Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan

toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa

membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada kehamilan

trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan

respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG

asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat

pemeriksaan rutin.

Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita

yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan

mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan

penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam

post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat

diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa

darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg%

berarti bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM.

Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah

dengan test tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan

kadar glikosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1

jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test

tolesansi glukosa oral. Gangguan DM terjadi 2 % dari semua wanita hamil,


kejadian meningkat sejalan dengan umur kehamilan, tetapi tidak merupakan

kecenderungan orang dengan gangguan toleransi glokusa,25%kemungkinan akan

berkembang menjadi DM gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani

dengan professional, karena dapat mempengaruhi kehidupan janin/ bayi dimasa

yang akan dating, juga saat persalinan.

Diabetes Gestational merupakan komplikasi medis yang paling umum

terjadi selama kehamilan tetapi dapat juga berlanjut meski sudah tidak hamil lagi.

Pengendalian kadar glukosa darah adalah hal penting selama kehamilan. Menurut

penelitian sekitar 40-60 persen ibu yang mengalami diabetes mellitus pada

kehamilan dapat berlanjut mengidap diabetes mellitus setelah persalinan.

Disarankan agar setelah persalinan pemeriksaan gula darah diulang secara berkala

misalnya setiap enam bulan sekali.

Pada pasien yang telah menderita DM sebelumnya jika kemudian hamil

maka akan cukup rawan untuk terjadi komplikasi pada janin yang dikandung, dan

juga kesehatan si ibu dapat memburuk apabila terjadi komplikasi-komplikasi

diabetik. Akhir dari kehamilan penderita DM dapat dibuat lebih aman apabila

ditangani dengan penatalaksanaan yang tepat, perawatan yang optimum meliputi

inisiasi terapi intensif sebelum konsepsi. Pasien-pasien ini memerlukan diagnosis

dan penatalaksanaan prenatal yang khusus.

Faktor risiko diabetes mellitus pada kehamilan adalah riwayat keguguran

berulang, pernah melahirkan bayi yang beratnya sama dengan atau melebihi 4000

g, pernah mengalami preeklamsia (keracunan kehamilan), atau pernah melahirkan

bayi mati tanpa sebab yang jelas atau bayi dengan cacat bawaan.
Selain itu yang juga merupakan faktor risiko adalah usia ibu hamil yang

melebihi 30 tahun, riwayat diabetes mellitus dalam keluarga, serta pernah

mengalami diabetes mellitus pada kehamilan sebelumnya.

B. RUMUSAN MASALAH

- Bagaimana Patofisiologi terjadinya DM pada masa kehamilan

- Bagaimana Proses asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan DM

C. TUJUAN

- Untuk mengetahui bagaiman asuhan kebidanan DMG pada kehamilan

- Untuk mengetahui apa itu DMG dalam kehamilan

- Untuk mengetahui patofisiologi DMG dalm kehamilan


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Menurut Depkes RI Diabetes Mellitus Gestasional (GDM = Gestasional

Diabetes Mellitus) adalah keadaan diabetes atau intoleransi glukosa yang timbul

selama masa kehamilan, dan biasanya berlangsung hanya sementara atau

temporer. Sekitar 4-5% wanita hamil diketahui menderita gestasional diabetes

melitus, dan umumnya terdeteksi pada atau setelah trimester kedua. Pertama kali

dikenali selama masa hamil saat ini.

Diabetes Melitus Gestasional adalah intoleransi glukosa yang terjadi pertama

kali ditemukan saat hamil dan lazimnya hilang setelah persalinan. Biasanya

diabetes gestasional terjadi pada usia trimester kedua kehamilan karena perubahan

hormon ibu (Diyan Indriani,2003).

Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65%

dan hal ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin.

Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan

pada saat pemeriksaan rutin.

B. ETIOLOGI

DMG disebabkan karena kekurangan insulin. Yang disebabkan karena

adanya kerusakan sebagian kecil atau sebagian besar sel – sel beta pulau

langerhans dalam kelenjar pancreas yang bekarja menghasilkan insulin.

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat

untuk makanan janin dan persiapan untuk menyusui. Bila tidak mampu
meningkatkan produksi insulin yang mengakibatkan hyperglikemia atau DM

kehamilan ( DM yang timbul dalam kehamilan ).

