Anda di halaman 1dari 6

SIFAT-SIFAT BETON SEGAR

Beton segar mempunyai sifat plastis atau semi cair dan biasanya mampu dibentuk
walaupun menggunakan tangan. Pada beton plastis, campuran butiran agregat halus
dan kasar, seolah-olah terikat / mengambang di dalam pasta pengikat / pasta semen
serta akan menjadi campuran yang homogen saat beton itu mengeras. Campuran
beton dengan konsistensi yang plastis, akan mengalir dengan mudah saat pengecoran,
tanpa terjadi segegresi.

Besaran konssistensi dari beton diukur dengan nilai slump, semakin tinggi nilai slump,
menyebabkan beton semakin mudah dikerjakan.

 Workabilitas ( kemudahan pengerjaan )

Kemudahan pengecoran, pemadatan, dan finishing dari campuran beton segar


disebut workability. Beton harus mudah dikerjakan tanpa
terjadi segegresi atau bleeding berlebihan.

Segegresi adalah pemisahan butiran agregat halus dan agregat kasar dari pengikatnya
( pasta semen ) yang diakibatkan oleh campuran yang terlalu encer. Bleeding adalah
pergerakan air ke permukaan campuran beton segar diakibatkan oleh settlement dari
solid material dengan massa yang lebih besar. Settlement terjadi sebagai konsekwensi
hilangnya efek adhesi antar material saat penggetaran sehingga solid material
dengan gaya beratnya masing-masing ( gravitasi ) berusaha turun.

Bleeding yang terjadi secara berlebihan, mengakibatkan naiknya air di permukaan


beton (FAS naik ) sehingga akan membentuk lapisan permukaan yang lebih lunak
serta tingkat keawetan (durability) yang lebih rentan, sarat resiko terjadi segegresi
semakin besar.
 Proses pemadatan/konsolidasi

Penggetaran, menggerakan partikel-partikel dalam beton segar dan mengurangi


gesekan antar partikel tersebut sehingga menghasilkan campuran yang saling mengisi
dan padat. Penggetaran memungkinkan penggunaan campuran dengan proporsi
agregat kasar lebih besar (FAS lebih kecil) dan jumlah air yang seminimum mungkin
(tingkat workability rendah) tetapi tetap menghasilkan beton yang padat.

Hal ini tentu saja secara keseluruhan menghasilkan nilai campuran yang lebih
ekonomis.

Ada 3 faktor yang selalu berkorelasi pada proses penggetaran, yaitu :

1. Intensitas alat penggetar

2. Waktu penggetaran (durasi)

3. Nilai slump campuran

Penggetaran yang terlalu kuat intensitasnya atau terlalu lama waktunya atau bila
diterapkan pada campuran dengan slump yang tinggi akan mengakibatkan
segegresi dan bleeding.

 Proses hydrasi

Adalah proses/reaksi kimia antara semen dan air yang menghasilkan pasta semen /
bahan pengikat. Komponen semen yang paling dominan dalam proses hydrasi adalah
komponen kalsium silikat (75% berat semen), menghasilkan kalsium hidroksida
( Ca(OH)2 ) dan kalsium silikat hidrat ( CSH gel ). Komponen Ca(OH)2 adalah
bagian terlemah dari pasta semen dan hanya berfungsi sebagai bahan pengisi yang
pasif. Sementara CSH gel adalah bonding agent (bahan pengikat) komponen inilah
yang menentukan engineering properties dari beton, misalnya waktu ikat dan
pengerasan, kekuatan, stabilitas volume. Hasil samping dari reaksi hidrasi adalah
panas hidrasi. Jumlah kalori yang dikeluarkan sebagai panas dari reaksi hidrasi semen,
sangat tergantung dari beberapa factor yaitu :

1. Jenis/tipe semen, yaitu ditentukan oleh kehalusan butiran, dan kandungan C3A
serta C3S.

2. Water cement ratio (factor air semen).

3. Temperature curing.

Pengetahuan tentang panas hidrasi yang terjadi dari reaksi kimia / hidrasi semen,
sangat berguna dalam menentukan tahapan pelaksanaan pekerjaaan konstruksi beton.

Untuk pengecoran dengan volume beton yang besar pada waktu bersamaan akan
menghasilkan panas hidrasi yang cukup besar yang mampu membuat retak-retak
akibat perbedaan temperature yang tinggi dengan permukaan beton bagian luar.

Semen tipe I akan melepas ½ total panas hidrasinya pada umur s/d 3 hari, sementara
semen tipe III ( high early strength ) akan melepaskan hampir seluruh panas
hidrasinya kurang dari 3 hari.

1.3. KARAKTER BETON DALAM PROSES PENGERASAN (HARDENING)

1.3.1. Perawatan

Kenaikan kuat tekan beton sejalan dengan bertambahnya umur akan berlangsung terus
selama didukung oleh factor-faktor :

- masih adanya bagian semen yang belum terhidrasi

- cukup kelembaban pada beton ( min. relative humidity = 80 % )


- temperature beton memungkinkan

Untuk mendapatkan mutu beton yang optimal, tentunya factor-faktor di atas harus
menjadi bahan pertimbangan yaitu dengan cara merawat beton yang baru dicor
dengan menciptakan kondisi yang lembab s/d beton berumur minimal 3 hari.

