TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera L) merupakan salah satu hasil pertanian Indonesia yang
cukup potensial. Hampir semua bagian dari tanaman tersebu t dapat dimanfaatkan.
Banyak kegunaan yang dapat diperoleh dari kelapa dan salah satu cara untuk
memanfaatkan buah kelapa adalah mengolahnya menjadi minyak makan atau minyak
goreng. Produk kelapa yang paling berharga adalah minyak kelapa, yang dapat
diperoleh dari daging buah kelapa segar atau dari kopra. Buah kelapa (cocos nucifera)
termasuk famili palmae dari genus cocos. Pada dasarnya dikenal dua varietas kelapa,
yaitu varietas Nana yang umum disebut kelapa genjah dan varietas Typica yang umum
disebut kelapa dalam.
Satu pohon kelapa dapat berbuah mulai dari 10 hingga 13 kali dalam setahun.
Buah kelapa tumbuh dalam rumpun, bisa mencapai 12 buah per rumpun. Daging buah
kelapa merupakan bagian yang paling penting dari komoditi asal pohon kelapa.
Selama perkembangannya, buah kelapa secara kontinyu mengalami kenaikan berat.
Ukuran berat maksimum tercapai pada bulan ketujuh. Pada saat itulah jumlah air
kelapa mencapai maksimal. Setelah periode tersebut, air kelapa berkurang jumlahnya
dan daging kelapa mengalami penebalan. Penebalan daging mencapai puncaknya pada
bulan ke-9. Di atas bulan ke-10, kelapa dapat dikatakan tua. Pada periode tersebut,
kadar air semakin berkurang.
Buah kelapa tua terdiri dari empat komponen utama, yaitu: 35 persen sabut, 12
persen tempurung, 28 persen daging buah, dan 25 persen air kelapa. Daging buah tua
merupakan bahan sumber minyak nabati (kandungan minyak 30 persen). Perbedaan
mendasar antara daging buah kelapa muda dan tua adalah kandungan minyaknya.
Kelapa muda memiliki rasio kadar air dan minyak yang besar. Kelapa disebut tua jika
rasio kadar air dan minyaknya optimum untuk menghasilkan santan dalam jumlah
terbanyak. Sebaliknya, bila buah kelapa terlalu tua, kadar airnya akan semakin
berkurang. Pada kondisi tersebut, hasil santan yang diperoleh menjadi sedikit
(Christianti dan Adi, 2009).
II-1
2.1.1 Morfologi Tumbuhan Kelapa
Morfologi dari tumbuhan kelapa adalah sebagai berikut :
a. Batang
Pada umumnya, batang kelapa tumbuh lurus ke atas dan tidak bercabang sesuai
dengan arah sinar matahari dan tidak berkambium, kecuali jika ditanam di tepi sungai
atau tebing. Di ujung batang terdapat titik tumbuh yang berfungsi membentuk daun,
batang dan bunga. Tinggi batang kelapa dapat mencapai 30 m, dengan diameter antara
20 – 30 cm yang bergantung pada faktor iklim, kesuburan tanah serta lingkungan
lahan (Purnama, 2013).
b. Akar
Seperti tumbuhan monokotil lainnya, kelapa mempunyai sistem perakaran
serabut. Akar serabut yang tumbuh mendatar dapat mencapai panjang 10 –15 m,
sedangkan akar yang tumbuh ke bawah dapat menembus tanah sampai 2 – 3 m.
Diameter akar kelapa rata-rata 1 cm (Purnama, 2013). Akar kelapa membutuhkan
banyak unsur hara makro C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg maupun unsur mikro seperti Cl
(Afriadi, 2010).
c. Daun
Daun kelapa bersirip genap dan bertulang sejajar dan tumbuh lebih cepat pada
musim hujan (Afriadi, 2010). Daun memiliki pelepah daun yang terdapat anak-anak
daun pada sisi kiri dan kanannya. Pada pohon yang sudah dewasa, panjang pelepah
berkisar antara 5 – 8 m, dengan berat rata-rata 15 kg, dan jumlah anak daun 100 – 300
lembar. Anak daun berukuran panjang antara 1 – 1,5 m dengan tulang daun di
tengahnya yang biasa disebut lidi (Purnama, 2013).
d. Bunga
Bunga kelapa merupakan bunga berkarang yang dikenal dengan istilah
inflorescentia atau mayang atau manggar. Manggar mempunyai induk tangkai dan
bercabang-cabang sebanyak 30 – 40 helai. Bunga jantan dan betina terdapat dalam
satu pohon. Pada pangkal cabang terletak 1 – 2 kuntum bunga betina, disusul bunga-
bunga jantan yang sangat banyak sekitar 200 kuntum ke arah ujung cabang (Purnama,
2013).