C. FAKTOR RESIKO

a. Factor kebidanan

 Beberapa kali keguguran

 Riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab yang jelas.

 Riwayat pernah melahirkan anak dengan cacat bawaan.

 Pernah pre-eklampsi

 polihidramnion

b. Faktor ibu

 Umur ibu hamil lebih dari 30 tahun

 Riwayat DM dalam keluarga

 Pernah DMG pada kehamilan sebelumnya

 Infeksi saluran kemih yang berulang-ulang sebelum hamiL

C. MANIFESTASI KLINIS

1. Sering kencing pada malam hari ( polyuria )

2. Selalu merasa haus ( polydipsia)

3. Selalu merasa lapar ( polyfagia )

4. Selau mersa lelah atau kekurangan enrgi

5. Penglihatan menjadi kabur

6. Hyperglaisimia ( peningkatan abnormal kandungan gula dalam darah )

7. Glaikosuria ( glukosa dalam urine )


8. Mata kabur

9. Pruritus vulva

10. Ketonemia.

11. BB menurun

12. Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl.

13. Gula darah sewaktu > 200 mg/dl

14. Gula darah puasa > 126 mg/dl.

D. KLASIFIKASI

1. Diabetes mellitus yang tergantung pada insulin ( Tipe 1/ Id DM )

Biasanya terdapat pada orang yang masih muda. Gejalanya terjadi dengan tiba –

tiba kadar glukosa darah yang tinggi. Disebabkan karena virus. Genetik, dan

imunologi.

2. Diabetes mellitus yang tidak tergantung pada insulin ( Tipe 2 / NID DM)

Biasanya terdapat pada orang yang usianya > 40 tahun , terjadi secara perlahan –

lahan , dan kemungkina tidak ada tanda atau gejala , biasanya terdapat pada orang

gemuk , usia lanjut dan tidak aktif.

3. Diabetes mellitus gestasional (DMG) yaitu diabetes yang hanya timbul dalam

kehamilan.

Tabel. klasifikasi insulin

KARAKTERISTIK TIPE 1 ( DEPENDEN TIPE 2 ( NON


INSULIN ) DIPENDEN INSULIN )
Lokus genetic  Kromosom 6  Tidak diketahui
Onset umur  < 20 tahun  Umur > 40 tahun
 < 40 tahun
Habitus  Normal,terjadi  Gemuk
pemborosan energi
Insulin plasma   Tinggi.resistensi terhadap
Insulin rendah/tidak ada/
kurang insulin tinggi
Glucagon  
Konsentrasi tinggi dapat Konsentrasi tinggi ,
diturunkan resistensinya juga tinggi
Komplikasinya reaksi  Ketoasidosis  hyperosmoler sampai
kortison  bereaksi
terhadap koma
terapi insulin  dapat bereaksi
Sulfonil- urea  tidak bereaksi  bereaksi dengan baik

E. SKRINING

Fourth International Workshop-Conference on Gestational Diabetes:

Merekomendasikan skrining untuk mendeteksi Diabetes Gestasional :

1. Risiko Rendah :

Tes glukosa darah tidak dibutuhkan apabila :

 Angka kejadian diabetes gestational pada daerah tersebut rendah

 Tidak didapatkan riwayat diabetes pada kerabat dekat

 Usia < 25 tahun

 Berat badan normal sebelum hamil

 Tidak memiliki riwayat metabolism glukosa terganggu

 Tidak ada riwayat obstetric terganggu sebelumnya

2. Risiko Sedang :

Dilakukan tes gula darah pada kehamilan 24 – 28 minggu terutama pada

wanita dengan ras Hispanik, Afrika, Amerika, Asia Timur, dan Asia

Selatan.

3. Risiko Tinggi :

Wanita dengan obesitas, riwayat keluarga dengan diabetes, mengalami

glukosuria (air seni mengandung glukosa). Dilakukan tes gula darah

secepatnya. Bila diabetes gestasional tidak terdiagnosis maka


pemeriksaangula darah diulang pada minggu 24 – 28 kehamilan atau

kapanpun ketika pasien mendapat gejala yang menandakan keadaan

hiperglikemia (kadar gula di dalam darah berlebihan

F. KOMPLIKASI

 Tekanan darah tinggi, preeclampsia dan eclampsia.

