Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sectio caesarea merupakan pengeluaran janin melalui insisi dinding abdomen
(laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi). Persalinan dengan sectio caesarea berisiko
kematian 25 kali lebih besar dan berisiko infeksi 80 kali lebih tinggi dibanding persalinan
pervaginam (Dani, 2013). Di Indonesia sectio caesarea umumnya dilakukan bila ada
indikasi medis tertentu, sebagai tindakan mengakhiri kehamilan dengan komplikasi. Selain
itu sectio caesarea juga menjadi alternative persalinan tanpa indikasi medis karena
dianggap lebih mudah dan nyaman. Sectio cesarea sebanyak 25% dari jumlah kelahiran
yang ada dilakukan pada ibu-ibu yang tidak memiliki resiko tinggi untuk melahirkan
secara normal maupun komplikasi persalinan lain (Rasdiana, 2014).
Berdasarkan penelitian (Sartika, 2014), di RS Santa Elisabeth Medan diketahui jumlah
ibu bersalin dengan sectio caesarea pada tahun 2014 yaitu sebanyak 193 dari 289
persalinan. Sedangkan pada tahun 2014 yang melakukan sectio caesarea 159 dari 208
persalinan. Dengan demikian proporsi ibu bersalin dengan seksio sesarea di Rumah Sakit
tersebut tahun 2014 adalah sebesar 71%. Berdasarkan data dari RS Martha Friska Pulo
Brayan bahwa jumlah ibu bersalin dengan tindakan sectio caesarea pada tahun 2015
berjumlah 113 orang (26,04%) dari 434 pada tahun 2018 mengalami peningkatan menjadi
130 orang (27,08%) dari 480 ibu bersalin Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa kejadian
tindakan sectio caesarea cukup meningkat dari tahun 2015-2018.
Pada umumnya pasca operasi, timbul suatu masalah yaitu perawatan dan penyembuhan
luka. Perawatan luka dapat dilakukan baik di ruang operasi maupun di ruang lain
seperti di ruang bangsal perawatan atau di rumah sendiri. Perawatan ini menjadi tugas rutin
perawat, oleh karena itu seorang perawat harus memiliki keterampilan keperawatan luka
yang benar dan merangsang pasien termotifasi menjadi sembuh. Perawatan luka pasca
operasi sesarea bertujuan agar tidak terjadi infeksi, sehingga seorang perawat atau bidan
benar-benar berada pada kondisi steril siap melakukan perawatan, dengan alur yang
meliputi: cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, memakai handscoon,
menggunakan peralatan steril untuk pasien dan menerapkan kondisi aseptik.
Selama kehamilan, ibu akan mengalami perubahan bentuk tubuh maupun kulit karena
perubahan hormon, perubahan sirkulasi dan lain sebagainya. Ditambah gangguan lain

1
seperti kurang tidur, kecapean, perubahan emosi bahkan stress. Hal ini berdampak bagi
wajah seseorang yang akan mudah sekali mengalami gangguan kulit seperti jerawat,
kusam, kasar, dan sebagainya. Tindakan totok wajah akan efektif dalam merawat masalah
kulit yang dialami ibu selama hamil, dan membantu memperbaiki sirkulasi darah wajah ibu
post partum.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca mengetahui dan memahami tentang
konsep sectio caesarea, prosedur perawatan luka, dan konsep totok wajah. Serta dapat
menerapkan atau mengimplementasikan tindakan keperawatan terkait dengan
pengetahuan yang ada.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep sectio caesarea.
b. Mengetahui prosedur perawatan luka.
c. Mengetahui konsep totok wajah.

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar dapat menerapkan keterampilan berikut
dalam mengatasi masalah yang ada dalam masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Manfaat praktis bagi institusi pendidikan yaitu dapat dijadikan sebagai referensi
dalam mengembangkan ilmu tentang konsep sectio caesarea, prosedur perawatan
luka dan konsep totok wajah.
b. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Manfaat praktis bagi mahasiswa keperawatan yaitu untuk menambah pengetahuan
mahasiswa dan dapat menjadi pengetahuan dasar mahasiswa sebelum terjun ke
masyarakat untuk memberikan pendidikan kesehatan terkait kasus sectio caesarea
pada ibu post partum.