II-2
e. Buah
Pohon kelapa mulai menghasilkan buah pada usia 3 – 4 tahun. Setelah dibuahi,
bunga betina mulai tumbuh menjadi buah kira-kira 3 – 4 minggu setelah mayang
terbuka. Buah mencapai ukuran maksimum pada usia 9 – 10 bulan (Afriadi, 2010).
Buah kelapa terdiri dari beberapa bagian, yaitu epicarp, mesocarp, endocarp, dan
endosperm. Epicarp yaitu kulit bagian luar yang permukaannya licin agak keras dan
tebalnya ± 1/7 mm. Mesocarp yaitu kulit bagian tengah yang disebut sabut. Bagian ini
terdiri dari serat-serat yang keras, tebalnya 3 – 5 cm. Endocarp yaitu bagian
tempurung yang sangat keras. Tebalnya 3 – 6 mm. Bagian dalam melekat pada kulit
luar dari endosperm yang tebalnya 8 – 10 mm (Purnama, 2013 ). Bagian-bagian dari
buah kelapa dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut.
Keterangan :
1. Epicarp 4. Endosperm
3. Endocarp
Gambar 2.1 Komponen Penyusun Buah Kelapa
(Purnama, 2013)
II-3
Tabel 2.1 Komposisi zat Gizi Daging Buah Kelapa
Zat Gizi Buah
Muda Setengah Tua Tua
Kalori (K) 68,0 180,0 359,0
Protein (g) 1,0 4,0 3,4
Lemak (g) 0,9 13,0 34,7
Karbohidrat (g) 14,0 10,0 14,0
Kalsium (g) 17,0 8,0 21,0
Fosfor (g) 30,0 35,0 21,0
Besi (g) 1,0 1,3 2,0
Vitamin A (SI) 0,0 10,0 0,0
Vitamin B-1(mg) 0,0 0,5 0,1
Vitamin C (mg) 4,0 4,0 2,0
Air (mg) 83,3 70,0 46,9
Bagian yang dapat dimakan (mg) 53,0 53,0 53,0
(Warintek, 2001)
Kelapa segar mengandung 30 – 50 % minyak, bila dikeringkan menjadi kopra
kadar lemaknya mencapai 63 – 65 %. Kadar minyak sangat dipengaruhi oleh tingkat
ketuaan buah, semakin tua buah semakin tinggi kadar minyaknya. Buah kelapa yang
sudah tua atau matang umumnya dipanen pada umur 11 – 12 bulan. Oleh karena itu
buah kelapa yang sesuai untuk diolah menjadi minyak kelapa murni harus berumur 12
bulan (Doloksaribu, 2010).
Daging buah kelapa dapat diolah menjadi santan (juice extract) dengan air atau
tanpa penambahan air. Adapun komposisi dari santan adalah 66 % air, 28 % minyak
dan 6 % kandungan non minyak. Santan kelapa merupakan sistem emulsi dalam air
yang berwarna putih susu. Emulsi tersebut distabilkan oleh stabilizer yang berupa
campuran karbohidrat dan protein dalam bentuk lapisan kuat (Doloksaribu, 2010).
II-4
Sebagian besar minyak kelapa komersial terbuat dari kopra (kernel kering dari
kelapa). Kopra tersebut dapat diproduksi dengan pengeringan asap, pengeringan
matahari atau kondisi keduanya. Minyak kelapa harus dimurnikan dimana standard
dan produk adalah RBD (Refined, Bleached, dan Deodorized) minyak kelapa. Natrium
hidroksida umumnya digunakan untuk menghilangkan asam lemak bebas dan
memperpanjang umur simpan minyak kelapa. Proses RBD diperlukan untuk membuat
minyak yang bersih, tidak berasa dan tidak berbau (Wen, 2010).