Gestational diabetes akan meningkatkan resiko ibu untuk mengalami tekanan

darah yang tinggi selama kehamilan. Hal tersebut juga akan meningkatkan resiko

ibu untuk terkena preeclampsia dan eclampsia, yaitu 2 buah komplikasi serius dari

kehamilan yang menyebabkan naiknya tekanan darah & gejala lain, yang dapat

membahayakan ibu maupun sang buah hati.

 Diabetes di kemudian hari.

Jika mengalami gestational diabetes, maka kemungkinan besar akan mengalami

kembali pada kehamilan berikutnya. Selain itu, ibu juga beresiko untuk menderita

diabetes tipe 2 di kemudian hari. Akan tetapi dengan mengatur gaya hidup seperti

makan makanan yang bernutrisi & berolahraga dapat mengurangi resiko terkena

diabetes tipe 2 nantinya. Untuk wanita dengan riwayat gestational diabetes, yang

berhasi menurunkan berat badan hingga ideal setelah melahirkan, maka resikonya

untuk terkena diabetes tipe 2 hanya kurang dari 1 per 4 wanita.

Komplikasi pad maternal Komplikasi pada janin


 Hipertensi 10-20 %  Kematian perinatal tinggi
 Hidraamnion 20-25%  Kelainan congenital 6 %
 Bakteriuria 7-10 %  Makrosomia
 Persalinan distosia 10-15 %  Kematian intra uterin
 Kematian maternal jarang  Abortus berulang / tanpa sebab
 Gangguan vaskuler sehingga Respiratory distress syndrom
menimbulkan : preeclampsia
 Dapat terjadi infertilitas  Janin makrosomia cenderung
 Emesis dan hyperemesis berat menyebabkan pertolongan
persalinan operatif
transoabdominal
 Dampak lain kolestrol tinggi dan Pertolongan persalinan
hypertensi adalah : pervaginam yang paling
1. Retinopati berbahaya adalah distosia bahu.
2. Nefropati
3. Neuropath
4. Ateroskelosis

G. PATOFISIOLOGI

Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi

suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi

perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya,

komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi,

kadar insulin tetap tinggi).

Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin

juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan

terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga

janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia,

hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat

yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui.

Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga

kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak

dapat mencapai janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada

janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping

beberapa hormone lain seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat

lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini
menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat

sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan

diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin

yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi

hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin,

sehingga ia relative hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes

kehamilan.

Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi

suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi

perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya,

komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi,

kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta,

dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal.

(menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga

hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik

(hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan

sebagainya.
H. WOC DMG

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes Tolenrasi Glukosa Oral (TTGO) adalah rutin untuk semua wanita hamil. Tes

ini juga dapat diindikasikan untuk diabetes pada kehamilan (diabetes gestasional).

Banyak di antara ibu-ibu yang sebelum hamil tidak menunjukkan gejala, tetapi

menderita gangguan metabolisme glukosa pada waktu hamil.

 Prosedur pemeriksaan bagi Tes Tolenrasi Glukosa Oral (TTGO)


Selama 3 hari sebelum tes dilakukan penderita harus mengkonsumsi sekitar

150 gram karbohidrat setiap hari. Terapi obat yang dapat mempengaruhi hasil

laboratorium harus dihentikan hingga tes dilaksanakan. Beberapa jenis obat yang

dapat mempengaruhi hasil laboratorium adalah insulin, kortikosteroid (kortison),

kontrasepsi oral, estrogen, anticonvulsant, diuretik, tiazid, salisilat, asam

askorbat. Selain itu penderita juga tidak boleh minum alkohol.

Protokol urutan pengambilan darah berbeda-beda; kebanyakan

pengambilan darah setelah puasa, dan setelah 1 dan 2 jam. Ada beberapa yang

mengambil darah jam ke-3, sedangkan yang lainnya lagi mengambil darah pada ½

jam dan 1½ jam setelah pemberian glukosa. Yang akan diuraikan di sini adalah

pengambilan darah pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam.

Sebelum dilakukan tes, penderita harus berpuasa selama 12 jam.

Pengambilan sampel darah dilakukan sebagai berikut :

· Pagi hari setelah puasa, penderita diambil darah vena 3-5 ml untuk uji

glukosa darah puasa. Penderita mengosongkan kandung kemihnya dan

mengumpulkan sampel urinenya.

