Anda di halaman 1dari 5

GANGGUAN PEREDARAN DARAH OTAK

A. Pendahuluan

Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) atau penyakit serebrovaskuler

(Cerebro Vascular Disease / CVD) atau yang lebih di kenal dengan stroke adalah

gangguan fungsi saraf otak yang timbul secara mendadak (beberapa detik atau

secara cepat / beberapa jam) dengan gejala atau tanda sesuai dengan daerah yang

terganggu, sehingga dapat menimbulkan defisit neurologis atau kematian.

Secara garis besar GPDO dapat di bagi menjadi:

1. GPDO karena perdarahan.

2. GPDO bukan karena perdarahan.

Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya GPDO secara umum adalah:

1. Penyumbatan pembuluh darah oleh trombus atau embolus.

2. Robek atau pecahnya pembuluh darah.

3. Adanya penyakit pada dinding pembuluh darah.

4. Ada gangguan susunan komplemen darah.

Berdasarkan onset penyakitnya stadium stroke terbagi atas:

1. Transient Ischaemic Attack (TIA), yaitu gangguan pembuluh darah

sepintas yang sembuh dalam 24 jam.

2. Reversible Ischaemic Neurologic Defisit (RIND), yaitu gangguan yang

onsetnya lebih dari 24 jam sampai beberapa hari.

3. Progressive Stroke atau Stroke inevolution.


4. Completed Stroke

Terdiri dari:

- Non-hemorrhagic stroke (infark), baik karena trombus atau

embolus.

- Hemorrhagic completed stroke

Klasifikasi stroke berdasarkan penyebab adalah:

1. Stroke iskemik atau stroke non hemoragik, berupa TIA, trombosis dan

emboli.

2. Stroke hemoragik, terdiri atas:

- Perdarahan Intra Serebral (PIS)

- Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)

Faktor resiko terjadinya stroke di bagi atas;

1. Yang tidak dapat di ubah, seperti; usia, jenis kelamin, ras, riwayat

keluarga, riwayat TIA atau stroke sebelumnya, penyakit jantung koroner,

fibrilasi atrium.

2. yang dapat di ubah, seperti hipertensi, diabetes mellitus, merokok,

penyalahgunaan obat dan alkohol, kontrasepsi oral, hematokrit yang

meningkat, bruit karotis asimtomatis, hiperurisemia dan dislipidemia.

a. Hipertensi

Merupakan faktor resiko yang potensial, karena pada hipertensi dapat

meyebabkan pecahnya atau menyempitnya pembuluh darah otak. Jika pembuluh

darah otak pecah maka terjadi perdarahan dan jika menyempit akan menyebabkan

penurunan aliran darah ke otak sehingga sel otak dapat mengalami kematian.

2
b. Diabetes mellitus

Pada pasien diabetes mellitus akan terjadi penebalan dinding pembuluh

darah otak yang berukuran besar. Hal ini jelas akan mengganggu aliran darah otak

, yang pada akhirnya menyebabkan infark sel otak.

c. Penyakit Jantung

Penyakit jantung koroner dengan infark jantung, penyakit jantung rematik,

dan gangguan irama jantung dapat menimbulkan GPDO dengan jalan

menimbulkan hambatan aliran darah ke otak, karena jantung melepaskan

gumpalan darah atau sel-sel jaringan yang mati ke dalam aliran darah yang

disebut emboli.

d. Hiperkolesterolemia

Tingginya kadar kolesterol LDL dengan rendahnya HDL dapat

meningkatkan terjadinya aterosklerosis, penebalan dinding pembuluh darah yang

diikuti dengan penurunan elastisitas pembuluh darah, akibatnya terjadi gangguan

aliran darah ke otak.

e. Merokok

Merokok dapat meningkatkan konsenterasi fibrinogen. Hal ini akan

memudahkan terjadinya penebalan dinding pembuluh darah dan peningkatan

viskositas pembuluh darah, yang akhirnya mempengaruhi aliran darah ke otak.

Selain itu, merokok dapat menyebabkan resiko infark jantung.

f. Lain-lain, diantaranya obesitas, peningkatan asam urat, penyakit paru, dan

penyakit darah.

3
B. Perdarahan Intra Serebral (PIS)

Lokasi perdarahan intra serebral yang sering terkena adalah hemisfer dan

batang otak (80%), disamping serebelum (20%).

Patogenesis terjadinya perdarahan intra serebral secara umum adalah:

adanya hipertensi mempermudah terjadinya aterosklerosis, akibatnya dinding

pembuluh darah melunak sehingga mudah terbentuk mikroaneurisma ( Ø 1 mm ).

Degenerasi lipohialinosis dan nekrosis fibrinoid pada tunika muskularis

arteriol menyebabkan retaknya tunika intima sehingga memudahkan terbentuk

aneurisma yang mudah pecah terutama jika tekanan darah meningkat. Pembuluh

darah yang sering terkena adalah cabang A. lentikulo striata (ganglia basalis,

kapsula interna) dan darah di putamen dan talamus.

Gejala klinis:

Umumnya mengenai usia lebih dari 50-75 tahun. Serangan terjadi

terutama waktu aktif dengan keluhan prodromal yang dapat berupa:

- sefalgia

- penurunan daya ingat

- mata kabur

- epistaksis

- mual muntah

Hemiparesis dan hemihipestesi dapat terjadi pada keadaan ini. 65% dari

penurunan kesadran yang terjadi adalah koma, dimana 23% diantaranya

berlangsung selama setengah sampai 2 jam, 2% selama 2 jam sampai beberapa

hari. Gejala motorik dan sensorik sesuai dengan lokasi lesi.

4
Diagnosis ditegakkan berdasarkan klinis dan pemeriksaan penunjang

seperti CT scan dan MRI. Pada kasus ini dapat terjadi leukositosis dan

hiperglikemik ringan.

Penatalaksanaan:

1. Umum, prinsip 5B:

- Breathing, perhatikan jalan napas, pemberian O2

- Blood, kontrol tensi, viskositas darah

- Brain, atasi kejang, gelisah dan perhatikan intake makanan

- Bladder, miksi, output urin dan kateter

- Bowel, kebutuhan kalori makanan dan elektrolit

3. Khusus, diantaranya;

- Anti edema

- Anti konvulsan

- Obat hemostasis

- Anti hipertensi

- Fisioterapi

Prognosis:

10% penderita meninggal sebelum pengobatan dan 40% meninggal tanpa

perbaikan. Angka mortalitas lebih kurang 60% dengan penyebab terbanyak adalah

perdarahan ulang.

Anda mungkin juga menyukai