2
c. Bagi Rumah Sakit
Manfaat praktis bagi rumah sakit yaitu sebagai acuan dalam melakukan tindakan
asuhan keperawatan bagi pasien khususnya pada kasus sectio caesarea, serta
memfasilitasi perawat rumah sakit untuk melakukan tindakan mandiri perawat dalam
penatalaksanaan non-medik seperti terapi komplementer.
d. Bagi Pasien dan Keluarga
Manfaat praktis bagi pasien dan keluarga pasien yaitu dapat mengetahui gambaran
umum tentang perawatan luka sectio caesarea post partum, serta mengetahui
perawatan wajah yang aman bagi ibu menyusui.
e. Bagi Pembaca
Manfaat bagi pembaca yaitu dapat menjadi pengetahuan dan referensi baru bagi
pembaca makalah ini, dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3
BAB 2
KONSEP TEORI

A. Sectio Caesarea
1. Definisi
Menurut WHO (2015) operasi Caesar atau (SC) sering diperlukan ketika persalinan
per vaginam akan membahayakan bayi atau ibu. Persalinan SC dilakukan karena adanya
permasalahan saat persalinan atau ada masalah pada ibu maupun bayi, seperti kehamilan
kembar, tekanan darah tinggi pada ibu, kelahiran sungsang, atau masalah dengan
plasenta atau tali pusat. Persalinan caesar dapat dilakukan berdasarkan bentuk panggul
ibu atau riwayat riwayat operasi caesar sebelumnya, kelahiran pervagina setelah bedah
caesar dimungkinkan. SC dilakukan hanya ketika diperlukan secara medis.

2. Indikasi
a. Indikasi Mutlak
Faktor mutlak untuk di lakukan SC dapat dibagi menjadi dua indikasi, yang
pertama adalah indikasi ibu, antara lain: panggul sempit absolut, kegagalan
melahirkan secara normal karena kurang kuatnya stimulasi, adanya tumor jalan
lahir, stenosis serviks, plasenta previa, disproporsi sefalopelvik, dan rupture uteri.
Indikasi yang kedua adalah indikasi janin antara lain: kelainan otak, gawat janin,
prolapses plasenta, perkembangan bayi yang terhambat, dan mencegah hipoksi
janin karena preeklamasi
b. Indikasi Mutlak
Yang termasuk faktor dilakukan persalinan SC secara relative, antara lain: riwayat
section caeserea sebelumnya, presentasi bokong, distosia fetaldistress, preeklami
berat, ibu dengan HIV positif sebelum inpartu atau gemelli
c. Indikasi Sosial
Permintaan ibu untuk melakukan section caeserea sebenarnya bukanlah suatu
indikasi untuk dilakukan section casarea. Alasan yang spesifik dan rasional harus
dieksplorasi dan didiskusikan. Beberapa alasan ibu meminta dilakukan persalinan
section caesarea, antara lain : ibu yang melahirkan berdasarkan pengalaman
sebelumnya, ibu yang ingin section caesarea secara elektif karena atakut bayinya

4
mengalami cedera atau asfiksia selama persalinan, namun keputusan pasien harus
tetap di hargai dan peril ditawari pilihancara melahirkan yang lainnya.

3. Jenis-jenis Insisi SC
a. Segmen atas
Segmen atas pada sc adalah pembedahan melalui sayatan vertical pada dinding
perut atau abdomen yang lebih dikenal dengan classical incision atau sayatan
klasik. Jenis ini memungkinkan ruangan yang lebih besar dan untuk jalan keluar
bayi. Jenis ini jarang digunakan oleh tenaga kedokteran karena lebih beresiko
terhadap kelahiran. Indikasi pada persalinan sc klasik ini antara lain :
1) Kesulitan menyingkap segmen bawah
2) Bayi yang terletak lintang
3) Beberapa kasus plasenta prefia anterior
4) Malformasi uterus tertentu
b. Segmen bawah
Pembedahan pada segemn bawah meliputi 2 jenis :
1) Insisi melintang yaitu dengan melakukan sayatan secara mendatar pada jenis
ini, dibuat sayatan kecil melintang dibwah uterus atau rahim, kemudian sayatan
ini dilebarkan dengan jari-jari tangan dan berhenti di daerah pembuluh darah
uterus. Pada sebagian besar kasus persalinan, posisi kepala bayi terletak di
balik sayatan sehingga harus di ekstrasi atau didorong diikuti oleh bagian tubuh
lainya dan plasenta serta selaput ketuban
2) Insisi membujur
Pada insisi membujur hamper sama dengan sayatan pada insisi melintang
hanya saja letaknya sayatan itu menjadi vertical dibawah rahim.
c. Operasi porro
Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari ovum uteri atau tentunya janin
sudah mati dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan
infeksi rahim yang berat.