· Penderita diberikan minum glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam

segelas air (250ml). Lebih baik jika dibumbui dengan perasa, misalnya dengan

limun.
Pada waktu ½ jam, 1 jam, 1½ jam, dan 2 jam, penderita diambil darah

untuk pemeriksaan glukosa. Pada waktu 1 jam dan 2 jam penderita

mengosongkan kandung kemihnya dan mengumpulkan sampel urinenya secara

terpisah.

Selama TTGO dilakukan, penderita tidak boleh minum kopi, teh, makan

permen, merokok, berjalan-jalan, atau melakukan aktifitas fisik yang berat.

Minum air putih yang tidak mengandung gula masih diperkenankan

 Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil laboratorium

a. Penggunaan obat-obatan tertentu

b. Stress (fisik, emosional), demam, infeksi, trauma, tirah baring, obesitas

dapat meningkatkan kadar glukosa darah.

c. Aktifitas berlebihan dan muntah dapat menurunkan kadar glukosa darah.

d. Obat hipoglikemik dapat menurunkan kadar glukosa darah.

e. Usia. Orang lansia memiliki kadar glukosa darah yang lebih tinggi. Sekresi

insulin menurun karena proses penuaan.

Intepretasi hasil Lab TTGO bagi GDM

· Puasa: 95 mg / dL atau lebih tinggi

· Jam Pertma: 180 mg / dL atau lebih tinggi

· Jam Kedua: 155 mg / dL atau lebih tinggi

· Jam Ketiga: 140 mg / dL atau lebih tinggi

Tes Toleransi glukosa oral (TTGO) yang paling umum digunakan untuk

mendiagnosis GDM di Amerika Serikat adalah TTGO, 3-jam-g 100. Menurut

kriteria diagnostik yang direkomendasikan oleh American Diabetes Association

(ADA), GDM didiagnosa jika kadar plasma dua atau lebih glukosa memenuhi
atau melebihi ambang batas berikut: konsentrasi glukosa puasa 95 mg / dl, kadar

glukosa 1-jam 180 mg / dl , 2-jam glukosa konsentrasi 155 mg / dl, atau 3 jam

konsentrasi glukosa 140 mg / dl. Tetapi nilai-nilai ini lebih rendah daripada batas

yang direkomendasikan oleh National Diabetes Data Group dan didasarkan pada

Carpenter dan modifikasi Coustan. Rekomendasi ADA juga mencakup

penggunaan-g OGTT-jam 75 2 dengan batas glukosa yang sama terdaftar untuk

berpuasa, 1-jam, dan jam nilai 2.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kriteria diagnostik, yang digunakan

hanya di negara di luar Amerika Utara, didasarkan pada TTGO 75-g 2-jam. GDM

didiagnosa oleh WHO kriteria jika baik glukosa puasa> 126 mg / dl atau glukosa

2 jam adalah> 140 mg / dl.

Penilaian risiko untuk GDM harus dilakukan pada kunjungan prenatal

pertama. Wanita dengan karakteristik klinis yang konsisten dengan risiko tinggi

GDM (obesitas ditandai, sejarah pribadi GDM, glikosuria, atau riwayat keluarga

yang kuat diabetes) harus menjalani pengujian secepat mungkin. Jika mereka

ternyata tidak memiliki GDM pada skrining awal, mereka harus diuji ulang antara

minggu kehamilan ke 24 hingga ke 28. Perempuan risiko sedang harus memiliki

pengujian dilakukan pada minggu kehamilan ke 24 hingga ke 2.


Status pasien yang mempunyai risiko rendah tidak memerlukan

pengujian glukosa, tapi kategori ini terbatas pada wanita-wanita yang memenuhi

seluruh karakteristik berikut:

a. Usia <25 tahun.

b. Berat badan normal sebelum hamil.

c. Anggota kelompok etnis dengan prevalensi rendah GDM.

d. Tidak ada riwayat keluarga yang mempunyai diabetes.

e. Tidak ada riwayat toleransi glukosa abnormal.

f. Tidak ada riwayat hasil obstetri buruk.

