Mencegah Aspirasi
Banyak pusat luka bakar menganjurkan pemasangan slang nasogastrik untuk
manajemen klien yang tidak sadar dan klien dengan luka bakar 20% hingga 50%
TBSA atau lebih, untuk mencegah muntah dan menurunkan risiko aspirasi.
Disfungsi gastrointestinal disebabkan oleh ileus intestinal yang berkembang hampir
di seluruh klien pada periode cedera pascaluka bakar awal. Semua cairan oral harus
dibatasi saat ini.
Perawatan Luka
Menghentikan Proses Luka Bakar. Semua proses luka bakar dimulai pada tempat
kejadian cedera. Pakaian yang terus terbakar harus dengan hati-hati dilepaskan.
Pada kasus cedera kulit kepala, semua pakaian yang panas, basah (termasuk popok)
harus dilepaskan segera. Setelah dilepaskan, klien harus ditutupi dengan lembaran
dan selimut kering untuk menjaga panas tubuh.
Penanganan cedera luka bakar kimia juga dimulai pada tempat kejadian
cedera. Semua pakaian harus dilepaskan, dan seluruh bubuk kimia dibersihkan dari
kulit. Luka bakar kimia harus diirigasi terus-menerus dengan jumlah air yang sangat
banyak untuk sekurangnya 20 menit dan hingga sensasi terbakar berhenti. Bahan
penetral tidak dianjurkan karena reaksi penetralan menyebabkan panas, yang
menyebabkan kerusakan jaringan lebih lanjut.
Untuk cedera kimia pada mata, lakukan irigasi pada mata dengan aliran
larutan garam fisiologis secara lembut, yang membilas baik mata maupun
konjungtiva yang tercederai. Metode yang direkomendasikan adalah mengirigasi
mata dari kantus dalam kearah luar, untuk mencegah mencuci zat kimia ke dalam
duktus air mata atau ke dalam mata lainnya.
Perawatan luka bakar listrik termasuk menghentikan proses pembakaran.
Perawatan Segera. Ketika rujukan ke pusat luka bakar dapat dicapai dalam 12 jam
setelah cedera, pada perawatan luka bakar harus dilakukan penutupan luka dengan
handuk steril serta penempatan selimut dan lembaran kering, bersih di seluruh
tubuh klien. Insiasi debridemen dan pemakaian zat antimikrobial tidak diperlukan.
Perawatan luka definitif dimulai setelah masuknya klien ke rumah sakit.
Perawatan luka bakar definitif untuk luka bakar terdiri atas pembersihan,
debridemen jaringan mati (nonvital),pembuangan bahan-bahan yang
membahayakan (misalnya, bahan-bahan kimia, ter), dan penggunaan bahan-bahan
topikal yang tepat. Luka bakar harus dicuci menggunakan sabun yang lembut dan
dibilas secara menyeluruh dengan air hangat. Jaringan yang longgar dan mati harus
secara hati-hati dilepaskan, dan semua rambut harus dicukur dengan batas 1 inci di
sekeliling luka bakar (kecuali: jangan mencukur alis atau bulu mata karena mereka
tidak akan tumbuh dalam pola yang normal) untuk meminimalkan organisme
permukaan.
Membersihkan ter atau aspal lebih mudah dilakukan menggunakan produk
citrus-petroleum (jeruk-minyak bumi) seperti Medisol (Orange-Sol, Inc., Chandler,
Ariz) atau minyak mineral dan salep antibiotik berbasis minyak bumi seperti
basitrasin atau polimiksin-neomisin-basitrasin (salep Neosporin, Pfizer Inc., New
York, NY).
Klien dengan luka bakar minor biasanya diajarkan tentang perawatan luka
dan dipulangkan ke rumah dengan instruksi untuk melanjutkan perawatan luka
hingga dua kali sehari dan kembali ke klinik rawat jalan atau dokter pribadi mereka
untuk pengkajian dan perawatan lanjutan.