Adapun komposisi asam lemak minyak kelapa dapat dilihat pada Tabel 2.2
berikut.
Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa
Komposisi Asam Lemak Jumlah
Asam lemak jenuh
Asam kaproat (C5H11COOH) 0 – 0,8
Asam kaprilat(C7H15COOH) 5,5 – 9,5
Asam kaprat( C9H19COOH) 4,5 – 9,5
Asam laurat (C11H23COOH) 44 – 52
Asam Miristat (C13H27COOH) 13 - 19
Asam palmitat (C13H27COOH) 7,5 – 10,5
Asam stearat (C17H35COOH) 1–3
Asam Arachidat (C19H39COOH) 0 – 0,4
Asam Lemak Tak Jenuh
Asam Palmitoleat (C15H29COOH) 0 – 1,3
Asam Oleat (C17H33COOH) 5–8
Asam Linoleat (C17H31COOH) 1,5 – 2,5
(Christianti dan Adi, 2009)
II-5
Virgin Coconut Oil (VCO) diolah dari kelapa segar (bukan kopra), melalui
tahapan proses dingin dan vakum, tanpa pemanasan, tanpa proses pemutihan, tanpa
hidrogenasi. Semua prosesnya dilakukan pada suhu relatif rendah. Daging buah
diperas santannya dan kemudian santan diproses lebih lanjut untuk mendapatkan
minyak. Santan merupakan emulsi yang terdiri dari dua fase, yaitu fase air dan fase
minyak yang tidak saling bercampur, karena distabilkan oleh suatu emulgator. Dalam
hal ini sebagai emulgatornya adalah protein. Terbentuknya minyak merupakan akibat
terhidrolisisnya ikatan peptida pada krim santan. Jika ikatan peptida tersebut
terhidrolisis akan menyebabkan sistem emulsi menjadi tidak stabil maka minyak dapat
keluar dari sistem emulsi (Silaban, dkk., 2014).
Untuk menjaga kualitas virgin coconut oil (VCO), penyimpanan harus pada
tingkat kelembaban minimum. Standar Nasional Filipina (Philippine National
Standard) untuk VCO menentukan kelembaban dan konten volatil maksimal 0,2 %.
Selain itu, VCO juga tidak berwarna, dengan aroma alami kelapa segar, dan bebas
sedimentasi serta bebas dari bau tengik atau rasa (Carandang, 2008).
Adapun komposisi dan faktor kualitas virgin coconut oil (VCO) menurut Standar
Nasional Indonesia (SNI) dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3 Komposisi dan Faktor Kualitas VCO
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan :
1.1 Bau Khas kelapa segar, tidak tengik
1.2 Rasa Normal, khas minyak kelapa
1.3 Warna Tidak berwarna hingga kuning
pucat
2. Air dan senyawa yang menguap % Maks 0,2
3. Bilangan iod g iod/100 g 4,1 – 11,0
4. Asam lemak bebas (dihitung % Maks 0,2
sebagai asam laurat)
5. Bilangan peroksida mg ek/kg Maks 2,0
6. Asam lemak :
6.1 Asam kaproat (C6 : 0) % Tidak terdeteksi – 0,7
6.2 Asam kaprilat (C8 : 0) % 4,6 – 10,0
6.3 Asam kaprat (C10 : 0) % 5,0 – 8,0
6.4 Asam laurat (C12 : 0) % 45,1 – 53,2
6.5 Asam miristat (C14 : 0) % 16,8 – 21
6.6 Asam palmitat (C16 : 0) % 7,5 – 10, 2
6.7 Asam stearat (C18) % 2,0 – 4,0
6.8 Asam oleat (C18 : 1) % 5,0 – 10, 0
6.9 Asam linoleat (C18 : 2) % 1,0 – 2,5
II-6
6.10 Asam linoleat (C18 : 3) % Tidak terdeteksi – 0,2
7. Cemaran mikroba
7.1 Angka lempeng total koloni/ml Maks 10
8. Cemaran logam :
8.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks 0,1
8.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks 0,4
8.3 Besi (Fe) mg/kg Maks 5,0
8.4 Cadmium (Cd) mg/kg Maks 0,1
9. Cemaran Arsen (As) mg/kg Maks 0,1
(SNI, 2008)
II-7
b. Dasar minyak pada berbagai macam kosmetik dan produk-produk skin care
c. Minyak pembawa untuk aroma terapi dan minyak massage
d. Nutraceutical dan makanan fungsional.