Jika tingkat glukosa plasma puasa > 126 mg / dl (7,0 mmol / l) atau glukosa

plasma santai> 200 mg / dl (11,1 mmol / l) memenuhi ambang batas normal untuk

diagnosis diabetes, dan dapat dikonfirmasi pada hari seterusnya, maka tidak perlu

untuk lakukan test menentukan kadar glukosa yang lain. Maka bagi pasien tidak

menunjukan sebarang tanda hiperglikemia, evaluasi untuk GDM pada wanita

dengan karakteristik risiko sedang atau risiko tinggi harus mengikuti salah satu

dari dua pendekatan:

· Lakukan tes diagnostik toleransi glukosa oral (TTGO) tanpa plasma

sebelumnya atau skrining serum glukosa. Pendekatan langkah pertama ini adalah

paling efektif pada pasien berisiko tinggi atau populasi (misalnya, beberapa

kelompok asli-Amerika).

· Melakukan pemeriksaan awal dengan mengukur plasma atau serum

glukosa 1 jam setelah beban glukosa 50-g oral (glucose challenge test [GCT]) dan

melakukan TTGO diagnostik pada subset dari perempuan yang mempunyai nilai

ambang glukosa yang lebih tinggi dari di GCT tersebut. Ketika dua langkah
pendekatan yang digunakan, nilai ambang glukosa> 140 mg / dl (7,8 mmol / l)

mengidentifikasi sekitar 80% wanita dengan GDM, dan hasil yang meningkat

menjadi 90% dengan menggunakan cutoff dari> 130 mg / dl (7,2 mmol / l).

J. KOMPLIKASI

Komplikasi akibat GDM bisa berlaku pada janin dan juga pada ibu.

Komplikasi janin termasuk makrosomia, hipoglikemia neonatal,

kematian perinatal, kelainan bawaan, hiperbilirubinemia, polisitemia,

hypocalcemia, dan sindrom gangguan pernapasan. Makrosomia, yang

didefinisikan sebagai berat lahir> 4.000 g, terjadi pada 20-30% bayi yang ibunya

menderita GDM. Faktor- faktor lain yang dapat diperlihat pada ibu yang

memicukan peningkatan insiden kelahiran janin makrosomia termasuk

hiperglikemia, Body Mass Index (BMI) tinggi, usia yang lebih tua, multiparitas.

Dengan ini, kasus makrosomia dapat menyebabkan untuk morbiditas janin

meningkat sewaktu dilahirkan, seperti distosia bahu, dan meningkatkan risiko

kelahiran secara sactio caesaria. Hipoglikemia neonatal dapat terjadi dalam

beberapa jam setelah dilahirkan . Hal ini adalah karena ibu yang hiperglikemia

dapat menyebabkan janin hiperinsulinemia Komplikasi jangka panjang pada

janin dengan ibu GDM termasuk peningkatan risiko intoleransi glukosa,

diabetes, dan obesitas.

Komplikasi pada ibu GDM meliputi hipertensi, preeklampsia, dan

peningkatan risiko kelahiran secara sactio caesaria. Hipertensi ini mungkin

terkait dengan resistensi insulin. Oleh karena itu, intervensi yang menunjukkan

peningkatkan sensitivitas insulin dapat membantu mencegah komplikasi ini.


Selain itu, wanita dengan riwayat GDM memiliki peningkatan risiko diabetes

setelah kehamilan dibandingkan dengan populasi umum, dengan tingkat konversi

hingga 3% per tahun.

K. PENATALAKSANAAN

1.Manajemen Farmakalogi

· Insulin adalah terapi farmakologis yang paling konsisten yang telah

ditunjukkan untuk mengurangi morbiditas janin ketika ditambahkan dengan

evaluasi Terapi Nutrisi Medis (MNT). Pemilihan kehamilan untuk terapi insulin

dapat didasarkan pada ukuran glikemia ibu dengan atau tanpa penilaian

karakteristik pertumbuhan janin. Ketika kadar glukosa ibu digunakan, terapi

insulin dianjurkan ketika MNT gagal untuk mempertahankan glukosa dipantau

berdasarkan kadar glukosa berikut:

1. Glukosa darah puasa seluruh : ≤ 95 mg / dl (5,3 mmol / l)

2. Glukosa plasma puasa : ≤ 105 mg / dl (5,8 mmol / l) atau

3. Glukosa darah postprandial 1-jam keseluruhan : ≤ 140 mg / dl (7,8 mmol

/l)

4. Glukosa 1-jam postprandial plasma : ≤ 155 mg / dl (8,6 mmol / l)

5. Glukosa darah postprandial 2-jam keseluruhan: ≤ 120 mg / dl

(6,7 mmol / l)

6. Glukosa postprandial plasma 2-jam : ≤ 130 mg / dl (7,2 mmol / l)

· Insulin harus digunakan bila insulin yang diresepkan, dan Pemantauan

Glukosa Darah Mandiri Harian (SMBG) harus dibimbing dan waktu dosis

regimen insulin. Penggunaan insulin analog belum cukup teruji di GDM.


