Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Guru Berdasarkan
Pendekatan Kompetensi mengatakan bahwa, Guru adalah orang yang memberikan suatu ilmu
atau kepandaian tertentu kepada seseorang atau sekelompok orang. Maka untuk menjadi
seorang guru harus memiliki keahlian khusus, pengetahuan, kemampuan dan dituntut untuk
dapat melaksanakan peran-perannya secara profesional yang dalam tugasnya guru tidak hanya
mengajar, melatih tetapi juga mendidik.
Untuk dapat melaksanakan perannya tersebut guru harus mempunyai kompetensi sebagai
modal dasar dalam mengemban tugas dan kewajibannya. Kompetensi dasar yang dimaksud
adalah :
1. Kompetensi Personal
Artinya seorang guru harus memiliki kepribadian yang mantap yang patut diteladani.
2. Kompetensi profesional
Artinya seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, mendalam dari bidang studi
yang diajarkannya, memilih dan menggunakan bebagai metode mengajar dalam proses
belajar mengajar yang diselenggarakannya.
3. Kompetensi sosial
Artinya seorang guru harus mampu berkomunikasi baik dengan siswa, sesama guru
maupun masyarakat luas.
Sedangkan menurut Cooper, menyatakan bahwa kompetensi guru dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia.
2. Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya.
3. Mempunyai sikap yang tetap tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan bidang
studi yang dibinanya.
4. Mempunyai keterampilan teknik belajar.
Sebelum UU 14/2005 diterbitkan, ada sepuluh kompetensi dasar guru yang telah
dikembangkan melalui kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
Kesepuluh kompeteansi itu kemudian dijabarkan melalui berbagai pengalaman belajar.
Adapun sepuluh kemampuan dasar guru itu adalah :
1. Kemampuan menguasai bahan pelajaran yang disajikan
2. Kemampuan mengelola program belajar mengajar
3. Kemampuan mengelola kelas
4. Kemampuan menggunakan media/sumber belajar
5. Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan
6. Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar
7. Kemampuan menilai prestasi peserta didik untuk kependidikan pengajaran
8. Kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan
dan penyuluhan.
9. Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
10. Kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran.
Selanjutnya sepuluh kompetensi guru tersebut di revisi oleh UU Guru dan Dosen No.14 tahun
2005.Menurut UU Guru dan Dosen No.14 tahun 2005, kompetensi guru dibagi menjadi empat
yaitu :
1. Kompetensi Pedagogik
Manusia adalah mahluk Pedagoik, artinya mahluk Allah yang dilahirkan membawa potensi
dapat dididik dan dapat mendidik. Meskipun demikian, kalau potensi itu tidak dikembangkan,
niscaya ia akan kurang bermakna dalam kehidupan. Oleh karena itu, ia perlu dikembangkan
dan pengembangan itu senantiasa dilakukan dalam usaha dan kegiatan pendidikan.
Adapun yang dimaksud dengan Kompetensi Pedagogik dalam diri seorang guru, Slamet PH
(2006) mengatakan kompetensi pedagogik terdiri dari Sub-Kompetensi.
Dari pandangan tersebut dapat ditegaskan kompetensi pedagogik merupakan kemampuan
dalam pengelolaan peserta didik meliputi ;
1. Pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan
2. Guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik, sehingga dapat didesain
strategi pelayanan belajar sesuai keunikan masing-masing peserta didik.
3. Guru mampu mengembangkan kurikulum/silabus baik dalam bentuk dokumen maupu
implementasi dalam bentuk pengalaman belajar
4. Guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
5. Mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan
interaktif
6. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur dan standar
yang dipersyaratkan.
7. Mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan intrakulikuler
dan ekstrakulikuler untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Dengan demikian tampak bahwa kemampuan pedagogik bagi guru bukanlah hal yang
sederhana, karena kualitas guru haruslah diatas rata-rata kualitas ini dapat dilihat dari aspek
intelektual meliputi aspek :
1. Logika
Logika sebagai pengembangan kogntif yaitu mencakup kemampuan intelektual mengenali
lingkungan terdiri atas enam macam yang disusun seri dari yang sederhana sampai yang
kompleks.
2. Etika
Etika sebagai pengembangan afektif yaitu mencakup kemampuan emosional dalam
mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam kemampuan emosional
disusun secara hierarkis.
3. Estetika
Estetika sebagai pengembangan psikomotorik yaitukemampuan motorik mengingatkan
dan mengkoordinasikan gerakan.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, guru perlu berpikir secara antisipatif dan proaktif. Guru
secara terus menerus belajar sebagai upaya melakukan pembaharauan atas ilmu pengetahuan
yang dimilikinya. Caranya sering melakukan penelitian baik melalui kajian pustaka, maupun
melakukan penelitian seperti penelitian tindakan kelas.