Pencegahan Tetanus. Luka bakar, bahkan yang minor sekalipun, rentan terhadap
tetanus. Protokol saat ini untuk imunisasi tetanus pada klien dengan semua cedera
luka bakar sama dengan jenis trauma lainnya. Klien yang belum menerima
imunisasi terhadap tetanus dalam waktu 5 tahun terakhir harus menerima penguat
(booster) toksoid tetanus. Untuk klien yang belum diimunisasi, imunoglobulin
tetanus (zat imunisasi pasif) dan seri pertama imunisasi aktif dengan toksoid tetanus
harus diberikan.
FASE AKUT
Manajemen Medis pada Fase Akut Cedera Luka Bakar
Mencegah Infeksi
Pengendalian infeksi adalah komponen utama pada manajemen luka bakar.
Kebijakan pengendaliam infeksi dibutuhkan untuk mengelola klien dengan cedera
luka bakar guna mengendalikan transmisi mikroorganisme yang dapat
menyebabkan infeksi. Standar keselamatan harus diikuti dalam merawat semua
klien dengan cedera luka bakar; namun, praktik pengendalian infeksi spesifik dan
teknik isolasi ada untuk semua pusat luka bakar. Praktik tersebut mencakup
penggunaan sarung tangan, tutup kepala, masker, pelindung sepatu, pakaian scrub,
dan apron plastik. Cuci tangan secara ketat ditekankan untuk menurunkan angka
kejadian kontaminasi silang antar klien dan merupakan cara-cara terpenting dalam
mencegah penyebaran infeksi. Staf dan pengunjung biasanya dicegah untuk kontak
dengan klien bila mereka menderita infeksi kulit, gastrointestinal, atau saluran
napas.
Pemeliharaan gizi yang memadai selama fase akut luka bakar penting untuk
membantu penyembuhan luka dan pencegahan infeksi. Laju metabolik basal dapat
40% hingga 50% lebih tinggi dari tingkat normal, bergantung pada luasnya luka
bakar. Respons ini dianggap sebagai akibat pengaturan ulang “termostat”
homeostatik aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal, yang menyebabkan peningkatan
produksi panas. Laju metabolik menurun saat penutupan dan penyembuhan luka
tercapai.
Dukungan gizi yang agresif dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan energi
yang meningkat yang diperlukan untuk membantu penyembuhan dan mencegah
efek katabolisme yang tak diinginkan. Beberapa rumus berbeda, ditampilkan pada
fitur Pemantauan Kritis, saat ini digunakan untuk memperkirakan kebutuhan energi
dengan memperhitungkan indikator-indikator berbeda: berat badan, jenis kelamin,
usia, luas luka bakar, dan jumlah aktivitas. Dukungan tambahan umumnya
diindikasikan untuk klien dengan cedera luka bakar menggunakan salah satu dari
hal berikut ini: luka bakar dengan luas 30% TBSA atau lebih, perjalanan klinik yang
membutuhkan operasi multipel, kebutuhan untuk dukungan ventilasi mekanik,
status mental terganggu dan status gizi pracedera yang buruk. Metode untuk
memberikan dukungan gizi mencakup asupan oral, pemberian makan lewat selang
enteral, nutrisi parenteral perifer, dan nutrisi parenteral total, yang dapat digunakan
sendirian atau kombinasi. Rute pemberian makan yang lebih dipilih adalah oral atau
enteral; namun demikian, keputusan mengenai bagaimana memenuhi kebutuhan
gizi klien harus bersifat individual. Biasanya, nutrisi parenteral disediakan bagi
klien dengan ileus berkepanjangan atau pada mereka yang pemberian makan
enteralnya gagal untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
Meminimalkan Nyeri
Nyeri prosedural, nyeri latar, dan nyeri lonjakan terus menjadi masalah yang
penting selama proses pemulihan ini. Selama fase akut cedera, usaha untuk
menemukan kombinasi obat-obatan dan intervensi untuk meminimalkan
ketidaknyamanan dan nyeri dilakukan.
