PENDAHULUAN
1
Penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada balita di Jawa Tengah
tahun 2017 sebesar 50,5%, menurun dibandingkan capaian tahun 2016 yaitu
11
54,3%. Hal ini menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyakit yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat utama yang berkontribusi terhadap
tingginya angka kematian balita di Indonesia.
Upaya pemerintah dalam menekan angka kematian akibat pneumonia
diantaranya melalui penemuan kasus pneumonia balita sedini mungkin di
pelayanan kesehatan dasar, penatalaksanaan kasus dan rujukan. Adanya
keterpaduan dengan lintas program melalui pendekatan MTBS di Puskesmas
serta penyediaan obat dan peralatan untuk Puskesmas Perawatan dan di
daerah terpencil. Puskesmas merupakan unit fungsional yang cakupan wilayah
kerjanya kecil dan merupakan ujung tombak dalam pembangunan kesehatan di
Indonesia karena Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan
dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang
menyeluruh dan terpadu. Oleh karena itu perlu dibentuknya Standar
Operasional (SOP) untuk dijadikan standar dalam pelaksanaan kegiatan di
12
Puskesmas agar terciptanya kinerja Puskesmas yang baik.
Kinerja Puskesmas dinilai dengan membandingkan cakupan kegiatan yang
ada di Puskesmas dengan target yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan
Minimal (SPM). Diantaranya adalah cakupan Balita dengan pneumonia yang
ditemukan atau ditangani sesuai standar dengan target yang harus tercapai sebesar
70%. Adapun sasaran balita dengan pneumonia yang harus ditemukan atau
ditangani sesuai standar menurut SPM adalah 5,12% x 10% x jumlah penduduk.
Di Puskesmas Salaman I, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang,
berdasarkan perhitungan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bulan Januari-April
2019 didapatkan cakupan Balita dengan pneumonia yang ditemukan atau
ditangani sesuai standar masih jauh dibawah target yaitu 0,07% dari target Dinkes
Kabupaten Magelang yaitu 70 % sehingga pencapaiannya sebesar 0,29% (<70%),
dan didapatkan jumlah angka tertinggi ISPA di Desa Sidomulyo yang merupakan
salah satu desa di wilayah kerja Puskesmas Salaman I periode Januari – April
2
2019. Oleh karena itu penulis membuat rencana peningkatan cakupan program
tersebut. Berdasarkan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
didapatkan data balita yang terkena pneumonia sebanyak 2 balita pada bulan
Januari-April 2019.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut: Apakah yang menyebabkan program P2ISPA cakupan balita
dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai standar di Puskesmas
Salaman I selama periode Januari – April 2019 belum mencapai target?
I.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui, mengidentifikasi, dan melakukan analisis penyebab serta
menyusun rencana lanjut untuk pemecahan masalah belum tercapainya target
program P2 ISPA cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan atau
ditangani sesuai standar di Puskesmas Salaman I selama periode Januari – April
2019.
1.3.2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi faktor – faktor penyebab belum tercapainya target P2
ISPA cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani
sesuai standar di Puskesmas Salaman I selama periode Januari-April 2019.
b) Mengetahui penyebab masalah yang telah diidentifikasi berdasarkan
metode pendekatan sistem (input, proses, output, dan lingkungan).
c) Memberikan alternatif pemecahan dari masalah yang ditemukan.
d) Menyusun rencana tindak lanjut atau Plan Of Action dari alternatif
pemecahan masalah yang ditemukan.
3
I.4 Manfaat