5
4. Fase Penyembuhan Luka
A. Inflamasi
Tanda-tanda nya ada kemerahan, bengkak, nyeri, panas dan kehilangan fungsi.
Inflmasi selama 0-6 hari.
B. Proliferasi
Tumbuhnya jaringan baru, berlangsung di hari ke 4-21 hari dengan kolagen
C. Maturasi
Proses pematangan/penguatan jaringan berlangsung sampai 2 tahun

5. Manifestasi
Persalinan dengan section caesaria, memerlukan perawatan yang lebih koprehensif
yaitu perawatan post operatif dan perawatan post partum. Dikarenakan tanda dan
gejalanya antara lain :
a. Nyeri akibat ada luka
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbiliues
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
f. Emosi labil/perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan
menghadapi situasi baru
g. Biasanya terpasang kateter urinarius
h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
i. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang paham prosedur
a. Bonding dan Attachment pada yang baru dilahirkan.

6. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis,
panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama,
partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi
tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea
(SC).

6
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi
aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan
pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga
timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan
post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di
sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin
yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat
dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.

7. Penatalaksanaan
a. Pemberian cairan Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan
yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian
dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi
darah sesuai kebutuhan.
b. Diet Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan
jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air
putih dan air teh.
c. Mobilisasi
1) Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
2) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
3) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini
mungkin setelah sadar
a) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.

7
b) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler)
c) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari
ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
d) Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
e) Pemberian obat-obatan
No Jenis Obat Keterangan
1 Antibiotik Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat
berbeda-beda setiap institusi
2 Analgetik dan obat a. Supositoria - ketopropen sup 2x/24 jam
untuk b. Oral - tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
memperlancar c. Injeksi - penitidine 90-75 mg diberikan
kerja saluran setiap 6 jam bila perlu
pencernaan
3 Obat-obatan lain Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan
umum penderita dapat diberikan caboransia
seperti neurobian I vit. C

f) Perawatan
No Jenis Perawatan Keterangan
1 Perawatan luka Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post
operasi, bila basah dan berdarah harus dibuka
dan diganti
2 Perawatan rutin Pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi,dan pernafasan
3 Perawatan Payudara Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post
operasi jika ibu memutuskan tidak menyusui,
pemasangan pembalut payudara yang

8
mengencangkan payudara tanpa banyak
menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi
rasa nyeri.

D. Standar Operasional Prosedur Perawatan Luka


Pengertian Melakukan perawatan luka post sectio caesarea
Indikasi Pada pasien setelah dilakukan operasi sectio saesaria
Tujuan Agar luka post sc menjadi kering, sembuh dan terhindar dari infeksi.
Petugas Perawat /mahasiswa
Persiapan 1. Posisikan pasien tidur terlentang
pasien 2. lepaskan baju bagian atas pasien.

Persiapan 1. Pinset anatomi steril 1 set


alat 2. Pinset sirurgis steril 1 set
3. Bak instrumen steril 1 set
4. Cucing
5. Sarung tangan steril 2 set
6. Bengkok
7. Plester,gunting
8. Kassa steril
9. kassa/verban untuk menutup luka
10. Betadine/alkohol/NaCl
11. Kapas lidi steril.

Prosedur 1. Mengucapkan salam


2. Memberitahukan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendekatkan alat kedekat pasienmenutup tirai/sketsel
4. Memposisikan klien terlentang.
5. Mencuci tangan
6. Pakai sarung tangan steril
7. Buka bak instrumen
8. Lepaskan plester /Verban.
9. Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan klorin.
10. Pakai sarung tangan steril kembali

9
11. Bersihkan luka dengan anti septik memakai pinset dengan depres
satu kali usap dari arah dalam keluar dan buang kebengkok dan
ulangi sampai bersih.
12. Keringkan luka dengan kassa kering
13. Beri antiseptik/nebasetin powder/salep/supratull.
14. Tutup luka dg kassa steril
15. Fiksasi dengan plester.
16. Lepaskan sarung tangan dan masukkan kedalam larutan klorin.
17. Rapikan klien senyaman mungkin
18. Bereskan alat-alat.
19. Cuci tangan
20. Dokumentasikan kondisi luka klien dan reaksi klien.

