Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Diantara beberapa penyakit pada balita, insidensi tertinggi penyebab
morbiditas dan mortalitas pada balita masih disebabkan oleh penyakit infeksi
seperti pneumonia. Pneumonia terjadi karena peradangan pada rongga alveoli
paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, pajanan bahan kimia, atau
kerusakan fisik dari paru-paru, maupun pengaruh tidak langsung dari penyakit
lain.1
Sebuah penelitian oleh Fekadu et. al. menyatakan bahwa pneumonia
merupakan masalah kesehatan dunia karena angka kematiannya tinggi.2
Berdasarkan data World Health Organization didukung dengan data dari United
Nations Emergency Children’s Fund pada tahun 2015 pneumonia masih menjadi
penyebab utama mortalitas balita di dunia dalam penyakit infeksi dengan
kematian balita sebanyak 922.000 jiwa (16%) yang disusul dengan penyebab
mortalitas terbesar kedua dan ketiga pada balita yaitu akibat diare dan sepsis.
Indonesia masuk ke dalam 15 besar negara dengan jumlah enam juta balita yang
mengidap pneumonia dan berada pada urutan ke-6 di dunia.5,6
Menurut hasil Riskesdas 2013, period prevalence pneumonia berdasarkan
diagnosis selama 1 bulan sebelum wawancara sebesar 0,2%. Sedangkan
berdasarkan diagnosis/gejala sebesar 1,8%. Dibandingkan dengan hasil Riskesdas
2007 yang sebesar 2,13%, period prevalence pneumonia pada tahun 2013
mengalami penurunan menjadi 1,8%. Pada balita, period prevalence berdasarkan
diagnosis sebesar 2,4 per
1.000 balita dan berdasarkan diagnosis/gejala sebesar 18,5 per 1.000 balita.3
Angka kematian balita disebabkan pneumonia di Indonesia pada tahun 2017
sebesar 0,3%. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017, Case Fatality
Rate (CFR) akibat pneumonia pada kelompok umur 1-4 tahun sebesar 0,32% dan
CFR pada kelompok umur <1 tahun sebesar 0,27%.4

1
Penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada balita di Jawa Tengah
tahun 2017 sebesar 50,5%, menurun dibandingkan capaian tahun 2016 yaitu
11
54,3%. Hal ini menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyakit yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat utama yang berkontribusi terhadap
tingginya angka kematian balita di Indonesia.
Upaya pemerintah dalam menekan angka kematian akibat pneumonia
diantaranya melalui penemuan kasus pneumonia balita sedini mungkin di
pelayanan kesehatan dasar, penatalaksanaan kasus dan rujukan. Adanya
keterpaduan dengan lintas program melalui pendekatan MTBS di Puskesmas
serta penyediaan obat dan peralatan untuk Puskesmas Perawatan dan di
daerah terpencil. Puskesmas merupakan unit fungsional yang cakupan wilayah
kerjanya kecil dan merupakan ujung tombak dalam pembangunan kesehatan di
Indonesia karena Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan
dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang
menyeluruh dan terpadu. Oleh karena itu perlu dibentuknya Standar
Operasional (SOP) untuk dijadikan standar dalam pelaksanaan kegiatan di
12
Puskesmas agar terciptanya kinerja Puskesmas yang baik.
Kinerja Puskesmas dinilai dengan membandingkan cakupan kegiatan yang
ada di Puskesmas dengan target yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan
Minimal (SPM). Diantaranya adalah cakupan Balita dengan pneumonia yang
ditemukan atau ditangani sesuai standar dengan target yang harus tercapai sebesar
70%. Adapun sasaran balita dengan pneumonia yang harus ditemukan atau
ditangani sesuai standar menurut SPM adalah 5,12% x 10% x jumlah penduduk.
Di Puskesmas Salaman I, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang,
berdasarkan perhitungan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bulan Januari-April
2019 didapatkan cakupan Balita dengan pneumonia yang ditemukan atau
ditangani sesuai standar masih jauh dibawah target yaitu 0,07% dari target Dinkes
Kabupaten Magelang yaitu 70 % sehingga pencapaiannya sebesar 0,29% (<70%),
dan didapatkan jumlah angka tertinggi ISPA di Desa Sidomulyo yang merupakan
salah satu desa di wilayah kerja Puskesmas Salaman I periode Januari – April

2
2019. Oleh karena itu penulis membuat rencana peningkatan cakupan program
tersebut. Berdasarkan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
didapatkan data balita yang terkena pneumonia sebanyak 2 balita pada bulan
Januari-April 2019.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut: Apakah yang menyebabkan program P2ISPA cakupan balita
dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai standar di Puskesmas
Salaman I selama periode Januari – April 2019 belum mencapai target?

I.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui, mengidentifikasi, dan melakukan analisis penyebab serta
menyusun rencana lanjut untuk pemecahan masalah belum tercapainya target
program P2 ISPA cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan atau
ditangani sesuai standar di Puskesmas Salaman I selama periode Januari – April
2019.
1.3.2. Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi faktor – faktor penyebab belum tercapainya target P2
ISPA cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani
sesuai standar di Puskesmas Salaman I selama periode Januari-April 2019.
b) Mengetahui penyebab masalah yang telah diidentifikasi berdasarkan
metode pendekatan sistem (input, proses, output, dan lingkungan).
c) Memberikan alternatif pemecahan dari masalah yang ditemukan.
d) Menyusun rencana tindak lanjut atau Plan Of Action dari alternatif
pemecahan masalah yang ditemukan.

3
I.4 Manfaat

1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi dan


berinteraksi dengan masyarakat.
2. Meningkatkan kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang
ada
3. Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pneumonia pada balita.
4. Memberikan informasi mengenai kemungkinan penyebab rendahnya
cakupan Balita dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai
standar khususnya di Puskesmas Salaman I.
5. Sebagai bahan evaluasi untuk perencanaan kegiatan Puskesmas khususnya
program P2 ISPA.
6. Masyarakat khususnya ibu yang mempunyai Balita diharapkan dapat lebih
mengetahui tentang penyakit pneumonia dan bahayanya jika terkena pada
Balita.
7. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
informasi, serta referensi jika akan dilakukan penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai