Anda di halaman 1dari 8

SGD LBM 3 MODUL IMUN DAN KULIT

Hamas Ibnuseno
30101800074
SGD 8

1. Apakah yang dimaksud dengan immunodefisiensi?


Imunodefisiensi adalah kelainan yang disebabkan oleh kerusakan imunitas.
Sumber : Imunologi dasar Abbas
2. Penyebab immunodefisiensi?
Secara umum dibagi menjadi dua, yaitu karena faktor genetik dan infeksi. Lebih
dalam dibahas di nomor 3.
3. Apa saja Klasifikasi immunodefisiensi?
A. Imunodefisiensi Kongenital (Primer)
Disebabkan oleh defek genetik yang mengakibatkan hambatan maturasi atau
fungsi berbagai komponen sistem imun
 Defek pada maturasi limfosit
a. Severe Combine Immunodeficiency (SCID)
Kerusakan pada kedua sel B dn sel T
 X-SCID : X-linked, paling banyak kena laki-laki
Mutasi rantai gama C -> pensinyalan reseptor sitokin terganggu -> limfosit
imatur (precursor) gafal merespons IL-7 -> berkurangnya umur dan
maturasi limfosit preskursor -> berkurangnya jumlah sel T matur
 Defisiensi ADA dan PNP (autosomal)
Adenosin Deaminase (ADA) -> pemecahan adenosin
Purin Nucleotide Phophorylase (PNP)
Defisiensi ADA dan PNP -> penumpukan metabolit purin (toxic) pada sel-
sel yang berproliferasi -> hambatan maturasi sel B dan sel T (terutama sel
T) -> turunnya fungsi sel T helper
 Mutasi lainnya
Mutasi gen RAG -> yang berperan dalam rekombinasi VDJ (sinyal IL-
17R) -> yang berperan dalam rekombinasi sel T dan Ig serta maturasi
limfosit -> penurunan sel B, sel T, dan Ig serum
b. Defek pada maturasi sel limfosit B atau T
 X-linked agammaglobulinema
Mutasi gen Bruton Tyrosin Kinase (BTK, menyandi enzim kinase) yang
ada di kromosom X -> gangguan produksi/fungsi enzim kinase -> sel pre
B di sumsum tulang gagal berkembang -> penurunan limfosit B matur
 DiGeorge Syndrome
Perkembangan thymus tidak sempurna -> tak dapat menghasilkan sel T
matur
 Defek pada aktivasi dan fungsi limfosit
a. Gangguan pada respon sel B
 Sindrom hyper IgM
Mutasi pada ligan CD40 pada kromosom X -> respon sel B dan aktivasi
makrofag yang tergantung sel T helper terganggu
 Defisiensi genetik
Mutasi gen regio konstan (C) rantai panjang Ig -> defisiensi Ig -> pada
sebagian besar pasien tidak menyebabkan masalah klinis
 Common Variable Immunodeficiency (CVID)
Mutasi reseptor untuk faktor pertumbuhan sel B/kostimulator -> respon
antibodi terhadap infeksi buruk dan penurunan kadar IgG, IgA, dan IgM
serum
b. Defek pada aktivasi limfosit T
 Sindrom ketiadaaan limfosit
Mutasi pada faktor transkripsi -> kegagalan mengekspresikan MHC II ->
penurunan sel T CD4+
 Defek pada diferensiasi Th 1
Mutasi gen yang menyandi reseptor IL-12 atau interferon gama ->
penurunan aktivasi makrofag yang diperantarai sel T -> rentan terhadap
infeksi
 Defek pada diferensiasi Th 17
Mutasi gen yang menyandi STAT 3, IL-17, IL-17 R -> penurunan respon
inflamasi yang diperantarai sel T -> Kandisiasis mukokutan, abses kulit
bakterial
 Kelainan pada imunitas alami
 Penyakit granulomatosus kronis
Mutasi gen yang menyandi komponen enzim fagosit oksidase (di
kromosom X) -> neutrofil dan makrofag tidak mampu membunuh
mikroba yang difagosit -> kompensasi memanggil lebih banyak neutrofil
dan makrofag dengan mengaktivasi sel T -> sel fagosit terakumulasi di
sekeliling fokus infeksi -> berbentuk menyerupai granuloma
 Defisiensi adhesi leukosit
Seperti kita tahu perekrutan limfosit ada tahap integrinasi -> adhesi ->
mutasi (diapedesis)
Mutasi gen yang menyandi integrin -> integrin berperan dalam adhesi
leukosit -> ikatan leukosit dengan endotel vaskuler lemah -> tidak bisa
diapedesis secara normal
 Defisiensi komplemen C3
Komplemen C3 diaktifkan di jalur alternatif. C3 berperan dalam
kemotaksis, anafilatoksin, opsonin, dan adheren imun
Mutasi gen C3 -> defek aktivasi komplemen jalur alternatif -> infeksi
berat dan fatal
 Defisiensi komplemen C2 dan C4
Komplemen C2 dan C4 diaktifkan di jalur klasik, di mana jalur alternatif
tidak bisa dimulai tanpa melewati jalur klasik. Dengan kata lain, C2 dan
C4 mengaktifkan pembentukan C3
Mutasi gen C2 dan C4 terganggu -> aktivasi komplemen jalur klasik
terganggu -> gangguan pembersihan kompleks imun -> penyakit kompleks
imun
 Sindrom Chediak-Higaski
Mutasi gen yang menyandi protein regulator distribusi lisosom -> defek
fungsi lisosom pada neutrofil, makrofag, sel dendritik, dan natural killer ->
fagolisosom terganggu
B. Immunodefisiensi didapat (sekunder)
Imunodefisiensi yang disebabkan oleh infeksi virus, bukan faktor genetik.
Penyakitnya adalah HIV/AIDS. Penjelasan mengenai HIV/AIDS akan dibahas
lebih lanjut di nomor berikutnya.