E. Totok Wajah
1. Definisi
Pengertian totok wajah adalah suatu ilmu kuno yang dalam dunia persilatan bisa
digunakan untuk menotok peredaran darah seseorang.
Wajah adalah salah satu bagian dari organ tubuh yang dipandang sangat penting bai
seseorang. Dengan adanya totokan, peredarah darah seseorang akan menjadi lancar
sehingga akan dapat mencegah terjadinya kelainan pada kulit wajah. Hal-hal yang
mendasari adanya totok wajah adalah setiap orang suatu saat akan mengalami yang
namanya kurang tidur, kecapean, baru sembuh dari sakit bahkan stress. Bila hal ini tidak
diantisipasi dengan baik, maka peredaran darah akan menjadi tidak lancar, yang
akhirnya akan mengganggu hormone di dalam tubuh. Maka dengan demikian seseorang
akan mudah sekali mengalami gangguan kulit wajah seperti jerawat, kusam, kasar, dsb.
Selain itu dibandingkan dengan mesin, totok wajah jauh lebih efektif penggunaan
dan manfaatnya. Karena dengan metode totok seseorang yang merawat mempunyai
kontak langsung dengan yang dirawat yaitu melalui jari-jari si perawat, sehingga
manfaat terapi bisa dirasakan secara langsung dan dalam waktu yang lama.

2. Diagnosis Wajah
Analisis kulit bertujuan untuk menentukan jenis kulit guna menetapkan cara
perawatan yang sesuai untuk mempertahankan kesehatan kulit dan kecantikan sesuai

10
dengan batas wewenang penata kecantikan. Untuk menentukan diagnosis kulit muka,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :
a. Jenis Kulit (Nely Hakim; 68)
1) Kulit Berminyak
Pada kulit demikian kelenjar-kelenjar lemak bekerja berlebihan sehingga kulit
kelihatan mengkilat, tebal, tonus kuat, pori-pori besar serta mudah sekali
mendapat gangguan berupa jerawat (komedo, akne, dll).
2) Kulit Normal
Kulit tidak berminyak dan tidak kering, sehingga kelihatan segar dan bagus,
lubang pori-pori hampir tidak kelihatan. Pengeluaran kotoran dan penyerapan zat-
zat yang berguna melalui kulit serta peredaran darah berjalan dengan baik, maka
jarang sekali mendapat gangguan jerawat maupun adanya cacat-cacat pada kulit
muka, tonusnya baik.
3) Kulit Kering
Pada kulit demikian kelenjar lemak bekerja kurang aktif. Kulit kelihatan kusam,
tipis, bersisik, halus, lebih cepat timbul keriput.
4) Kulit Campuran
Kulit ini bagian tengah muka (sekitar hidung/dagu), kadang-kadang berminyak
atau normal. Sedangkan bagian lainnya normal atau kering. Dapat terjadi pada
semua umur tetapi lebih sering terdapat pada usia 35 tahun ke atas.

b. Tonus dan Turgor


Dapat ditentukan kendor atau kuat dengan :
1) Turgor : Mencubit kulit pipi
2) Tonus : Menekan kulit pipi dibawah tulang pipi

c. Pori-pori
Kelihatan atau tidak tergantung pada jenis kulit. Adanya sumbatan dalam kandung
rambut melebarkan pori-pori.

d. Lipatan dan Garis-garis Kulit


Pada muka/leher hampir senantiasa terjadi pembentukan lipatan dan garis kulit,
yaitu:

11
1) Kerutan kebiasaan: antara alis sekitar mata, lipatan hidung, bibir (smile line)
2) Kerutan karena usia: pada kening, leher, sekitar bibir.

e. Kelainan kulit, meliputi: (Nelly Hakim; 286)


Gangguan pigmentasi, antara lain:
1) Hiperpigmentasi: ephilides/freekles, tahi lalat, cloasma gravidarum, cloasma
uterium, dsb.
2) Hypopigmentasi: vitiligo, panu, leukoderma
3) Bercak merah: erythema solare, dsb
4) Bercak biru : livido, cyanosis, dsb

f. Gangguan fungsi kelenjar minyak/palit/sebaccus.


Pengeluaran sebum/palit yang berlebihan disebut seborrhoe. Bila terdapat
penyumbatan saluran kelenjar palit dapat terjadi millium/akne yang tidak maupun
dapat meradang.

g. Gangguan pertandukan kulit / keratinisasi


Pada muka terdapat berbagai macam keratosis kulit, antara lain hiperkeratinisasi /
kekolotan. Pada badan, tangan dan kaki terjadi penyisikan kulit, ikhtiosis (kulit
bersisik seperti sisik ikan), Psoriasis (kulit merah dan bersisik diatasnya), kapalan,
katimunul/ mata ikan.

h. Gangguan peredaran darah


Seperti varices, antara lain: pelebaran pembuluh darah rambut (couperoses,
teleangi ectasis), erythema.

3. Kerasnya Gerakan dan Ketepatan Gerakan Pengurutan


Ketenangan akan dapat dirasakan oleh klien bila cara kerja si perawat tepat. Oleh
karena itu, kecepatan gerakan dalam pengurutan juga harus selalu diperhatikan.
Hendaknya pengurutan dilakukan secara perlahan dan berirama. Jaringan badan
dirangsang dengan gerakan-gerakan tekanan, kecepatan dan waktu selang.

12
4. Frekuensi
Seringnya pengurutan muka yang harus diberikan tergantung pada keadaan kulit,
umur klien dan tujuan perawatan. Secara umum perawatan ini dapat dilakukan satu kali
dalam satu minggu, hal ini tergantung pada keadaan kulit klien itu sendiri.

5. Urutan Tata Kerja Totok Wajah


Petugas Perawat atau Praktisi
Persiapan 1. Klien dipersilahkan untuk mengganti pakaiannya dengan kemben
pasien yang sudah disediakan.
2. Klien dimohon untuk melepaskan perhiasan yang dipakai dan
dimohon untuk menyimpan perhiasannya di dalam tas dan
meletakkan di dalam loker.
3. Klien dipersilahkan untuk berbaring di tempat tidur yang sudah
disiapkan dan meletakkan handuk kecil berwarna putih sebagai alas
kepala klien ditempat tidur.

Persiapan 1. Alat 2. Kosmetik


a. Handuk kecil berwarna putih a. Pembersih
b. Kemben b. Penyegar
c. Selimut c. Krim masase
d. Kursi d. Obat jerawat
e. Trolley e. Kapas
f. Cawan dan kuas masker f. Tisu
g. Jarum g. Masker
h. Pinset h. Air mawar
i. Gunting i. Irisan ketimun
j. Waslap
Prosedur 1. Bersihkan wajah
a. Ambil pembersih secukupnya dan bagikan pada 5 bagian
wajah/pipi kanan dan kiri, dagu, dahi, hidung, dan leher.
b. Dengan menggunakan jari-jari tangan kanan dan kiri ratakan
pembersih keseluruh wajah dan leher.
c. Setelah pembersih rata maka hapus pembersih dengan

13
menggunakan kapas bersih, hingga seluruh kotoran dan sisa-
sisa riasan pada wajah hilang.
2. Massage wajah
a. Ambil massage cream secukupnya, kemudian bagikan pada 5
bagian wajah (pipi kanan dan kiri, dagu, dahi, hidung dan
leher).
b. Dengan menggunakan jari manis dan jari tengah ratakan
massage cream keseluruh wajah dan leher, dengan urutan
gerakan massage sebagai berikut :
1) Dimulai dari dahi dengan menggunakan jari, urut secara
bergantian dengan tangan kiri dan kanan, lakukan gerakan
effleurage dari kening. Gerakan ini dilakukan mulai dari
pangkal hidung tegak lurus sampai pada pangkal rambut,
lakukan hingga 3x gerakan.
2) Dengan kedua jari urut tangan kanan dan kiri, melakukan
pengurutan disekitar mata dengan usapan, mulai dari
pangkal hidung keluar ke bawah mata, kembali lagi ke
pangkal hidung. Saat jari urut pada alis larikan tekanan
yang kuat pada daerah tersebut menurut jalan otot mata,
lakukan 3x gerakan.
3) Dengan menggunakan ibu jari dan jari tengah, otot mulut
diurut, mulai dari tengah dagu dan melingkar keluar.
4) Garis senyum, secara bergantian antara ibu jari dan jari
telunjuk melakukan gerakan mengusap pada garis senyum
tersebut. Lakukan 6x gerakan.
5) Pada pengurutan pelipis sama pada cara pengurutan garis
senyum. Lakukan 6x gerakan.
6) Dengan menggunakan seluruh jari, tulang pipi diurut
dengan sedikit mengangkat tulang tersebut. Gerakan
dimulai dari tulang hidung, keluar dan mengikuti otot
tulang pipi lakukan 3x gerakan.
7) Pada otot mata, dengan menggunakan jari urut lakukan
pengurutan dengan memberikan penekanan pada daerah

14
tersebut. Gerakan dimulai dari pangkal alis keluar
mengikuti otot mata hingga pada pelipis. Lakukan 3x
gerakan.
8) Dengan menggunakan seluruh jari, urut pada rahang pipi.
Gerakan dimulai dari ujung dagu hingga ke telinga,
bergantian antara tangan kanan dan kiri, masing-masing
rahang 4x usapan. Lakukan 3x gerakan.
3. Massage pada punggung dan tangan
a. Massage pada dada. Dilakukan dengan menggunakan seluruh
jari dan telapak tangan. Gerakan dimulai dari pangkal dada
turun meluncur pada lengan tangan kanan dan kiri. Dengan
menggunakan seluruh jari dan telapak tangan kanan dan kiri
melakukan pengurutan dengan gerakan dimulai dari dada
meluncur ke tulang diantara kedua payudara. Lakukan 3x
gerakan.
b. Massage pada punggung dilakukan dengan menggunakan
seluruh jari dan telapak tangan kanan dan kiri. Secara
bergantian antara tangan kanan dan kiri mengusap punggung.
Lakukan 3-6x gerakan.
c. Massage pada tengkuk. Dengan menggunakan seluruh jari
telapak tangan kanan dan kiri, gerakan dimulai dari bahu naik
ke atas menuju tengkuk. Lakukan 3-6x gerakan.
4. Pemencetan jerawat
Pemencetan jerawat ini dilakukan dengan menggunakan kedua
jari telunjuk tangan kanan dan kiri yang sudah dibalut dengan tissue
bersih. Bila perlu juga dapat menggunakan jarum untuk
memecahkan/membuka jerawat yang menyumbat dan juga bisa
menggunakan kaca pembesar untuk memperjelas jerawat-jerawat
yang kecil.
5. Menotok
a. Melakukan pemanasan dengan gerakan massage seperti
sebelumnya. Lakukan 1x gerakan.
b. Menekan secara bersamaan kedua pangkal alis dengan kedua

15
jari telunjuk tangan kanan dan kiri menuju kea rah
pertumbuhan rambut. Lakukan 1x gerakan.
c. Secara bergantian menekan pangkal alis dengan menggunakan
jari telunjuk. Lakukan 1x gerakan.
d. Dengan menggunakan kedua jari urut tangan kanan dan kiri
secara bersamaan menekan pada garis otot mata. Gerakan ini
dilakukan mulai dari pangkal alis menuju ujung alis. Lakukan
3x gerakan.
e. Lalu gerakan seperti No. 4 dilanjutkan dengan gerakan
menekan dan mengusap pada lingkar mata dan saat sampai
pada batang hidung, diberikan penekanan dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk secara bersamaan antara
tangan kanan dan kiri. Lakukan 3x gerakan.
f. Dengan menggunakan seluruh jari secara bersamaan antara
tangan kanan dan kiri, pada tulang pipi dilakukan gerakan
mengangkat mengikuti tulang pipi klien. Lakukan 3x gerakan.
g. Secara bergantian dilakukan gerakan mengangkat pada rahang
pipi. Lakukan masing-masing 6x gerakan.
h. Lakukan gerakan melingkar mengusap sebanyak 3x hitungan.
Pada kedua pelipis secara bersamaan dengan menggunakan jari
urut kemudian setelah 3x hitungan dari pelipis tersebut ditarik
sampai ke belakang kepala. Lakukan 3x gerakan.
i. Lakukan dengan mengurut pada bagian tengkuk kepala.
Gerakan dimulai dari pangkal bahu hingga ke tengkuk.
Lakukan dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
secara bergantian langsung antara tangan kanan dan kiri.
Lakukan 6-8x gerakan.
6. Gunakan masker
a. Pengolesan masker dilakukan secara tipis dan merata pada
seluruh wajah dan leher kecuali pada bagian kedua mata dan
mulut. Pada bagian mata ditutup dengan irisan ketimun yang
tujuannya untuk membuat mata jadi segar dan lileks.
b. Setelah masker kering, masker diangkat dengan menggunakan

16
waslap, yang sudah direndam dengan air dan dimasukkan pada
kulkas.