VCO digunakan sebagai nutraceutical karena (Bawalan dan Keith, 2006) :
a. Rantai lemak medium (C18-C12) dalam minyak kelapa sama dengan struktur
lemak ASI yang memberikan bayi kekebalan tubuh. Ada juga efek yang sama
pada orang dewasa.
b. VCO memiliki aktivitan anti peradangan, antimikroba dan antioksidan yang
bekerja bersama melindungi arteri dari aterosklerosis dan hati manusia dari
penyakit kardiovaskular.
c. VCO meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
d. VCO mengandung lemak kalori rendah
e. VCO menghambat aksi pembentukan substansi kanker.
f. VCO memperbaiki nilai nutrisi dari makanan dengan meningkatkan absorpsi
vitamin, mineral dan asam amino.
g. VCO menstimulasi metabolisme, meningkatkan energi dan mengurai lemak yang
dapat menyebabkan obesitas.
h. VCO dicerna dengan mudah tanpa membutuhkan empedu dan langsung menuju
hati untuk diubah menjadi energi.
II-8
c. Parutan kelapa dicampur dengan air bersih, lalu diperas. Hasil perasan kelapa
ditampung di dalam toples plastik. Proses pemerasan kelapa ini dilakukan
dua kali. Jadi, ampas hasil perasan pertama dicampur lagi dengan air bersih,
lalu diperas dan hasil perasan disaring dan ditampung di dalam toples
plastik. Proses pemerasan ini sangat penting dan harus segera dilakukan
karena jika hasil parutan kelapa terlalu lama didiamkan rasanya akan asam
dan tidak bisa menghasilkan VCO.
d. Air hasil perasan yang ada di toples plastik didiamkan sekitar 2 jam,
sehingga terdapat 2 lapisan lapisan atas adalah kanil (krim) dan bagian
bawah adalah air ( skim ).
e. Setelah air terbuang, proses selanjutnya kanil (krim) dapat diolah dengan
berbagai metode yaitu sentrifugasi, pancingan, pengasaman, fermentasi, dan
enzimatis.
f. Selanjutnya akan terbentuk tiga lapisan. lapisan pertama berada paling
bawah adalah air, lapisan kedua berada ditengah adalah blondo dan lapisan
ketiga yang paling atas minyak.
g. Minyak yang berada di lapisan atas adalah minyak VCO, karena itu harus
ditampung di tempat bersih dan hieginis (toples plastik atau lainnya). Cara
mengambil minyak dengan memasukkan selang kecil, lalu disedot dan
ditampung dalam wadah yang telah disiapkan.
h. Untuk menghindari masuknya bakteri dan membuang kadar air, lakukan
penyaringan. Penyaringan ini sangat penting agar selain kadar air bisa
mencapai 0,015%, juga supaya minyak tidak berbau tengik.
(Christianti dan Adi, 2009)
II-9
c. Tidak mudah tengik karena komposisi asam lemaknya tidak banyak berubah.
d. Tidak membutuhkan biaya tambahan yang terlalu mahal karena umumnya daun
pepaya atau nanas dijual denga harga murah.
e. Rendemen yang dihasilkan cukup tinggi, yaitu dari 10 butir kelapa akan
diperoleh sekitar 1.100 ml VCO
(Cristianti dan Adi, 2009).
