Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Eliminasi
1.1 Definisi Eliminasi
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh.
Eliminasi juga merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang tidak
diperlukan oleh tubuh (Tarwoto dan Wartonah, 2010).

1.2 Fisiologi dalam Eliminasi


a. Fisiologi Defekasi
Disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang biasanya bekerja sesudah
makan pagi.Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelah
pencernaan dimulai maka peristaltik di dalam usus terangsang,
merambat ke kolon, dan sisa makanan dari hari kemarinnya, yang waktu
malam mencapai sekum mulai bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke
dalam rektum, serentak peristaltik keras terjadi di dalam kolon dan
terjadi perasaan di daerah perineum. Tekanan intra-abdominal
bertambah dengan penutupan glottis dan kontraksi diafragma dan otot
abdominal, sfinkter anus mengendor dan kerjanya berakhir (Pearce,
2002).
b. Fisiologi Miksi
Fisiologi Miksi Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses
eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses
ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih secara
progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai
ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul
refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang
berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-
tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.

Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan eliminasi


1.1 Pengkajian
1.1.1 Riwayat keperawatan
Keluhan utama yang biasanya muncul adalah BAB lebih dari 3 x,
konstipasi, impaksi, diare dan sebagainya.
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya
frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras,
dan mengejang. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri
rektum.Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih
lama, sehingga banyak air diserap.
1.2 Pemeriksaan Fisik: data fokus
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar.
b. Keadaan umum : Klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun. TTV, GCS. BB ( sakit ) : tidak diketahui, BB ( Sebelum
Sakit ) ; tidak diketahui.
c. Kepala : Ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada
anak umur 1 tahun lebih.
d. Mata : Cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : Mukosa mulut kering, distensi abdomen,
f. Sistem Pernafasan : Dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : Nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang.
h. Sistem integumen : Warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok),
capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400
ml/ 24 jam), frekuensi berkurang dari sebelum sakit. Perlu dikaji :
 Pola berkemih
 Volume
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
1) feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
2) Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
3) AGD : asidosis metabolic.
Diagnosa yang mungkin muncul

Diagnosa 1: Konstipasi berhubungan dengan eliminasi atau


defekasi yang tidak adekuat

1. Definisi
Penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai pengeluaran
feses yang sulit atau tidak lampias atau pengeluaran feses yang
sangat keras dan kering
2. Batasan karakteristik
Subyektif, Nyeri abdomen, Nyeri tekan pada abdomen,
Anoreksia
Kelelahan umum, Sakit kepala, Peningkatan tekanan abdomen,
Mual dan Nyeri saat defekasi
Obektif, Perubahan pola defekasi, Penurunan volume feses,
Distensi abdomen, Penurunan frekuensi, Feses kering, keras dan
padat, Bunyi pekak pada perkusi abdomen, Tidak mampu
mengeluarkan feses, Flatus berat dan Massa rektal dapat
dipalpasi
3. Faktor yang berhubungan, Kelemahan otot abdomen, Kebiasaan
mengabaikan desakan untuk defekasi, Eliminasi yang tidak
adekuat, Aktivitas fisik tidak memadai, Kebiasaan defekasi tidak
teratur.

Diagnosa 2: Retensi urin berhubungan dengan sumbatan saluran


perkemihan
1. Definisi, Pengosongan kandung kemih tidak tuntas
2. Batasan karakteristik, Berkemih sedikit, Distensi kandung kemih
Disturia, Inkontinensia aliran berlebih, Menetes, Residu urine,
Sensasi kandung kemih penuh, Sering berkemih, Tidak ada
haluaran urine
3. Faktor yang berhubungan, Inhibilasi arkus reflex, Sfingter kuat
Sumbatan saluran perkemihan dan Tekanan ureter tinggi

Perencanaan
Diagnosa 1: Konstipasi berhubungan dengan eliminasi atau defekasi yang
tidak adekuat
a. Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan
NOC
b. Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
Intervensi
a. Manajemen defekasi
b. Manajemen cairan/elek-trolit
Rasional
a. Mempertahankan pola eliminasi defekasi yang teratur
b. Meningkat-kan keseimba-ngan cairan dan mencegah komplikasi akibat kadar
cairan yang tidak normal

Diagnosa 2: retensi urin berhubungan dengan sumbatan saluran


perkemihan
a. Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan
NOC
b. Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
Intervensi
a. Manajemen eliminasi urine
b. Kateterisasi
c. Perawatan retensi urine
Rasional
a. Memelihara pola eliminasi urine yang optimum
b. Kateterisasi sementara membantu pengeluaran urine
Membantu meredakan distensi kandung kemih

Pathway Defekasi

Defekasi

Makan Pagi Refleks gastro-kolika

Lambung makanan terkontaminasi

Lambung mencerna

Peristaltik usus terangsang Merambat ke Kolon

Sisa makanan Mencapai sekum

Isi kolon pelvis Masuk ke rectum Peristaltik di dalam kolon

Perasaan ingin BAB Kurang serat dan


minum air putih
dari makanan yang
terkontaminasi KONSTIPASI

DIARE
Pathway Miksi
Miksi
Air yang kita
minum
sistem pencernaan

Absorbsi usus halus


dan usus besar

kandung kemih terisi penuh

refleks miksi sumbatan saluran kemih

rangsangan ingin berkemih


tidak mampu
mengontrol kemih RETENSI URIN

INKONTINENSIA URIN

Daftar Pustaka
DIAGNOSA KEPERAWATAN. Digna Pustaka. Yogyakarta
Tjokronegoro, A & Utama, H. (2002).Update In Neuremergencles. Jakarta :
FKUI.
Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan DasarManusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
Wilkinson, J. M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta : EGC

Banjarmasin, April 2018

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

Izma Daud, Ns. M.Kep Ayesti Ratih Palupi, S.Kep. Ns

Anda mungkin juga menyukai