1.3.2. Efek temperature tinggi pada beton

Beton mengeras bukan karena panas. Hidrasi dan pengerasan beton justru
memerlukan kelembaban yang tinggi. Pemanasan pada beton hanyalah akibat tidak
langsung dari proses hidrasi dan pengerasan. Pada saat beton kering, beton memang
mengeras tapi beton kering tidak menunjukkan indikasi bahwa proses hidrasi dan
pengerasan telah berlangsung cukup untuk menghasilkan karakter fisik beton yang
diinginkan.

Pengetahuan tentang besarnya panas yang timbul sangat berguna dalam memahami
properties / sifat atau kondisi fisis dari beton. Sebagai contoh beton selalu dalam
kondisi lembab selama periode perawatan untuk menghasilkan reaksi hidrasi yang
optimal.

Beton yang baru dicor mempunyai cukup air (kelembaban). Karena berlangsungnya
proses pengeringan dari permukaan luar beton ke bagian dalam, kuat tekan beton akan
naik dan berlanjut pada setiap lapisan hanya selama humidity pada point tersebut di
atas 80%.

Ilustrasi yang umum dari kejadian di atas adalah pada proses pengecoran lantai yang
tidak dirawat karena proses pengeringan yang begitu cepat, beton pada bagian
permukaan cenderung akan mempunyai kekuatan yang rendah. Disamping itu karena
pengeringan yang begitu cepat pula akan terjadi penyusutan pada permukaan beton
dan menimbulkan retak susut.

1.3.3. Kuat tekan

Kuat tekan beton adalah ukuran daya tahan maksimum dari beton atau contoh mortar
terhadap gaya aksial biasanya diekspresikan dalam kg/cm2 pada umur 28 hari.
Kuat tekan beton didapatkan dari contoh benda uji kubus bersisi 15 cm atau silinder Φ
15 cm, h = 30 cm dirawat sesuai dengan kondisi perawatan di lapangan. Hasil dari
kuat tekan ini tentu saja tidak menjamin 100% sama dengan beton konstruksi akan
tetapi dapat dipakai sebagai pedoman identifikasi kekuatan struktur. Kuat tekan beton
adalah besaran fisis yang dipakai sebagai dasar dalam mendesain struktur beton.
Besaran fisis lainnya seperti kuat tarik, lentur, modulus elastisitas, geser dan modulus
retak dapat dikorelasikan terhadap kuat tekan. Kuat tekan beton terkait erat dengan
factor air semen dan umur disamping faktor-faktor lain yang berpengaruh secara tidak
langsung misalnya factor perawatan, pemadatan, bahan tambah, komposisi, dll.

1.3.4. Retak

Retak pada beton terjadi karena 2 hal yang paling mendasar, yaitu :

1. terjadi karena beban yang diaplikasikan pada struktur beton tersebut.

2. terjadi karena adanya internal stress pada serat beton akibat susut / perubahan
temperatur.

Mekanisme retak karena susut adalah suatu kejadian yang tidak dapat dihindarkan.
Oleh sebab itu penanggulangannya adalah dengan 2 jalan yaitu :

1. Mencegah terjadinya susut yang berlebihan yaitu dengan cara memperkecil


perbedaan temperature antara temperature beton dan lingkungan sekitarnya. Hal ini
dapat ditempuh dengan cara menjaga kelembaban tetap tinggi atau mengisolasi
permukaan beton dengan bahan tertentu.

2. Memperkecil / menahan efek penyusutan yang terjadi pada struktur beton yaitu
dengan :

Memberi tulangan retak secukupnya pada bagian-bagian yang dianggap paling kritis.

Melepaskan kekangan gaya pada beton, dengan memberikan dilatasi atau construction
joints.

1.3.5. Setting time beton ( waktu ikat )


Waktu ikat ( setting time ) adalah jangka waktu tertentu yang dibutuhkan oleh semen
dan air untuk melakukan proses pengikatan.

Ada 2 jenis jangka waktu pada proses pengikatan semen yaitu :

A. Waktu ikat awal ( initial setting time ), yaitu waktu yang dibutuhkan oleh semen
sejak saat bereaksi dengan air sampai didapatkan pasta semen yang mulai kaku
dan mulai tidak dapat dikerjakan ( mempunyai nilai penurunan ( penetrasi )
25 mm pada jarum vicat ). Indikasi waktu ikat ini dapat diproyeksikan pada
proses pengecoran bahwa proses pengecoran harus sudah selesai serta posisi
beton pengecoran sudah tidak dapat dirubah lagi mengingat kemungkinan besar
akan terjadi unbonding ( pelepasan ) pada struktur material beton bila posisinya
terganggu dan sulit untuk dapat mengikat kembali.

B. Waktu ikat akhir ( final setting time ), yaitu waktu yang dibutuhkan oleh semen
sejak saat bereaksi dengan air sampai didapat suatu padatan dari pasta semen
yang utuh dan tidak dapat dirubah bentuknya.

Anda mungkin juga menyukai