Seperti pada fase resusitatif pendekatan paling umum untuk mengendalikan
nyeri adalah penggunaan zat farmakologi. Namun, selain opoid yang digunakan
selama fase resusitatif, modalitas lainnya dapat digunakan selama fase akut cedera
luka bakar untuk membantu meredakan nyeri klien. Peralatan analgesia terkontrol
klien, analgesia inhalasi seperti nitrat oksida, analgesia oral “pain cocktails”, dan
agen agonis-antagonis opoid dapat bermanfaat selama fase akut cedera luka bakar.
Obat anti-inflamasi nonsteroidal (OAINS) dapat diresepkan untuk penanganan
nyeri ringan hingga sedang. Ketika OAINS digunakan, kehati-hatian ekstra harus
diberikan untuk mencegah ulserasi lambung.
Modalitas nonfarmakologi yang digunakan untuk menangani nyeri terkait
luka bakar termasuk hipnosis, guided imagery, terapi seni dan bermain, teknik
relaksasi, distraksi, umpan balik hayati, dan terapi musik. Modalitas tersebut
ditemukan efektif dalam menurunkan kecemasan, sehingga menurunkan persepsi
nyeri. Mereka sering digunakan sebagai terapi tambahan atas pengobatan
farmakologi pada penanganan nyeri luka bakar.
Debridemen bedah pada luka bakar melibatkan eksisi jaringan nonvital dan
penutupan luka. Eksisi bedah dini dimulai selama minggu pertama setelah cedera,
ketika klien sudah stabil secara hemodinamik. Keuntungan eksisi dini termasuk
mobilisasi dini, penutupan luka dini (yang mengurangi bahaya potensial untuk
infeksi luka), dan lama rawat inap yang memendek. Kerugian eksisi dini adalah
risiko mengeksisi jaringan viabel yang dapat menyembuh seiring berjalannya
waktu.
Ada dua teknik debridemen bedah digunakan saat ini. Pada eksisi
tangensial, lapisan jaringan nonvital yang sangat tipis secara bertahap dipangkas
hingga jaringan viabel tercapai. Eksisi fasial melibatkan pemangkasan jaringan
luka bakar dan lemak di bawahnya hingga ke fasia. Teknik ini sering kali digunakan
untuk debridemen pada luka bakar yang sangat dalam.
Memaksimalkan Fungsi
Pemeliharaan fungsi fisik optimal pada klien dengan cedera luka bakar adalah
tantangan pada seluruh tim. Perawat bekerja sama dengan terapis okupasional dan
fisik untuk mengidentifikasi kebutuhan rehabilitasi pada klien dengan luka bakar.
Program individual untuk pembebatan, pemosisian, latihan, ambulasi, kinerja ADL,
dan terapi tekanan harus diterapkan pada fase akut pemulihan untuk
memaksimalkan pemulihan fungsi dan hasil kosmetik. Tujuan terapeutik pada
tahap ini dalam pemulihan adalah mencegah pembentukan kontraktur dini dan
mempertahankan panjang jaringan lunak.
Kontraktur luka dan parut hipertrofik adalah dua masalah utama untuk klien
dengan cedera luka bakar. Kontraktur luka biasanya lebih parah pada luka bakar
luas. Daerah yang menjadi predisposisi terhadap kontraktur adalah tangan, kepala
dan leher, serta aksila. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencegah dan
menangani kontraktur luka termasuk posisi terapeutik, latihan rentang pergerakan,
pembebatan, serta pengejaran klien dan keluarga.