· Pengukuran lingkar perut janin awal pada trimester ketiga dapat

mengidentifikasi sebagian besar bayi tanpa risiko kelebihan makrosomia dengan

tidak adanya terapi insulin ibu. Pendekatan ini telah diuji terutama pada

kehamilan dengan ibu kadar glukosa serum puasa <105 mg / dl (5,8 mmol / l).

· Agen penurun glukosa oral secara umum tidak dianjurkan selama

kehamilan. Namun, dalam satu percobaan klinis yang membandingkan

penggunaan insulin dan glyburide pada wanita dengan GDM menunjukkan ia

tidak mampu memenuhi tujuan glikemik pada MNT . Semua pasien berada di luar

trimester pertama kehamilan di inisiasi terapi. Glyburide tidak disetujui FDA

untuk pengobatan GDM dan studi lebih lanjut diperlukan dalam populasi pasien

yang lebih besar untuk membukti keamanannya.

2. Manajemen Non-Farmakalogi

· Semua wanita dengan GDM harus mendapat konseling gizi, oleh seorang

ahli diet terdaftar bila mungkin, sesuai dengan rekomendasi oleh American

Diabetes Association. Individualisasi terapi nutrisi medis (MNT)

tergantung pada berat badan ibu dan tinggi dianjurkan. MNT harus mencakup

penyediaan kalori dan nutrisi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan

kehamilan dan harus konsisten dengan tujuan glukosa darah ibu yang telah

ditetapkan. Diet kurang kalori dapat digunakan bagi tahap sedang.

· Untuk wanita gemuk (BMI> 30 kg / m 2). Pembatasan kalori 30-33% (25

kkal / kg berat aktual per hari) telah terbuktikan dapat mengurangi hiperglikemia

dan kadar plasma trigliserida tanpa menunjukkan peningkatan pada ketonuria.

Pembatasan karbohidrat untuk 35-40% dari kalori telah terbukti menurunkan

kadar glukosa ibu dan membaikan kondisi ibu dan janin


· Program latihan fisik yang sedang telah terbukti dapat menurunkan

konsentrasi glukosa ibu pada wanita dengan GDM. Meskipun dampak latihan

komplikasi neonatal menunggu uji klinis yang ketat, efek penurun glukosa

menguntungkan menjamin rekomendasi bahwa perempuan tanpa kontraindikasi

medis atau obstetri didorong untuk memulai atau melanjutkan program latihan

sederhana sebagai bagian dari pengobatan untuk GDM.

· GDM tidak dengan sendirinya merupakan indikasi untuk kelahiran certio

cesearan atau untuk partus sebelum 38 minggu kehamilan. Perpanjangan masa

kehamilan 38 minggu meningkatkan risiko makrosomia janin tanpa mengurangi

tingkat bedah caesar, sehingga melahirkan janin pada minggu 38 dianjurkan tetapi

kondisi obstetric harus pertimbangan. Menyusui, seperti biasa, harus didorong

pada wanita dengan GDM.

3. Monitor / Surveilans (Antenatal Care)

Surveilans metabolik ibu harus diarahkan dalam mendeteksi hiperglikemia

parah cukup untuk menentukan kadar risiko efek pada janin. Pemantauan diri

glukosa darah harian (SMBG) tampaknya lebih unggul mengetahui kadar gula

darah yang benar. Bagi wanita yang diobati dengan insulin, bukti-bukti terbatas

menunjukkan bahwa pemantauan postprandial lebih unggul dari pemantaun

preprandial.

· Pemantauan keton urin mungkin berguna dalam mendeteksi kalori yang

tidak memadai atau asupan karbohidrat pada wanita diperlakukan dengan

pembatasan kalori.