6. Hasil dari Totok Wajah


a. Kelancaran fungsi kulit dan semua jaringan dimuka dan kepala
b. Kulit jadi halus dan lembut
c. Setelah dirawat klien santai dan nyaman
d. Peredaran darah menjadi lancar
e. Merangsang aktifitas kelenjar-kelenjar kulit
f. Rasa sakit akan berkurang

7. Manfaat dari Totok Wajah


a. Mengangkat sel-sel yang sudah mati
b. Memperlancar peredaran darah
c. Mengurangi kerutan-kerutan pada wajah
d. Menghancurkan lemak-lemak pada wajah.

17
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tindakan sectio caesare akan di lakukan hanya benar-benar di butuhkan misalnya
dalam keadaan janin benar-benar tidak dapat lewat jalan lahir disebabkan karena panggul
sempit, janin terlalu besar, plasenta letak rendah ada keadaan gawat darurat yang butuh
persalinan segera. Tindakan sectio caesarea sangat memberikan kesan bagi ibu post
partum, seperti rasa nyeri karena luka akut serta rasa cemas dan kurang percaya diri akibat
perubahan bentuk tubuh karena adanya luka jahitan.
Perawatan luka yang tepat dengan prinsip steril pada luka post partum akan mengurangi
hal-hal yang tidak diinginkan pada luka sectio caesarea seperti resiko infeksi, nyeri dan
sebagainya, hal ini dilakukan untuk mempercepat kesembuhan luka sehingga luka akan
sembuh dengan penampakan yang baik.
Tindakan totok wajah dilakukan untuk memperbaiki struktur kulit wajah selama
kehamilan, memperbaiki sirkulasi darah sehingga wajah ibu akan tampak lebih segar dan
cerah.

B. Saran
Kompetensi perawat adalah melakukan praktik mandiri keperawatan baik itu praktik
medik maupun praktik komplementer. Untuk itu penting bagi perawat untuk mengetahui
dan mempelajari kedua praktik tersebut untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang ada
pada masyarakat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Suip. 2014. Laporan Pendahuluan Post Partum Dengan Sectio Caesaria. Yogyakarta.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Nanda International Nursing Diagnoses :


Definitionsand Classification 2015-2017. Jakarta: EGC.

Herina Yuwati. 2014. Pengaruh Perawatan Wajah Melalui Teknik Totok Untuk Mendukung
Kesehatan Di Putri Kedaton Griya Kecantikan Dan Spa Yogyakarta. Akademi
Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta.

Sri Rejeki dan Maya Sari. 2018. Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Indikasi Sectio Caesarea
Di Rumah Sakit Martha Friska Pulo Brayan Pada Tahun 2018. http://penelitian.ui
su.ac.id/wp-content/uploads/2018/10/17.-Sri-Rejeki-dan-Maya-sari.pdf. Diakses pada
tanggal 24 Maret 2019 pukul 09.30 WITA.

Yuyun dkk. 2014. Makalah Perawatan Luka Post Sectio Caesarea. https://dokumen.tips/do
cuments/perawatan-luka-pasca-operasi-sesardocx.html. Diakses pada tanggal 24 Maret
2019 pukul 09.30 WITA.

https://www.researchgate.net/publication/330602868_Proses_Penyembuhan_Luka_Ditinjau_
dari_Aspek_Mekanisme_Seluler_dan_Molekuler/download

Yaeni Muhamad. 2013. Analisa Indikasi Dilakukan Persalinan Sectio Caesarea Di RSUP
Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten. Universitas Muhammadiyah Surakarta

19
Web Of Causations (sectio caesarea dengan perawatan luka dan totok wajah)

Panggul Sempit Bayi Sungsang

C
Kepala susah
menyesuaikan jalan lahir

C
Anastesi SC

C
Jaringan diputus

C
Perubahan Perubahan Integumen Luka akut
body image
C C
C
Merangsang area C C
Ansietas disekitar jaringan MK : Resiko MK : Resiko
terputus Infeksi pendarahan
C
MK : Nyeri akut C
Perawatan luka

C
Totok wajah C C
Mempercepat Mencegah
C penyembuhan infeksi
luka

C C C C
Nyeri Pasien rileks Memperlancar Memperbaiki
berkurang aliran darah struktur kulit

20

Anda mungkin juga menyukai