Membiarkan klien dengan cedera luka bakar untuk berada pada posisi yang
nyaman paling sering berperan dalam pembentukan kontraktur. Dengan demikian,
posisi yang tepat, baik di tempat tidur maupun di luar tempat tidur, harus tetap
dijaga untuk klien dengan cedera luka bakar. Teknik ini menempatkan bagian tubuh
yang terkena dalam posisi oposisi terhadap posisi yang potensial kontraktur atau
detormitas. Kecenderungan alami pada penyembuhan dan imobilisasi adalah
kontraksi otot dan sendi menjadi posisi fleksi yang memendek. Sebagai contoh,
untuk mereduksi risiko kontraktur leher, penggunaan bantal-yang menempatkan
kepala pada posisi fleksi-tidak diperkenankan.
Latihan rentang pergerakan aktif diinstruksikan dini pada fase akut
pemulihan untuk mendukung resolusi edema dan mempertahankan kekuatan dan
fungsi sendi. Selain itu, ADL dapat efektif untuk mempertahankan fungsi dan
rentang pergerakan. Ambulasi mempertahankan kekuatan dan rentang pergerakan
ekstremitas bawah. Semuanya harus dimulai segera setelah klien stabil secara
fisiologis.
Rentang pergerakan pasif dan latihan peregangan harus dimasukkan sebagai bagian
dari perencanaan perawatan harian ketika klien tidak dapat melakukan latihan
rentang pergerakan aktif.
Bebat digunakan untuk mempertahankan posisi sendi yang tepat dan
mencegah atau memperbaiki kontraktur. Ada dua jenis bebat yang sering
digunakan. Bebat statis akan membantu imobilisasi sendi. Bebat statis tidak
menggantikan latihan dan sering kali diterapkan pada periode imobilisasi atau
selama tidur beberapa jam atau digunakan pada klien yang tidak dapat
mempertahankan posisi yang tepat. Sebaliknya, bebat dinamis melatih sendi yang
terkena. Perawatan harus dilakukan untuk memastikan semua bebat cocok dan tidak
memberikan tekanan yang berlebihan, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan
atau saraf lebih lanjut.
Manajemen Keperawatan Klien Medis dalam Fase Akut Cedera Luka Bakar
Pengkajian. Setelah keseimbangan cairan tercapai, klien berpindah ke fase akut
perawatan luka bakar. Selama fase ini, penutupan luka adalah fokus utama
perawatan. Luka dikaji setiap hari dengan setiap penggantian balutan sebagai tanda
atas penyembuhan dan infeksi. Area pengkajian lainnya meliputi kondisi
pernapasan; kendali nyeri, status gizi, dan ulserasi stres; mobilitas dan kontraktur;
serta penyesuaian psikologi oleh klien dan keluarganya.
FASE REHABILITASI
Manajemen Medis dalam Fase Rehabilitasi Cedera Luka Bakar
Meminimalkan Kehilangan Fungsi
Eksisi luka dini membantu meminimalkan kehilangan fungsi jangka pendek dan
jangka panjang dengan menutup luka, meminimalkan infeksi, dan mengurangi
nyeri luka.
Tandur kulit, walaupun lebih elastik dari eskar, masih belum memiliki elastisitas
yang normal. Kekakuan luka resultan harus diimbangi dengan terapu agresif dan
pembebatan.
Latihan, pembebatan, dan pemosisian berlangsung terus-menerus melewati
semua fase pada cedera luka bakar; walau begitu, selama fase rehabilitasi inilah
tingkat kepentingan dari semua usaha tersebut menjadi tinggi. Cara-cara tersebut
penting untuk kemajuan klien guna mencapai kemandirian fungsional yang
optimal.
Parut hipertrofik, yang disebabkan deposisi kolagen yang terlampau banyak
pada luka bakar, dapat diminimalkan dengan pemberian terapi masase dan tekanan.
Penekanan konstan yang dilakukan pada luka bakar yang menyembuh lewat
penggunaan pakaian tekanan yang custom-fit telah ditemukan mampu mereduksi
parut pada beberapa individu. Beberapa produk yang ada secara komersial mampu
memberikan tekanan yang konstan, dan seimbang yang dibutuhkan. Walaupun
parut hipertrofik biasanya tidak memuncak sampai beberapa bulan setelah cedera,
penting untuk melakukan perencanaan ke depan sebelum awitan kehilangan fungsi.
Jika pakaian tekanan yang custom-fit akan digunakan, pada klien harus dilakukan
pengukuran pada waktu pemulangan dari rumah sakit atau pada waktu kunjungan
rawat jalan pertama mereka. Penting untuk memastikan pakaian ini melekat dengan
pas dan diperiksa untuk waktu yang sering selama fase pemulihan pasca
pemulangan dini.
Memberikan Dukungan Psikososial
Pada fase terakhir pemulihan, yakni selama luka hampir menyembuh dan rencana-
rencana spesifik telah dibuat untuk pemulangan dari rumah sakit, klien akan
menghadapi berbagai masalah dan keprihatinan. Masalah citra diri, nyeri,
keterbatasan fisik, reintegrasi ke dalam masyarakat, dan ketakutan akan penolakan
mewakili hanya sedikit masalah yang harus dihadapi oleh klien seiring semakin
dekatnya pemulangan. Selama waktu ini, komunikasi yang baik dengan klien harus
dijaga. Juga bermanfaat bagi klien bila para staf mendorong kemandirian dan
menyampaikan pesan bahwa para penyintas dapat mencari cara untuk mencapai
tujuan apa pun yang mereka tentukan untuk diri mereka. Pengendalian nyeri dan
pencegahan kecemasan terus memerlukan pengkajian dan manajemen medis bila
diperlukan. Bantuan psikososial untuk klien dan anggote keluarga atau orang
penting lainnya harus dilakukan saat pemulangan dari rumah sakit. Tambahan lagi,
organisasi penyintas nasional seperti Phoenix Society for Burn Survivors
(www.phoenix-society.org) dapat memberikan dukungan dan manfaat yang besar.
Memberikan klien nama dan nomor telepon staf klinik luka bakar dan staf
rehabilitasi untuk pertanyaan yang mendesak juga ditemukan membantu selama
periode transisi dari rumah sakit ke rumah. Rehabilitasi vokasional juga dibutuhkan
bila luka bakar mengenai tangan dan lengan.
Manajemen Keperawatan Klien Medis pada Fase Rehabilitasi Cedera Luka Bakar
Pengkajian. Setelah klien dan keluarga mampu untuk mengelola perawatan klien,
fokusnya menjadi mempersiapkan mereka untuk situasi rumah (untuk beberapa
klien, kondisi lain akan diperlukan). Perawat akan mengkaji klien dan pemahaman
keluarganya untuk mengajarkan dan kemampuan keluarganya untuk melakukan
perawatan yang dibutuhkan. Perawat juga akan menentukan metode terbaik untuk
mengajarkan klien dan keluarga. Status psikologi klien dan kebutuhan untuk
rehabilitasi vokasional akan disampaikan pada fase final ini.
Hasil yang Diharapkan. Klien akan memiliki kemampuan fisik yang meningkat,
yang dibuktikan dengan kemandirian maksimum dalam melakukan ADL, dengan
kecacatan dan kerusakan rupa yang minimum.
Intervensi. Konsultasi terapi fisik dan okupasional yang dimulai pada fase awal
cedera luka bakar sangat penting untuk perawatan berkesinambungan pada fase
rehabilitasi seiring usaha klien menuju kemandirian fungsional. Biasanya, terapis
memberikan jadwal rehabilitasi individual dan juga peralatan bantuan yang
diperlukan untuk klien.
Semangati klien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri
seperti menyikat gigi dan makan sendiri, karena peningkatan aktivitas tidak hanya
akan memperbaiki mobilitas tapi juga mengurangi ketergantungan. Berikan
peralatan bantuan yang disiapkan oleh konsultan terapi untuk membantu klien
dengan keterbatasan apa pun. Biarkan pekerjaan dilakukan lebih lama ketika klien
bekerja mandiri. Berikan waktu yang cukup bagi klien untuk menyelesaikan
usahanya. Kepercayaan diri bisa diraih dengan peranan mandiri tidak peduli berapa
pun lamanya waktu yang terbuang.
Dorong klien untuk melakukan latihan rentang peergerakan setiap 2-4 jam
selama klien sadar kecuali dikontraindikasikan karena prosedur graf yang masih
baru. Peningkatan aktivitas mencegah atrofi otot, pelekatan tendon, kekakuan sendi,
dan kekekatan kapsular. Bantu klien untuk ambulasi guna meningkatkan kekuatan
otot serta pasokan kardiopulmonar. Berikan latihan pasif atau peregangan jika klien
tidak mampu berpartisipasi secara aktif.
Balut area donor baik pada tungkai yang terbakar maupun yang tidak
terbakar dengan pembungkus perban elastik (Ace bandage), menggunakan teknik
bentuk-delapan pada kaki dan melingkar ke atas mengelilingi tungkai, sebelum
menempatkan tungkai dalam posisi yang lebih rendah dari jantung. Penyanggahan
ini dapat menurunkan statis vena kapiler, yang dapat mengganggu penyembuhan
luka.
Jelaskan alasan melakukan aktivitas kepada klien dan anggota keluarga,
karena pemahaman meningkatkan kepatuhan. Hindari posisi nyaman, dan
pertahankan area yang terbakar pada posisi fungsi fisiologis, dalam batas-batas
ketahanan klien. Lanjutkan untuk mengikuti rejimen pembebatan dan pemosisian
yang direkomendasikan dalam konsultan terapi.
Diagnosis: Nyeri Akut dan Nyeri Kronis. Nyeri yang dialami selama fase
rehabilitasi cedera luka bakar biasanya berhubungan dengan perawatan luka dan
aktivitas terapeutik, khususnya latihan rentang gerakan.
Hasil yang Diharapkan. Klien akan mendapatkan kenyamanan dalam batas yang
dapat diterima, yang dibuktikan dengan menyatakan perasaan lega dari nyeri
kendali atas nyeri atau ketidaknyamanan dan secara aktif berpartisipasi dalam
perawatan.
Intervensi. Memberikan waktu untuk komunikasi dua arah dengan klien sangatlah
penting selama fase cedera. Memberikan atmosfer penerimaan ketika klien
mencoba berbagai strategi koping yang beragam untuk berurusan dengan cedera.
Berikan informasi yang jujur dan akurat tentang penampilan klien yang
diperkirakan untuk mengurangi kesalahpahaman yang mungkin dipercayai oleh
klien.
Kaji kebutuhan penetapan batasan untuk kebiasaan maladaptif.
Konsultasikan dengan anggota tim luka bakar untuk menegakkan batasan tersebut
dan memformulasikan rencana perawatan untuk kebiasaan tersebut; jelaskan
pengaturan batasan untuk anggota keluarga atau orang penting lainnya dan bantu
mereka untuk mempertahankan batasan yang sama. Tingkatkan kepercayaan diri
klien dengan memberikan informasi tentang kemajuan yang telah dicapai, dan
dukung peran klien dalam perawatan dan pengobatan, dengan memberikan
semangat dan penguatan positif.
Semangati anggota keluarga untuk berinteraksi dengan klien, karena
pamberian semangat memfasilitasi reintegrasi sosial. Selama fase pemulihan ini,
dukung klien untuk berinteraksi dengan orang di luar fasilitas. Penggunaan hari
keluarga untuk menghabiskan waktu-waktu ini sangatlah berguna. Bantu
persiapkan klien untuk interaksi sosial setelah pemulangan dengan mendiskusikan
situasi potensial dan bagaimana klien mungkin bisa berurusan dengan mereka.
Persiapan semacam itu memberikan pelatihan atas kejadian kejadian yang akan
dialami dan meredakan kecemasan.