· Surveilans ibu harus mencakup tekanan darah dan protein urin

pemantauan untuk mendeteksi gangguan hipertensi.


· Surveilans harus dipertingkatkan bagi kehamilan berisiko tinggi kerana

dapat menyebabakan kematian pada janin , terutama ketika kadar glukosa puasa

melebihi 105 mg / dl (5,8 mmol / l) atau jangka masa kehamilan berlanjut.

Inisiasi, frekuensi, dan teknik khusus yang digunakan untuk menilai

kesejahteraan janin akan tergantung pada risiko kumulatif janin bergantung dari

GDM dan kondisi medis lain / kondisi obstetri yang hadir.

· Penilaian pertumbuhan janin asimetris dengan ultrasonografi, terutama di

awal trimester ketiga, dapat membantu dalam mengidentifikasi janin yang dapat

manfaat dari terapi insulin ibu.

ADA merekomendasikan semua wanita dengan GDM harus diskrining

untuk intoleransi glukosa dari pada minggu ke enam sampai ke dua belas setelah

melahirkan. Pada wanita yang mendapat kelainan pada kadar glukosa darah

selama kehamilan memiliki risiko terbesar untuk mendapat intoleransi glukosa

postpartum. Semua wanita dengan riwayat gestational diabetes harus dididik

tentang modifikasi gaya hidup dan risiko akibat resistensi insulin.

· Jika hasil pada minggu ke enam setelah melahirkan janin menunjukkan

gangguan glukosa puasa atau toleransi, pasien harus diuji ulang setiap tahun.

Semua wanita dengan GDM harus menerima intensif terapi dan latihan program

individu ditentukan karena mereka mempunyai risiko tinggi terkena diabetes.

Mereka perlu dirujukan pada para medis dengan keahlian dalam pendidikan dan

perawatan diabetes dewasa untuk wanita dengan kelainan kadar glukosa pada

postpartum.
L. PROGNOSIS

Kehamilan kedua dalam waktu 1 tahun dari kehamilan sebelumnya yang

mempunyai GDM memiliki tingkat kekambuhan tinggi. Wanita didiagnosa

dengan GDM memiliki peningkatan risiko terkena diabetes melitus di masa

depan.

Wanita yang membutuhkan insulin pengobatan sewaktu kehamilan kerana

didiagnosa dengan GDM mempunyai risiko tinggi untuk mendapat diabetes

kerana telah mempunyai antibodi yang terkait dengan diabetes (seperti antibodi

terhadap dekarboksilase glutamat, islet sel antibodi dan / atau antigen insulinoma-

2), berbanding wanita dengan dua kehamilan sebelumnya dan pada wanita yang

gemuk.

Wanita membutuhkan insulin untuk mengelola gestational diabetes

memiliki resiko 50% terkena diabetes dalam lima tahun ke depan. Tergantung

pada populasi yang diteliti, kriteria diagnostik dan panjang tindak lanjut, risiko

dapat bervariasi sangat besar. Risiko tampaknya tertinggi dalam 5 tahun pertama,

mencapai dataran tinggi setelahnya. Penelitian lain menemukan risiko diabetes

setelah GDM lebih dari 25% setelah 15 tahun.

Ada data statistik terhadap risiko kondisi lain pada wanita dengan GDM,

dalam studi Perinatal Yerusalem, 410 dari 37.962 pasien dilaporkan telah GDM,

dan ada kecenderungan lebih mendapat kanker payudara dan kanker pankreas ,

tetapi lebih banyak penelitian diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan ini.


DAFTAR PUSTAKA

Chunningham, F. Gary CS. 2001. Diabetes, Williams Obsetrics, New York,

Sydney, Toronto: McGraw-Hill, Scientific Publications, Part 1, Chapter

11, 66-70

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
diabetes.pdf
Indriyani,Diyan.2013.Keperawatan Maternitas pada area perawatan
antenatal.Yogyakarta :Graha Ilmu.
Journal Clinical Diabetes January 2005 Vol 2
Lange, oded dan Scott B. Ronson. 2000. Diabetes in Pregnency Practical Strategis

in Obcetres and Gynecology. Philadelphia, Sydney, Tokyo: WB

Saunders Company, Chapter 35, 360-369.

Sarwono.2007.Ilmu Kebidanan.YBP-SP:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai