemia
 Hiperparatiroid
 Trombositopeni
 Pericarditis
 Aterosklerosis
 CHF
 LVH
Eliminasi
 Poliuri pada awal gangguan ginjal, olguri dan anuri pada fase lanjut
 Disuri, kaji warna urin

18
 Riwayat batu pada saluran kencing
 Ascites, meteorismus, diare, konstipasi
Nutrisi/cairan
 Edema, peningkatan BB
 Dehidrasi, penurunan BB
 Mual, muntah, anorexia, nyeri ulu hati
 Efek pemberian diuretic
 Turgor kulit
 Stomatitis, perdarahan gusi
 Lemak subkutan menurun
 Distensi abdomen
 Rasa haus
 Gastritis ulserasi
Neurosensor
 Sakit kepala, penglihatan kabur
 Letih, insomnia
 Kram otot, kejang, pegal-pegal
 Iritasi kulit
 Kesemutan, baal-baal
Nyeri/kenyamanan
 Sakit kepala, pusing
 Nyeri dada, nyeri punggung
 Gatal, pruritus,
 Kram, kejang, kesemutan, mati rasa
Oksigenasi
 Pernapasan kusmaul
 Napas pendek-cepat
 Ronchi
Keamanan
 Reaksi transfuse

19
 Demam (sepsis-dehidrasi)
 Infeksi berulang
 Penurunan daya tahan
 Uremia
 Asidosis metabolic
 Kejang-kejang
 Fraktur tulang
Seksual
 Penurunan libido
 Haid (-), amenore
 Gangguan fungsi ereksi
 Produksi testoteron dan sperma menurun
 Infertile

20
6) Rencana Asuhan Keperawatan

NO Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Kelebihan volume Tujuan: Fluid management
cairan b.d. Setelah dilakukan asuhan  Timbang popok/pembalut
penurunan haluaran keperawatan selama 3x24 jika diperlukan
urine, diet jam volume cairan  Pertahankan catatan intake
berlebihan dan seimbang. dan output yang akurat
retensi cairan serta Kriteria Hasil:  Pasang urin kateter jika
natrium NOC : Fluid Balance diperlukan
 Terbebas dari edema,  Monitor hasil HB yang
efusi, anaskara sesuai dengan retensi
 Bunyi nafas bersih, cairan (BUN, Hmt,
tidak ada osmolalitas urin)
dispneu/ortopneu  Monitor status
 Terbebas dari distensi hemodinamik termasuk
vena jagularis, reflek CVP, MAP, PAP dan
hepatojugular (+) PCWP
 Memelihara tekanan  Monitor vital sign
vena central, tekanan  Monitor indikasi
kapiler paru, output retensi/kelebihan cairan
jantung dan vital sign (cracles, CVP, edema,
batas normal. distensi vena leher, asites)
 Terbebas dari  Kaji lokasi dan luas edema
kelelahan, kecmasan  Monitor masukan
atau kebingungan makanan/cairan dan hitung
 Menjelaskan indikator intake kalori
kelebihan cairan  Monitor status nutrisi

21
 Kolaborasi pemberian
dierutik sesuai interyksi
 Batasi masukan cairan
pada keadaan hiponatrermi
dilusi dengan serum
Na<130 mEq/l
 Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
 Kolaborasi dengan dokter
jika tanda cairan berlebih
muncul memburuk
Fluid Monitoring
 Tentukan riwayat jumlah
dan tipe intake cairan dan
eliminasi
 Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari
ketidakseimbangan cairan
(Hipertermia, terapi
dieurit, kelainan renal,
gagal jantung, diaphoresis,
disfungsi hati dll)
 Monitor beratbadan
 Monitor serum dan
elektrolit urine
 Monitor serum dan
smilalitas urine
 Monior BP, HR, dan RR

22
 Monitor tekanan darah
orthostatic dan perubahan
irama jantung
 Monitor parameter
hemodinamik infasif
 Catat secara akutar intake
dan output
 Monitor adanya distens
leher, rinchi, eodem perifer
dan penambahan BB
 Monitor tanda dan gejala
eodem

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan Nutrition Management


nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24  Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh jam nutrisi seimbang dan makanan
b.d anoreksia, mual adekuat.  Kolaborasi dengan ahli
dan muntah, Kriteria Hasil: gizi untuk menentukan
pembatasan diet, NOC : Nutritional Status jumlah kalori dan nutrisi
dan pemburahan  Nafsu makan meningkat yang di butuhkan
membrane mukosa  Tidak terjadi penurunan  Anjurkan pasien untuk
mulut. BB meningkatkan intake Fe
 Masukan nutrisi adekuat  Anjurkan pasien untuk
 Menghabiskan porsi meningkatkan protein dan
makan vitamin C
 Hasil lab normal  Berikan substansi gula
(albumin, kalium)  Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi

23
 Berikan makanan yang
terpilih (sudah
dikonsultasikan dengn ahli
gizi)
 Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian
 Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
 Berikan informasi tetnag
kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas
normal
 Monitor adanya penurunan
berat badan
 Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
 Monitor interaksi anak
atau orang tua selama
makan
 Monitor lingkungan
selama makan
 Jadwalkan pengobatan dan
tindakan idak selama jam
makan

24
 Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
 Monitor kulit kering
 Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Manajemen sensasi perifer
perfusi jaringan keperawatan selama 1x24  monitor adanya daerah
perifer jam pola nafas adekuat. tertentu yang hanya peka
Kriteria Hasil: terhadap
Mendemonstrasikan panas/dingin/yajam/tumpul
status sirkulasi yang  monitor adanya peretese
ditandai dengan :  instruksikan keluarga
 tekanan systole dan untuk mengobservasi kulit
diastole dalam rentang jika ada isi atau leserasi
yang diharapkan  gunakan gerakan pada
 tidak ada ostostatik kepala, leher dan
hipertensi punggung
 tidak ada tanda-tanda  monitor kemmapuan BAB
peningkatan tekanan  kolaborasi pemberian
intrkranial (tidak lebih analgesic
dari 15 mmHg)

25
Mendemonstrasikan  monitor adanya
kemampuan kognitif tromboplebitis
yang ditandai dengan :  diskusikan mengenai
 berkomunikasi dengan penyebab perubahan
jelas dan sesuai dengan sensasi
kemampuan
 menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
 memproses informasi
 membuat keputusan
dengan benar
4 Intoleran aktivitas Setelah dilakukan asuhan Activity Therapy
b,d keletihan, keperawatan selama 3x24  Kolaborasi dengan tenaga
anemia, retensi, jam perfusi jaringan rehabilitas medic dalam
produk sampah adekuat. merencanakan program
Kriteria Hasil: terapi yang tepat
 Berpartisipasi dalam  Bantu klien untuk
aktivitas fisik tanpa mengidentifikasi aktivitas
disertai peningkatan yang mampu dilakukan
tekanan darah, nadi, RR  Bantu memilih aktivitas
 Mampu melakukan konsisten yang sesuai
aktivitas sehari-hari dengan kemampuan fisik,
(ADL) secara mandiri psikologi dan social
 Tanda-tanda vital  Bantu untuk
normal mengidentifikasi dan
 Energy psikomotor mendapatkan sumber yang
 Level kelemahan diperlukan untuk aktivitas
 Mampu berpindah yang di inginkan
dengan atau tanpa  Bantu klien untuk
bantuan alat membuat jadwal latihan

26
 Status kardiopulmunari diwaktu luang
adekuat  Monitor respon fisik,
 Sirkulasi status baik emosi, social dan spiritual
Status respirasi: pertukaran
gas dan ventilasi adekuat
5. Gangguan Setelah dilakukan asuhan Respiratory Monitoring
pertukaran gas keperawatan selama 1x24 1. Monitor rata – rata,
jam pola nafas adekuat. kedalaman, irama dan
Kriteria Hasil: usaha respirasi
NOC : Respiratory Status 2. Catat pergerakan
 Peningkatan ventilasi dada,amati kesimetrisan,
dan oksigenasi yang penggunaan otot
adekuat tambahan, retraksi otot
 Bebas dari tanda tanda supraclavicular dan
distress pernafasan intercostal
 Suara nafas yang bersih, 3. Monitor pola nafas :
tidak ada sianosis dan bradipena, takipenia,
dyspneu (mampu kussmaul, hiperventilasi,
mengeluarkan sputum, cheyne stokes
mampu bernafas dengan 4. Auskultasi suara nafas,
mudah, tidak ada pursed catat area penurunan /
lips) tidak adanya ventilasi dan
Tanda tanda vital dalam suara tambahan
rentang normal Oxygen Therapy
1. Auskultasi bunyi nafas,
catat adanya crakles
2. Ajarkan pasien nafas
dalam
3. Atur posisi senyaman
mungkin

27
4. Batasi untuk beraktivitas
Kolaborasi pemberian
oksigen
6. Nyeri  Setelah dilakukan Pain Management
tindakan keperawatan  Lakukan pengkajian nyeri
selama 3 jam klien secara komprehensif
dapat mengatasi nyeri termasuk lokasi,
yang di alami karakteristik, durasi,
 Kriteria hasil : frekuensi, kualitas dan
 Mampu mengontrol faktor presipitasi
nyeri (tahu penyebab  Observasi reaksi nonverbal
nyeri, mampu dari ketidaknyamanan
menggunakan tehnik  Gunakan tehnik komunikasi
nonfarmakologi untuk terapeutik untuk
mengurangi nyeri, mengetahui pengalaman
mencari bantuan) nyeri pasien
 Mampu mengenali nyeri  Kurangi faktor presipitasi
(skala, intensitas, nyeri
frekuensi dan tanda  Pilih dan lakukan
nyeri) penanganan nyeri
 Menyatakan rasa (farmakologi,
nyaman setelah nyeri nonfarmakologi, dan inter
berkurang personal)
 Luka bersih tidak  Ajarkan tentang tehnik non
lembab dan tidak kotor farmakologi
 Tanda-tanda vital dalam  Tingkatkan
batas normal atau dapat istirahat’evaluasi
ditoleransi keefektifan control nyeri
 Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

28
Analgesic Administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis dan
frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesic yang di
perlukan atau kombinasi
dari analgesic ketika
pemberian lebih dari
Saturday tentukan analgesic
pilihan, rute pemeberian,
dan disis optimal
 Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesic pertama kali
 Evaluasi efektivitas
analgesic,tanda dan gejala

7. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Pressure Management


integritas kulit keperawatan selama 3 x 24  Anjurkan pasien untuk
jam mencapai menggunakan pakaian
penyembuhan luka pada yang longgar
waktu yang sesuai.  Hindari kerutan pada
Kriteria hasil : tempat tidur
 Integritas kulit yang  Jaga kebersihan kulit agar
baik bisadipertahankan tetap bersih dan kering

29
(sensasi, elastisitas,  Mobilisasi pasien (ubah
temperature, hidrasi, posisi pasien) setiap dua
pigmentasi) jam sekali
 Tidak ada luka/lesi  Monitor kulit akan adanya
pada kulit kemerahan
 Perfusi jaringan baik  Monitor akttivitas dan
 Menunjukkan mobilisasi pasien
pemahamn dalam  Monitor status nutrisi
proses perbaikan kulit pasien
dan mencegah Insision site care
terjadinya cedera  Membersihkan, memantau
berulang dan meningkatkan proses
 Mampu melindungi penyembuhan pada luka
kulit dan yang ditutup dengan
mempertahankan jahitan, klip atau strapless
kelembaban kulit dan  Monitor proses
perawatan alami kesembuhan area insisi
 Monitor tanda dn gejala
injeksi pada area insisi
 Bersihkan area sekitar
jahitan atau staples,
menggunakan lidi kapas
steril
 Gunakan preparat
antiseptic sesuai program
 Ganti balutan pada interval
waktu yang sesuai atau
biarkan luka tetap terbuka
(tidak dibalut) sesuai
program

30
PATHWAY

31
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Amin & Kusuma, Hardhi. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis NANDA
NIC NOC Jilid 2. Yogyakarta:Mediaction

Sjamsuhidayat. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC.

32

Anda mungkin juga menyukai