Sumber : Imunologi Dasar Abbas


4. Penyakit yang disebabkan oleh immunodefisiensi?
Immunodefisiensi menyebabkan banyak infeksi oportunis dapat menyerang tubuh
karena defisiensi imun.
 Infeksi fungi
Kandidiasis oleh Candida albicans
Infeksi jamur pada kulit oleh jamur Malassezia
 Infeksi bakteri
Tuberkulosis oleh Mycobacterium tuberculosis
Tipus dan diare oleh Salmonella
Pneumonia oleh Streptococcus pneumoniae
 Infeksi virus
Herpes simpleks dan Herpes zoster
 Neoplasma
Sarkoma Kaposi
Limfoma primer di otak
Kanker serviks uterus invasif
Sumber : Patologi Robbins
5. Apa hubungan kasus diatas dengan berat badan yang menurun, mulut sariawan , bab
cair?
Pada penderita AIDS, muncul infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik ialah infeksi
yang muncul karena turunnya sistem imun tubuh.Infeksi oportunistik diperhitungkan
menyebabkan sekitar 80% kematian di antara penderita penyandang AIDS. Muncul
BAB cair karena infeksi oportunistik oleh bakteri Salmonella. Muncul mulut sariawan
bisa berupa Stomatitis herpetic yang disebabkan oleh infeksi oportunis virus Herpes
Simplex. HIV secara khusus mempengaruhi status gizi dengan meningkatkan
kebutuhan energi, mengurangi asupan makanan, dan mempengaruhi penyerapan
nutrisi dan inefisiensi nutrisi akibat aktivitas sitokin dan diare. Malnutrisi dapat
menyebabkan immuno-depresi dan memodulasi respon imunologis terhadap infeksi
HIV, yang mempengaruhi keseluruhan hasil klinis dan memperburuk HIV terkait
immuno-depresi.
Sumber : Patologi Robbins, http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-
anak/stomatitis-sariawan-pada-anak , dan Irene Ratridewi: Evaluasi jumlah sel T-CD4
dan berat badan anak dengan HIV/AIDS yang mendapatkan ARV lini pertama
6. Mengapa timbul bercak merah bersisik di wajah dan dd nya?
Bercak merah bersisik di wajah tersebut merupakan dermatitis seboroik (DS). Gejala
klinis DS berupa radang kulit yang kronis, kemerahan, batas relatif tegas, tertutup
skuama berminyak, dan distribusi pada bagian tubuh yang banyak mengandung
kelenjar sebasea, misalnya scalp, muka, dan punggung bagian atas. DS menempati
urutan kedua sebagai penyakit kulit paling sering pada penderita terinfeksi HIV
(biasanya muncul di stadium 2), setelah yang pertama yaitu kandidiasis oris. Ada 3
faktor utama penyebab DS pada penderita HIV, yaitu sekresi glandula sebasea,
keberadaan jamur Malassezia, dan kerentanan individu. Banyak peneliti mendukung
Malassezia sebagai penyebab utamanya. Dijelaskan bahwa penurunan daya tahan
tubuh karena infeksi HIV menimbulkan defek imun dalam bereaksi dengan jamur
tersebut. Terbukti dari beberapa obat antijamur baik topikal maupun sistemik dapat
memberikan kesembuhan.
Sumber : Gayatri, Lunni dan Jusuf Barakbah. Dermatitis Seboroik pada HIV/AIDS.
FK UNAIR.
7. Apa hubungan antara pemakai narkoba dengan penyakit kasus diatas?
Jarum suntik narkoba yang digunakan bergantian sangat berisiko sebagai media
penularan virus HIV. Karena darah yang ada di jarum suntik bekas penderita HIV
memungkinkan untuk tercampur ke orang yang menggunakan jarum suntik tersebut
selanjutnya. Apalagi darah dan sperma adalah penularan paling efisien pada HIV. Hal
yang sama juga berlaku pada alat tatto.
Sumber : Patologi Sylvia
8. Apakah istri dan anaknya beresiko terhadap penyakit yang diderita bapaknya?
Istri berisiko karena penularan melalui hubungan sexual (darah dan sperma)
Anak berisiko apabila ibunya terinfeksi, melalui kontak ibu-bayi (plasenta) dan ASI
Sumber : Patologi Sylvia
9. Bagaimana pengelolaan pada anak dan istrinya?
Anak dan istri dites HIV karena mereka termasuk kelompok berisiko, serta diberi
edukasi agar mencegah tindakan yang berisiko tertular HIV dari penderita
(ayah/suami). Misalnya pada untuk sang istri kalau berhubungan seksual harus
menggunakan kondom. Untuk anaknya sebaiknya menggunakan susu formula saja.
10. Apakah diagnosis kasus diatas?
Diagnosis kasus di atas adalah immunodefisiensi, kemungkinan besar terinfeksi HIV
karena pernah menggunakan narkoba suntik.
11. Bagaimana patogenesis pada kasus diatas?
HIV menginfeksi sistem imun terutama sel CD4 dan menimbulkan destruksi sel
tersebut. HIV dapat laten dalam sel imun dan dapat aktif kembali yang menimbulkan
infeksi. Produksi virus menimbulkan kematian sel dan juga limfosit yang tidak
terinfeksi, defisiensi imun, dan AIDS.
Sistem imun dikuasai oleh virus yang berproliferasi cepat di seluruh tubuh. Bila sel
CD4 turun di bawah 100/mikro liter, infeksi oportunistik dan keganasan meningkat.
Dimensia HIV dapat terjadi akibat bertambahnya virus di otak.
Cara penularan HIV terutama melalui darah, cairan tubuh, dan hubungan seksual.
Virus HIV ditemukan dalam jumlah besar di darah, sperma, dan vagina serta dalam
jumlah kecil di air liur dan air mata.
Sumber : Ilmu Penyakit Kukel FK UI
12. Pemeriksaan penunjang kasus diatas?

Intepretasi hasil pemeriksaan anti-HIV


Hasil positif:
 Bila hasil A1 reaktif. A2 rektif dan A3 reaktif
Hasil Negatif :
 Bila hasil A1 non reaktif
 Bila hasil A1 reaktif tapi pada pengulangan A1 dan A2 non reaktif
 Bila salah satu reaktif tapi tidak berisiko
Hasil indeterminate :
 Bila dua hasil reaktif
 Bila hanya 1 tes reaktif tapi berisiko atau pasangan berisiko
Tindaklanjut hasil pemeriksaan anti-HIV
Tindak lanjut hasil positif
 Rujuk ke pengobatan HIV
Tindak lanjut hasil negatif
 Bila hasil negatif dan berisiko dianjurkan pemeriksaan ulang minimum 3 bulan, 6
bulan dan 12 bulan dari pemeriksaan pertama
 Bila hasil negatif dan tidak berisiko dianjurkan perilaku sehat
Tidak lanjut hasil indeterminate
 Tes perlu diulang dengan spesimen baru minimum setelah dua minggu dari
pemeriksaan yang pertama
 Bila hasil tetap indeterminate, dilanjutkan dengan pemeriksaan PCR
 Bila tidak ada akses ke pemeriksaan PCR, rapid tes diulang 3 bulan, 6 bulan dan 12
bulan dari pemeriksaan pertama. Bila sampai satu tahun tetap “indeterminate“ dan
faktor risiko rendah, hasil dinyatakan sebagai negatif
Sumber : Buku Petunjuk Teknis Program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, Kemenkes RI, 2016.
13. Penatalaksaan terhadap kasus tersebut?
Pada kasus tersebut penderita harus diterapi dengan pemberian obat ARV
(AntiRetroVirus).
Obat ARV lini pertama yang tersedia di Indonesia
 Tenofovir (TDF) 300 mg
 Lamivudin (3TC) 150 mg
 Zidovudin (ZDV/AZT) 100 mg
 Efavirenz (EFV) 200 mg dan 600 mg
 Nevirapine (NVP) 200 mg
 Kombinasi dosis tetap (KDT):
o TDF+FTC 300mg/200mg
o TDF+3TC+EFV 300mg/150mg/600mg
Sumber : Buku Petunjuk Teknis Program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama, Kemenkes RI, 2016.
14. Apa yang dimaksud dengan HIV (morfologi dan replikasi dari virusnya) ?
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu retrovirus yang menginfeksi sel-
sel sistem imun, terutama limfosit T CD4, dan menyebabkan destruksi progresif sel-
sel tersebut.
Sumber : Immunologi Dasar Abbas
15. Perbedaan HIV dan AIDS?
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu retrovirus yang menginfeksi sel-
sel sistem imun, terutama limfosit T CD4, dan menyebabkan destruksi progresif sel-
sel tersebut.
AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari
infeksi oleh HIV.
Sumber : Immunologi Dasar Abbas dan Patologi Sylvia
16. Bagaimana Cara penularan HIV dan AIDS?
- Darah
- Cairan serebrospinalis
- Semen
- Air mata
- Sekresi vagina atau serviks
- Urine
- ASI
- Air liur

Tiga cara utama penularan adalah kontak dengan darah, kontak seksual, dan kontak
ibu-bayi (melalui plasenta).
Sumber : Patologi Sylvia
17. Apa yang diserang oleh hiv?
HIV menginfeksi sel melalui glikoprotein amplop utamanya yang disebut gp120,
yang berikatan dengan CD4 dan reseptor kemokin khusus pada sel manusia. Tipe sel
utama yang bisa terinfeksi oleh HIV adalah limfosit T CD4, makrofag, dan sel
dendritik.
Sumber : Immunologi Dasar Abbas
Target utama virus HIV adalah reseptor CD4+ yang terdapat di membran sel T helper,
serta pada makrofag dan sel dendritik folikel yang terdapat di sistem saraf dan
jaringan limfoid
Sumber : Patologi Sylvia
18. Mengapa HIV belum bisa disembuhkan?
19. Apa yang dimaksud dengan VCT ?
Voluntary Counseling and Testing (VCT) adalah salah satu strategi kesehatan
masyarakat yang dilakukan untuk menangani penyebaran HIV/AIDS (Depkes RI,
2006).
Tujuan VCT :
Umum : mempromosikan perubahan perilaku yang dapat mengurangi resiko
penyebaran infeksi HIV
Khusus :
 Menurunkan jumlah ODHA
 Mempercepat diagnosa HIV
 Meningkatkan Penggunaan layanan kesehatan dan mencegah infeksi lain.
 Meningkatkan perilaku hidup sehat.
Setelah menandatangani persetujuan tertulis, maka VCT dapat segera dilakukan.
Adapun proses utama dalam penanganan HIV/AIDS melalui VCT adalah sebagai berikut:
 Tahap Konseling Pra Tes
Tahap ini dilakukan pemberian informasi tentang HIV dan AIDS. Kemudian
konselor memulai diskusi dan klien diharapkan jujur menceritakan kegiatan
sebelumnya yang dicurigai dapat berisiko terpapar virus HIV, seperti pekerjaan
atau aktivitas sehari-hari, riwayat aktivitas seksual, penggunaan narkoba suntik,
pernah menerima transfusi darah atau transplantasi organ, memiliki tato dan
riwayat penyakit terdahulu.
 Tes HIV
Setelah klien mendapatkan informasi yang jelas melalui konseling pra tes, maka
konselor akan menjelaskan mengenai pemeriksaan yang bisa dilakukan, dan
meminta persetujuan klien untuk dilakukan tes HIV. Setelah mendapat
persetujuan tertulis, maka tes dapat dilakukan. Bila hasil tes sudah tersedia, hasil
tes akan diberikan secara langsung (tatap muka) oleh konselor.
 Tahapan Konseling Pasca Tes
Setelah menerima hasil tes, maka klien akan menjalani tahapan post konseling.
Apabila hasil tes negatif, konselor tetap akan memberi pemahaman mengenai
pentingnya menekan risiko HIV/AIDS. Misalnya, melakukan hubungan seksual
dengan lebih aman dan menggunakan kondom. Namun, apabila hasil tes positif,
maka konselor akan memberikan dukungan emosional agar penderita tidak patah
semangat. Konselor juga akan memberikan informasi tentang langkah berikutnya
yang dapat diambil, seperti penanganan dan pengobatan yang perlu dijalani.
Termasuk pula cara mempertahankan pola hidup sehat, serta bagaimana agar
tidak menularkan ke orang lain.

Anda mungkin juga menyukai