2. Kompetensi Kepribadian
Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan
kepribadian seseorang. Selama hal itu dilakukan dengan penuh kesadaran. Memang,
kepribadian menurut Zakiah Daradjat (1980) disebut sebagai sesuatu yang abstrak, sukar
dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, dan ucapan ketika
mengahadapi suatu persoalan, atau melalui atsarnya saja. Kepribadian mencakup segala unsur,
baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku
seseorang merupakan cerminan dari seseorang. Apabila nilai kepribadian seseorang naik,
maka akan naik pula kewibawaan orang tersebut. Tentu dasarnya adalah ilmu pengetahuan dan
moral yang dimilikinya. Kepribadian akan turut menentukan apakah para giri dapat disebut
sebagai pendidik yang baik atau sebaliknya, justru menjadi perusak anak didiknya.
Dilihat dari aspek psikologi kompetensi kepribadian guru menunjukan kemampuan personal
yang mecerminkan kepribadian, yaitu :
1. Mantap dan stabil
2. Dewasa
3. Arif dan bijaksana
4. Berwibawa
5. Memiliki ahlak yang mulia
Alexander (1971) menyatakan: “ No one can be a genuine techer unless he is himself actively
sharing in the human attempt to understand me and their word”secara tidak langsung,
Alexander menayarankan agar guru dapat memahami kesulitan yang dihadapi oleh muridnya
dalam belajar, dan kesulitan lain yang menganggu dalam hudupnya.
Guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap kepribadian yang utuh yang
dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh kehidupannya. Kompetensi pribadi
menurut Usman (2004) meliputi ;
1. Kemampuan mengembangkan kepribadian
2. Kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi
3. Kemampuan melaksanakan bimbingan dan penyuluhan
Basuki (PGRI, 1937) dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII menyatakan bahwa kode
etik guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI
dalam melaksanakan panggilan pengabdiaanya bekerja sebagai guru.
Rumusan kode etik Guru Indonesia setelah disempurnakan dalam Kongres PGRI XIII tahun
1989 di Jakarta, diantaranya menjadi sebagai berikut :
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila
2. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan
3. Guru menciptakan suasana sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar-
mengajar.
Dengan disempurnakannya kode etik guru ini berarti harus dijadikan Barometer atau ukuran
bagaimana guru bertindak, bersikap, dan berbuat dalam kehidyupannya. Naik kehidupan
individu, keluarga,dan sekolah maupun kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Di samping
itu guru juga harus mengimplementasikan nilai-nilai timggi terutama yang diambilkan dari
ajaran agama, misalnya jujur dalam perkataan dan perbuatan, tidak munafik.
3. Kompetensi Sosial
Artinya kompetensi soisal terkait dengan kemampuan guru sebagai mahluk sosial dalam
berinteraksi. Sebagai mahluk sosial guru berperilaku santun, mampu berkomunikasi dan
berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai rasa empati terhadap
orang lain. Kondisi objektif ini menggambarkan bahwa kemampuan sosial guru tampak ketika
bergaul dan melakukan interaksi sebagai profesi maupun sebagai masyarakat, dan kemampuan
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Sosial menurut Slamet PH (2006) terdiri dari sub-kompetensi :
a. Memahami dan menghargai perbedaan serta memiliki kemampuan mengelola konflik
dan benturan.
b. Melaksanakan kerjasam secara harmonis dengan kawan sejawat, kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, dan pihak terkaait lainnya.
c. Membangun kerja tim yang kompak, cerdas, dinamis, dan lincah.
d. Melaksanakan komunikasi secara efektif dan menyenangkan.
e. Memiliki kemampuan memahami dan menginternalisasikan perubahan lingkungan
yang berpengaruh terhadap tugasnya.
f. Memiliki kemampuan mendudukan dirinya dalam sistem nilai yang berlaku di
masyarakat sekitarnya
g. Melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola yang baik.
Pada kompetensi sosial, masyarakat adalah perangkat perilaku yang merupakan dasr bagi
pemahaman diri dengan bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya
interaksi sosial secara objektif dan efisien.
4. Kompetensi Profesional
Profesi berarti menyatakan secara piblik dan dalam bahasa latin sebut “Profession” yang
digunakan untuk menunjukan pernyataan publik yang dibuat oleh seseorang yang bermaksud
menduduki suatu jabatan publik.
Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh
karena itu meningkatkan mutu pendidikan, berarti juga meningkatkan mutu guru.
Meningkatkan mutu guru bukan hanha dari segi kesejahteraannya, tetapi juga
profesionalitasnya.
Kompetensi profesional berkaitan dengan bidang studi, menurut Slamet PH (2006) terdiri dari
Sub-Kompetensi :
Sejalan dengan hal itu, UU No. 14 tahun 2005 Bab II Pasal 2 ayat (1) menyatakan guru
mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesjuai
dengan peraturan perundang-undangan Profesional, dan profesional berarti melakukan sesuatu
sebagai pekerjaan pokok sebagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang atau sebagai
hoby belaka.
Djojonegoro (1998;350) mengatakan profesionalisme dalam suatu pekerjaan ditentukan oleh
tiga faktor penting, yakni :
1. Memiliki keahlian khusus yang dipersiapkan oleh program pendidikan keahlian atau
speliasisasi
2. Memiliki kemampuan memperbaiki kemampuan
3. Memperoleh penghasilan yang memadai sebagai imbalan terhadap keahlian tersebut.
Guru yang terjamin kualitasnya diyakini mampu melaksanakan tugas dan fungsiunya dengan
baik. Penjaminan mutu guru perlu dilakukan dari waktu ke waktu demi terselenggaranya
layanan pembelajaran yang berkualitas.
Guru yang bermutu niscaya mampu melaksanakan pendidikan, pengajaran dan pelatihan yang
efektif dan efisien.
Guru yang profesional diyakini mampu memotivasi siswa untuk mengoptimalkan potensinya
dalam kerangka pencapaian standar pendidikan yang ditetapkan.
Kompetensi atau kemampuan memang suatu hal yang harus dimiliki oleh setiap tenaga
pengajar. Dengan adanya kompetesi akan memudahkan tercapainya tujuan pendidikan
Nasional.
Secara luas kompetensi berarti suatu keahlian atau kemampuan yang ada dan harus dimiliki
oleh setiap tenaga pengajar khususnya, dan umumnya seluruh warga belajar jhuag harus
memiliki kompetensi/kemampuan.
2. Menghadapi abad 21 ini keterampilan belajar apa yang harus dimiliki oleh guru dan siswa?
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menciptakan peradaban di suatu negara.
Maju atau mundurnya negara ditentukan oleh kualitas pendidikan. Dalam perkembangannya,
pendidikan senantiasa mengalami perubahan. Hal ini disebabkan seiring dengan semakin
berubahnya zaman, yang ditandai dengan pesatnya kemajuan teknologi dan informasi.
Guru merupakan elemen terpenting dalam sebuah sistem pendidikan karena itu merupakan ujung
tombak. Proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas pengetahuan guru. Pernahkah kita
sebagai guru membayangkan apa yang akan terjadi di abad 21?
A. Keterampilan yang wajib dikuasai oleh Kepala Sekolah, Guru dalam menghadapi abad 21
Ada 6 keterampilan inti yang wajib dikuasai oleh Kepala Sekolah, dan Guru dalam menghadapi
abad 21.
Pertama, keterampilan berpikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah atau sering dikenal
dengan critical thinking and problem solving. Keterampilan atau kemampuan guru untuk
menciptakan anak berpikir kritis. Maksudnya berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional,
kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenai
permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan seran mengevaluasi. Atau secara singkatnya
berpikir untuk menyelesaikan masalah dengan tujuan untuk menjadi lebih baik.
Kedua, keterampilan bekerjasama dan berkomunikasi dengan baik atau sering dikenal
dengan collaboration and communication. Keterampilan ini merupakan keterampilan dalam hal
bekerjasama dan komunikasi yang baik. Maksud dari komunikasi disini adalah kita mampu
berinteraksi dengan seluruh manusia yang ada di dunia ini, karena Abad 21 tidak ada lagi sekat
negara yang memisahkan. Jadi, setiap siswa harus mampu berbahasa Internasional dalam
menghadapai Abad 21.
Ketiga, Keterampilan berpikir kreatif dan mengembangkan imajinasi atau sering dikenal
dengan creativity and imagination. Guru harus bisa memancing siswa untuk berpikir kreatif dalam
segala bidang yang ada di dunia pendidikan. Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-
beda, guru harus mampu menumbuhkan setiap kreatifitas semua siswa. Yang mempunyai
kreatifitas dan Imaginasi tinggilah yang akan sukses dan menguasai dunia saat ini.
Keempat, keterampilan untuk menjadi warga negara yang baik atau sering dikenal
denan citizenship. Kemajuan Teknologi dan Informasi di abad 21 akan membuat rasa nasionalis
berkurang. Oleh sebab itu, guru harus memberikan doktrin kepada siswa menjadi warga negara
yang baik, dengan cara berkontribusi membangun negara untuk ikut serta mensejahterakan
masyarakat. Jika suatu negara krisis, maka banyak masalah yang akan muncul.
Kelima, kemampuan atau keterampilan untuk dapat memahami dan menggunakan informasi dari
berbabagai sumber untuk ditampilkan di Internet atau sering dikenal dengan digital literacy.
Berdasarkan catatan UNESCO, digital literacy merupakan kemampuan untuk mengakses sumber
berita dan mengevaluasi secara kritis dan menciptakan informasi melalui teknologi digital.
Melalui digital literacy, seseorang tidak sekedar memiliki kemampuan untuk mengoperasikan
peralatan teknologi, tapi juga harus memiliki kemampuan lain.
Keenam, kompetensi atau kemampuan untuk mengembangkan potensi siswa atau sering dikenal
dengan student leadership and personal development. Guru harus mampu memahami potensi
setiap siswa dan mengembangkan potensi tersebut. Setiap anak mempunyai potensi yang berbeda–
beda, guru harus mampu meningkatkan rasa percaya diri kepada siswa dalam mengembangkan
potensinya.
Guru–guru di Indonesia pasti mampu menguasai keenam kompetensi inti dalam menghadapi abad
21, sehingga mampu mempersiapkan generasi yang siap menghadapi era abad 21. Jika kita tidak
menyiapkan siswa dan siswi dalam menghadapai persaingan hidup di abad 21, maka generasi kita
sekarang tidak akan mampu bertahan di masa yang akan datang.