2. Kekurangan
a. Membutuhkan waktu yang sangat lama dalam proses denaturasi protein untuk
memisahkan minyak dari ikatan lioprotein, yaitu sekitar 20 jam
(Cristianti dan Adi, 2009)
II-10
2.5.3 Pembuatan Minyak Kelapa Murni dengan Cara Sentrifugasi
Pembuatan VCO dengan sentrifugasi memiliki kelebihan dan kekurangan :
1. Kelebihan
a. Berwarna jernih dan berbau khas minyak kelapa.
b. Daya simpannya lama, sekitar 10 tahun.
c. Proses pambuatannya sangat cepat, hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit.
d. Kandungan asam lemak rantai sedang tidak mengalami denaturasi, demikian
juga dengan kandungan antioksidannya.
e. Minyak yang dihasilkan bebas kontaminasi dan tidak mudah tengik
f. Waktunya singkat
g. Rendemen yang dihasilkan lebih tinggi fermentasi
(Fachry, dkk., 2006).
2. Kekurangan
a. Membutuhkan biaya yang mahal untuk alat sentrifugasinya.
b. Membutuhkan tenaga listrik yang cukup tinggi sehingga bisa menambah biaya
produksi
(Cristianti dan Adi, 2009).
II-11
minimal karena tidak menggunakan bahan bakar (3) Pengolahan sederhana dan tidak
terlalu rumit (4) Tingkat ketengikan rendah dan daya simpan lebih lama. Pembuatan
virgin coconut oil (VCO) dengan proses fermentasi terdiri dari beberapa proses yaitu
pengupasan, pembelahan, pemarutan, pengepresan, penyaringan, penyiapan starter,
pencampuran, penyaringan dan pengemasan.
Virgin Coconut Oil (VCO) diolah dari kelapa segar (bukan kopra), melalui
tahapan proses dingin dan vakum, tanpa pemanasan, tanpa proses pemutihan, tanpa
hidrogenasi. Semua prosesnya dilakukan pada suhu relatif rendah. Daging buah
diperas santannya dan kemudian santan diproses lebih lanjut untuk mendapatkan
minyak. Santan merupakan emulsi yang terdiri dari dua fase, yaitu fase air dan
fase minyak yang tidak saling bercampur, karena distabilkan oleh suatu emulgator.
Dalam hal ini sebagai emulgatornya adalah protein.
Terbentuknya minyak merupakan akibat terhidrolisisnya ikatan peptida pada
krim santan. Jika ikatan peptida tersebut terhidrolisis akan menyebabkan sistem emulsi
menjadi tidak stabil maka minyak dapat keluar dari sistem emulsi. Pemecahan emulsi
santan dapat terjadi dengan adanya enzim proteolitik. Enzim ini dapat mengkatalisis
reaksi pemecahan protein dengan menghidrolisa ikatan peptidanya menjadi
senyawa senyawa lebih sederhana (Silaban, dkk., 2016).
Ragi Tape
Blondo + Air (H2O)
II-12
Didiamkan (10 jam)
II-13
Daging kelapa : 28%
Tempurung : 12%
Air Kelapa : 25%
Limbah air kelapa yang dihasilkan dijual ke pabrik pembuatan nata de coco sedangkan
sabut dan tempurung kelapa dijual ke pabrik pembuatan karbon aktif.
II-14
96 % dan dihasilkan limbah berupa ampas kelapa yang mengandung karbohidrat yang
akan dijual pada pabrik makanan ternak.
II-15
cerevisiae. Campuran diaduk homogen kemudian dituang pada wadah transparan dan
diberikan waktu tinggal selama 8-10 jam. Selama proses waktu tinggal, campuran
akan terpisah berdasarkan perbedaan berat jenis. menjadi tiga lapisan, yaitu minyak
(lapisan atas), blondo berwarna putih (lapisan tengah), dan air (lapisan bawah).
Selanjutnya, minyak dipisahkan dari blondo dan air. Proses ini berlangsung secara
batch.
2.7.2 Air
Sebagai bahan pendukung dan produk samping.
1. Berat molekul : 18,016 gr/gmol
2. Titik lebur : 0C (1 atm)
3. Titik didih : 100C (1 atm)
4. Densitas : 1 gr/ml (4C)
II-16
5. Spesifik graviti : 1,00 (4C)
6. Indeks bias : 1,333 (20C)
7. Viskositas : 0,8949 cP
8. Kapasitas panas : 1 kal/gr
9. Panas pembentukan : 80 kal/gr
10. Panas penguapan : 540 kal/gr
11. Temperatur kritis : 374C
12. Tekanan kritis : 217 atm
(Perry dan Green, 1997)
II-17